Pembuatan Magnesium Oksida Dari Dolomit [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ajeng
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBUATAN MAGNESIUM OKSIDA DARI DOLOMIT(CaMg(CO3)2 (WET



PROCESS) 1. Bahan Baku Pembuatan Magnesium Oksida Bahan baku adalah bahan utama yang diolah dalam proses produksi menjadi produk jadi. Bahan-bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan Magnesium Oksida terdiri dari Mineral Dolomit dan Batu Kapur. 1.1. Mineral Dolomit Mineral dolomit merupakan variasi dari batu gamping (CaCO3) dengan kandungan mineral karbonat > 50%. Istilah dolomit pertama kali digunakan untuk batuan karbonat tertentu yang terdapat di daerah Tyrolean Alpina. Mineral dolomit di alam terbentuk dari batu gamping yang memiliki komposisi 100% berat kalsium karbonat (CaCO3), dimana proses pembentukannya (dolomitisasi) disebabkan oleh adanya pengaruh peresapan unsur-unsur magnesium dari air laut ke dalam batu gamping, sehingga nantinya terjadi proses penggantian unsur Ca dalam batu gamping tersebut dengan unsur Mg. Berkaitan dengan hal ini, kebanyakan mineral dolomit diperoleh di bagian bawah dari satu seri/paket batu gamping yang terletak di daerah dekat laut. Keterdapatan dolomit di alam tidak seperti batugamping, namun tersebar cukup luas dan dalam jumlah relatif banyak. Hingga saat ini, mula jadi mineral dolomit masih menjadi tanda tanya dan masih diperdebatkan oleh para ahli. Proses hidrotermal adalah salah satu teori mula jadi dolomit. Walaupun demikian ada beberapa teori mula jadi dolomit, diantaranya adalah: Cara primer; merupakan sedimentasi langsung dari air laut yang belum dapat dibuktikan. Secara umum, dolomit berbentuk urat, yang terbentuk bersama-sama dalam cebakan bijih. Cara sekunder; yaitu mineral dolomit terjadi karena penggantian mineral kalsit. Beberapa mineral sekunder membentuk kristal yang tidak sempurna karena peresapan magnesium dari air laut ke dalam batugamping, yang lebih dikenal dengan proses dolomitisasi, yaitu proses perubahan mineral kalsit menjadi dolomit. Dolomit sekunder dapat juga terbentuk karena proses presifitasi sebagai endapan evaporit. Proses dolomitisasi sering terjadi apabila kalsit berubah menjadi mineral dolomit, sedangkan dedolomitisasi bila dolomit berubah kembali menjadi mineral kalsit. Secara umum proses dolomitisasi dapat terjadi sebagai berikut : 



Pemompaan kembalinya air laut yang terperangkap melalui batugamping.







Pencampuran antara air laut dan air tanah dalam lapisan batugamping.







Pengaruh air hujan yang melarutkan dan memindahkan ion magnesium dari mineral kalsit yang satu ke mineral kalsit lain atau yang dari mineral lempung.







Proses penguapan dan pengendapan dari air laut.







Proses hidrotermal.







Peresapan air laut yang terperangkap ke dalam lapisan batugamping dibawahnya. Pengolahan dolomit yang paling sederhana ialah dengan cara pembakaran. Pada



pembakaran tersebut dolomit akan melepaskan karbon dioksida (CO2). Suhu yang diperlukan untuk melepaskan CO2 pada tekanan 1 atmosfir kira-kira 725 oC. Perubahan suhu tergantung dari jenis tanur (kiln) yang digunakan dan kadang-kadang juga dipengaruhi oleh pengotor yang terdapat di dalam dolomit. Hasil pembakaran ini disebut doloma tohor (CaMgO2) yang masih bersifat reaktif. Apabila bercampur dengan air, maka terbentuklah doloma padam. Pembakaran dolomit dapat dilakukan dalam tanur tegak atau tanur berputar. Penggunaan tanur berputar berkapasitas tinggi dapat mengurangi biaya. Biasanya dolomit harus dihancurkan terlebih dahulu menjadi partikel berukuran 3 – 40 mm. Dalam tanur tegak, ukuran yang dipakai adalah 40 - 150 mm dan menghasilkan dolama yang bermutu baik, terutama untuk pembuatan bata tahan api. 







