Naskah Drama Nyi Roro Kidul [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nyi Roro Kidul Ing kerajaan Pajajaran Purba,ana raja sing ngganteng lan bijaksana anggone ngatur negarane,amarga iku beliau dicintai rakyatnya,asmanipun Prabu MundingsariSuatu hari, ia tersesat dalam perjalanannya berburu seekor kijang di dalam hutan rimba. Ia terpisah dari para pengawalnya. Setelah ia menjelajahi rimba, ia beristirahat sebentar. Ketika ia sedang beristirahat, ia melihat seorang gadis yang sangat cantik dan tengah tersenyum di hadapannya. Prabu Mundingsari Ibu Dewi Suwido Prabu Mundingsari Ibu Dewi Suwido



: “Oh, siapakah kau?” : “Hamba adalah putri dari Raja Rimba ini. Apakah Tuan adalah Prabu Mundingsari dari Pajajaran?” : “Ya, aku adalah Prabu Mundingsari. Ada apa kiranya?” : “Tuanku tampaknya tersesat dan terpisah dari para pengawal tuan. Sudilah kiranya tuanku singgah di istana ayahku sambil beristirahat di sana.”



Karena undangan itu disampaikan dengan ramah dan sopan, Prabu Mundingsari tidak dapat menolaknya, lalu ia pun mengikuti gadis tersebut. Akhirnya mereka sampai di istana gadis itu ... Raja Rimba Prabu Mundingsari Raja Rimba



Adik Ibu Dewi Suwido 1 Ibu Dewi Suwido Adik Ibu Dewi Suwido 1 Adik Ibu Dewi Suwido 2 Ibu Dewi Suwido Adik 1 dan 2 Adik Ibu Dewi Suwido 2 Adik Ibu Dewi Suwido 1 Ibu Dewi Suwido



: “Aha...ha...ha...! Prabu Mundingsari, Wilujeng Sumping di Istana sim kuring. Mugi-mugi anjeun betah aya di dieu.” : “Hatur nuhun, Tuan.” : “Putri abdi bogoh pisan ka anjeun, nepi ka unggal wengi sok ngimpenkeun anjeun. Kapisahna anjeun ti pangawal anjeun jeung kasasab di hutan ieu oge, abdi nu ngaturna.” : “Kakak, itukah Prabu Mundingsari yang sering kau ceritakan?” : “Ya, itulah dia.” : “Wa..h tampan sekali orangnya!” : “Kakak, kau memang pintar dalam memilih lelaki.” : “Ah ... kau ini, bisa saja.” : “Aha ... ha ... ha ... Wajah kakak jadi merah tuh!” : “Kak, kita ke dalam yuk! Nanti takutnya kita malah ganggu lagi.” : “Oh, iya, ayo... ayo...! Kita berdua mau ke dalam dulu ya kak! Dah kakak...!” : “Daa...h!”



Prabu Mundingsari merasa heran akan kata-kata Raja Rimba tadi. Tetapi, karena kecantikan dan kelemah lembutan putri itu, Prabu Mundingsari pun jatuh cinta padanya dan menikah dengannya. Suatu hari... Prabu Mundingsari : “Adinda, rasanya sudah cukup lama kakanda meninggalkan istana Pajajaran. Aku ingin menengok kerajaanku dan melihat keadaan rakyatku ...” Ibu Dewi Suwido : “Baiklah Kakanda! Kakanda boleh pulang ke Pajajaran, tetapi Kakanda harus berjanji untuk menjenguk adinda di sini!”



Prabu Mundingsari



: “Tentu saja, Adindaku!”



Prabu Mundingsari pun kembali ke Pajajaran. Setibanya di Istana ... Permaisuri : “Kakanda! Akhirnya kakanda pulang. Adinda rindu sekali pada kakanda.” Prabu Mundingsari : “Ya, adinda aku pun begitu.” Berbulan-bulan kemudian, pada suatu malam ... Dewi Suwido : “ea...ea...ea...” Prabu Mundingsari : “Tangisan siapa itu?” Ketika melihat keluar, Prabu Mundingsari melihat seorang bayi perempuan yang digendong oleh perempuan yang ia temui di tengah hutan rimba tempo dulu, yang sekarang telah menjadi istrinya. Ibu Dewi Suwido Prabu Mundingsari Ibu Dewi Suwido



: “Kakanda, bayi ini adalah anak kita! Aku ingin menyerahkannya padamu, untuk kau besarkan dalam pergaulan manusia.” : “Pergaulan Manusia? Apa maksudmu Adinda?” : “Sebenernya Kakanda, aku berasal dari kalangan siluman. Tapi, siluman yang cantik loh Kakanda.”



