Pendidikan Klasik Dan Modern [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

WAWASAN KEPENDIDIKAN “TINJAUAN TENTANG TEORI PENDIDIKAN KLASIK DAN TEORI PENDIDIKAN MODERN”



DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 VIONNA VERONIKA MAHARANI NI PUTU RANI NATASYA S. PUTU REGGY KEVIANA



(1913071017) (1913071018) (1913073001)



KELAS 2A PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN IPA JURUSAN FISIKA DAN PENGAJARAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM



UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2020



PRAKATA Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tinjauan Tentang Teori Pendidikan Klasik Dan Teori Pendidikan Modern”. Adapun yang kami bahas disini yaitu mengenai teori Pendidikan klasik dan teori Pendidikan modern. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Pengantar Pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.



Singaraja, 16 Maret 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI COVER ..............................................................................................................i PRAKATA ..................................................................................................... ...ii DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2 1.4 Manfaat ........................................................................................................ 2 BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................. 3 2.1 Teori Pendidikan Klasik .............................................................................. 3 2.1.1 Aliran Empirisme ............................................................................ 3 2.1.2 Aliran Nativisme ............................................................................. 4 2.1.3 Aliran Naturalisme .......................................................................... 6 2.1.4 Aliran Konvergensi ......................................................................... 7 2.2 Teori Pendidikan Modern ............................................................................ 8 2.2.1 Teori Humanisme ............................................................................ 8 2.2.2 Teori Behaviorisme ......................................................................... 9 2.2.3 Teori Kognitivisme ......................................................................... 10 2.2.4 Teori Sibernetik .............................................................................. 12 2.3 Implikasi Teori Pendidikan Klasik dan Teori Pendidikan Modern ............ 12 2.3.1 Implikasi Teori Pendidikan Klasik ................................................. 12 2.3.2 Implikasi Teori Pendidikan Modern ............................................... 14 BAB III. PENUTUP ........................................................................................ 18 3.1 Simpulan ...................................................................................................... 18 3.2 Saran ............................................................................................................ 19 DAFTAR PUSTAKA



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan bukan hanya soal mengajari atau belajar bersama, pendidik memiliki acuan dalam mendidik, serta teori-teori pendidikan yang diajari dalam mata kuliah ilmu pendidikan. Selain itu kita dapat mempelajari pendidikan secara teoritis melalui perenungan – perenungan yang mendalam yang mencoba melihat makna pendidikan dalam suatu konteks yang lebih luas yang disebut teori pendidikan, maupun dapat juga mempelajari pendidikan secara praktis melalui kegiatan akademis dan empiris yang bersumber dari pengalaman – pengalaman pendidikan yang disebut praktik pendidikan. Pentingnya kita berteori dalam praktek di lapangan pendidikan karena pendidikan dalam praktek harus dipertanggung jawabkan. Tanpa teori dalam arti suatu alasan dan rasional yang konsisten dan saling berhubungan maka tindakan-tindakan dalam pendidikan hanya didasarkan atas alasan-alasan yang kebetulan, seketika dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Hal itu tidak boleh terjadi karena setiap tindakan pendidikan bertujuan menunaikan nilai yang terbaik bagi peserta didik dan pendidik. Bahkan pengajaran yang baik sebagai bagian dari pendidikan selain memerlukan proses dan alasan rasional serta intelektual juga terjalin oleh alasan yang bersifat moral. Sebabnya ialah karena unsur manusia yang dididik dan memerlukan pendidikan adalah makhluk manusia yang harus menghayati nilai -nilai agar mampu mendalami nilai-nilai dan menata perilaku serta pribadi sesuai dengan harkat nilai-nilai yang dihayati itu. Sesuai ucapan Dr. Gunning yang dikutip Langeveld (1955) : “Praktek tanpa teori adalah untuk orang idiot dan gila, sedangkan teori praktek hanya untuk orang-orang Jenius”. Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialisme, Essensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses ”penelitian”, melalui metode ekspositori dan inkuiri. Berbicara masalah teori-teori pendidikan modern erat sekali hubungan dengan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah perkembangan



