Pantai Berlumpur Dan Berpasir [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANTAI BERLUMPUR Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran butiran sedimen sangat halus dan memiliki tingkat bahan organic yang tinggi, pantai ini pula banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang mengaduk sedimen secara periodik. Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh evaporasi perairan sangat tinggi di lingkungannya. Seperti yang terdapat di laut Kuning, Korea Selatan dan teluk Fundy di Amerika Utara adalah gambaran luasnya daerah kepesisiran dengan dominasi sebagai daerah pengendapan lumpur (mud deposition) yang mengurung daerah tersebut. Sehingga menjadikan pantai berlumpur sebagai mintakat yang memiliki pengaruh energi rendah seperti estuary dan lagoon juga sebagai daerah pemasukan air tawar (influx freshwaters) dalam jumlah yang besar sehingga kompleksitas sedimen dominan adalah berbutir halus (dominantly fine-grained sediments). Bagaimanapun, pelumpuran yang terjadi di wilayah pantai tidak hanya disebabkan oleh energi lingkungan rendah, akan tetapi bahwa kelimpahan sedimen seperti sedimen halus, pengendapan lumpur dapat tetap berlaku dan bahkan pada pantai yang memiliki pengaruh gelombang yang besar. Pantai berlumpur terjadi di daerah pantai di mana terdapat banyak muara sungai yang membawa sedimen suspense dalam jumlah besar ke laut. Selain itu kondisi gelombang di pantai tersebut relative tenang sehingga tidak mampu membawa (disperse) sedimen tersebut ke perairan dalam di laut lepas. Sedimen suspense tersebut dapat menyebar pada suatu daerah perairan yang luas sehingga membentuk pantai yang luas , datar, dan dangkal. Kemiringan dasar laut atau pantai sangat kecil. Biasanya pantai berlumpur sangat rendah dan merupakan daerah rawa yang terendam air pada saat muka air tinggi (pasang). Daerah ini sangat subur bagi tumbuhan pantai seperti pohon bakau (mangrove). Mangrove adalah tumbuhan berwujud semak dan pohon dengan akar tunjang, yaitu akar yang banyak tumbuh dari batang menjadi penopang tumbuhan tersebut. Selain itu juga ada juga mangrove yang mempunyai akar pernapasan yang menyembul dari tanah. Mangrove denganakar tunjang dan akar pernapasan yang begitu ruwet di pantai dapat menangkap lumpur sehingga terjadi sedimentasi. Guguran daun dan ranting menjadi serasa organic sehingga mempersubur perairan pantai, sehingga banyak mengundang hewan antara lain beberapa jenis



ikan dan udang. Hutan bakau ini dapat berfungsi sebagai peredam energy gelombang, sehingga pantai dapat terlindung dari erosi. Pada umumya sedimen yang berada di daerah pantai (perairan pantai, muara sungai atau estuary, teluk) adalah sedimen kohesif dengan diameter butiran sangat kecil, yaitu dengan beberapa micron. Sifat-sifat sedimen lebih tergantung pada gaya-gaya permukaan daripada gaya berat. Gaya-gaya permukaan tersebut adalah gaya tarik dan gaya tolak. Apabila resultannya merupakan gaya tarik, partikel akan berkumpul dan membentuk flokon dengan dimensi yang jauh lebih besar daripada dimensi partikel individu. Fenomena ini disebut dengan flokulasi. Sebagian besar sedimentasi yang terjadi di perairan pantai merupakan hasil flokulasi sedimen kohesif. Bentuk profil pantai sangat dipengaruhi oleh serangan gelombang. Sifat-sifat sedimen seperti rapat mass dan tahanan terhadap erosi, ukurn dan bentuk partikel, kondisi gelombang dan arus, serta bathimetrik pantai. Pantai bisa terbentuk dari material dasar yang berupa lumpur, pasir atau kerikil (gravel). Kemiringan dasar pantai bergantung pada bentuk dan ukuran material dasar. Pantai lumpur mempunyai kemiringan sangat kecil sampai mencapai 1:5000. Pantai berlumpur banyak dijumpai di daerah pantai di mana banyak sungai yang mengangkut sedimen suspense bermuara di daerah tersebut dan gelombang relatif kecil. Pantai utara Jawa dan timur Sumatera sebagia besar merupakan pantai berlumpur. Perbedaan utama denganw wilayah pesisir dengan substrat berpasir adalah pantai belumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang. Oleh karena itu, daerah pesisir dengan pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang benra-benar terlindung dari aktivitas gelmbang laut terbuka. Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang berbutiran halus. Ukuran partikel yang sangat halus disertai sudut dasar sedimen yang amat datar menyebabkan air di dalam sedimen tidak mengalir keluar dan tertahan di dalam substrat. Pantai berlumpur cenderung untuk mengakumulasi bahan organic, sehingga cukup banyak makanan yang potensial bagi organisme panta ini. Namun, berlimpahnya partikel organik yang halus yang mengendap di dataran lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat permukaan alat pernafasan.



