Pelayanan Dokter Keluarga Pasien Hipertensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA PASIEN HIPERTENSI OLEH



Muhammad Darry Aprilio Pasaribu 140100214 PEMBIMBING



Dr. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CM-FM, MPd. Ked



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019



MAKALAH KEPANITERAAN KLINIK SENIOR PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA PASIEN HIPERTENSI OLEH



Muhammad Darry Aprilio Pasaribu 140100214 PEMBIMBING



Dr. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CM-FM, MPd. Ked



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019



PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA PASIEN HIPERTENSI “Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.”



OLEH Muhammad Darry Aprilio Pasaribu 140100214



DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS / ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019



LEMBAR PENGESAHAN



Judul



: PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA PADA PASIEN HIPERTENSI



Nama



: MUHAMMAD DARRY APRILIO PASARIBU



NIM



: 140100214



Medan, 28 Februari 2019 Pembimbing



Dr. dr. Isti Ilmiati Fujiati, MSc, CM-FM, MPd. Ked NIP: 196912231999032001



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Pasien Hipertensi". Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. dr. Isti Ilmi Fujiati, MSc, CM-FM, MPd. Ked selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian makalah ini. Dengan demikian diharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya.



Medan, 27 Februari 2019



Penulis



DAFTAR ISI



Lembar Pengesahan ..........................................................................................



i



Kata Pengantar .................................................................................................



ii



Daftar Isi ........................................................................................................... iii



BAB I Pendahuluan ..........................................................................................



1



1.1



Latar Belakang.............................................................................



1



1.2



Tujuan Makalah ...........................................................................



2



1.3



Manfaat Makalah .........................................................................



2



BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................



3



2.1



2.2



Hipertensi ....................................................................................



3



2.1.1 Definisi ...............................................................................



3



2.1.2 Etiologi ...............................................................................



3



2.1.3 Klasifikasi ...........................................................................



4



2.1.4 Gejala Klinis .......................................................................



4



2.1.5 Komplikasi .........................................................................



5



2.1.6 Manajemen Tatalaksana .....................................................



6



Kedokteran Keluarga ...................................................................



8



2.2.1 Definisi Dokter Keluarga ...................................................



8



2.2.2 Peran Dokter Keluarga .......................................................



8



2.2.3 Pelayanan Kedokteran Keluarga ........................................



9



2.2.4 Asas-asas Pelayanan Kedokteran Keluarga........................



9



2.2.5 Prinsip-prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga................ 10 2.2.6 Pelayanan yang Berprinsip Pencegahan ............................. 10 2.2.7 Perubahan Perilaku ............................................................. 12 2.3 Peranan Kedokteran Keluarga terhadap Pasien Hipertensi ............ 14 BAB III Kesimpulan ......................................................................................... 16 Daftar Pustaka ................................................................................................... 17



BAB I PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Hipertensi adalah kondisi yang kompleks dimana tekanan darah secara menetap berada di atas normal, berdasarkan kriteria diagnosis JNC-VII pada tahun 2003 yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.1 Menurut World Health Organization tahun 2013, hipertensi memberikan kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskular setiap tahunnya.2 Hipertensi saat ini disebut sebagai the silent killer karena penyakit mematikan ini sering sekali tidak menunjukkan gejala atau tersembunyi.3 Hipertensi merupakan penyakit penyebab kematian peringkat ketiga di Indonesia dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 4,81%.4 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 melaporkan bahwa prevalensi penderita hipertensi di Indonesia adalah 9,5%, sedangkan pada tahun 2007 adalah 7.6%.5,6 Namun menurut data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi penderita hipertensi turun menjadi 8,4%. Hal ini dikarenakan pada RISKESDAS tahun-tahun sebelumnya diagnosis penderita hipertensi dilakukan oleh tenaga kesehatan, sedangkan RISKESDAS tahun 2018 diagnosis dilakukan oleh hanya dokter.7 Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk meningkatkan kualitas hidup yaitu mencegah komplikasi, menurunkan kejadian kardiovaskular, serebrovaskular, dan renovaskular. Tetapi masih banyak penderita yang berhenti berobat ketika merasa membaik.8 Data yang diperoleh dari RISKESDAS tahun 2018 menunjukkan 91,2% penderita hipertensi yang didiagnosis oleh dokter tidak minum obat secara teratur dan sebanyak 59,8 persennya beralasan sudah merasa sehat walaupun tidak minum obat secara teratur.7 Dalam pengobatan hipertensi diperlukan kepatuhan penderita agar didapatkan kualitas hidup pasien yang lebih baik.8 Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan hal penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol atau 1



dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung kematian. Oleh karena itu, pendekatan kedokteran keluarga sangat penting dijalankan dalam setiap aspek pelayanan pasien hipertensi, dimulai dari tahap memberikan promosi kesehatan hingga tahap rehabilitasi. Pengkajian dan pemberian layanan kesehatan keluarga adalah hal yang penting dalam membantu untuk menanangani maupun mencegah hipertensi.9,10



1.2 TUJUAN MAKALAH Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengurai teori mengenai etiologi,



gambaran



klinis,



dan



program



manajemen



hipertensi



dengan



menggunakan pendekatan kedokteran keluarga di Indonesia. Penyusunan makalah ini sekaligus untuk memenuhi persyaratan kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.



1.3 MANFAAT MAKALAH Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta KKS untuk lebih memahami



program-program



manajemen



hipertensi



dengan



pendekatan



kedokteran keluarga di Indonesia.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 HIPERTENSI 2.1.1 DEFINISI Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka mortalitas.11 Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, muda maupun tua, kaya maupun miskin dan merupakan salah satu penyakit yang mematikan di dunia. Hipertensi tidak dapat membunuh secara langsung tetapi dengan cara memicu penyakit yang tergolong berat yang dapat mengakibatkan kematian. Bisa dikatakan besar kemungkinan hipertensi yang diderita akan memicu penyakit lainnya, seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal. Penyakit



ini



tidak dapat



sembuh



secara permanen



walaupun



mengkonsumsi obat antihipertensi. Pada sebagian kasus memang bisa disembuhkan total, tapi persentasenya kecil dan itupun hanya hipertensi ringan.12



2.1.2 ETIOLOGI Hipertensi esensial/primer yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%).11 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain seperti kelainan pembuluh ginjal dan gangguan kelenjar tiroid (10%). Faktor ini biasanya juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok, dan minuman beralkohol.11 Jika kedua orangtua memiliki riwayat hipertensi maka kemungkinan besar keturunannya juga menderita hipertensi. Fakta ini mendukung dugaan bahwa faktor keturunan mempunyai peran di dalam terjadinya hipertensi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, hipertensi karena faktor 3



keturunan tidak dapat dihindari lagi. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengontrol faktor-faktor risiko lainnya seperti stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok, dan olahraga. Sudah banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa faktor-faktor tersebut dapat menimbulkan hipertensi.13



2.1.3 KLASIFIKASI Para ahli memberi klasifikasi tekanan darah yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darahnya di atas 140/90 mmHg. Seventh Report of the Joint National Committee VIII (JNC VIII) on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure memberikan klasifikasi tekanan darah bagi dewasa usia 18 tahun ke atas yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit serius dalam jangka waktu tertentu.11 Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi1



Sistolik (mmHg)



Diastolik (mmHg)



100



Normal



2.1.4 GEJALA KLINIS Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala. Jika menunjukkan gejala, gejala tersebut bukanlah gejala yang spesifik yang mengindikasikan adanya hipertensi. Meskipun jika kebetulan beberapa gejala muncul bersamaan dan diyakini berhubungan dengan hipertensi, gejala-gejala tersebut sering kali tidak terkait dengan hipertensi. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala, antara lain sakit kepala, kelelahan, 4



mual dan muntah, sesak napas, napas pendek, gelisah, pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah, telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat di tengkuk, nyeri di daerah kepala bagian belakang. Otot lemah, pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucat atau kemerahan, denyut jantung yang kuat, cepat, atau tidak teratur, impotensi, darah di urine, dan mimisan (jarang dilaporkan).14 Daftar keluhan, seperti gelisah, jantung berdebar-debar, pusing, nyeri dada, sakit kepala, serta kurang bersemangat adalah yang paling sering disebutkan oleh penderita kasus hipertensi yang berkepanjangan. Tetapi karena keluhan itu muncul sama seringnya dengan orang pada kelompok usia sama yang tidak mengidap tekanan darah tinggi, gejala itu bisa menjadi gejala penyakit lainnya.14



