Pemeriksaan Radiologis Telinga Tengah Dan Mastoid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pemeriksaan Radiologis Telinga Tengah dan Mastoid Gina Lestari Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati



Pendahuluan : Pemeriksaan radiologis berkembang dengan pesatnya sejalan dengan kemajuan ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain pada umumnya. Kemajuan ini dipengaruhi oleh perkembangan teknologi fisika, kimia, biologi, elektronik, komputer dan sebagainya. Cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan gambar tubuh manusia untuk tujuan diagnostik dinamakan pencitraan diagnostik. Sebuah hasil pencitraan diagnostik merupakan sebuah referensi bagi ahli bedah kepala dan leher atau otolaryngologist, yang sangat dibutuhkan dari pasien. Karena banyaknya bagian pendukung dan struktur dalam dari sebuah kepala dan leher yang pemeriksaannya bukan hanya sekedar pemeriksaan yang bersifat topografi (anatomi atau penentuan letak struktur) saja, tetapi juga memerlukan pemeriksaan yang bersifat fisiologi. Hal ini bukan berarti bahwa setiap pasien membutuhkan pencitraan diagnostik. Setelah mendapatkan riwayat lengkap dan pemeriksaan telinga tengah dan mastoid yang cermat dengan otoskop, maka dapat diputuskan perlu tidaknya pemeriksaan radiologi tulang temporal. Radiogram konvensional pada tulang temporal khususnya bermanfaat unuk mempelajari mastoid, telinga tengah, labirin dan kanalis akustikus internus. Posisi yang sering kali digunakan adalah posisi Law, Schuller, Mayer, Ownes, dan Stanvers. Proyeksi standar adalah lateral atau Schuller dan oblique atau Stenvers. Posisi Law. Posisi law hampir serupa dengan posisi lateral sangat bernilai dalam evaluasi mastoiditis akut. Posisi ini kini sering diminta sebelum dilakukan pembedahan mastoid untuk melakukan letak patokan-patokan utama seperti tegmen mastoid dan sinus sigmoideus dan juga menentukan ukuran mastoid secara keseluruhan. Teknik pemeriksaan:  Kedua sisi diperiksa sebagai perbandingan  Posisi pasien : Erect atau prone . Tekuk daun telinga pada mastoid yang diperiksa untuk mengurangi superimposisi dengan mastoid.  Posisi obyek :



   



o letakkan sisi lateral kepala menempel meja/permukaan bucky dengan bagian yang akan dperiksa berada dekat dengan IR. Tubuh dioblique kan untuk membuat pasien bisa senyaman mungkin. o atur MSP pararel dengan bidang permukaan meja/bucky. Dari posisi lateral, obliqkan wajah 15 derajat terhadap IR. Hindari tilting dengan mengatur Interpupilary line tegak lurus permukaan meja/bucky. o atur dagu agar IOML tegak lurus pada tepi depan IR  CR : 15 derajat ke caudal CP : 1 inchi posterior dan 1 inchi superior MAE yang jauh dari IR.  FFD : 100 cm Struktur yang ditampakkan : tampak gambaran mastoid air cell dan struktur tulang yang dekat dengan IR.



    



o Pastikan tidak ada rotasi ataupun tilting Central Ray : 250 ke Caudal Central Point :1½ (4 cm) inci superior dan 1½ (4 cm) posterior MAE FFD :40 inci (100 cm) Struktur yang ditampakkan: Tampak Os mastoid yang dekat dengan kaset.



Gambar 1. Posisi Law: liang telinga, rongga timpani, dan kanalis akustikus internus terlihatn pada daerah dengan densitas rendah di belakang kondilus mandibula. Daerah attic-auditus-antrum seluruhnya terharang. Sel-sel pneumatic dari prosesus mastoideus terlihat jelas.



