11 0 262 KB
NASKAH PUBLIKASI PENGARUH STRES DAN PEMBERDAYAAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN BURNOUT SEBAGAI MEDIASI (Studi pada Perawat RSUD Ambarawa)
SRI HERI AMBARWATI NIM: 1442020092
PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG 2016 NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH STRES DAN PEMBERDAYAAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN BURNOUT SEBAGAI MEDIASI (Studi pada Perawat RSUD Ambarawa)
Diajukan oleh:
SRI HERI AMBARWATI NIM: 1442020092
Untuk Berkala Penelitian Tesis Telah disetujui oleh Pembimbing
Pembimbing I
Dr. Endang Tjahjaningsih, M.Kom
Pada Tanggal …………………….
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Mahasiswa Program Pascasarjana Univeristas Stikubank : Nama
: Sri Heri Ambarwati
NIM
: 1442020092
Jenjang Program Studi : S2 Manajemen (Setuju / tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian (calon naskah berkala penelitian Pascasarjana) yang disusun oleh yang bersangkutan setelah mendapat arahan dari Pembimbing, dipublikasikan (dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai co-auditor. Kemudian harap maklum Semarang, ………………….
SRI HERI AMBARWATI NIM : 1442020092
Mengetahui, Pembimbing I,
(Dr. Endang Tjahjaningsih, M.Kom)
PENGARUH STRES DAN PEMBERDAYAAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN BURNOUT SEBAGAI MEDIASI
(Studi pada Perawat RSUD Ambarawa) Sri Heri Ambarwati Program Studi Manajemen , Universitas Stikubank Semarang e-mail : Dr. Endang Tjahjaningsih, M.Kom Pascasarjana, UniversitasStikubank Semarang e-mail : [email protected] Abstract This research determined to prove the effect of work stres and empowerment to the employee performance with the mediation effect of burnout. The result proved that simultaneously work stres, empowerment and burnout affecting the employee performance. It’s also proved that the burnout affected by the work stres and empowerment. The partial hypothesis test also proved that partially the employee performance affected by work stress, empowerment and burnout. Meanwhile the burnout partially affected only by work stress. The mediating test proved that burnout only mediated the effect of work stress to the employee performance. Keywords : work stress, empowerment, burnout, performance PENDAHULUAN
kinerja yang tinggi dibutuhkan sikap
Pembahasan terkait dengan keberadaan sebuah organisasi selalu dikaitkan dengan kinerja dari organisasi tersebut dalam
mental yang memiliki pandangan jauh ke depan. Sejak
tahun
2010,
Indonesia
usahanya untuk mencapai tujuan yang
meluncurkan visi Indonesia Sehat yang
dicita-citakan dan selalu diupayakan untuk
mana
dapat diraih oleh organisasi tersebut. Faktor
perombakan
utama yang mempengaruhi kemampuan
pemberian fasilitas kesehatan yang lebih
organisasi
baik dan lebih bermutu.
dalam
mencapai
tujuannya
pemerintah
ingin
dalam
melakukan
pelayanan
dan
Hal tersebut
adalah kemampuan dari organisasi tersebut
menjadikan rumah sakit sebagai salah satu
dalam memberdayakan seluruh sumber
tempat untuk menciptakan masyarakat
daya modal yang dimilikinya,
sehat
Meningkatkan
memiliki
standar
yang
sebuah
memadai. Keberhasilan suatu rumah sakit
perusahaan dapat dilakukan secara optimal
dalam menjalankan fungsinya ditandai
dengan meningkatkan kinerja pegawai
dengan
perusahaan tersebut, dan oleh karenanya
pelayanan rumah sakit.
meningkatkan
kinerja
dituntut
semua
faktor
yang
adanya
Sebagai
tenaga
peningkatan medis,
mutu perawat
mempengaruhi kinerja dari para pegawai
memiliki peran yang tidak kalah penting
itu sendiri. Selain itu, untuk memperoleh
dari dokter. Perawat memegang peranan
penting dalam hal melayani dan merawat
kerja agar dapat mencapai kinerja yang
orang yang sakit secara langsung. Faktor
maksimal.
yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah kondisi pasien yang selalu berubah,
TELAAH PUSTAKA
jumlah rata-rata jam perawatan yang di
Stres Kerja
butuhkan untuk memberikan pelayanan langsung
pada
pasien
merupakan
ketegangan
atau
dari
tekanan emosional yang dialami seseorang
kemampuan seseorang, keinginan untuk
yang sedang menghadapi tuntutan yang
berprestasi kerja, tuntutan pekerjaan tinggi
sangat besar, hambatan-hambatan, dan
serta dokumentasi asuhan keperawatan
adanya kesempatan yang sangat penting
sering
yang
yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran
mengakibatkan mudahnya timbul stres dan
dan kondisi fisik seseorang (Hariandja,
mengalami kecenderungan burnout.
dalam Tunjungsari, 2011).
menimbulkan
Stres
kerja
melebihi
Stres
tekanan
dapat
mengakibatkan
menurunnya kualitas kerja dan pelayanan
Pemberdayaan Pegawai
terhadap pasien. Selain itu, perawat yang
Pemberdayaan upaya
pegawai
yang
mengalami stres kerja yang berat dapat
suatu
menurunkan burnout kerja sehingga akan
manajemen dalam memberikan wewenang
menimbulkan kejenuhan dalam bekerja
dan
yang pada akhirnya mengakibatkan sering
pegawai lebih leluasa dalam mengeluarkan
tidak masuk kerja (Abraham & Steanly,
dan menggunakan segala kemampuan yang
1997).
dimiliki.
kepercayaan
dapat
merupakan
pada
dilakukan
pegawai
agar
Salah satu upaya yang dilakukan manajemen
RSUD
Ambarawa
untuk
Burnout
meningkatkan kompetensi perawat salah
Burnout yaitu kelelahan fisik, mental,
satunya dengan melaksanakan pelatihan
dan emosional yang terjadi karena stres
keperawatan diantaranya pelatihan BCTLS,
yang diderita dalam jangka waktu yang
TNT, IPCN, CSSD, keselamatan pasien,
cukup lama pada situasi yang menuntut
komunikasi efektif, TOT, K3, Kongres
keterlibatan emosional yang cukup tinggi
hukum kesehatan, workshop keperawatan,
(Leatz dan Stolar, dalam Tawale, 2011).
dll. Pelatihan yang menjadi bagian dari
Burnout dapat diindikasikan dengan adanya
pemberdayaan tersebut diharapkan dapat
kelelahan fisik, mental, emosional, serta
meningkatkan tanggung jawab dan inisiasi
menarik diri dari lingkungan pekerjaan.
Kinerja
dari peningkatan efisiensi, peningkatan
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata
job
performance
atau
efektivitas, peningkatan produktivitas dan
actual
peningkatan kualitas yang mana kinerja
performance yang berarti prestasi kerja
yang lebih baik akan tercapai jika individu
atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
dapat
seseorang (Mangkunegara, 2006). Menurut
dalam melaksanakan dan menyelesaikan
Goodhue dan Thompson (1995) kinerja
tugas.
memenuhi
kebutuhan
individual
yang semakin tinggi melibatkan kombinasi Model Penelitian StresKerja H1 (X1)
H5
H2
Burnout
Kinerja
(Y1)
(Y2)
Pemberdayaan (X2)
Pengembangan Hipotesis berdasarkan grafik diatas adalah sebagai berikut : H1 : stres kerja
H7 : burnout memediasi pengaruh dari pemberdayaan terhadap kinerja
berpengaruh positif
terhadap burnout
METODE PENELITIAN
H2 : pemberdayaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap burnout. H3 : stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan
H3 H4
terhadap
kinerja
karyawan.
Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah kuantitatif cross-sectional desain. Populasi dan Sampel
H4 : pemberdayaan berpengaruh positif
Populasi dalam penelitian ini adalah
dan signifikan terhadap kinerja
243 perawat dengan seluruhnya dijadikan
karyawan.
sebagai sampel responden penelitian.
H5 : burnout berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap
kinerja
karyawan. H6 : burnout memediasi pengaruh dari stres kerja terhadap kinerja
Teknik Analisis Analisis Deskripsi Responden Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan kajian deskripsi responden penelitian adalah dengan menggunakan analisis
distribusi
frekuensi.