Kebanyakan organisme yang menempati daerah berlumpur menunjukkan adaptasi dalam menggali dan melewati saluran yang permanen dalam substrat. Kehadiran organism ditunjukkan oleh adanya berbagai lubang di permukaan dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Ketika organism berada di dalam substrat, mereka harus beradaptasi untuk hidup dala keadaan anaerobic atau harus membuat beberapa jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung oksigen ke bawah. Makrobentos memiliki penyebaran yang lebih luas karena mampu beradaptasi dengan air tawar maupun air laut dengan tekstur sedimen lunak dan keras. Sejarah perkembangan pengkalsifikasian pantai diawali tahun 1930 oleh Francis Shepard kemudian mengalami beberapa kali perubahan pada tahun 1948, 1963 dan terkahir diperbaharui pada tahun 1973 di mana klasifikasi ini menjadi standard dan dipakai oleh U.S Army of Engineers (1998) sebagai dasar untuk membuat klasifikasi pantai. Pantai berlumpur sendiri secara genetik digolongkan sebagai marine deposistion coast. Secara harfiah diambil dari bahasa Inggris adalah mudflat atau salt marshes yang berbentuk delta (deltaic) atau pantai secara gradient datar dan memiliki pengaruh gelombang kecil (U.S Army Of Engineers, 1998; Delgado et al, 2002) Peran ekosistem pantai berlumpur di wilayah pesisir tergambar oleh kehadiran ekosistem lainnya seperti ekosistem htan mangrove dan ekosistem delta yang saling memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya. Adanya aktivitas fauna dan flora serta keadaan hidrodinamika air laut seperti kejadian pasang dan surut (tidal), arus pasang surut (tidal current), gelombang (waves), distribusi salinitas dan transport sedimen merupakan suatu keadaan in situ dari ekosistem ini. Proses-proses Fisik di Pantai Berlumpur Fenomena pergerakan air dan aliran sedimen di daerah pesisir lebih khusus untuk daratan delta dan hutan mangrove adalah fenomena khusus dan spesifik. Genesa pantai berlumpur oleh Sunarto (2002), tersusun oleh materi lebek/lumpur. Proses sedimentasi di pantai dapat dibedakan menjadi deposisi dan siltasi (Simeoni et al, 2002). Deposisi umumnya diartikan sebagai pengendapan sedimen lepas (klastik), sedangkan siltasi atau pelumpuran diartikan sebagai pengendapan material lumpur atau sedimen lembek (Nitrouer and Kravitz, 1996). Proses hydro-physical yang terjadi di pantai berlumpur adalah suatu rejim dari seluruh variable kejadian di mana angka rata-rata menjadi penting sebagai acuan melihat pergerakan air (current), dinamika pasang surut (tidal assymentri) dan energy gelombang ( wave energy) pada