Posisi Schuller. Menggambarkan penampakan lateral dari mastoid. Pneumatisasi mastoid serta trabekulasi tampak lebih jelas. Memberikan informasi dasar tentang besarnya kanalis akustikus eksterna. Gambaran foto yang baik akan memperlihatkan meatus akustikus eksternus dan eksternus yang saling berhimpitan dan membentuk bayangan bulat sempurna, condyles mandibular dan sendi temporomandibular terlihat jelas, dan penampakan sempuna dari sel mastoid. Teknik pemeriksaan:  Kedua sisi diperiksa sebagai perbandingan.  Persiapan pasien: Instruksikan pasien untuk melepaskan bendabenda logam pada daerah kepala  Posisi Pasien Semiprone  Posisi Obyek : o Atur MSP sejajar dengan meja/permukaan bucky o Atur interpupilary line tegak lurus terhadap meja/permukaan bucky o Lipat daun telinga yang terdekat dengan IR



Gambar 2. Posisi Schuller. Dengan menambahkan berkas elevasi berkas sinar, maka labirin akan ditekan dan kaput malei menjadi tampak di atas tabung petrous. Bandingkan dengan Gambar 1.



Keterangan Gambar: 1. Radiks zygoma 2. Kondilus mandibula 3. Sendi temporomandibularis 5. Rongga timpani 6. Rongga Epitimpani 7. Maleus 10. Daerah aditus 11. Daerah antrum 12. Sel-sel mastoid 13. Ujung mastoid 14. Lempeng anterior sinus lateral 15. Lempeng tegmen 16. Emenensia arkuata 21. Petrosa 22. Kista anterior petrosa 23. Aurikula



Gambar 3. Posisi Mayer memperlihatkan maleus dan inkus dalam rongga timpani dengan sel-sel attic. Antrum sebagian terhalang arkuata.



Posisi Meyer. Posisi ini akan memperlihatkan daerah antrum dan kaput maleus. Dengan merubah berkas sinar X, dapat pula terlihat inkus dan daerah epitympanum.



Keterangan Gambar: 1. Radiks zygoma 2. Kondilus mandibula 3. Sendi temporomandibularis



4. Liang telinga 5. Rongga timpani 6. Rongga Epitimpani 7. Maleus 8. Inkus 10. Daerah aditus 11. Daerah antrum 12. Sel-sel mastoid 13. Ujung mastoid 14. Lempeng anterior sinus lateral 15. Lempeng tegmen 16. Emenensia arkuata 21. Petrosa 22. Tabung anterior petrosa 25. Aurikula



Posisi Owen. Posisi ini juga menggambarkan penampakan lateral mastoid. Umumnya posisi owen dibuat untuk memperlihatkan kanalis auditorius eksternus, epitimpanikum, bagian-bagian tulang pendengaran, dan sel udara mastoid.



Gambar 4. Posisi Owens. Inkus dan maleus terlihat jelas dalam rongga timpani dengan epitympanum dan antrum dalam posisi normal.



Keterangan Gambar: 2. Kondilus mandibula 3. Sendi temporomandibularis 5. Rongga timpani 9. Gabungan bayangan maleus dan inkus 11. Daerah antrum 12. Sel-sel mastoid 13. Ujung mastoid 15. Lempeng tegmen 16. Emenensia arkuata 17. Kanalis semisirkularis superior 18. Kanalis semisirkularis horisontalis 19. Koklea 20. Kanalis semisirkularis internus 21. Petrosa 22. Tabung anterior petrosa 23. Sutura petro-oksipitalis 24. Krista sagitalis tulang oksipitalis



Teknik pemeriksaan Meyer dan Owen:  Posisi Pasien : erect atau supine  Posisi Obyek : o Atur dagu, sehingga IOML tegak lurus terhadap IR o Rotasikan kepala 45 derajat dengan daerah yang duperiksa dekat dengan IR.



o Atur mastoid yang dekat dengan film berada pada pertengahan permukaan meja/bucky.  CR : 45 derajat ke caudad  CP : 3 inchi (7,5 cm) diatas superciliary arch, menuju setinggi 1 inci (2,5cm) anterior tepi bawah MAE.  FFD : 40 inchi (100cm) Alternatif Owen modification :  Pada proyeksi ini rotasi kepala berkisar antara 30-40 derajat dari sisi lateral dan CR berkisar 30-40 derajat ke caudad.  Struktur yang ditampakkan : Tampak bagian tepi bawah petrous ridge, yang mencakup tepi bawah mastoid air cell dan struktur tulang labyrinth. Posisi Stenver. Memperlihatkan struktur tulang pyramid, termasuk apeks, arcuate aminence, kanalis akustikus internus, poros akustikus, kanalis semisirkularis horizontal dan vertical, vestibulum, cochlea dan antrum mastoid serta mastoid. Kriteria foto yang baik meliputi tepi tulang petrosa terlihat jelas, tampak krista occipitalis eksterna lateral dari canalis semisirkularis posterior, superior petrousridg horizontal, tepi batas tegas dari inferior petrous ridge dan processus mastoideus. Dibuat foto perbandingan kanan dan kiri.Teknik pemeriksaan:  Posisi Pasien : Prone atau erect  Posisi Obyek : o Atur dagu sehingga IOML tegak lurus terhadap IR o Rotasikan kepala 45 derajat dan bagian yag diperiksa berada dekat dengan IR. o Atur mastoid bagian bawah berada pada pertengahan IR.