Dalam
analisis distribusi frekuensi ditentukan rata-rata
karakteristik
Pengujian terhadap model sebuah
responden,
regresi
bertujuan
perhitungan atas karakteristik dari para
apakah
sebuah
responden tersebut.
dikembangkan dalam sebuah penelitian sudah
Analisis Deskripsi Variabel untuk mendeskripsikan gambaran kondisi penelitian
pemberdayaan,
yaitu
burnout,
memenuhi
syarat
yang
kelayakan
/
stres dan
kerja, kinerja
Uji Hipotesis Analisis
teknik analisis distribusi frekuensi.
menunjukkan
Pengujian Instrumen Penelitian
variabel
1. Uji Validitas
independen.
Uji Validitas instrumen digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
digunakan
untuk
atau
lebih, arah
dependen
dan
untuk
hubungan
antara
dengan
variabel
Uji Mediasi Uji mediasi digunakan untuk menarik
validitas
kesimpulan hipotesis pengaruh variabel
dilakukan dengan menggunakan Product
bebas terhadap variabel terikat yang
Momen
dimediasi oleh variabel lainnya. Untuk
Pearson
Pengujian
regresi
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel
kuesioner.
regresi
memenuhi syarat (Goodness of Fit).
pegawai dilakukan dengan menggunakan
suatu
model
menentukan
kebaikan dari model tersebut atau belum
Teknik analisis yang dipergunakan variabel
untuk
Correlation
dengan
menunjukkan pearson correlation di atas
menguji
0,30 dan melakukan korelasi antara skor
digunakan metode analisis jalur (Path
butir
Analysis).
pertanyaan
dengan
total
skor
pengaruh
variabel
mediasi
konstruk atau variabel. 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas menunjukkan tingkat kestabilan di mana ketika instrumen
ANALISIS DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden Responden penelitian adalah sebanyak
tersebut digunakan pada objek yang sama
169 responden dengan gambaran :
maka akan menghasilkan hasil yang
1. Berdasarkan
konsisten (Supramono, 2001:53). Untuk mengetahui reliable atau tidaknya suatu variabel dilakukan uji statistik dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha. Pengujian Model
jenis
kelaminnya,
terdapat 47 orang laki-laki dan 122 orang perempuan; 2. Berdasarkan pendidikannya,
101
orang berpendidikan Diploma, dan 68 orang berpendidikan S1.
3.
Berdasarkan masa kerjanya, 68 orang
oleh
para
responden
adalah
bekerja selama 5 – 10 tahun, 33 orang
pekerjaannya kurang sesuai dengan
selama 10 – 15 tahun, dan 68 orang
keinginan;
bekerja lebih dari 15 tahun.
3. Secara keseluruhan responden menilai
Deskripsi Variabel Penelitian
bahwa rata-rata burnout cukup tinggi.
1. Responden penelitian merasa setuju
Indikator
yang
dinyatakan
lebih
bahwa stres kerja mereka rasakan
rendah dari median adalah kepuasan
berada pada kondisi yang tinggi.
responden terhadap pekerjaannya;
Indikator dengan rata-rata terendah
4. Secara
keseluruhan
dapat
dilihat
adalah hubungan antar rekan kerja
bahwa menurut para responden kinerja
yang kurang baik;
mereka sudah baik. Indikator dengan
2. Secara keseluruhan menurut responden
pemberdayaan
para
pegawai
mendapatkan penilaian yang baik.
penilaian
yang
rendah
adalah
kesediaan dari para responden untuk datang tepat waktu.
Indikator yang dinilai kurang baik ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Validitas Variabel dan KMO Stres Kerja KMO = 0,762 > 0,5 Pemberday aan KMO = 0,719 > 0,5 Burnout KMO = 0,809 > 0,5 Kinerja KMO = 0,818 > 0,5
loadin g factor
X1.2
0,509
Valid
X1.7
0,816
Valid
X2.4 X2.6
0,545
Valid
0,805
0,762;
variabel
0,4
Kete rang an
Valid
Y1.4 Y1.7
0,758
Valid
0,502
Valid
Y2.2 Y2.8
0,793
Valid
0,572
Valid
Variabel stres kerja memiliki besaran KMO
Syarat Loadin g Factor
Butir pertanyaa n
Setiap variabel telah memperoleh nilai
pemberdayaan
KMO yang memenuhi syarat. Seluruh
mendapat besaran KMO 0,719; variabel
butir data memiliki besaran loading factor
burnout mendapatkan nilai KMO sebesar
yang memenuhi syarat minimal 0,4,
0,809
kinerja
dimana seperti tampak pada tabel diatas,
mendapatkan nilai KMO sebesar 0,818.