Sifat Fisika 1. Fase



: Padat



2. Warna



: Putih



3. Densitas



: 181 lb/ft3



4. Titik leleh



: 730 -760 ºC



5. Kekerasan



: 3,5 – 4,0 mohs



Sifat Kimia 1. Bereaksi dengan asam klorida membentuk kalsium klorida dan magnesium klorida. CaMg(CO3)2 + 4 HCl



CaCl2 + MgCl2 + 2 CO2↑ + 2H2O



2. Bereaksi dengan asam asetat membentuk kalsium asetat dan magnesium asetat. CaMg(CO3)2 + 4 CH3COOH CO2↑ + H2O



Ca(CH3CO2)2 + Mg(CH3CO2)2 +



2



2. Batu Kapur Batu kapur (CaCO3) merupakan mineral karbonat, dapat terjadi dari penguapan langsung air laut atau melalui binatang yang dipisahkan oleh air laut untuk membuat cangkang. Selain itu, batu kapur juga terdiri dari sisa-sisa organik misalnya rumah kerang. Batu kapur murni digunakan sebagai bahan baku dalam pengolahan kaca, kalsinasi dan beberapa kapur digunakan dalam pengolahan dari campuran struktural semen. Batu kapur digunakan dalam pembuatan dari bubuk pemucat dimana digunakan dalam bidang tekstil dan kertas gulung. Kini batu kapur banyak digunakan sebagai bahan baku semen Portland. Pada umumnya batu kapur dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, dan secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang ada di alam terjadi secara organik. Batu kapur jenis ini



berasal dari pengendapan cangkang kerang dan siput,



foraminifera atau ganggang, serta berasal dari kerangka binatang kerang. Batu kapur yang terbentuk secara mekanik bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis batu kapur yang terjadi secara organik. Yang membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batu kapur yang terjadi karena kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar. 



Sifat Fisika 1. Fase



: Padat



2. Warna



: Putih



3. Densitas



: 2,711 gr/ml



4. Titik leleh



: 2570oC



5. Titik didih



: 2850oC



6. 



Sifat Kimia 1. Kalsium karbonat terbentuk dari pemanasan kalsium monoksida oleh karbon dioksida CaCO3 → CaO + CO2 2. Bereaksi dengan Air membentuk Kalsium Hidroksida. CaCO3 + H2O → Ca(OH)2 + CO2 3. Direaksikan dengan Sulfur dioksida akan menghasilkan kalsium sulfat SO2 + CaCO3 + H2O → CaSO3 . H2O + CO2



3.



Asam Klorida (HCl) Asam Klorida adalah asam kuat, dan merupakan komponen utama dalam asam



lambung. Senyawa ini digunakan secara luas dalam industri. Asam klorida harus ditangani dengan mengutamakan keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif. Asam Klorida atau Hidrogen klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat terdisosiasi (terionisasi) melepaskan satu H+ (sebuah proton tunggal) hanya sekali. Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium (H3O+). Asam klorida (HCl) adalah asam monoprotik, yang berarti bahwa ia dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali. Dalam larutan asam klorida H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hydronium H3O+. HCl + H2O → H3O+ + Cl







