Paparan Geocell [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMAPARAN INFOGRAFIS MAKASSAR, 03 OKTOBER 2019 PENERAPAN GEOCELL PADA LERENG DALAM RANGKA KONSERVASI DI WADUK JATILUHUR Sub tema : 7. Inovasi Perencanaan Pelaksanaan dan Pengelolaan Untuk Menjaga Tampungan Kapasitas Waduk



Oleh: Udien Yulianto Dadang Kusmana Fenny Septiani



PENERAPAN GEOCELL PADA LERENG DALAM RANGKA KONSERVASI DI WADUK JATILUHUR Sub tema : 7. Inovasi Perencanaan Pelaksanaan dan Pengelolaan Untuk Menjaga Tampungan Kapasitas Waduk Oleh: Udien Yulianto, Dadang Kusmana, Fenny Septiani Perum Jasa Tirta II Abstrak Bendungan Ir. H. Djuanda merupakan bendungan multiguna (multipurpose dam), berfungsi sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas terpasang 187,5 MW, pengendalian banjir di Kabupaten Karawang dan Bekasi, irigasi untuk 242.000 hektar sawah di kawasan pantai utara Jawa Barat, pasok air untuk rumah tangga, industri dan penggelontoran kota, pasok air untuk budidaya perikanan air payau sepanjang pantai utara Jawa Barat seluas 20.000 hektar, dan pariwisata. Waduk Jatiluhur mengalami kerusakan tebing yang cukup kritis di beberapa ruas. Beberapa faktor penyebabnya adalah erosi pada lereng tebing dan penggerusan yang disebabkan oleh serangan arus utama dan arus sekunder/ arus memutar serta disebabkan oleh ketidakstabilan tanahnya. Longsoran yang terjadi pada suatu lokasi bergantung pada kondisi topografi dan geoteknik lapisan tanah dan batuan. Perubahan topografi akibat erosi air sungai, kegempaan dan faktor lain yang memicu terjadinya longsoran. Akibat longsoran tersebut berdampak pada lingkungan perairan waduk, terutama kapasitas tampungan waduk. Oleh karena itu kerusakan pada tebing waduk tersebut perlu diatasi. Geocell merupakan solusi yang diangkat untuk meningkatkan kestabilan lereng waduk, dengan adanya geocell diharapkan erosi pada lereng tebing dan penggerusan yang mengakibatkan rembesan pada tubuh bendung tidak terjadi kembali. Geocell adalah perpaduan antara wiremesh yang diisi dengan rumput yang dapat membantu oksidasi oleh udara. Kata Kunci : Geocell, Longsor, Kestabilan Lereng, Waduk



i



DAFTAR ISI DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3 1.1.



Latar Belakang................................................................................................................3



1.2.



Rumusan Masalah...........................................................................................................3



1.3.



Batasan Masalah.............................................................................................................3



1.4.



Tujuan..............................................................................................................................3



1.5.



Lokasi Proyek..................................................................................................................4



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................5 2.1.



Definisi Teknis Pekerjaan...............................................................................................5



2.2.



Data Teknis Spillway Waduk Bendo Pelimpah...............................................................5



BAB 3 METODOLOGI................................................................................................................6 3.1.



Pengumpulan Data..........................................................................................................6



3.2.



Data Gambar Rancangan...............................................................................................6



3.3.



Data Spesifikasi Teknis...................................................................................................6



3.4.



Analisis Pekerjaan...........................................................................................................6



3.5.



Hasil................................................................................................................................6



3.6.



Kesimpulan......................................................................................................................6



3.7.