1



ilmu pengetahuan ada periodisasi perkembangan ilmu yang dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer. Surajiyo (2008) mengatakan periodisasi tersebut adalah Zaman Pra Yunani, Zaman Yunani Kuno, Zaman Abad Pertengahan, Zaman Renaissance, Zaman Modern, dan Zaman Kontemporer. Penomena-penomena suatu zaman, akan mempengaruhi secara langsung konsepsi pendidikan atau dapat dikatakan teori-teori pendidikan adalah pencerminan suatu zaman. Teori-teori pendidikan modern dimulai dari gerakan Zaman Renaissance. Zaman Modern yang diawali dengan teori pendidikan pertama yakni: Humanisme, behaviorisme, kognitivisme dan sibernetik. Berkenaan dengan itu dalam teori-teori pendidikan modern ini akan diungkapkan suatu bahasan berkisar periodisasi zaman terkait, paradigamaparadigma pendidikan modern dan teori-teori pendidikan modern. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari teori pendidikan klasik? 2. Apa saja aliran-aliran pada teori pendidikan klasik? 3. Apa pengertian dari teori pendidikan modern? 4. Apa saja aliran-aliran pada teori pendidikan modern? 5. Bagaimana implikasi teori pendidikan klasik dan teori pendidikan modern? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari teori pendidikan klasik 2. Untuk mengetahui aliran-aliran pada teori pendidikan klasik 3. Untuk mengetahui pengertian dari teori pendidikan modern 4. Untuk mengetahui aliran-aliran pada teori pendidikan modern 5. Untuk mengetahui implikasi teori pendidikan klasik dan teori pendidikan modern 1.4 Manfaat 1. Bagi Penulis Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi penulis seperti pengalaman untuk mengumpulkan bahan dari berbagai sumber yang ada. Disamping itu, penulis juga mendapat ilmu untuk memahami dan menganalisis materi yang ditulis dalam makalah ini. Penulis juga mendapatkan berbagai pengalaman mengenai teknik penulisan makalah, teknik pengutipan, dan teknik penggabungan materi dari berbagai sumber. 2. Bagi Pembaca Pembaca yang membaca makalah ini akan dapat mengetahui lebih dalam mengenai pengertian dari Pendidikan klasik dan modern serta jenis-jenis aliran pada Pendidikan klasik dan modern.



2



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teori Pendidikan Klasik Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya. Isi pendidikan atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu pengetahuan yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya dan disusun secara logis dan sistematis. Misalnya teori fisika, biologi, matematika, bahasa, sejarah dan sebagainya. Perbedaan padangan tentang faktor dominan dalam perkembangan manusia tersebut menjadi dasar perbedaan pandangan tentang peran pendidikan terhadap manusia, mulai dari yang paling pesimis sampai yang paling optimis. Aliranaliran itu pada umumnya mengemukakan satu faktor dominan tertentu saja dan dengan demikian suatu aliran dalam pendidikan akan mengajukan gagasan untuk mengoptimalkan faktor tersebut untuk mengembangkan manusia. Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang berbeda, yaitu: 1. Aliran Empirisme 2. Aliran Nativisme 3. Aliran Naturalisme 4. Aliran Konvergensi 2.1.1 Aliran Empirisme Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari di dapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh perintis pandangan ini adalah seorang filsuf Inggris bernama John Locke (1704-1932) yang mengembangkan teori “Tabula Rasa”, yakni anak lahir kedua bagaikan kertas putih yang bersih. Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan. Pada hal kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena bakat, meskipun lingkungan disekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri berupa kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha



3



mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, contohnya melalui modifikasi tingkah lakunya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih tampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasif dan dapat diubah, umpamanya melalui modifikasi tingkah laku. Hal itu tercermin pada pandangan scientific psycology Skinner ataupun dengan behavioral. Behaviorisme itu menjadikan prilaku manusia tampak keluar sebagai sasaran kajianya, dengan tetap menekankan bahwa perilaku itu terutama sebagai hasil belajar semata-mata. Meskipun demikian, pandangan-pandangan behavioral ini juga masih bervariasi dalam menentukan faktor apakah yang paling utama dalam proses belajar itu sebagai berikut: 1. Pandangan yang menekankan peranan pengamatan dan imitasi. 2. Pandangan yang menekankan peranan dari dampak ataupun balikan dari sesuatu perilaku. 3. Pandangan yang menekankan peranan stimulus atau rangsangan terhadap perilaku 2.1.2 Aliran Nativisme Aliran Nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak lahir. Pada hakekatnya aliran nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak, oleh karena itu faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan ditentukan oleh pembawaan sejak lahir dan genetik dari kedua orang tua. Berdasarkan pandangan ini, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak itu sendiri. Perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, hasil pendidikan ditentukan oleh bakat yang dibawa sejak lahir. Dengan demikian, menurut aliran ini, keberhasilan belajar ditentukan oleh individu itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat menjadi jahat, dan yang baik menjadi baik”. Artinya bahwa, jika anak memiliki bakat jahat dari lahir, ia akan menjadi jahat, dan sebaliknya jika anak memiliki bakat baik, ia akan menjadi baik. Pendidikan anak yang tidak sesuai dengan bakat yang dibawa tidak akan berguna bagi perkembangan anak