Sifat Fisika 1. Fase



: Cair



2. Densitas



: 0,630 g/cm3



3. Titik Leleh



: -114,22 oC



4. Titik Didih



: -85,05 oC



5. Viskositas



: 0,405 mPa



6. Kelarutan



: 82.3 Kg/ 100 Kg Air



Sifat Kimia HCl 1. Reaksi klorinasi yang melibatkan Magnesium Hidroksida dengan Asam Klorida menghasilkan Magnesium Klorida adalah sebagai berikut : Mg(OH)2(s) + 2 HCl(aq) → MgCl2(aq) + 2 H2O 2. Metil Klorida dihasilkan oleh reaksi antara Metanol dengan Asam Klorida dengan bantuan katalis pada reaktor fixed bed. CH3OH + HCl → CH3Cl + H2O



3. Asam klorida dapat digunakan untuk mengatur keasaman (pH) larutan. Dalam industri yang menuntut kemurnian tinggi (makanan, farmasi, air minum), asam



klorida berkualitas tinggi digunakan untuk mengontrol pH aliran air proses. Dalam industri yang tidak menuntut kualitas terlalu tinggi, asam klorida teknis cukup untuk menetralisir aliran limbah dan pengendalian pH kolam renang OH- + HCl → H2O + Cl4. Soda Kaustik (NaOH) Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai alkali dan soda kaustik, yang merupakan senyawa organik. Natrium Hidroksida berbentuk kristal solid putih dan sangat kaustik dan tersedia dalam bentuk pelet, serpih, butiran, dan dapat terlarut pada stiap konsentrasi yang berbeda. Natrium hidroksida membentuk sekitar 50% (massa) larutan jenuh dengan air. Natrium hidroksida larut dalam air, etanol, dan metanol serta mudah menyerap kelembaban dan karbon dioksida di udara. Natrium hidroksida digunakan di banyak industri, terutama sebagai dasar kimia yang kuat dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen dan sebagai pembersih saluran air (Ullmann’s 7th ed, 2005). Berdasarkan sifatnya yang merupakan basa, NaOH banyak digunakan sebagai bahan pembuat sabun. NaOH dapat menyabunkan kotorankotoran yang menempel di suatu bahan, seperti piring. Kotoran yang kebanyakan berupa lemak akan disabunkan oleh NaOH sehingga sabun hasil reaksi penyabunan ini akan larut dalam air membentuk misel. 







Sifat Fisika NaOH 1. Fase



: Cair



2. Warna



: Bening



3. Bau



: Tidak berbau



4. Densitas



: 2,130 gr/ml



5. Titik didih



: 1388 oC



6. Titik leleh



: 318 oC



7. Kelarutan



: 109 kg/100 kg air



8. Viskositas



: 0,64 cP



Sifat Kimia NaOH 1. Bereaksi dengan gas CO2 dari udara sesuai reaksi sebagai berikut :. 2NaOH + CO2 → Na2CO3 + H2O .



2. Natrium Hidroksida beraksi dengan asam kuat untuk menghasilkan air dan garam. Seperti reaksi antara Natrium Hidroksida dengan Asam Klorida menghasilkan air dan Natrium Klorida, reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut : HCl + NaOH → NaCl + H2O. 3. Beberapa metode pembuatan Sodium Sulfida adalah dengan mereaksikan Hidrogen Sulfat dengan Sodium Hidroksida sehingga reaksinya sebagai beikut : H2S + NaOH → NaHS + H2O. NaHS + NaOH → Na2S + H2O 4. Natrium hidroksida juga bereaksi dengan oksida asam, seperti sulfur dioksida. Reaksi seperti ini sering digunakan untuk "scruber" gas asam berbahaya (seperti SO2 dan H2S) yang dihasilkan dalam pembakaran batubara dan dengan demikian mencegah pembebasan mereka ke atmosfir. 2 NaOH + SO2 → Na2SO3 + H2O 2