setiap variabel memiliki butir data dengan
sedangkan
variabel
nilai terendah yang memenuhi syarat
0,7 0,85 6> 0,7
Kinerja
loading factor > 0,4. Hasil Uji Reliabilitas Hasil uji Variabe l Stres Kerja Pember dayaan Burnou t
Nila i CA 0,86 8> 0,7 0,78 7> 0,7 0,85 6>
Keteranga n
Reliabel / Andal
Hasil uji CA diatas menunjukkan bahwa
seluruh
variabel
sudah
andal
Reliabel / Andal
(reliabel)
Reliabel / Andal
tingkat keandalan yang memenuhi syarat
seluruh
sehingga variabel
dinyatakan penelitian
bahwa memiliki
sebagai input data analisis penelitian.
Reliabel / Andal
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Equation Model Stres Kerja burnout Pemberdayaa n burnout Stres Kerja kinerja Pemberdayaa n kinerja burnout kinerja
Adj. R Square 0,977
0,893
F Test Sig
t test β
sig
0,996
0,000
0,021
0,088
-0,390
0,021
0,121
0,000
-0,511
0,002
keteranga n Hipotesis 1 diterima Hipotesis 2 ditolak Hipotesis 3 diterima Hipotesis 4 diterima Hipotesis 5 diterima
0,000
0,000
Hasil seperti pada hasil penelitian dapat diinterpretasikan kedalam model persamaan berikut : 1. Model persamaan 1 : Burnout = 0,996 Stres kerja – 0,021 Pemberdayaan 2. Model persamaan 2 : Kinerja = -0,390 stres kerja + 0,121 pemberdayaan – 0,511burnout Persamaan struktural tersebut diatas dapat diartikan sebagai berikut : 1. Stres kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap burnout, dengan
besaran koefisien pengaruh sebesar 0,996. 2. Pemberdayaan namun
tidak
berpengaruh signifikan
positif terhadap
burnout pegawai. Besaran koefisien pengaruh
pemberdayaan
terhadap
burnout adalah sebesar 0,021 yang berarti
peningkatan
pemberdayaan
hanya akan meningkatkan tingkat burnout pegawai sebesar 0,021 dari kondisi
semula
dirasakan pegawai.
burnout
yang
3. Stres kerja berpengaruh negatif dan
b. Stres
Kerja,
pemberdayaan
dan
signifikan terhadap kinerja, dengan
burnout secara simultan berpengaruh
besaran koefisien pengaruh sebesar
signifikan terhadap kinerja. Hasil uji Koefisien Determinasi
-0,390. Peningkatan pada stres kerja pegawai akan menurunkan kinerja pegawai sebesar 0,390 dari kondisi sebelumnya. 4. Pemberdayaan dan
berpengaruh
signifikan
terhadap
positif
untuk
kinerja
sebagai berikut: a. Kontribusi dari seluruh variabel bebas
pengaruh sebesar 0,121. Peningkatan pada pemberdayaan pegawai akan meningkatkan kinerja pegawai sebesar 0,121 dari kondisi sebelumnya. 5. Burnout berpengaruh negatif
dan
signifikan terhadap kinerja, dengan besaran koefisien pengaruh sebesar -0,511. Peningkatan pada burnout pegawai akan menurunkan kinerja pegawai sebesar 0,511 dari kondisi sebelumnya.
Tabel hasil regresi memperlihatkan bahwa syarat terpenuhinya uji F telah dapat masing-masing
model,
dimana model 1 dan model 2 penelitian memiliki signifikansi F hitung lebih kecil dari 0,05. Disimpulkan : a. Stres Kerja dan pemberdayaan secara burnout.