suatu musim (Carter,2002). Pergerakan massa air ini banyak mempengaruhi keberadaan organisme pantai berlumpur (Elliot et al, 1998). Pergerakan uni-directional, multi-directional dan oscillatory adalah tiga tipe yang berbeda pergerakaan massa ar di pantai berlumpur di mana pergerakan air ini akan memberikan tekanan yang menguntungkan kadaan lingkungan itu sendiri (Carter, 2002). Selain itu, selama badai (storm event) daerah pantai berlumpur akan menimbulkan perubahan ektrem pembentukan energy dan arah gelombang (Pethick, 1984; Dyer,1998). Menurut Buller dan McMannus (1979) pantai berlumpur sangat sensitive terhadap pengaruh perubahan hydro-physical lingkungan perairan. Sebagai contoh, aksi gelombang yng muncul secara periodic dapat mengubah paras pantai berlumpur secara fisik akibat diterjang badai, sehingga lumpur atau pasir akan terangkat setinggi 20 cm. Seperti adanya kejadian badai, merupakan suatu mekanisme penting yang dapat mengurutkan kembali sedimen (lumpur), sisasisa partikel kasar dan pelepasan kembali ke alam sedimen-sedimen yang telah tercemar (Buller dan McManus, 1979). Proses-proses fisik di pantai berlumpur merupakan suatu system yang saling kaitmengkait antara system daratan dan lautan. Pada system di estuaria adalah merupakan contoh kasus yang menarik karena pada system inilah pada umumnya terdapat pantai berlumpur. Aliran energy pada wilayah estuary mencakup aliran keluar dan aliran ke dalam yang dapat mengubah bentuk bentang alam dari system estuary tersebut (Towned, 2004). Secara umum, estuaria merupakan bagian dari pantai di mana aliran sungai bermuara. Terdapat berbagai cara dalam mendefinisikan dan mengklasifikasikan estuaria. Di mana estuaria dipandang sebagai daerah yang terjangkau oleh aliran pasang surut dari laut terbuka, terdapat gradient salinitas dan densitas yang dihasilkan oleh proses pertemuan, antara aliran air laut salinitas tinggi dan air sungai bersalinitas rendah. Dinamika sifat fisik di wilayah pantai berlumpur merupakan suatu fenomena tersendiri. Walaupun telah mengalami banyak gangguan campur tangan manusia, wilayah ini sendiri belumlah mendapat perhatian khusus di dalam memanfaatkan sebagai lahan potensial. Pantai berlumpur merupakan salah satu wilayah yang berada di pesisir memiliki cadangan nutrient yang berlimpah. Walaupun pantai ini sendiri belum banyak dimanfaatkan secara berkelanjutan, di mana fungsi pantai ini sendiri hanya merupakan bagian kecil yang ada di sub-sub ekosistem wilayah pesisir.



Hutan Mangrove pada umumnya mendominasi zona-zona pantai berlumpur dan delta estuaria pasang surut. Pada zona pasang surut yang luas, mangrove membentuk hutan yang lebat, misalnya kawasan delta yang luas. Lokasi penggenangan pasang surut dan daerah yang merawa di muara sungai besar (Field, 1995). Pasang surut berpengaruh terhadap penyebaran jenis-jenis mangrove. Komposisi flora hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh periode pasang surut laut pemasukan air permukaan yang masuk melalui sungai, sehingga akan terjadi perbedaan salinitasi di kawasan Mangrove. http://tutut-hardiyanti.blogspot.com/2012/08/pantai-berlumpur.html Hewan Penghuni Pantai Berlumpur dan daerah Mangrove 1. Telecopium telescopium (Potamididae) Termasuk salah satu Gastropod yang paling umum ditemukan diatas substrat atau diantara serasah daun mangrove. Mudah dikenali karena bentuknya yang khas seperti kerucut. Termasuk jenis edible (dapat dimakan).