NaOH + H2S → Na2S + 2H2O



5. Kalsium klorida Kalsium klorida adalah garam kristal berwarna putih yang sangat larut dalam air. Dalam bentuk anhidrat sebesar 36,11% kalsium dan 63,89% klorin. Kalsium klorida membentuk mono-, di-, tetra, dan hexahydrates. Kalsium klorida ditemukan dalam jumlah yang kecil bersama dengan garam lainnya, dalam air laut dan dalam banyak mata air. Cairan kalsium klorida (CaCl2) adalah senyawa ionik yang terdiri dari unsure kalsium (logam alkali tanah) dan klorin. Ia tidak berbau, tidak berwarna, solusi tidak beracun, yang digunakan secara ekstensif di berbagai industri dan aplikasi di seluruh dunia. Berlaku sebagai ion khalida yang khas dan padat pada suhu kamar. Kalsium klorida digunakan untuk de-icing dan pengeringan dalam industri seperti baja, kaca dan semen. Sejumlah besar kalsium klorida digunakan pada jalan untuk mengendalikan debu di musim panas dan meleburkan es di musim dingin. 



Sifat Fisika



1.



Fasa



: Padat



2. Warna



: Putih



3. Densitas



: 1,38 gr/cm3



4. Titik leleh : 772oC 5. Titik didih : >1600 oC



Sifat Kimia 1. Kalsium klorida dibuat dari campuran antara Larutan asam klorida dengan kalsium hidroksida dengan reaksi sebagai berikut: Ca(OH)2 + HCl CaCl2 + H2O 1. Presipitat NaCl dievaporasi. Magnesium klorida ditambahkan kapur untuk mengendapkan magnesium hidroksida. MgCl2 + Ca(OH)2  Mg(OH)2 + CaCl2 2. Kalsium klorida dibuat dari campuran antara kalsium karbonat dan asam klorida. CaCO3 + HCl  CaCl2 + H2CO3 3. Kalsium klorida lebur boleh dielektrolisis untuk mendapatkan logam kalsium dangas klorin. CaCl2  Ca + Cl2 4.



fosfat dikeluarkan daripada larutan oleh kalsium. 3 CaCl2 + 2 K3PO4Ca3(PO4)2 + 6 KCl



PRODUK 1.



Magnesium Oksida Magnesium Oksiada (MgO) ialah suatu mineral padat higroskopis berwarna putih



yang terjadi secara alami sebagai periklas dan merupakan sumber magnesium (lihat juga oksida). Magnesium oksida memiliki rumus empiris MgO dan terdiri dari satu kisi ion Mg2+ dan ion O2− yang berpegangan melalui ikatan ionik. Magnesium hidroksida terbentuk dengan adanya air (MgO + H2O → Mg(OH)2), tetapi sebaliknya dengan pemanasan akan melepaskan air kembali. Magnesium oksida secara historis dikenal sebagai magnesia alba (secara literatur, mineral putih ini dari Magnesia—sumber lain yang memberikan magnesia alba sebagai MgCO3), untuk membedakannya dari magnesia negra, suatu mineral hitam yang mengandung apa yang kini dikenal sebagai mangan. Magnesium oksida diproduksi melalui kalsinasi magnesium karbonat atau magnesium hidroksida atau melalui pengolahan magnesium klorida dengan kapur yang diikuti dengan pemanasan. MgO merupakan salah satu dari bahan mentah untuk pembuatan semen Portland di kilang pengolahan kering. Bila terlalu banyak MgO ditambahkan, semen mungkin menjadi ekspansif. Produksi semen berbasis-MgO menggunakan serpentinit dan limbah karbon



dioksida (CO2) (sebagai lawan semen berbasis-CaO konvensional menggunakan bahan bakar fosil) dapat mengurangi emisi antropogenik CO2. MgO adalah pengering (desiccant) relatif miskin, tetapi karena menetralkan asam-asam dari oksida sulfuryang terbentuk oleh oksidasi kertas yang diproses dengan cara Kraft, digunakan oleh banyak perpustakaan untuk melestarikan buku. (Pettijhon,2002) Sebagai obat, magnesium oksida digunakan untuk untuk menghilangkan mulas dan perut sakit, sebagai antasida, suplemen magnesium, dan sebagai pencahar jangka pendek. MgO juga digunakan untuk meningkatkan gejala gangguan pencernaan. Efek samping dari magnesium oksida dapat mencakup mual dan kram. Dalam jumlah yang cukup untuk mendapatkan



efek



pencahar,



efek



samping



dari



penggunaan



jangka



panjang



termasuk enterolith mengakibatkan obstruksi usus. 