2.1.5 KOMPLIKASI Hipertensi dapat berakibat fatal jika tidak dikontrol dengan baik atau biasa disebut dengan komplikasi. Komplikasi hipertensi terjadi karena kerusakan organ yang diakibatkan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama dan organ-organ yang paling sering rusak antara lain otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal.15 Pada otak, hipertensi akan menimbulkan komplikasi cukup mematikan. Berdasarkan penelitian, sebagian besar kasus stroke disebabkan hipertensi. Apabila hipertensinya dapat dikendalikan, risikonya pun dapat menurun. Selain stroke, komplikasi pada organ otak akibat hipertensi ini adalah demensia atau pikun. Demensia adalah penyakit kehilangan daya ingat dan kemampuan mental yang lain. Risiko demensia dapat diturunkan dengan pengobatan hipertensi.15 Pada mata, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan pembuluh darah halus mata. Hipertensi menyebabkan pembuluh darah halus pada retina robek. Darah merembes ke jaringan sekitarnya sehingga dapat menimbulkan kebutaan. Kejadian ini dapat dihindari dengan pengendalian hipertensi secara benar.15 Komplikasi yang terjadi pada jantung dan pembuluh darah yaitu ateriosklerosis yaitu pengerasan pada dinding arteri yang terjadi karena terlalu 5



besarnya tekanan, aterosklerosis yaitu penumpukan lemak pada pembuluh darah, aneurisma yaitu terbentuknya gambaran seperti balon pada dinding pembuluh darah akibat melemah atau tidak elastisnya pembuluh darah, penyakit pada arteri koronaria misalnya karena plak, hipertrofi bilik kiri jantung akibat ototnya yang bekerja terlalu berat ketika memompakan darah ke aorta, gagal jantung yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak kuat memompa darah ke seluruh tubuh.15 Pada ginjal, komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam ginjal mengalami aterosklerosis karena tekanan darah terlalu tinggi sehingga aliran darah ke ginjal akan menurun dan ginjal tidak dapat melaksanakan fungsinya.15



2.1.6 MANAJEMEN TATALAKSANA Jika sudah didiagnosis dengan hipertensi maka hal yang biasanya dilakukan adalah pengobatan. Ada dua pilihan terapi yang bisa dipilih, yakni pengobatan farmakologis dan non-farmakologis. Pengobatan farmakologis dilakukan dengan menggunakan obat-obatan anti hipertensi. Pada kasus-kasus ringan dan sedang, salah satu dari jenis obat saja biasanya sudah dapat mengontrol hipertensi.11 Jenis-jenis obat anti hipertensi adalah:11 a. Diuretik b. Beta-blockers c. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitor d. Angiotensinogen Receptor Blockers (ARBs) e. Calcium Channel Blockers (CCBs) f. Alpha Blockers g. Clonidine h. Vasodilator Pengobatan nonfarmakologis dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup. Faktor gaya hidup merupakan salah satu penyebab hipertensi yang bisa diatur, tidak seperti faktor keturunan, jenis kelamin, dan usia. Langkah awal yang biasanya dilakukan adalah dengan menurunkan berat badan penderita hipertensi sampai batas ideal, mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram 6



natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya, mengurangi/tidak minum minuman beralkohol, berhenti merokok, olahraga aerobik ringan hingga sedang seperti jalan kaki cepat, berenang, joging, dan lain-lain. Diet bagi penderita hipertensi haruslah diet yang dapat menurunkan atau mencegah kenaikan tekanan darah. Diet ini bertujuan untuk mengurangi asupan garam, mengurangi kadar lemak dalam tubuh sehingga didapat berat badan yang sehat, mempertahankan agar tetap berada pada berat badan yang sehat. Pengaturan menu bagi penderita hipertensi selama ini dilakukan dengan empat cara yaitu diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet rendah energi (bagi yang kegemukan).14 a.



Diet rendah garam Garam yang dimaksud dalam diet rendah garam adalah garam natrium,



kandungan mineral antrium (sodium). Bukan hanya garam dapur yang harus dibatasi tetapi semua bahan makanan sumber natrium. Natrium bersifat mengikat air sehingga garam tersebut akan mengikat air sehingga air akan terserap masuk ke dalam intravaskuler yang menyebabkan meningkatnya volume darah.14 b. Diet rendah kolesterol Kolesterol adalah salah satu unsur penting yang dibutuhkan tubuh. Kolesterol HDL dan LDL harus dalam keadaan seimbang. Saat terjadi ketidakseimbangan dapat terjadi pengendapan kolesterol dalam arteri, membuat pembuluh darah menyempit, dan menghalangi aliran darah dan terjadi peningkatan tekanan darah.14 c.