Baginda Prabu Mundingsari merasa heran dan hanya tertegun. Tanpa mengetahui, bahwa istrinya itu menghilang. Dan bayi perempuan tersebut diberi nama olehnya Dewi Suwido. 18 tahun kemudian ... Pengawal 5 : “Baginda, ada seorang pangeran dari negeri tetangga datang ingin bertemu dengan tuan.” Prabu Mundingsari : “Suruh ia masuk!” Pengawal 5 : “Baik Baginda.” Pengawal pun memanggil tamu tersebut. Pengawal 5 : “Baginda, ini tamunya sudah datang.” Prabu Mundingsari : “Oh, terima kasih! Selamat datang pangeran. Ada maksud apa kau datang kemari?” Pangeran : “Maksud hamba tuan, ingin mempersunting Dewi Suwido.” Prabu Mundingsari : ”Oh... begitu. Mang, tolong panggilkan Dewi Suwido!” Emang : “Baik Tuan.” Emang pun memenggil Dewi Suwido. Emang : “Baginda, Dewi Suwido telah tiba.” Prabu Mundingsari : “Oh, iya!” Dewi Suwido : “Ada apa, ayahanda?” Prabu Mundingsari : “Anakku, di hadapanmu sekarang ada seorang pangeran yang ingin mempersuntingmu. Bagaimana pendapatmu anakku?” Dewi Suwido : “Mempersuntingku? Tapi ayah, aku masih berusia 18 tahun, masih banyak yang ingin ku cari. Aku belum berminat untuk menikah. Prabu Mundingsari : “Jadi anakku?” Dewi Suwido : “Maaf .....” Pangeran : “Ta ... ta ... tapi mengapa? Apa kurangku? Ganteng? Sudah jelas. Kaya? Terbukti. Jantan?



Dewi Suwido Pangeran Prabu Mundingsari



Ya... iyalah, makanya ngelamar kamu juga.” : “Bukan begitu, tapi memang aku belum ingin menikah saja.” : “Ta...ta...tapi...” : “Sudahlah Pangeran, kupikir kau sudah tahu jawaban putriku. Pulanglah kau!”



Pangeran pun pulang dengan hati yang sedih. Selanjutnya banyak sekali pangeran dari negeri-negeri tetangga yang melamar Dewi Suwido. Tapi tentu saja ditolak olehnya. Keadaan ini membuat hati permaisuri dan putri geram. Putri : “Ibu, kenapa sih banyak sekali pangeran yang melamar Dewi Suwido ampe ngantri segala? Tapi, kenapa tidak ada yang melamar aku? Padahal, aku kan lebih cantik darinya.” Permaisuri : “Ibu juga sebel ama benci banget sama si Dewi i tu.” Putri : “Bu, pokoknya aku ingin Dewi Suwido itu pergi dari istana ini.” Permaisuri



: “Tenang dulu, anakku! Ibu pun sedang memikirkan hal itu, tapi bagaimana caranya ya agar Dewi Suwido itu keluar dari istana.”



Permaisuri dan putri pun mondar-mandir memikirkan cara untuk mengeluarkan Dewi Suwido dari istana. Permaisuri dan Putri : “Hm...hm...hm...” Tiba-tiba di Televisi ada iklan dukun yang sedang mempromosikan dirinya. Iklan dukun tenung : “Anda ingin membuat ancur muka orang???” Permaisuri dan Putri : “Ya...ya...ya...” Iklan dukun tenung : “Caranya gampang. Ketik REG(spasi)JOKOBUDI kirim ke 9554. dari muka saya saja anda pasti tahu siapa yang lebih ancur.” Permaisuri dan Putri : “Aha, gimana kalau minta tolong ke dukun tenung yang itu aja?” Putri : “Eit, tunggu-tunggu. Bu, kayaknya aku pernah lihat dukun itu deh!” Permaisuri : “Coba ibu lihat lagi (sambil melihat TV ) Oh, iya itu kan Ki Joko Budi, rumahnya kan tidak terlalu jauh dari sini, kita kesana aja yuk!” Putri : “Ayo...ayo...!” Permaisuri : “Pengawal, antarkan aku ke markas dukun tenung!” Pengawal 6 : “Dukun tenung yang mana nyonya?” Putri : “Itu loh, Ki Joko Budi. Masa gak tau sih?! Di sini kan dukun yang paling jago cuma dia!” Pengawal 6 : “Oh, yang itu. Baik nyonyaku.” Sesampainya di markas dukun tenung... Pengawal 6 : “Nyonya kita sudah sampai di markas dukun tenung.” Permaisuri : “Oh, iya. Kamu tunggu saja di sini.” Pengawal 6 : “Baik.” (sambil mengangguk ) Permaisuri dan Putri pun masuk ke markas dukun tenung Permaisuri : “Ki, aku ingin membuat wajah Dewi Suwido hancur ...” Putri : “Aki bisa gak???”