2. Cassidula aurisfelis (Ellobiidae) Jenis ini jarang ditemukan berada diatas lumpur atau pasir, biasanya menempel pada batang dan akar mangrove. Relatif mudah ditemukan terutama pada area mangrove bersubstrat lumpur-pasir.



3. Cerithidea cingulata (Potamididae) Tinggi cangkang maksimum 4.5 cm, biasanya hanya sekitar 3.5 cm. Seringkali ditemukan melimpah pada substrat lumpur di area dekat mangrove, dalam 1 meter persegi kelimpahannya bahkan bisa mencapai 500 individu. Jenis ini edible.



4. Cerithidea quadrata (Potamididae) Cangkang berukuran antara 4.5 - 5.5 cm. Sering ditemukan menempel pada batang atau akar mangrove dan kadang ditemukan bersama dengan jenis Cerithidea obtusa. Seperti halnya anggota Potamididae lain, jenis ini termasuk edible dan sering dikenal sebagai "siput nenek".



5. Ellobium aurisjudae (Ellobiidae)



Permukaan luar cangkang berwarna putih dengan periostrakum berwarna coklat, aperture putih mengkilap. Ukuran maksimum 6 cm namun umumnya hanya sekitar 5 cm. 6. Chicoreus capucinus (Muricidae) Jenis ini lebih jarang dijumpai, biasanya menempel pada substrat keras seperti bebatuan. Termasuk jenis edible. 7. Terebralia sulcata (Potamididae) Termasuk jenis edible, dikenal juga dengan nama kerang nenek. Ukuran maksimum cangkang 6.5 cm, biasanya hanya sekitar 5 cm.



8. Dostia violacea (Neritidae) Termasuk jenis Gastropod berukuran kecil. Periostrakum kecoklatan, aperture orange keunguan.



9. Nerita lineata (Neritidae)



Agak jarang dijumpai, biasanya menempel pada akar atau batang mangrove.



10. Nerita undata (Neritidae) Relatif lebih mudah ditemukan daripada jenis sebelumnya, biasanya menempel pada akar atau batang mangrove.



11. Littoraria scabra (Littorinidae)



12. Littoraria melanostoma (Littorinidae)



13. Natica tigrina (Naticidae) Biasanya ditemukan di pesisir depan mangrove, termasuk jenis edible.



14. Sphaerassiminea miniata (Assimineidae) Gastropod kecil berukuran antara 2 - 5 mm dengan bagian luar cangkang berwarna merah cerah atau merah kecoklatan. Cukup sering ditemukan pada area mangrove dengan substrat lumpur atau lumpur-pasir.



15. Pythia imperforata (Ellobiidae) Seperti halnya anggota famili Ellobiidae lainnya, jenis ini lebih sering dijumpai menempel pada batang atau akar mangrove. Terdapat jenis lain yang mirip, dengan perilaku yang hampir sama yaitu Pythia scabareus dan Pythia plicata.



16. Onchidium griseum (Onchididae) Gastropod tanpa cangkang yang sangat mudah dijumpai di area hutan mangrove maupun kawasan pertambakan, biasanya menempel pada batang



atau akar mangrove atau substrat keras lainnya, termasuk batang bambu dan kayu.



17. Nassarius pullus (Nassariidae) Gastropod kecil yang biasanya ditemukan di pantai depan mangrove.



18. Planaxis sulcatus (Planaxidae) Sebaran Gastropod jenis ini tidak terbatas di daerah mangrove saja namun sering ditemukan juga di area pantai berbatu.



19. Polymesoda expansa (Corbiculidae) Termasuk jenis kerang (Bivalvia) berukuran cukup besar (hingga 7 - 8 cm). Cukup sering ditemukan di area belakang mangrove yang masih terkena pengaruh pasang surut. Jenis ini edible.



20. Isognomon ephippium (Isognomonidae) Cangkang sangat memipih, menempel pada celah-celah batang atau akar mangrove dengan menggunakan suatu struktur mirip benang yang disebut byssus.