Diet tinggi serat Serat dibutuhkan untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh.



Tujuan diet serat tinggi ini adalah untuk menghindari kelebihan lemak, lemak jenuh dan kolesterol, menghindari kelebihan gula dan natrium, serta membantu mengontrol berat badan.14 d. Diet DASH Diet DASH (Dietary Aproaches to Stop Hypertension) menunjukkan bahwa diet makanan kaya padi-padian, buah-buahan, sayuran, dan susu rendah lemak 7



atau tanpa lemak dapat menurunkan tekanan sistolik rata-rata 6-11 mmHg. Buah yang dianjurkan untuk mengatasi hipertensi adalah pisang. Sementara dari golongan sayuran adalah sayuran hijau, seledri, dan bawang putih. Makanan yang dilarang dikonsumsi oleh penderita hipertensi adalah daging kambing dan durian.14



2.2 KEDOKTERAN KELUARGA 2.2.1 DEFINISI DOKTER KELUARGA Pelaksana pelayanan dokter keluarga kita kenal dengan dokter keluarga (family doctor, family physician). Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mendefinisikan dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif, tapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.16 Dokter keluarga adalah setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang profesi kedokteran maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.16



2.2.2 PERAN DOKTER KELUARGA 1.



Pengaplikasian ilmu kedokteran klinik dan ilmu perilaku, dilengkapi ilmu kedokteran mutakhir;



2.



Memantapkan pelayanan kesehatan primer dan sistem rujukan;



3.



Pengendalian biaya: a. Efektifitas pelayanan kesehatan b. Efektifitas sumber daya kesehatan c. Edukasi kesehatan d. Pelayanan kesehatan yang bermutu; dan 8



4.



Mengembalikan pelayanan kesehatan yang rasional dan manusiawi Peran dokter keluarga menurut The Philippine Academy of Family Physicians



adalah:16 1.



Health Care Provider (penyelenggara pelayanan kesehatan)



2.



Educator



3.



Counselor



4.



Reseacher (Life Long Learner)



5.



Community Leader (Social Mobilizer)



2.2.3 PELAYANAN KEDOKTERAN KELUARGA Pelayanan kesehatan atau asuhan medis yang didukung oleh pengetahuan kedokteran terkini secara menyeluruh (holistik), paripurna (komprehensif), terpadu, berkesinambungan untuk menyelesaikan semua keluhan dari pengguna jasa/pasien sebagai komponen keluarganya dengan tidak memandang umur, jenis kelamin dan sesuai dengan kemampuan sosialnya. Tujuan pelayanan kedokteran keluarga adalah terselesaikannya masalah kesehatan keluarga dan terciptanya keluarga yang partisipatif, sehat sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial dan ekonomi.17



2.2.4 ASAS-ASAS PELAYANAN DOKTER KELUARGA Dalam pelayanan dokter keluarga seyogyanya memenuhi standar pelayanan kedokteran yang bermutu dan berasaskan:18  Hukum dan etika profesi, serta moral dan spiritual  Ilmu pengetahuan dan ketrampilan teknis kedokteran mutakhir  Bersifat paripurna, terpadu, menyeluruh, bersinambung  Pendekatan yang manusiawi dan rasional  Manfaat (memberikan manfaat yang sebesar-besarnya)  Partisipasi keluarga (kehidupan PJPK dalam wawasan keluarga) 9



 Peduli pencegahan (Paradigma Sehat)



2.2.5 PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN DOKTER KELUARGA Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO dan WONCA. Prinsip-prinsip ini juga merupakan simpulan untuk dapat meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran. Prinsip-prinsip pelayanan atau pendekatan kedokteran keluarga adalah memberikan atau mewujudkan:19 1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif; 2. Pelayanan yang kontinu; 3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan; 4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif; 5. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integrasi dari keluarganya; 6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat tinggalnya; 7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum; 8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan; dan 9. Pelayanan yang sadar biaya dan mutu.