Dukun Tenung Permaisuri Dukun Tenung



: “Ah, nyonya-nyonya tenang saja! Itu pekerjaan mudah buat hamba. Bikin ancur muka orang itu hobiku.” : “Ingat, aku ingin wajah gadis itu hancur. Hingga tak seorang pun yang sudi memandangnya : “Baik, nyonyaku!”



Keesokan Harinya... Dewi Suwido



: “Du..h kepalaku rasanya berat. Kulit wajahku pun terasa berat.” Dewi Suwido pun bercermin ... Dewi Suwido : “Wa... Siapa ini? Ah... apakah... apakah yang berada di dalam cermin itu adalah wajahku?Kenapa jadi begini?” Dewi Suwido pun menangis. Kecantikannya yang dulu dipuja-puja sama sekali tak tersisa. Dan sekarang, seluruh badannya menjadi berbau tidak sedap. Dewi Suwido pun menghampiri ayahnya. Dewi Suwido : “Papi.... wajahku!” Prabu Mundingsari : “Anakku, mengapa wajahmu kok sudah buruk jadi nambah buruk???” Dewi Suwido : “Papi kok gitu? Ini serius pih!” Prabu Mundingsari : “Sepertinya kau terkena penyakit lepra, anakku. Penyakit itu adalah salahsatu penyakit berbahaya dan menghantui.” Permaisuri : “Kakanda, sebaiknya Dewi Suwido diasingkan saja dari istana.” Putri : “Iya papi, kalau nanti penyakititu menular padaku, eh... maksudku pada rakyat akan berbahaya papi...” Prabu : “Hmm...Maafkan ayahanda anakku. Ayah menyesal sekali, tetapi apa boleh buat, kau akan kuasingkan dari istana. Lagipula ayah juga takut ketularan dan nantinya ayah jadi jelek. Nanti fans ayah jadi berkurang.” Jeng...jeng...jeng... Dewi Suwido terkejut mendengarkan keputusan ayahnya dan hatinya pun semakin hancur. Permaisuri dan putri pun bersorak senang. Baginda Mundingsari segera memerintahkan beberapa orang pengawal untuk mengantarkan Dewi Suwido ke dalam hutan rimba. Pengawal 1 : “Duh... bau nih...”(sambil menutup hidungnya ) Pengawal 2 : “Iya nih... geuleuh.” Pengawal 3 : “Hus...kalian ini jaga dong ucapan kalian. Gini-gini juga kan anaknya baginda, tetep harus kita hormati.” Pengawal 4 : “Da... atuh geuleuh. Geus teu kuat yeuh!” Pengawal 1 : “Ya... udah nganterinnya sampe sini aja!” Pengawal 3 : “Ta...ta...tapi...” Pengawal 2 : “Kamu ini kenapa sih?” Pengawal 4 : “Ssstt... sudah-sudah. Silakan turun Dewi, kita sudah sampai.” Para pengawal pun meninggalkan Dewi Suwido di hutan rimba. Dengan hati yang sedih, Dewi Suwido berjalan di hutan rimba seorang diri. Tanpa tahu akan pergi kemana. Dewi Suwido : “Aduuh... aku harus kemana ya???” (sambil menggaruk kepalanya ) Akhirnya Dewi Suwido pun tiba di Gunung Kombang, dia bertapa disana dan memohon pada para dewa agar wajahnya dikembalikan sebagaimana sebelumnya.



Dewi Suwido



: “Dewa, aku ingin kau kembalikan wajahku seperti semula, dewa. Hik...hik...hik...” (sambil menangis ) Bertahun-tahun ia bertapa, tetapi wajahnya tak kunjung kembali seperti semula bahkan semakin rusak. Suatu hari ia mendengar sebuah suara... Raja Rimba : “Cucuku, Dewi Suwido! Kalau ingin wajahmu kembali seperti semula, berangkatlah menuju selatan. Kau harus masuk ke laut dan bersatu dengannya! Dan tak usah kembali dalam pergaulan manusia!” Dewi Suwido pun segera berangkat ke selatan. Tibanya di selatan... Dewi Suwido : “A...a...aku takut. Ta...tapi aku percaya akan katakata yang kudengar itu. Itu pasti petunjuk dari dewa.” Jbuuurrr.... Dewi Suwido terjun ke laut dari tebing yang curam. Setelah muncul kembali dari dalam laut... Dewi Suwido : “Oh...Oh...Tuhan. wajahku kembali, bahkan lebih dari kembali. Terima kasih Tuhan, terima kasih.” Menurut kepercayaan penduduk setempat, Dewi Suwido masih hidup hingga kini dan menjadi ratu di Laut Selatan yang sering disebut Nyi Roro Kidul. Ratu dari segala jin dan siluman disana. Benar atau tidaknya cerita di atas yang jelas penduduk di sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa sampai saat ini masih percaya akan kesaktian Ratu Samudera Indonesia itu.