21. Saccostrea cucculata (Ostridae) Termasuk jenis kerang edible dan kosmopolit. Dijumpai hampir di semua habitat pantai. Salah satu keping cangkangnya menempel pada substrat dengan bantuan zat semacam semen.



22. Volema myristica (Melongenidae) Umum dijumpai di area mangrove dengan substrat berlumpur. Termasuk jenis edible.



23. Tapes literatus (Veneridae) Bivalvia edible yang umum ditemukan pada pantai bersubstrat lumpur-pasir.



24. Paphia textile (Veneridae) Jenis kerang edible yang biasanya terdapat di pantai berlumpur atau area depan mangrove. Sering disebut sebagai "kerang batik". Jenis yang mirip adalah Paphia undulata.



25. Anomalocardia squamosa (Veneridae) Termasuk jenis kerang kecil yang lebih umum ditemukan pada perairan depan mangrove yang bersubstrat pasir atau lumpur-pasir.



Selain jenis-jenis yang umum ditemukan seperti diatas, pada area mangrove atau perairan depan mangrove seringkali ditemukan jenis-jenis Mollusca lain seperti Turricula javana, Anadara granosa, Schaparca inaequivalvis, Gafrarium spp, Mactra spp, Tellina spp, Placamen tiara, Musculista senhousia (kupang), Tellina versicolor (kupang beras), Corbula faba (kupang beras), Perna viridis (kerang hijau) dan sebagainya. Sebagian besar jenisjenis tersebut juga bersifat edible, misalnya Musculista, Tellina dan Corbula yang merupakan bahan utama menu "lontong kupang", makanan khas Surabaya dan Sidoarjo. Diposkan oleh Ebenhaezer di 06.19 http://ebenhaezer007.blogspot.com/2012/05/hewan-penghuni-pantaiberlumpur-dan.html a. Ekosistem pantai pasir



Ekositem pantai pasir merupakan zona litoral yang terkena ombak terus menerus dan terpaan cahaya matahari selama 12 jam.Pantai berpasir hampir tidak ada kehidupan. Pantai berpasir merupakan komponen penting lingkungan pesisir sebagai :



1.



Penghalang terdapat erosi pantai



2.



Tempat rekreasi



3.



Habitat berbagai invertebrata.



jenis



burung,



penyu,



ikan



dan



berbagai



Vegetasinya membentuk formasi : 1)



Formasi Prescaprae



Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuhan yang tumbuh digundukan pasir adalah Ipomoea Pes Caprae yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin,tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex Littorium (rumput angin), Vigna. 2)



Formasi Baringtonia



Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus. Sebagian besar pantai di wilayah tropis adalah pantai berpasir.Pantai pasir secara ekologis sangat penting sebagai habitat beberapa organisme,termasuk kepiting dan burung,dan beberapa lokasi sebagai tempat lahirnya penyu.Pantai berpasir ini dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena beberapa tempat di pantai ini dijadikan tempat rekreasi yang penting.Pantai berpasir ini juga banyak digunakan oleh perahu-perahu ikan dan beberapa aktivitas perikanan sebagai landasan (base) atau lokasi kegiatan.Minyak umumnya akan terakumulasi pada permukaan sendimen antar-pasang-surut dan dapat menimbulkan dampak pada organisme termasuk burung-burung dan penyu-penyu yang mendarat di daerah pantai ini. Minyak juga dapat masuk ke dalam lapisan bawah permukaan, tingkat penetrasi ini dipengaruhi oleh ukuran butir sedimen, tingkat penterasi air, kekentalan minyak, dan keberadaan lubang jejak-jejak jalan kepiting atau cacing.