Bagan Alur......................................................................................................................6



DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................8 LAMPIRAN...................................................................................................................................9



4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lokasi Waduk Ir. H. Djuanda atau dikenal Waduk Jatiluhur, terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Waduk Ir. H. Djuanda ini merupakan waduk terbesar di Indonesia. Pembangunan selama 10 tahun yaitu mulai dari 1957-1967 oleh kontraktor asal Prancis. Waduk adalah tampungan air pada saat musim hujan dan digunakan pada musim kemarau yang merubah pola aliran alam supaya dapat digunakan untuk kesejahteraan manusia. Waduk merupakan penyangga antara kebutuhan dan pasok air untuk berbagai kepentingan. Kapasitas tampungan Waduk Ir. H. Djuanda sangat tergantung pada tingkat laju sedimentasi yang terjadi di dasar waduk terutama yang berasal dari aliran lokal Sungai Cilalawi dan Sungai Cisomang maupun dari aliran permukaan (runoff) yang terjadi di sepanjang tepi waduk. Endapan sedimen ini lambat laun mengurangi kapasitas tampungan waduk secara keseluruhan dan akhirnya mempengaruhi besarnya volume efektif. Lereng dapat dijumpai dalam bentuk lereng alam, lereng pada galian, dan lereng pada tanah timbunan. Lereng alam adalah lereng yang ditemukan akibat proses alamiah (seperti lereng pada bukit, lembah, dan lain-lain). Setiap lereng tersebut di atas ada yang berpotensi untuk longsor, ada pula yang tidak berpotensi untuk longsor. Kemungkinan terjadinya longsoran tanah tersebut, adalah bilamana terdapat massa tanah yang bergerak ke bawah, atau menggelincir pada suatu bidang gelincir tertentu. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana pemanfaatan dan penerapan Geocell pada lereng Waduk Ir. H. Djuanda sebagai alternatif pengendalian tergelincirnya lapisan tanah yang menyebabkan tanah longsor? 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah dari penulisan Penerapan Geocell Pada Lereng Dalam Rangka Konservasi di Waduk Jatiluhur ini adalah: 1. Pekerjaan Pemetaan 2. Pekerjaan Pembersihan dan Pengupasan 3. Pekerjaan Galian Tanah 4. Pekerjaan Pemasangan Geocell



i



5. Pekerjaan Urugan Kembali Batasan masalah untuk metode pelaksanaan menurut “Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Konstruksi berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 06/PRT/M/2008 tanggal 27 Juni 2008” sebagai berikut: 1. Technical Analysis (Analisis pendekatan teknis) 2. Time Schedule (Jadwal waktu pelaksanaan) 1.4.



Tujuan Mengetahui bagaimana penerapan Geocell pada lereng Waduk Ir. H. Djuanda



sebagai alternatif pengendalian tergelincirnya lapiasan tanah yang menyebabkan tanah longsor. 1.5. Lokasi Pekerjaan Lokasi Waduk Ir. H. Djuanda atau dikenal Waduk Jatiluhur, terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. (±9 km dari pusat Kota Purwakarta).



Gambar 1.1 Peta Lokasi Waduk (sumber : google map)



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Latar Belakang Permasalahan Bencana tanah longsor merupakan bencana hidrometeorologi yang sering terjadi di Indonesia. Selain itu, Paimin et al., (2009) juga menambahkan terdapat 2 variabel/ faktor penentu kerentanan longsor, yaitu: faktor alami dan faktor manajemen. Faktor alami diantaranya: 1) curah hujan harian kumulatif 3 hari berturutan, 2) kemiringan lahan, 3) geologi/ batuan, 4) keberadaan sesar/ patahan/ gawir, 5) kedalaman tanah sampai lapisan kedap; sedangkan dari faktor manajemen diantaranya: 1) penggunaan lahan, 2) infrastruktur, 3) kepadatan permukiman. Rahman, Purwanto, & Suprihatin (2014) menyampaikan bahwa selain iklim dan geotektonik, faktor manusia yaitu aktivitas manusia di atas lahan yang membebani lereng juga berkontribusi dalam terjadinya tanah longsor. Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adlah hasil letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikir pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada perbukitan / punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkualitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Sam Boggs Jr. dalam bukunya Principles of Sedimentology and Stratigraphy (2006) juga menjelaskan mengenai model sedimentologi pada lingkungan danau. Sebagian besar sedimen yang di endapkan pada danau umumnya terakumulasi pada bagian pantai danau dan didekat muara sungai yang masuk ke danau. Sebagian sedimen berukuran pasir juga mungkin terendapkan pada bagian danau yang lebih dalam oleh arus turbidit dari longsoran yang terjadi pada dasar danau. Pada bagian yang lebih dalam, umumnya hanya akan di endapkan sedimen berukuran halus seperti lanau dan lempung yang berasal dari suplai sedimen pada bagian danau yang lebih dangkal maupun dari sungai-sungai yang masuk dimana pada kedalaman tertentu akan kehilangan kekuatan arus yang menggerakkannya dan hanya akan terendapkan oleh gaya gravitasi sebagai suspensi. Organisme seperti plankton dan alga yang hidup di kedalaman danau akan membentuk endapan sedimen lumpur yang kaya dengan material organik (organic rich mud).