terhadap
setiap
model
perubahan
adalah
yang
dialami oleh variabel burnoutadalah sebesar 97,7 % b. Kotribusi dari seluruh variabel bebas terhadap
setiap
perubahan
yang
dialami oleh variabel kinerja adalah sebesar 89,3 %; Uji Hipotesis Berdasarkan hasil perhitungan nilai t hitung untuk setiap model : a. Hipotesis 1 diterima, terbukti dengan memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga
Uji F Hasil uji F seperti terlihat pada
signifikan
masing-masing
nilai signifikansi 0,000 yang telah
Uji Kelayakan Model
oleh
tabel hasil regresi memperlihatkan bahwa besaran kontribusi seluruh variabel bebas
pegawai, dengan besaran koefisien
dipenuhi
berupa besaran Adjusted R Squareseperti
berpengaruh
terhadap
disimpulkan berpengaruh
bahwa secara
Stres
Kerja
signifikan
terhadap burnout; b. Hipotesis 2 ditolak, terbukti dengan nilai signifikansi 0,088 yang tidak memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga disimpulkan
bahwa
pemberdayaan
berpengaruh
positif
namun
tidak
signifikan terhadap burnout. c. Hipotesis 3 diterima, terbukti dengan nilai signifikansi 0,021 yang telah memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga disimpulkan
bahwa
Stres
Kerja
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap kinerja; d. Hipotesis 4 diterima, terbukti dengan
Mediasi
burnout
pada
pengaruh
pemberdayaan terhadap kinerja
besaran signifikansi 0,000 yang telah memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga disimpulkan
bahwa
berpengaruh
pemberdayaan
secara
signifikan
terhadap kinerja; e. Hipotesis 5 diterima, terbukti dengan
Berdasarkan diagram diatas kita ketahui
bahwa
memiliki
pemberdayaan
terhadap
tidak
burnout.
Tidak
yang
berpengaruhnya pemberdayaan terhadap
memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga
burnout membuat tidak ada mediasi yang
disimpulkan
dapat
nilaisignifikansi
berpengaruh
0,002 bahwa secara
burnout signifikan
terhadap kinerja;
dilakukan
burnout
pada
pengaruhpemberdayaan terhadap kinerja. Hal ini berarti burnout tidak dapat
Uji Mediasi
memediasi
Mediasi burnout pada pengaruh stres
terhadap kinerja.
kerja terhadap kinerja
oleh
pengaruh
pemberdayaan
PENUTUP Kesimpulan 1. Stres
Kerja
terbukti
berpengaruh
positif terhadap burnout yang berarti Berdasarkan diagram diatas kita ketahui bahwa Stres Kerja berpengaruh terhadap kinerja. Sementara Stres Kerja terbukti berpengaruh terhadap burnout, dan burnout sendiri terbukti berpengaruh terhadap kinerja. Berdasarkan pembuktian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa burnout dapat memediasi pengaruh dari Stres Kerja terhadap kinerja secara parsial. Mediasi parsial ini berarti Stres Kerja
semakin tinggi Stres Kerja yang dialami seorang pegawai, maka akan semakin
tinggi
tingkat
burnout
pegawai tersebut; 2. Pemberdayaan
terbukti
tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap burnout dimana hal ini berarti perubahan apapun yang terjadi pada tingkat pemberdayaan pegawai tidak akan merubah kondisi burnout
dapat mempengaruhi kinerja baik secara
yang dirasakan oleh para pegawai; 3. Stres Kerja terbukti berpengaruh
langsung maupun melalui mediasi dari
negatif dan signifikan terhadap kinerja
burnout.
yang
berarti
Stres
Kerja
yang
didapatkan oleh para pegawai pada
kenyataannya membuat kinerja dari
pegawai. Stres kerja dan burnout
para
terbukti
pegawai
tersebut
menjadi
semakin rendah; 4. Pemberdayaan terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja
dimana
semakin
baik
pemberdayaan yang diberikan kepada pegawai akan menyebabkan semakin baiknya kinerja dari para pegawai tersebut; 5. Burnout terbukti berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kinerja pegawai,
dimana
burnout yang
semakn
tinggi
dialami oleh
para
pegawai maka akan semakin rendah kinerja dari para pegawai tersebut; 6. Burnout terbukti dapat memediasi pengaruh dari Stres Kerja terhadap kinerja dengan jenis mediasi parsial, dimana pengaruh dari Stres Kerja dapat diberikan baik secara langsung terhadap
kinerja
maupun
mediasi burnout; 7. Burnout tidak dapat
melalui
memediasi
pengaruh dari pemberdayaan terhadap kinerja pegawai, hal ini disebabkan pemberdayaan
tidak
memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
negatif
dan
signifikan terhadap kinerja, sementara pemberdayaan dan
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja.