Penetrasi minyak ke dalam pasir kuarsa lebih besar dibanding pasir halus, sementara kemungkinan penetrasi minyak ke dalam sedimen yang memiliki lubang jalan air lebih kecil dibanding sedimen yang kering. Minyak ringan dapat melakukan penetrasi dengan mudah, sedang minyak yang kental cenderung tetap berada pada permukaan. Minyak yang masuk ke dalam lubang jejak-jejak jalan kepiting atau cacing dapat mengakibatkan dampak kematian pada kepiting atau cacing yang hidup dalam lubang-lubang tersebut. Minyak yang tetap berada pada atau sekitar permukaan pasir dan minyak yang terkena aksi gelombang yang besar tidak akan tinggal pada pantai berpasir dalam jangka waktu lama, namun minyak yang berada di lapisan bawah pemrukaan dapat tetap tinggal hingga beberapa tahun, kecuali dibersihkan secara mekanis. Sedimen minyak yang terangkat dari permukaan pantai berpasir oleh aksi gelombang dapat terbawa dan terendapkan pada kawasan yang lebih kearah lepas pantai, dimana minyak dapat memberi dampak pada organisme di dasar perairan. Kandungan minyak hidrokarbon pada daging kerang telah terdeteksi dari beberapa kasus tumpahan minyak, khususnya pada kawasan teluk yang landai. Dampak ini cenderung tidak terjadi pada pantai yang terbuka, dimana sedimen terkontaminasi minyak dapat tersebar dan terendapkan dalam lingkungan kawasan yang lebih luas. Karakteristik Pantai Pasir



 Kebanyakan terdiri dari kwarsa dan feldspar,bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan batu di gunung.



 Dibatasi didaerah diamana gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus dan ringan.



Total bahan organik dan organisme yang hidup di pantai berpasir jauh lebih sedikit dibanding dengan jenis pantai lainnya. Pantai berpasir dinominasikan oleh 3 invertebrate :



1. Cacing Polikaeta 2. Mollusca Bivalvia 3. Rustacea Fungsinya:



1. Tempat beberapa biota meletakan telurnya



2. Tidak dapat menahan air dengan baik karena sendimennya yang kasar akibatnya lapisan permukaannya menjadi kering sampai sedalam beberapa cm diatas pantai yang terbuka terhadap matahari pada saat pasang surut. Parameter lingkungannya:



1. Pola arus yang akan mengangkut pasir yang halus 2. Gelombang yang akan melepaskan energinya dipantai 3. Angin yang juga merupakan pengangkut pasir Asosiasi Fauna Dua kelompok ukuran organism yang bias beradaptasi di daerah pantai pasir :



1. Organisme



Infauna makro menggali liang didalam pasir.



(berukuran



1-10



cm),yang



mampu



2. Organisme Meiofauna mikro (berukuran 0,1-1 mm),yang hidup diantara butiran pasir di ruang teristitial



b. Ekositem Pantai Berlumpur



Pantai berlumpur merupakan tempat dimana beberapa organisme berlindung,bertelur dan membesarkan anak.Merupakan juga area yang kaya nutrisi banyak jenis tumbuhan marin dan pantai. Pantai berlumpur banyak terdapat di kawasan yang landai dan sering berasosiasi pada hutan manggrove dan lamun. Ekosistem Pantai Lumpur terbentuk dari pertemuan antara endapan lumpur sungai dan laut yang berada di muara sungai dan sekitarnya.Apabila sungainya besar,lumpur tersebut membentang luas hingga menjorok ke laut.Ekosistem pantai lumpur yang terdapat di muara disebut Monsun Estuaria.Habitatnya berbagai jenis ikan gelodok.Komunitas tumbuhannya adalah Tricemia,Skeratia dan Enhalus Acoroides (rumput laut).Hewan-hewan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi.Biasanya ekosistem ini kita temui pada sungai-sungai lebar seperti di Pulau Kalimantan,Irian Jaya,Sumatra dan Jawa. Salah satu contoh ekosistem pasir berlumpur adalah hutan mangrove Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kaya dan menjadi salah satu sumberdaya yang produktif. Hutan mangrove sebagai salah satu sumberdaya kelautan mempunyai peranan yang cukup panting. Secara ekologis berbagai jenis hewan laut hidup di daerah mangrove. Vegetasi Hutan Mangrove memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis yang tercatat sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Namun tidak semua jenis mangrove dapat ditemukan pada ekosistem mangrove, paling tidak didalam hutan mangrove terdapat salah satu jenis tumbuhan sejati yang dominan pada hutan mangrove, sepeti famili Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Avicenniaceae, Meliaceae. Karakteristik Pantai Lumpur