7



8 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Tanah Longsor Longsoran atau tanah longsor adalah suatu peristiwa geologi yang merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan penyusun lereng. yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Berdasarkan tipenya, longsoran tanah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: a. Longsoran tanah tipe aliran lambat (slow flowage ) terdiri dari: 1. Rayapan (Creep): perpindahan material batuan dan tanah ke arah kaki lereng dengan pergerakan yang sangat lambat. 2. Rayapan tanah (Soil creep): perpindahan material tanah ke arah kaki lereng 3. Rayapan talus (Talus creep): perpindahan ke arah kaki lereng dari material talus/scree. 4. Rayapan batuan (Rock creep): perpindahan ke arah kaki lereng dari blok-blok batuan. 5. Rayapan batuan glacier (Rock-glacier creep): perpindahan ke arah kaki lereng dari limbah batuan. 6. Solifluction/Liquefaction: aliran yang sangat berlahan ke arah kaki lereng dari material debris batuan yang jenuh air. b. Longsoran tanah tipe aliran cepat (rapid flowage) terdiri dari : 1. Aliran lumpur (Mudflow) : perpindahan dari material lempung dan lanau yang jenuh air pada teras yang berlereng landai. 2. Aliran masa tanah dan batuan (Earthflow): perpindahan secara cepat dari material debris batuan yang jenuh air. 3. Aliran campuran masa tanah dan batuan (Debris avalanche): suatu aliran yang meluncur dari debris batuan pada celah yang sempit dan berlereng terjal. c.  Longsoran tanah tipe luncuran (landslides) terdiridari : 1. Nendatan (Slump): luncuran kebawah dari satu atau beberapa bagian debris batuan, umumnya membentuk gerakan rotasional. 2. Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide): luncuran yang sangat cepat ke arah kaki lereng dari material tanah yang tidak terkonsolidasi i



(debris) dan hasil luncuran ini ditandai oleh suatu bidang rotasi pada bagian belakang bidang luncurnya. 3. Gerakan jatuh bebas dari campuran masa tanah dan batuan (Debris fall): adalah luncuran material debris tanah secara vertikal akibat gravitasi. 4. Luncuran masa batuan (Rock slide): luncuran dari masa batuan melalui bidang perlapisan, joint (kekar), atau permukaan patahan/sesar. 5. Gerakan jatuh bebas masa batuan (Rock fall): adalah luncuran jatuh bebas dari blok batuan pada lereng-lereng yang sangat terjal. 6. Amblesan (Subsidence): penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh pemadatan dan isostasi/gravitasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi longsoran tanah dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu faktor yang bersifat pasif dan faktor yang bersifat aktif. a.  Faktor yang bersifat pasif pada longsoran tanah adalah: 1. Litologi: material yang tidak terkonsolidasi atau rentan dan mudah meluncur karena basah akibat masuknya air ke dalam tanah. 2. Susunan Batuan (stratigrafi): perlapisan batuan dan perselingan batuan antara batuan lunak dan batuan keras atau perselingan antara batuan yang permeable dan batuan impermeabel. 3. Struktur geologi: jarak antara rekahan/joint pada batuan, patahan, zona hancuran, bidang foliasi, dan kemiringan lapisan batuan yang besar. 4. Topografi: lereng yang terjal atau vertikal. 5. Iklim: perubahan temperatur tahunan yang ekstrim dengan frekuensi hujan yang intensif. 6. Material organik: lebat atau jarangnya vegetasi. b.  Faktor yang bersifat aktif pada longsoran tanah adalah: 1. Gangguan yang terjadi secara alamiah ataupun buatan. 2. Kemiringan lereng yang menjadi terjal karena aliran air. 3. Pengisian air ke dalam tanah yang melebihi kapasitasnya, sehingga tanah menjadi jenuh air. 4. Getaran-getaran tanah yang diakibatkan oleh seismisitas atau kendaran berat.