signifikan
Mengacu pada hasil ini, maka ketiga variabel layak untuk dijadikan sebagai referensi variabel bebas yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Sementara variabel burnout sendiri terbukti hanya dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh stres kerja, sedangkan
pemberdayaan
tidak
memiliki pengaruh terhadap burnout. Mengacu
pada
hasil
ini
maka
disarankan untuk menjadikan stres kerja sebagai variabel bebas yang mempengaruhi
burnout
sementara
pemberdayaan dapat dikesampingkan untuk
dijadikan
sebagai
referensi
variabel bebas dari burnout. Hasil uji mediasi memperlihatkan bahwa
burnouti
terbukti
dapat
memediasi pengaruh dari stres kerja terhadap kinerja, namun tidak dapat memediasi
pengaruh
dari
pemberdayaan terhadap kinerja. Hasil perbandingan koefisien pengaruh juga
burnout.
menyatakan bahwa pengaruh stres
Saran
kerja terhadap kinerja lebih baik
1. Implikasi Teoritis Hasil
berpengaruh
dari
memperlihatkan
penelitian bahwa
ini seluruh
variabel bebas terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja para
dilakukan
dengan
mediasi
dari
burnout. Untuk itu, terkait dengan konsep
mediasi
jalur
pengaruh
variabel
bebas
terhadap
variabel
terikat, maka disarankan agar mediasi
kondisi ini akan menurunkan burnout
melalui burnout dijadikan referensi
dari para pegawai karena akan merasa
dalam membahas pengaruh dari stres
bekerja dengan suasana dan kondisi
kerja terhadap kinerja.
yang mendukungnya dalam bekerja.
2. Implikasi Praktis dan Kebijakan Hasil
penelitian
memperlihatkan
3. Implikasi Manajerial a. Sebaiknya dilakukan berbagai hal
bahwa untuk meningkatkan kinerja,
yang
maka sebaiknya dilakukan penurunan
pegawai tidak merasa bahwa stres
terhadap stres kerja dan burnoutserta
dalam
peningkatan pemberdayaan pegawai.
sebaliknya
Penurunan tingkat stres kerja dan
menerapkan
burnout
akan
memperlihatkan
merasa
nyaman
sehingga
membuat
hasil
pegawai
dapat
membuat
bekerja
sangat
para tinggi,
ada
baiknya
kebijakan
dalam
bekerja
pegawai
kerjanya
menjadi
pemberdayaan
yang
bahwa
para
memperoleh yang
bagus.
semakin baik. Sementara peningkatan
Demikian juga perlu dilakukan
pemberdayaan akan membuat pegawai
upaya-upaya
memiliki kemampuan dan kapasitas
menjadikan
yang lebih baik dalam bekerja dan
pegawai
karenanya akan meningkatkan kinerja dari para pegawai. Mengacu pada kondisi disarankan
tersebut kepada
maka
sangat
instansi
untuk
dapat melakukan langkah yang dapat menurunkan stres kerja, menurunkan burnout pegawai dan meningkatkan pemberdayaan. Sementara itu, untuk menurunkan burnoutpegawai
dapat
dilakukan
dengan menurunkan Stres Kerja para
untuk
dapat
tingkat
kelelahan
(burnout)
menjadi
rendah; b. Untuk dapat menekan burnout, maka
ada
baiknya
dilakukan
strategi penurunan Stres Kerja. Ada baiknya diupayakan berbagai strategi
yang
membuat
para
pegawai dapat bekerja secara lebih
nyaman,
meningkatkan
relasi dengan rekan kerja dan atasan dari para pegawai tersebut.