2.2.6 PELAYANAN YANG BERPRINSIP PENCEGAHAN Pencegahan didefinisikan sebagai upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan atau menghindari berjangkitnya penyakit. Upaya ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi risiko, diagnosis dini, pengobatan cepat, membatasi terjadinya komplikasi, termasuk dalam upaya ini adalah penyakit iatrogenik, dan penyesuaian yang maksimal terhadap kecacatan. Peningkatan derajat kesehatan bertujuan untuk memantau masyarakat yang sehat untuk belajar cara-cara atau kebiasaan hidup sehat dan untuk bertanggung jawab terhadap kesehatannya masing-masing.20 10



a. Pencegahan primer Pencegahan primer meliputi upaya-upaya untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit. Hasil upaya ini adalah penyakit tidak berjangkit. Upaya-upaya pencegahan primer terdiri dari:20 a. Pendidikan untuk mengubah faktor-faktor gaya hidup yang diketahui berhubungan dengan terjadinya penyakit. Misalnya, kebiasaan merokok, makan dengan gizi sehat seimbang, mengurangi minum-minuman beralkohol, olahraga; b. Sterilisasi alat-alat bedah dan alat-alat medis yang lain; c. Pemberantasan, misalnya upaya pemberantasan nyamuk untuk mencegah penyakit malaria; d. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi tertentu; e. Sanitasi, misalnya penyediaan air bersih, dan pembuangan limbah dan sampah industri yang efisien; dan f. Pembuatan undang-undang atau peraturan untuk menjamin upaya- upaya pencegahan primer dilakukan dengan benar.



b. Pencegahan sekunder Pencegahan sekunder terdiri dari upaya-upaya untuk menghentikan atau memperlambat proses terjadinya suatu penyakit. Upaya ini pada umumnya dilakukan dengan pengukuran-pengukuran untuk mendeteksi penyakit pada stadium dini, misalnya pada fase presimtomatik (fase subklinis) sehingga pengobatan dapat dimulai sebelum proses patologi yang irreversible terjadi. Sebagai contoh diketahuinya hipertensi secara dini melalui pemeriksaan rutin (uji saring/screening) terhadap pasien-pasien memungkinkan pemberian pengobatan selama fase presimtomatik dari proses perjalanan penyakit.20



c. Pencegahan tersier Pencegahan tersier terdiri dari upaya manajemen suatu penyakit (yang telah terjadi) untuk mengurangi terjadinya cacat (kelemahan). Upaya ini pada umumnya 11



dilakukan dengan melakukan proses rehabilitasi, yang memungkinkan pasien diperbaiki kondisinya ke tingkat yang paling optimal, akibat terjadinya kerusakan atau perubahan yang irreversible. Misalnya seorang pasien yang menderita stroke karena darah tinggi, mungkin dapat dilakukan upaya perbaikan dengan mengubah gaya hidup yang berguna melalui upaya rehabilitasi yang memadai.20



2.2.7 PERUBAHAN PERILAKU Jika kita untuk menemukan cara untuk memperluas manfaat kesehatan dan mempromosikan perilaku yang bertanggung jawab dengan gaya hidup yang kondusif untuk kesehatan, profesi kesehatan harus menemukan cara yang paling efektif untuk memperluas manfaat kesehatan untuk semua.20 Prochaska dan Diclemente mengidentifikasi adanya empat tahap dalam proses perubahan perilaku kesehatan: (1) precontemplation (ketika orang tidak tertarik mereka tidak berpikir tentang perubahan); (2) contemplation (ketika adanya pertimbangan serius akan membuat adanya perubahan perilaku); (3) action atau tindakan (6 bulan setelah upaya keterbukaan untuk mengubah perilaku yang sebaiknya dilakukan); dan (4) pemeliharaan (6 bulan setelah perubahan perilaku sebaiknya dilakukan dan masalah perilaku telah diperbaiki). Ini "tahap perubahan" model ini sangat berguna ketika merancang intervensi promosi kesehatan bagi populasi target tertentu. Ini memaksa praktisi untuk menggunakan



strategi



yang



paling



efektif



untuk



memunculkan



dan



mempertahankan perubahan perilaku tergantung pada tahap perubahan seseorang.20 Menurut