 Terdapat didaerah intredital (Wilayah yang diperngaruhi oleh pasang surut sepanjang garis pantai)



 Daerah pantai ini dipenuhi oleh tumbuhan yang terdiri dari terhadap kondisi lingkungan peralihan antara daratan dan lautan.



 Umumnya hanya ditemui di pantai yang berombak relative kecil dan bahkan terlindung dari ombak



 Disepanjang delta dan estuaria yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur dari daratan.



Fungsi (manfaat) :



 Sebagai perendam gelombang dan angin badai. Posted by [email protected] at 10:19 PM http://seainazka.blogspot.com/2013/04/macam-macam-ekologi-pantai.html Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kondisi Lingkungan Zona Intertidal Menurut Prajitno (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan zona intertidal antara lain : a. Pasang surut Pasang surut yaitu naik turunnya permukaan air laut secara periodik selama interval waktu tertentu. Pasang surut merupakan faktor lingkungan paling penting yang mempengaruhi kehidupan di zona intertidal. Tanpa adanya pasang surut secara periodik zona ini tidak berarti dan faktor lain akan kehilangan pengaruhnya. Penyebab terjadinya pasang surut dan kisaran berbeda sangat kompleks dan berhubungan dengan interaksi tenaga penggerak pasang surut, matahari, bulan, rotasi bumi, dan geomorfologi samudra. b. Suhu Suhu mempengaruhi zona intertidal selama harian/musiman. Kisaran ini dapat melebihi batas toleransi. c. Perubahan salinitas Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisme terjadi di zona intertidal melalui dua cara. Pertama, karena zona intertidal terbuka pada saat pasang turun kemudian digenangi air atau aliran air akibat hujan lebat, salinitas yang turun. Kedua, ada hubungannya dengan genangan pasang surut, yaitu daerah yang menamoung air laut ketika pasang turun. d. Gelombang Gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau sedimentsi. Besarnya erosi tergantung pada besarnya energi dihempaskan oleh gelombang. Gelombang/ombak dibagi menjadi 2 macam yaitu ombak terjun dan ombak landai. Ombak terjun biasanya terlihat di pantai yang lautnya terjal, ombak ini menggulung tinggi kemudian jatuh dengan bunyi yang keras dan bergemuruh. Sedangkan ombak landai terbentuk di pantai yang dasar lautnya di landai, sehingga bergulung ke pantai agak jauh sebelum pecah. e. Faktor-faktor lain Adanya substrat yang berbeda-beda yaitu pasir, batu dan lumpur menyebabkan perbedaan fauna dan struktur komunitas dari daerah intertidal.