Sifat Fisika 1. Fase



: Padat



2. Densitas



: 3,65 g/cm3



3. Titik Didih



: 850 oC



4. Titik Leleh



: 300 oC



5. Indeks Bias



: 1,736



6. Kelarutan



: 0,00342/100 gr Air







Sifat Kimia 1. Direaksikan dengan Asam Sulfat membentuk Magnesium Sulfat Reaksi : MgO + H2SO4 → MgSO4 + H2O 2. Direaksikan dengan logam reaktif, seperti silikon membentuk Oksida stabil Reaksi : 2 MgO + Si → 2 Mg + SiO2



2.



Reaksi sederhana pembentukan magnesium klorida dari magnesium oksida mengikuti reaksi. MgO + HCl → MgCl2 + H2O



3.



Magnesium oksida direaksikan dengan ammonium klorida akan menghasilkan magnesium klorida. MgO + NH4Cl → MgCl2 + NH3 + H2O



PROSES Magnesium Oksida (MgO) dapat diproduksi dengan beberapa proses, diantaranya adalah Proses Slaking dan Proses Digestion. 2.4.1. Proses Slaking Proses pembuatan MgO dengan proses ini dilakukan dengan tahapan proses kalsinasi, mereaksikan dengan asam klorida, pengkalsinasian MgO menggunakan hidrokarbon dan pengkristalan CaCl2 a. Kalsinasi Dolomit Dalam proses kalsinasi gas CO2 dibebaskan. Temperature yang digunakan dalam proses ini adalah sekitar 750º C dan tekanan 1 atm. Pada proses ini digunakan reaktor jenis CSTR dengan konversi 76%. Pada kondisi ini dolomit terdekomposisi membentuk magnesium oksida dan kalsium oksida. Reaksi yang terjadi : CaCO3. MgCO3(S)



MgO (S) + CaO(s) + 2 CO2(g)



… (1)



b. Pemberian Air (Slaking) Dolomit yang terkalsinasi direaksikan dengan air berlebih. Penambahan air didasarkan pada kandungan CaO dan MgO. Kedua senyawa ini direaksikan dengan air membentuk Ca(OH) 2 dan Mg(OH)2. Reaksi yang terjadi :



CaO (S) + MgO(S) + 2 H2O(l)



Ca(OH)2(s) + Mg(OH)2(S) … (2)



c. Reaksi dengan HCl Hasil produk dari tahap sebelumnya ditambahkan HCl berlebih untuk membentuk senyawa klorida. Reaksi yang terjadi :



Ca(OH)2(S) + 2 HCl (l)



CaCl2(l) + 2 H2O(l)



… (3)



Mg(OH)2(S) + 2 HCl (l)



MgCl2(l) + 2 H2O (l)



... (4)



Ca(OH)2(S) + MgCl2(l)



Mg(OH)2(S) + CaCl2(l)



... (5)



d. Kalsinasi Mg(OH)2 dan Kristalisasi Larutan CaCl2 Mg(OH)2 dan CaCl2 dipisahkan dengan penyaringan vakum. Mg (OH)2 sebagai produk utama kemudian dikalsinasi pada suhu 800ºC selama 3 jam. Reaksi yang terjadi adalah :



Mg(OH)2(S)



MgO(s) + H2O(l)



CaCl2 sebagai produk intermediet dievaporasi atau diuapkan pada temperature 110oC.