Prochaska,



mayoritas



program



pencegahan



promosi



kesehatan/penyakit dirancang untuk minoritas kecil orang yang berada pada tahap dengan kebiasaan buruknya. Dia memperkirakan bahwa di antara orangorang yang perokok pada tahun 1985, hampir 7A "/" tidak siap untuk mengambil tindakan. 1986 tahap mereka adalah sebagai berikut: (1) tahap precontemplation 35%; (2) tahap contemplation 34%; (3a) ready for action stage atau siap untuk mengambil tindakan 15%; (3b) taking action stage atau tahap mengambil 12



tindakan 12%; (4) Maitenance atau pemeliharaan tahap 4%.20 Dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program promosi kesehatan, praktisi harus tahu sesuatu tentang tahap-tahap adopsi dan kurva difusi. Hal ini umumnya ada enam jenis individu/kelompok ketika mempertimbangkan adopsi dari suatu inovasi. Orang-orang dikategorikan dari innovator hingga orang-orang yang terlambat/ketinggalan hinnga berada di ujung dari kurva lonceng, dengan pengadopsi awal, mayoritas awal, mayoritas akhir, dan pengadopsi akhir jatuh antara dua ekor dari kurva lonceng.20 Hal ini juga penting bagi praktisi untuk mengetahui ada lima tahap adopsi: kesadaran, ketertarikan, percobaan, keputusan, dan adopsi untuk inovator, pengadopsi awal, mayoritas awal, dan mayoritas akhir.20



Enam langkah pendekatan untuk perubahan perilaku Banyak pengaruh telah membentuk perkembangan pendekatan enam langkah untuk bernegosiasi tentang perubahan perilaku. Dokter keluarga dapat menggunakan langkah-langkah ini untuk menilai negosiasi yang efektif dengan pasien serta dimana dan mengapa mereka tidak mau melakukannya lagi.20 Langkah 1. Membangun kemitraan, mengembangkan empati, memperjelas peran dan tanggung jawab, dan menggunakan keterampilan relasional efektif. Langkah 2. Negosiasi agenda; menggunakan pendekatan preventif atau fokus terhadap masalah dan menegosiasikan agenda bersama. Langkah 3. Menilai resistensi dan motivasi: bertanya tentang kesiapan pasien untuk mengubah, alasan mereka untuk tetap sama (resistance) dan alasan mereka untuk melakukan tugas (motivasi), dan seberapa tingkat resistensi dan motivasi mereka. Langkah 4. Meningkatkan saling pengertian: memahami dan menangani bagaimana dokter keluarga dan perbedaan pasien dalam persepsi dan nilai-nilai tentang alasan untuk tetap sama dan untuk mengubah; dengan kata lain, mengurangi resistensi pasien, meningkatkan motivasi mereka dan dengan demikian membantu mereka untuk bertanggung jawab atas kesehatan mereka. 13



Langkah 5. Melaksanakan rencana untuk perubahan: negosiasi rencana yang sesuai dengan pasien berdasarkan saling pengertian dengan dokter pasien; misalnya, berpikir tentang perubahan, mempersiapkan untuk mengubah dan mengambil langkah-langkah kecil atau lompatan raksasa menuju perubahan. Langkah 6. Setelah melalui: negosiasi tentang kebutuhan dan waktu untuk pertemuan klinis berikutnya.



2.3 PERANAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP PASIEN HIPERTENSI Pelayanan kedokteran keluarga memiliki beberapa nilai utama yang dianut, salah satunya adalah pendekatan holistik terhadap suatu masalah penyakit pasien terhadap suatu masalah penyakit pasien yang tidak hanya memandang penyebab penyakit dari dimensi fisik tetapi juga dari segi psikologi dan sosial (biopsikososial) dari pasien, keluarga, dan komunitasnya. Pendekatan holistik sangatlah penting pada zaman sekarang ketika teknologi tinggi kedokteran telah menyebabkan dehumanisasi pasien dan fragmentasi pelayanan kesehatan sehingga prinsip pelayanan kedokteran keluarga sangatlah tepat dalam penatalaksanaan kasus hipertensi di Indonesia.21 Masalah kesehatan yang terkait dengan faktor yang berpengaruh diidentifikasi dengan memperhatikan konsep Mandala of Health dan diselesaikan dengan pendekatan individual untuk penatalaksanaan klinisnya dan pendekatan keluarga dan komunitas untuk penyelesaian faktor yang berpengaruh. Pendekatan tersebut diterapkan secara menyeluruh, paripurna, terintegrasi, dan berkesinambungan sesuai konsep dokter keluarga.21