Mungkin faktor tunggal yang paling penting yang memodifikasi ketinggian di zona tertentu dipantau dari sifat organisme hidup terhadap tingkat penjagaan terhadap aksi gelombang. Sebagaimana telah disebutkan di atas ada berbagai faktor pasang surut seperti waktu makan terbatas untuk organisme pemakan suspensi, pengeringan dan suhu ekstrim yang cenderung untuk membatasi distribusi ke atas yaitu ke litoral. Selain itu gelombang beroperasi di arah sebaliknya dan cenderung untuk melembabkan tingkat atas baik oleh gelombang splash atau semprot dengan demikian akan bertambah periode perandaman yang efektif memungkinkan suatu distribusi perluasan organisme intertidal ke atas (Nyabakken, 1992). DAFTAR PUSTAKA Nybakken, J.W.1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT.Gramedia. Jakarta Prajitno.A.2009.Biologi Laut.Universitas Brawijaya.Malang. Pantai Berpasir Selama kondisi gelombang biasa, pantai dalam keadaan keseimbangan dinamis. Berikut faktor-faktor yang menentukan kondisi lingkungan pantai berpasir : 1.) Gerakan ombak dan pengaruh yang meyertainya pada ukuran partikel.Ukuran partikel pasir di pantai merupakan fungsi dari gerakan ombak di pantai itu. Jika gerakan kecil, ukuran partikel kecil pula, tetapi jika gerakan ombak besar dan kuat, partikel-partikel akan menjadi kasar dan membentuk deposit kerikil. Kepentingan ukuran partikel bagi penyebaran organisme dan kelimpahannya terletak pada pengaruhnya terhadap retensi air dan kesesuaiannya untuk digali. Butiran pasir yang halus, melalui gaya kapilernya, cenderung untuk menam-pung lebih banyak air di atas tingkat pasang-surut. Pasir yang kasar dan keri-kil, berlaku sebaliknya, cepat mengalirkan air ketika surut. Gerakan ombak merupakan faktor lingkungan yang dominan beraksi di pantai pasir, memben-tuk kondisi khusus sehingga banyak organisme sukar atau tidak dapat tinggal di daerah itu 2.) Pergerakan substrat. Partikel-partikel pasir atau kerikil tidak cukup besar untuk tetap stabil jika ada ombak. Akibatnya, setiap ombak memukul, pertikel-par-tikel substrat akan terangkut, teraduk dan terdeposisit kembali. Oleh karena itu, partikel-partikel bergerak dan dipisah-pisahkan secara teratur. Alasan mengapa pantai berpasir halus hanya terjadi jika gerakan



ombak kecil, dan berkerikil jika ombak besar adalah karena pada waktu ombak besar, partikel-partikel yang lebih kecil melayang cukup lama hingga mereka terbawa jauh keluar dari pantai. Kebanyakan pantai-pantai menunjukkan suatu gradasi uku-ran partikrl dari yang berukuran halus di dekat titik pasang-turun ke yang ber-ukuran besar pada titik pasang-naik. Perubahan profil ini umumnya musiman dan terjadi di banyak pantai zona beriklim sedang, di mana kemiringan pasir halus yang landai muncul selama musim panas dan digantikan oleh pasir kasar yang kemiringannya curam selama badai musim dingin (Nybakken, 1988). Pantai pasir biasanya mempunyai profil lebih seragam dan rata sehingga keragaman topografiknya lebih kurang dibandingkan denagn pantai berbatu. Akibatnya, faktor lingkungan seperti suhu, kekeringan, gerakan ombak dan isolasi beraksi secara seragam pada tiap tingkat (ketinggian) pasang-surut pantai (Nybakken, 1988). 3). Kandungan oksigen. Oksigen tidak pernah menjadi faktor pembatas dalam air yang membasahi pantai, karena turbulensi ombak menjamin kejenuhan yang konstan. Kandungan oksigen dapat menjadi pembatas didalam substrat itu sendiri (Nybakken, 1988). http://agridtooceanographers.blogspot.com/2011/12/coastal-morphologybeach-delta-dan.html · PANTAI BERLUMPURPantai berlumpur merupakan rangkaian kesatuan dengan pantai berpasir, lebih terlindung dari gerakan ombak, berbutiran sedimen lebih halus dan mengakumulasi lebih banyak bahan organik.Dijumpai di teluk tertutup, gobah, estuaria, dengan ciri-ciri : pergerakan air lambat, kemiringan sangat landai (datar), kandungan oksigen rendah. · 6. FAUNA PANTAI BERLUMPUR(A) Macoma; (B) Tiram Clinocardium; (C) Cacing Polikaeta; (D) Kerang Mya; (E) Cacing Polikaeta; (F) Siput Gastropoda Hydrobia. Infauna (A-E) tergantung pada permukaan untuk makanan; Beberapa spesies (G) sebagai predator. Sedikit spesies (F) hidup di permukaan. Polikaeta Arenicola