o Central Ray (CR) : 12 derajat ke cephalad o CP : 3 hingga 4 inchi (7 hingga 10 cm) posterior, dan ½ inchi (1,25 cm) inferior permukaan MAE, menuju ke mastoid process yang dekat dengan IR. o FFD : 100 cm (40 inchi) Struktur yang ditampakkan : Petrous pyramid, labirynth tulang, cavity tympany, internal auditory canal, dan mastoid air cells ( dengan mastoid tips) tidak superposisi dengan tulang temporal. Posisi yang benar akan menampakkan condylus mandibular mengalami superimposisi dengan tulang cervical, internal acousticus canal, cochlea, dan semicircularncanals (bony labyrithm) tampak dibawah petrous ridge, processus mastoideus tampak berada di bawah cranial margin, posterior margin dari ramus mandibula superimposisi dengan bagian posterior tulang cervical.



9. Gabungan bayangan maleus dan inkus 11. Daerah antrum 12. Sel-sel mastoid 13. Ujung mastoid 15. Lempeng tegmen 16. Emenensia arkuata 17. Kanalis semisirkularis superior 18. Kanalis semisirkularis horisontalis 19. Koklea 20. Kanalis semisirkularis internus 21. Petrosa 22. Tabung anterior petrosa 23. Sutura petro-oksipitalis 24. Krista sagitalis tulang oksipitalis



Gambar 5. Posisi Stancers memperlihatkan kanalis akustikus internur, labirin dan antrum.



Keterangan Gambar: 2. Kondilus mandibula 3. Sendi temporomandibularis 5. Rongga timpani



Jika ingin melighat struktur-struktur telinga tengah, maka posisi Schuller standar, modifikasi Mayer dan Chausse III adalah yang paling efektif. Namun jika ada kemungkinan neuroma akustik atau suatu kelainan pada daerah petrosus atau kanalis akustikus internus, sebaiknya dilakukan pemotretan posisi Towne, Stanvers, dan trasorbita. Derajat perkembangan sel mastoid dijelaskan secara radiografik sebagaipneumatik, diploik, sklerotik dan tidak berkembang. Gambaran perkembangan mastoid secara umum adalah sebagai berikut:  Bila pneumatisasi mastoid normal terjadi tanpa adanya hambatan akibat infeksi berulang pada anakanak ataupun anomaly perkembangan lainnya, maka rongga-rongga udara mastoid yang terbentuk sempurna tersebut disebut sebagai tipe pneumatic  Bila pneumatisasi mastoid terganggu oleh proses-proses infeksi, maka mungkin hanya terdapat beberapa kelompok sel-sel yang besar. Gambaran seperti ini dikenal sebagai tipe diploik.  Sebagian kecil pasien memiliki tulang yang padat pada daerah mastoid. Hal ini mungkin



disebabkan aktivitas osteoblast yang dirangsang oleh infeksi kronik atau berulang. Tipe ini dikenal dengan mastoid sklerotk. Pada tipe ini sering timbul kolesteatoma. Referensi: 1. Adams, G.L., Boies, L.R., dan Hilger, P.A., 2013. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2. Merril’s Atlas of Radiograpic Posisions and Radiologic Procedures. Philip W Ballinger, Eugeune D. Frank 3. Radiograpic Posisioning and Relaxed Anatomy. Kenneth L Bontrager, MA, R.(R) , Jonh P Lampignano, Med, RT(R)(CR) 4. Clark’s Positioning In Radiography. A.S. Whitley, C. Sloane, G. Hoadley, A.D. Moore & C. W. Alsop.