14



PASIEN



Gambar 2.1 Diagram Mandala of Health



Penatalaksanaan kasus bertujuan mengidentifikasi masalah klinis pada pasien dan keluarga serta faktor-faktor yang berpengaruh, menyelesaikan masalah klinis pada pasien dan keluarga, dan mengubah perilaku kesehatan pasien dan keluarga serta partisipasi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Tindakan yang dilakukan oleh dokter keluarga terhadap pasien hipertensi meliputi tindakan terhadap pasien itu sendiri, keluarga pasien, dan lingkungannya. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah lingkungan antara lain dengan melakukan penyuluhan kepada keluarga pasien tentang hipertensi, memberikan konseling kader mengenai penanganan hipertensi dan memberikan penyuluhan terjadwal kepaada masyarakat mengenai hipertensi.21



15



BAB III KESIMPULAN



Manajemen



tatalaksana



hipertensi



yang



optimal



penting



dalam



mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. Perilaku hidup bersih dan sehat serta diet yang seimbang membantu mencegah perburukan penyakit hipertensi. Dokter keluarga harus lebih fokus dalam meningkatkan kesehatan fisik dan mental dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, maupun kondisi psikologis masing-masing individu. Pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan peralatan untuk diagnosis dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial yang akan mendukung agar setiap warga menpunyai standar kehidupan yang kuat dalam menjaga kesehatannya merupakan tanggung jawab dokter keluarga.



16



DAFTAR PUSTAKA



1. Chobanian, A. V., Bakris, G.L. & Black, H.R. 2003, 'The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: The JNC 7 Report'. JAMA, vol. 289, no. 19, pp. 2560–2571. 2. World Health Organization 2013, A Global Brief on Hypertension, World Health Organization, Geneva. 3. Masjoer, A. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media, Jakarta. 4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015, Hipertensi, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008, Riset Kesehatan Dasar 2008, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2018, Riset Kesehatan Dasar 2018, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 8. Tedjasukmana, P. 2012, 'Tatalaksana Hipertensi'. Cermin Dunia Kedokteran Journal, vol. 39, pp. 251-255. 
 9. Puspita, E. 2016. 'Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan'. [Skripsi]. Universitas Negeri Semarang, Semarang. 10. Mutmainah, N. & Rahmawati, M. 2010. 'Hubungan Antara Kepatuhan Penggunaan Obat dan Keberhasilan Terapi pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Daerah Surakarta Tahun 2010'. Pharmacon, vol. 11, no. 2.
 11. Bell, K., Twiggs, J., & Olin, B. R. 2015, 'The Eighth Joint National Committee, Hypertension: The Silent Killer: Updated JNC-8 Guideline Recommendations'. Continuing Education, vol.1. 12. Msayaroh, N. 2011. 'Pengaruh Terapi Musik terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi'. [Skripsi]. Politeknik Kesehatan Semarang, Semarang. 13. Junaidi, I. 2010, Hipertensi. Penerbit Gramedia, Jakarta. 17



14. Ghezelbasg, S. & Ghorbani, A. 2012. 'Lifestyle Modification and Hypertension Prevention'. ARYA Atherosclerosis Journal, vol.8, pp. 202- 207. 15. Hartono, A. 2009, Churchill Livingston’s Mini Encyclopaedia of Nursing. Penerbit EGC, Jakarta. 16 Family Medicine Team of FM-UGM, FM-UNS, FM-UI, & PDKI Pusat Jakarta 2009, Family Medicine Education and Development in National Health System, Centre of Family Medicine, Yogyakarta. 17. Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret 2002. Modul Kedokteran Keluarga: Pelayanan di Keluarga, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 18. Murtagh, J. 1998. General Practice. McGraw-Hill Company, New York City. 19. Taylor, R. B. 1993. Family Medicine: Principles and Practice, Sixth Edition. Springer-Verlag, New York City. 20. Wawan 2010, Teori Dan Pengukuran Pengetahuan Perilaku dan Sikap Manusia. Penerbit Nuha Medika, Yogyakarta. 21. Dahlia, F. 2017. 'Penanganan Kasus Hipertensi dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga'. [Laporan Kasus], Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.



18