Pemikiran Teologi Tokoh Kalam Indonesia (Ilmu Kalam, 9) [PDF]

  • Author / Uploaded
  • andre
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMIKIRAN TEOLOGI TOKOH KALAM INDONESIA (HARUN NASUTION & NURCHOLIS MADJID) Kelompok: 9 1. 2. 3. 4.



Sunah: 216115618 Syifa Aulia: 216115619 Wardati: 216115620 Yuliati: 216115621 BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Ilmu kalam atau teologi sudah kita kenal sejak zaman Khulafaur Rasyidin, menurut Harun Nasution kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Ustman bin Affan yang berbuntut pada penolakan Muawiyah atas kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Ilmu kalam atau teologi dari masa ke masa mengalami perkembangan yang cukup pesat, banyak tokoh-tokoh pemikir ilmu kalam bermunculan. Dan memiliki argumentasi yang berbeda-beda, sehingga persoalan-persoalan yang mengenai ilmu kalam atu teologi itu sendiri semakin serius untuk dibahas. Karena dari permasalahan tersebut akan memicu timbulnya pemikiran-pemikiran yang baru dan tanggapan dari berbagai tokoh-tokoh ilmu kalam itu sendiri. Dengan adanya permasalahan-permasalahan tentang ilmu kalam ini akan menambah wawasan keilmuan bagi para tokoh pemikir itu sendiri maupun bagi orang-orang yang terlibat dalam keilmuan tersebut. Banyaknya tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang yang berbeda, maka banyak pula pemikiran-pemikiran dari mereka yang berbeda tentang permasalahan ilmu kalam ini. Sebagai contoh, didalam makalah ini insya Allah akan dibahas teologi atau ilmu kalam yang mengacu pada dua tokoh yaitu: Harun Nasution dan Nurcholis Madjid. Akan tetapi dalam makalah ini akan dibahas hanya terkait dengan teologi atau ilmu kalam kontemporer saja dan hanya terfokus pada teologi dua tokoh yaitu: Harun Nasution dan Nurcholis Madjid. Oleh karena itu, penulis mencoba mengangkat makalah dengan judul “PEMIKIRAN TEOLOGI TOKOH KALAM INDONESIA: HARUN NASUTION DAN NURCHOLIS MADJID”, hal ini sebagai bahan diskusi, sehinggah akan mendapatkan wawasan keilmuan terkait dengan permasalahan ilmu kalam.



1



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana riwayat hidup Harun Nasution? 2. Apa pemikiran Harun Nasution tentang teologi? 3. Bagaimana riwayat hidup Nurcholis Madjid? 4. Apa pemikiran Nurcholis Madjid tentang teologi? C. Tujuan Masalah 1. Mengetahui riwayat hidup Harun Nasution 2. Mengetahui pemikiran Harun Nasution tentang teologi 3. Mengetahui riwayat hidup Nurcholis Madjid 4. Mengetahui pemikiran Nurcholis Madjid tentang teologi



BAB II PEMBAHASAN A. Harun Nasution 2



1. Riwayat Singkat Harun Nasution Harun Nasution lahir pada hari selasa 23 September 1919 di Sumatera. Ayahnya, Jabar Ahmad adalah seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab Jawi. Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah Belanda HIS. Setelah tujuh tahun di HIS, beliau meneruskan ke MIK (Modern Islamietishe Kweekschool) di Bukittinggi pada tahun 1934, pendidikannya lalu diteruskan ke Universitas Al-Azhar, Mesir. Sambil kuliah di Al-Azhar beliau kuliah juga di Universitas amerika di Mesir. Pendidikannya lalu dilanjutkan ke Mc. Gill, Kanada pada tahun 1962. Setiba di tanah air pada tahun 1969 beliau langsung terjun dalam bidang akademisi, yakni menjadi dosen di IAIN Jakarta, IKIP Jakarta, dan kemudian juga pada Universitas Nasional. Harun Nasution adalah figur sentral dalam semacam jaringan intelektual yang terbentuk dalam kawasan IAIN Ciputat semenjak paruh kedua dasawarsa 70-an. Sentralitas Harun Nasution di dalam jaringan itu tentu saja banyak ditopang kapasitas intelektualnya, dan kemudian kedudukan formalnya sebagai rektor dan sekaligus salah seorang pengajar di IAIN. 2. Pemikiran Harun Nasution a. Peranan Akal Bukanlah secara kebetulan bila Harun Nasution memilih problematika akal dalam sistem teologi Muhammad Abduh sebagai bahan kajian disertasinya di Universitas Mogill, Mentreal, Kanada. Besar kecilnya peranan akal dalam sistem teologi suatu aliran sangat menentukan dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam. Berkenaan dengan akal ini, Harun Nasution menulis demikian: “Akal melambangkan kekuatan manusia”. Karena akallah manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain disekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia, bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi kekuatan-keuatan lain tersebut. Dalam sejarah Islam, akal mempunyi kedudukan tinggi dan banyak dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, akan tetapi dalam perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam sendiri. Pemikiran akal dalam Islam diperintahkan Al-Qur’an sendiri. Bukanlah tidak ada dasarnya apabila ada penulis-penulis, baik dikalangan Islam sendiri maupun dikalangan non-Islam, yang berpendapat bahwa Islam adalah agama rasional. b. Pembaharuan Teologi Pembaharuan teologi yang menjadi predikat Harun Nasution. Pada dasarnya dibangun atas dasar asumsi bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat Islam 3