Reaksi yang terjadi adalah : CaCl2(aq)



CaCl2 (aq saturated) + H2O(g)



Produk yang dihasilkan mengandung MgO lebih dari 80%. Dengan percobaan menggunakan bahan baku sebanyak 100 kg dolomit, maka diperoleh yield sebesar 19,0 kg MgO dengan tingkat kemurnian 87%. Berikut adalah gambar diagram alir pembuatan Magnesium Oksida dengan Proses Slaking. Berikut adalah gambar diagram alir pembuatan magnesium oksida dengan proses Slaking



Gambar 1. Diagram Alir Magnesium Oksida dengan Proses Slaking 3. Proses Digestion Proses ekstraksi magnesium oksida dapat pula dilakukan dengan proses digestion, pengendapan, penyaringan, dan kalsinasi. a.



Pelarutan Padatan (Digestion) Dolomit dilarutkan dalam HCl yang kemudian akan menghasilkan garam klorida,



sejumlah CO2 dilepaskan. Digunakan reaktor tippe CSTR dengan konversi 93%



dan



menghasilkan MgO yang diharapkan memiliki kemurnian sampai dengan 91%. Reaksi yang terjadi adalah : CaMg (CO3)2(S) + 4HCl(l)



b.



Pengendapan



CaCl2(l) + MgCl2(l) + 2H2O(l) + 2CO2(g)



Suspensi yang dihasilkan diendapkan dengan penambahan NaOH sehingga akan membentuk endapan. Mg(OH)2 yang terbentuk berupa padatan, dengan prinsip gravimetri diendapkan untuk pemisahan padatan dari larutan suspensi karena Mg(OH)2 memiliki berat jenis yang lebih berat dibandingkan air. Kemudian dilakukan proses pengentalan dengan menambahkan air yang dimaksudkan untuk melarutkan garam-garam klorida dan memisahkannya dari padatan. CaCl2(l) + MgCl2(l) + 4NaOH(l) + H2O c.



Mg(OH)2(s) + 4NaCl(l) + Ca(OH)2(l) + H2O(g)



Penyaringan Endapan Mg(OH)2 kemudian disaring menggunakan filter untuk menghilangkan



kandungan air dalam endapan. d.



Kalsinasi Tahap akhir proses adalah kalsinasi, proses ini dilakukan pada temperature 800oC. Pada



proses ini digunakan reaktor jenis rotary yaitu rotary kiln, Reaksi yang terjadi adalah:



Mg(OH)2(s)



700oC



MgO(s) + H2O



Berikut adalah gambar diagram alir pembuatan magnesium oksida dengan proses Digestion.



Gambar 2. Diagram Alir Magnesium Oksida dengan Proses Digestion



Deskripsi Proses



Pada proses pembuatan Magnesium Oksida ini digunakan dua reaktor jenis CSTR, satu unit tangki pengendapan , satu unit tangki pencucian, satu unit spray dryer, satu unit rotary kiln, satu unit grate cooler dan satu unit ball mills. Untuk proses pembakaran digunakan rotary kiln karena kiln ini paling umum digunakan dalam industri Magnesium Oksida, berbentuk silinder panjang, dimana didalamnya slurry dan gas pembakar panas bertemu secara counter current. Untuk mendapatkan gas pembakar yang panas, batubara, minyak bumi dan gas alam semuanya dapat dibakar didalam kiln ini. Bahan baku dolomit yang diperoleh dari PT. Polowijo Gosari disimpan di tempat penyimpanan berupa storage silo (ST-03) yang bebottom conical, kemudian diumpankan ke reaktor pertama melalui screw conveyor (SC-01). Dolomit ini kemudian direaksikan dengan asam klorida yang diumpankkan dari tangki penyimpanan HCl (ST-01) yang dipompakan dengan pompa sentrifugal (PP-01). Reaksi berlangsung pada reaktor CSTR (RE-01) dengan temperature operasi 80oC dan tekanan 1 atm dan terjadi konversi 93% dengan waktu tinggal reaktor selama 60 menit. Reaktor (RE-01) dilengkapi dengan pengaduk six blade open turbin dan pemanas koil, karena reaksi yang terjadi menghasilkan reaksi endotermis Reaksi yang terjadi adalah : CaMg(CO3)2(s )+ 4HCl(l)