pegawai. Apabila tingkat stres kerja
Keterbatasan Penelitian 1. Penelitian hanya ditujukan pada para
semakin rendah, maka para pegawai
perawat RSUD Ambarawa sehingga
akan bekerja secara lebih nyaman dan
pembahasan
lebih baik serta memiliki keyakinan
hanya dapat diaplikasikan pada para
atas kemampuannya dalam bekerja,
dalam
penelitian
ini
perawat
yang
bekerja
di
RSUD
Ambarawa; 2. Variabel bebas yang mempengaruhi kinerja hanya dibatasi pada stres kerja, pemberdayaan, Sementara
dan variabel
burnout. yang
mempengaruhi burnout hanya dibatasi pada stres kerja dan pemberdayaan DAFTAR PUSTAKA Abraham dan Shanley. (1997). Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta : EGC Asi, Sri.P., (2011). Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Jurnal Aplikasi Manajemen. 11 (3). 515523. Arifin, A. Hamid. D, Hakam. (2014). Pengaruh Pemberdayaan dan Burnout terhadap Kinerja Perawat (Studi pada Karyawan CV. Catur Perkasa Manunggal). Jurnal Administrasi Bisnis. 8 (2). 1-8. Batraman, T. dan G. Casimir. (2007). The Relationship between Leadership and Follower in-role Performance and Satisfaction with the Leader: The Mediating Effects of Empowerment and Trust in the Leader. Leadership and Organization Development Journal.28 (1).4-19. Duvall, C. K. (1999). Developing Individual Freedom to Act Empowerment in the Knowledge Organization.Participation and Empowerment (An International Journal).7 (8).204-212. Fadzillah, Ari. (2006). Analisis Pengaruh Pemberdayaan Karyawan dan Self of Efficacy terhadap Kinerja Perawat Bagian Penjualan (Studi Kasus pada PT. Sinar Sosro Wilayah Pemasaran
Semarang). Jurnal Studi Manajemen & Organisasi. 3 (1). 12-27. Febrina, S. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sres Kerja. Jurnal Ecopsy. 1 (1). 24-28. Goodhue, D.L, dan Thompson, R.L. (1995). Task Technology Fit and Individual Performance. MIS Quarterly. 1827-1844. Haryanti, Farida, A., Puji, P., (2013). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan. 1 (1). 4856. Hidayati, R. Yadi P, Susatyo, Y. (2008). Kecerdasan Emosi, Stres Kerja dan Kinerja Perawat. Jurnal Psikologi. 2 (1). 91-96. Isrorina dan Setyowati, W. (2009). Pengaruh Pemberdayaan Pegawai dan Karakteristik Pekerjaan terhadap Kinerja Pegawai dengan Mediasi Iklim Organisasi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Pekalongan. TEMA. 6 (1). 19-31. Kreitner, R dan Angelo Kinichi. (2004). Organization Behavior. Sixth Edition. The McGraw-Hill Companies Inc. New York. Kristanto, A.A., Kartika, S.D., Endah, K.D. (2009). Faktor-faktor penyebab stress kerja pada perawat ICU Rumah sakit tipe C di kota Semarang. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Retrieved from core.ac.uk/download/pdf/11711054.p df. Laloma, A. (2013). Analisis Faktor-Faktor Penunjang dan Penghambat Kinerja Birokrasi Sekretariat daerah Kabupaten Kepulauan Talaud. Diunduh dari http://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph p/jia/article/download/6244/5767 pada tanggal 18 Februari 2015. Maharani, P.A., dan Triyoga, A. (2012). Kejenuhan Kerja (Burnout) dengan
Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan. Jurnal STIKES. vol.5. 167–178. Mangkunegara, Anwar. (2006). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama. Maslach, C. (2003). Current Directions in Psychological Science.Sage Journals. 12 (5). 189-192. Moeheriono. (2010). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Cetakan kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia. Munandar, A. (2001). Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia. Pariaribo, N. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Burnout Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Supiori. Diunduh dari http://ejournal.uajy.ac.id/4769/1/Jurnal.pdf pada tanggal 12 Februari 2015. Prestiana dan Purbandini. (2012). Hubungan Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) dan Stres Kerja Dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada Perawat IGD dan ICU RSUD Kota Bekasi. Jurnal Soul. 5(2).1-14. Robbins, Stephen.P dan Judge, Timothy. A, 2008, Perilaku Organisasi. Jakarta:Salemba Empat Russeng, S., Usman. M., Saleh, L.M. (2007). Stres Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makasar. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 3 (1). 1-5.
Sutarto. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Kencana. Tawale, E., Widjayaning. B., Gartinia. (2011). Hubungan antara Burnout Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout pada Perawat di RSUD Serui–Papua. INSANI. 13 (02). 74-84. Tunjungsari, Peni. (2011). Pengaruh Stres Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Kantor Pusat PT. POS Indonesia (Persero) Bandung. Jurnal Universitas Komputer Indonesia. 1 (1). 1-14. Yuxiu, Pu.,WipadaKunaviktikuland., PetsuneeThungjaroenkul. (2011). Job Characteristics and Job Performance amongProfessional Nurses in the University Hospitals of People’sRepublic of China.Canadian Journal of Nursing Leadership (CJNL).12 (1).14–22.