Indonesia (juga di mana saja) adalah disebabkan “ada yang salah” dalam teologi mereka. Pandangan ini serupa dengan pandangan kaum modernis lain pendahulunya (Muhammad Abduh, Rasyid Ridha Al-Afghani, Sayid Amer Ali, dan lain-lain) yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi Islam yang sejati. Retorika ini mengandung pengertian bahwa umat Islam dengan teologi fatalistic, irasional, predeterminisme serta penyerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat Islam. Menurut Harun Nasution, umat Islam hendaklah mengubah teologi yang berwatak free-will rasional, serta mandiri. Tidak heran jika teori moderanisasi ini selanjutnya menemukan teologi dalam khazanah Islam klasik sendiri yakni teologi mu’tazilah. c. Hubungan Akal dan Wahyu Salah satu fokus pemikiran Harun Nasution adalah hubungan akal dan wahyu. Ia menjelaskan bahwa hubungan akal dan wahyu memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan tertinggi dalam AlQur’an. Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan keagamaan. Dalam pemikiran Islam, baik dibidang filsafat maupun ilmu kalam, apalagi dibidang ilmu fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap wahyu. Akal dipakai untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi interpretasi. Yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam sebenarnya bukan akal dan wahyu, tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan lain dari teks wahyu itu juga. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam Islam adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain. B. Nurcholis Madjid 1. Riwayat Singkat Nurcholis Madjid Prof. DR Nurcholis Madjid yang populer dipanggil cak Nur lahir di Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939 dan meninggal di Jakarta, 29 Agustus 2005 pada umur 66 tahun. Beliau adalah seorang pemikir Islam, cendikiawan dan budayawan Indonesia. Ayahnya, KH. Abdul Madjid dikenal dengan pendukung Masyumi. Setelah melalui pendidikan diberbagai pesantren Gontor Ponorogo beliau menempuh studi kesarjanaan di IAIN Jakarta (1961 sampai 1968), tokoh HMI ini menjalani studi doktoralnya di



4



Universitas Cikago Amerika Serikat (1978 sampai 1984) dengan disertasi tentang filsafat kalam Ibnu Taimiyah. Beliau berjasa ketika bangsa Indonesia mengalami krisis kepimpinan pada tahun 1998, beliaulah yang sering diminta nasihat oleh presiden Soeharto terutama dalam mengatasi gejolak pasca kerusuhan Mei 1998 di Jakarta setelah Indonesia dilanda krisis yang hebat. Atas saran beliau, akhirnya presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya untuk menghindari gejolak yang lebih parah. 2. Pemikiran Nurcholis Madjid a. Teologi Pluralisme Pluralisme Nurcholis Madjid berdiri tegak atas pundamen ajaran dan nilai etis Al-Qur’an seutuhnya. Teologi ini berangkat dari kesadaran kemajemukan atau pluralitas umat manusia yang merupakan kenyataan yang telah menjadi kehendak Tuhan. Tegasnya bahwa Allah menciptakan umat manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar mereka saling mengenal dan menghargai (QS. 49: 13). Bahwa perbedaan antara manusia dalam bahasa dan warna kulit merupakan pluralitas yang mesti diterima sebagai kenyataan yang positif dan merupakan salah satu kebesaran Allah (QS. 30: 22). Pemahaman yang didasarkan atas kesadaran kemajemukkan secara sosial, religius yang tidak mungkin ditolak, inilah yang oleh Nurcholis Madjid disebut pluralisme. Yaitu sistem inilah yang memandang secara positif optimis dan menerimanya sebagai pangkal tolak untuk melakukan upaya konstruktif dalam bingkai karya-karya kemanusiaan yang membawa kebaikan dan kemaslahatan. Berbicara pemikiran Nurcholis Madjid tentang pluralisme, sama sekali berbeda jauh dengan definisi pluralisme yang dipahami dan diharamkan oleh Majelis Ulana Indonesia (MUI). Pluralisme (agama): paham bahwa semua agama sama dan kebenaran setiap agama adalah relatif, setiap pemeluk agama mengklaim hanya agamanya yang benar atau semua pemeluk agama akan masuk dan berdampingan di surga. b. Kalam Masa Depan Ada beberapa hal yang secara tentatif meskipun dengan cara yang agak arbiter, kurang sistematis dapat digunakan sebagai titik tolak tingkat awal bagi pengembangan metode ilmu kalam. 1. Untuk menjaga autentisitas 2. Untuk memperoleh relevansi dan kreatifitas yang optimal