1.2. Data Gambar Rancangan Data gambar rancangan berisi tentang detail desain Spillway Waduk Bendo yang bertujuan untuk menjabarkan jenis-jenis pekerjaan pada metode pelaksanaan. 1.3. Data Spesifikasi Teknis Data spesifikasi teknis merupakan pedoman proses pelaksanaan kegiatan di lokasi pekerjaan yang didasarkan pada gambar-gambar rencana dan spesifikasi teknis. Gambar



9



10 rencana berfungsi sebagai pedoman untuk mewujudkan aspek bentuk dan dimensi bangunan, sedangkan spesifikasi teknis sebagai pedoman untuk mewujudkan aspek kualitas bangunan tersebut. 1.4. Analisis Pekerjaan Dari data-data tersebut maka semua jenis pekerjaan dikelompokkan sedemikian rupa untuk mempermudah penyusunannya. Adapun tahapan pekerjaan pada proyek ini adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Pemetaan 2. Pekerjaan Pembersihan dan Pengupasan 3. Pekerjaan Galian Tanah 4. Pekerjaan Shotcrete 5. Pekerjaan Pemboran dan Grouting 6. Pekerjaan Beton 7. Pekerjaan Urugan Kembali 1.5. Hasil Hasil dalam pengerjaan tugas akhir kami berupa tahapan metode kerja yang terdiri dari: 1. Tahapan dari masing-masing item pekerjaan 2. Gambar Tahapan item pekerjaan 3. Analisa alat berat dan waktu 1.6.Kesimpulan Dari uraian hasil diatas akhirnya dapat diketahui metode pelaksanaan yang efisien untuk membangun spillway Waduk Bendo di Dukuh Bendo, Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. 1.7. Bagan Alur Berikut di bawah ini adalah bagan alur dalam pengerjaan Tugas Akhir tentang Metode Pelaksanaan Bangunan Pelimpah Samping (Spillway). Perhatikan (Gambar – 3.1)



i



Mulai



Pengumpulan Data



Data Spesifikasi Teknis



Data Gambar Rancangan



Jenis Pekerjaan Pekerjaan Pemetaan Pekerjaan Pembersihan dan Pengupasan Pekerjaan Galian Tanah Pekerjaan Shotcrete Pekerjaan Pemboran dan Grouting Pekerjaan Beton Pekerjaan Urugan Kembali Tahapan metode pelaksanaan Gambar Tahapan item pekerjaan Analisa alat berat dan waktu Kurva S Kesimpulan Selesai



Gambar 3.1 Pekerjaan Tugas Akhir Terapan



11



DAFTAR PUSTAKA Wigroho, H.Y., & Suryadharma, H., 1998, Alat – Alat Berat, Penerbitan Universitas Atma Jaya Yogyakarta Komatsu Ltd, 1980, Spesifications and Application Handbook, 5th Edition Kementerian Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Konstruksi berdasarkan Peraturan menteri PU nomor : 06/PRT/M/2008. Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum. 2013. Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013.Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum.2013. Katalog Alat Berat Konstrusi 2013. Jakarta KOMATSU. 2014. KOMATSU PC200-8 PC-200Lc-8 Hydraulic Excavator. Jepang CATERPILLAR.2013. TRACK DRILL MD5150 Hydraulic Drilling Machine. California CATERPILLAR.2013. BULLDOZER D6K LGP Bulldozer. California PT. NINDYA KARYA. 2013. Data Teknis Waduk Bendo di Kabupaten Ponorogo. Ponorogo PT. NINDYA KARYA. 2013. Spesifikasi Teknis Waduk Bendo di Kabupaten Ponorogo. Ponorogo



i



13