CaCl2(l ) + MgCl2(l) + 2H2O + 2CO2(g)



Hasil reaksi yang terjadi berupa larutan Kalsium Klorida dan Magnesium Klorida dipompakan ke reaktor CSTR kedua (RE-02) untuk direaksikan dengan Natrium Hidroksida yang dipompakan dari tangki penyimpanan NaOH (ST-02). Reaksi berlangsung pada tekanan 1 atm dan temperature operasi 30oC dan terjadi konversi 100% dengan waktu tinggal reaktor selama 60 menit. Reaktor (RE-02) dilengkapi juga dengan pengaduk six blade open turbin dengan pendingin koil untuk menurunkan suhu dari 80-30oC dan menjaga suhu 30oC dengan menggunakan jaket



pendingin Karena reaksi yang terjadi menghasilkan reaksi eksotermis, Reaksi yang terjadi adalah : CaCl 2(l) + MgCl2(l) + H2O + 4NaOH(l)



Mg(OH)2(s) + 4NaCl(l) + Ca(OH)2(1) +



H2O Slurry yang diperoleh dari reaktor kedua dipompakan ke tangki pengendapan (TK-01) dengan operasi 1 atm dan temperature 30oC dilengkapi dengan pengaduk gate paddles. Pada tangki pengendapan, slurry diendapkan umtuk dipisahkan antara padatan dan cairan, lalu yang berupa padatan slurry dipompakan ke tangki pencucian (TK-02) dan diberikan air sebagai pencucian, hal ini dimaksudkan agar slurry terbebas dari impurities klorida karena dengan pemberian air ini garam klorida yang terdapat pada slurry dapat ikut dengan air pencucian. Slurry yang dipompakan ke spray dryer (SD-01), alat ini mengubah slurry menjadi powder dengan adanya udara panas yang di spray dan berkontak langsung dengan material untuk menghilangkan kadar air pada bahan. Udara panas yang didapatkan berasal dari hasil pemanasan pada rotary kiln (RK-01) Powder yang diperoleh berupa dimasukkan ke dalam rotary kiln (RK-01). Di dalam rotary kiln (RK01) terjadi proses pembakaran Mg(OH)2 pada temperature 800oC . Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: Mg(OH)2(S) + Pembakaran



MgO(S) + H2O



Pembakaran ini menggunakan panas dari pembakaran batu bara dari burner yang dihembuskan ke dalam rotary kiln (RK-01). MgO yang keluar dari rotary kiln selanjutnya dimasukkan ke dalam grate cooler (GC-01), sedangkan H2O yang terbentuk akan masuk ke siklon untuk memisahkan partikel debu yang terbawa aliran gas yang keluar dari rotary kiln (RK-01). Panas yang dibawa oleh H2O ini kemudian dimanfaatkan untuk memanaskan batu bara yang akan dibakar. MgO yang keluar dari rotary kiln (RK-01) masih bersuhu tinggi yaitu 800oC. MgO ini kemudian didinginkan didalam grate cooler (GC-01) hingga didapatkan produk keluaran dengan suhu 50oC. Pendinginan MgO didalam grate cooler (GC-01) ini menggunakan udara kering dari unit utilitas. Produk akhir berupa serbuk MgO yang



keluar dari grate cooler (GC-01) Untuk memisahkan partikel debu yang terbawa aliran gas yang keluar dari grate cooler (GC-01), digunakan siklon (SK-03). kemudian diangkut dengan menggunakan screw conveyor menuju ball mill (BM01) untuk diseragakan ukurannya yang didalamnya terdapat bola bola baja agar mendapatkan bubuk magnesium oksida standar berukuran 200 mikron, lalu di angkut menggunakan screw conveyor (SC-02) dan bucket elevator (BE-01) untuk ditampung didalam silo penyimpanan produk (SILO-02).