5



3. Secara tersendiri amat diperlukan memahami dengan tepat dan esensial arti zaman modern dan modernitas 4. Salah satu hasil yang dituju ialah ditemukannya hubungan organik yang mantap antar iptek dan sistem keimanan Islam 5. Di satu segi iptek modern memberi umat manusia kemungkinan besar memperoleh peningkatan hidup material yang luar biasa 6. Zaman modern tidak akan merubah fitrah manusia yang memerlukan bimbingan Ilahi bagi kelangsungan hidupnya



BAB III KESIMPULAN 6



A. Simpulan Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa: Bagaimana riwayat hidup Harun Nasution, apa pemikiran Harun Nasution tentang teologi, bagaimana riwayat hidup Nurcholis Madjid, apa pemikiran Nurcholis Madjid tentang teologi. Harun Nasution adalah seorang tokoh pemikir ilmu kalam/teologi di mana beliau memiliki beberapa pemikiran-pemikiran terkait dengan masalah ini, diantaranya yaitu: beliau pernh menulis bahwa Akal Melambangkan Kekuatan Manusia, hal ini mengartikan bahwa dengan akal lah manusia dapat melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan keperluan hidupnya. Dengan akal manusia dapat mengalahkan makhluk lain, dan bertmbah tingginya akal manusia maka bertambah tinggi pula kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain. Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah lemah pulalah kesanggupannya untuk menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut. Beliau juga berpendapat bahwa kelatarbelakangan dan kemunduran umat Islam Indonesia (juga di mana saja) adalah disebabkan “ada yang salah” dalam teologi mereka, maka dari itu beliau memiliki pemikiran tentang pembaharuan teologi. Beliaupun berpendapat bahwa ada hubungan antara akal dan wahyu. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al-Qur’an, orang yang berimn tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan keagamaan. Nurcholis Madjid dalah seorang teologi yang memiliki pemikiran dan pandangan tentang pluralisme, akan tetapi terkadang pemikirannya tersebut bertentangan dengan apa yang menjadi ketentuan pada umumnya. Contohnya pemikiran beliau ini berlawanan dengan pluralisme yang diutarakan oleh MUI. Nurcholis Madjid juga mengungkapkan tentang kalam masa depan, yang berisi prediksi tentang titik tolak tingkat awal bagi pengembangan metode ilmu kalam. B. Saran Sebagai manusia biasa yang jauh dari kesempurnaan dan karena keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki, maka kiranya kepada Dosen pengajar dapat mengoreksi makalah ini, apabila terdapat adanya kesalahan-kesalahan baik dalam penyajian materi maupun dari segi penulisan yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan sehingga dapat menjadi bahan acuan bagi penulis selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA Afnirohmani, S. 2012 “makalah ilmu kalam teologi kontemporer”, Tersedia: http://sitiafnirohmani.blogspot.co.id/2012/12/makalah-ilmu-kalam-teologikontemporer.html [ 19 April 2017 ] Mashadi. 2011 “teologi kontemporer harun nasution”, Tersedia: 7



http://mashadistudent.blogspot.co.id/2011/08/eologi-kontemporer-harun-nasutiondan.html [ 20 April 2017 ]



8