4



itu sendiri. Istilah nativisme dari asal kata natie yang artinya adalah terlahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Pembawan tidak dapat dirubah dari kekuatan luar. Pandangan itu tidak menyimpang dari kenyataan. Misalnya, anak mirip orangtuanya secara fisik dan akan mewarisi sifat dan bakat orangtua. Prinsipnya, pandangan nativisme adalah pengakuan tentang adanya daya asli yang telah terbentuk sejak manusia lahir ke dunia, yaitu daya-daya psikologis dan fisiologis yang bersifat herediter, serta kemampuan dasar lainnya yang kapasitasnya berbeda dalam diri tiap manusia. Ada yang tumbuh dan berkembang sampai pada titik maksimal kemampuannya, dan ada pula yang hanya sampai pada titik tertentu. Misalnya, seorang anak yang berasal dari orangtua yang ahli seni musik, akan berkembang menjadi seniman musik yang mungkin melebihi kemampuan orangtuanya, mungkin juga hanya sampai pada setengah kemampuan orangtuanya. Meskipun dalam kenyataan sehari-hari, sering ditemukan anak mirip orang tuanya (secara fisik) dan juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Tetapi pembawaan itu bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan anak. Terdapat suatu pendapat aliran nativisme yang berpengaruh luas yakni dalam diri individu terdapat suatu “inti” pribadi (G. Leibnitz: Monad) yang mendorong manusia untuk mewujudkan diri, mendorong manusia dalam menentukan pilihan dan kemauan sendiri, dan yang menempatkan manusia sebagai mahluk yang mempunyai kemauan bebas. Meskipun pandangan ini mengakui pentingnya belajar, namun pengalaman dalam belajar itu ataupun penerimaan dan persepsi seseorang banyak ditentukan oleh kemampuan memberi makna kepada apa yang dialaminya itu. Dengan kata lain, pengalaman belajar ditentukan oleh “internal frame of reference” yang dimilikinya. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada perkembangan manusia dalam aliran nativisme, sebagai berikut. 1. Faktor genetik Faktor genetik adalah faktor gen dari kedua orangtua yang mendorong adanya suatu bakat yang muncul dari diri manusia. Contohnya adalah jika kedua orangtua anak itu adalah seorang penyanyi maka anaknya memiliki bakat pembawaan sebagai seorang penyanyi yang prosentasenya besar. 2. Faktor Kemampuan Anak Faktor kemampuan anak adalah faktor yang menjadikan seorang anak mengetahui potensi yang terdapat dalam dirinya. Faktor ini



5



lebih nyata karena anak dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya adalah adanya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang mendorong setiap anak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya sesuai dengan bakat dan minatnya. 3. Faktor Pertumbuhan Anak Faktor pertumbuhan anak adalah faktor yang mendorong anak mengetahui bakat dan minatnya di setiap pertumbuhan dan perkembangan secara alami sehingga jika pertumbuhan anak itu normal maka dia kan bersikap enerjik, aktif, dan responsive terhadap kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, jika pertumbuhan anak tidak normal maka anak tersebut tidak bisa mengenali bakat dan kemampuan yang dimiliki. Didalam teori ini menurut G. Leibnitz: Monad “Didalam diri individu manusia terdapat suatu inti pribadi”. Sedangkan dalam teori Teori Arthur Schopenhauer (1788-1860) dinyatakan bahwa perkembangan manusia merupakan pembawaan sejak lahir atau bakat. Sehingga dengan teori ini setiap manusia diharapkan: 1. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki 2. Mendorong manusia mewujudkan diri yang berkompetensi 3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan 4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang 5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki 2.1.3 Aliran Naturalisme Naturalisme merupakan teori yang menerima “nature” (alam) sebagai keseluruhan realitas. Istilah “nature” telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti, mulai dari dunia fisik yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu. Natura adalah dunia yang diungkapkan kepada kita oleh sains alam. Istilah naturalisme adalah sebaliknya dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistik terhadap alam dengan adanya kekuatan yang ada (wujud) di atas atau di luar alam (Harold H. Titus e.al. 1984). Aliran ini memiliki persamaan dengan nativisme, dipelopori oleh seorang filsuf prancis J.J. Rousseau (1712- 1778). Berbeda dengan schoperhauer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Karena itu, Jean Jaquest Rousseau menciptakan konsep pendidikan alam, artinya anak hendaklah dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia jangan banyak mencampurinya.



6



2.1.4



Aliran ini disebut juga negativism, karena berpendapat bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam, jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Namun aliran ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan, karena makin lama pendidikan semakin diperlukan. Aliran ini mempunyai kesamaan dengan teori nativisme bahkan kadang-kadang disamakan. Padahal mempunyai perbedaan-perbedaan tertentu. Ajaran dalam teori ini mengatakan bahwa anak sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat, kemampuan, sifat, watak dan pembawaan-pembawaan lainya. Pembawaan akan berkembang sesuai dengan lingkungan alami, bukan lingkungan yang dibuat-buat. Dengan kata lain jika pendidikan diartikan sebagai usahan sadar untuk mempengaruhi perkembangan anak seperti mengarahkan, mempengaruhi, menyiapkan, menghasilkan apalagi menjadikan anak kearah tertentu, maka usaha tersebut hanyalah berpengaruh jelek terhadap perkembangan anak. Tetapi jika pendidikan diartikan membiarkan anak berkembang sesuai dengan pembawaan dengan lingkungan yang tidak dibuat-buat (alami) makan pendidikan yang dimaksud terakhir ini berpengaruh positif terhadap perkembangan anak. Jean Jaquest Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga kebaikan anak-anak yang di peroleh secara alamiah sejak saat kelahirannya itu dapat tampak secara spontan dan bebas. Jean Jaquest Rousseau juga berpendapat bahwa jika anak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma, hendaklah orang tua atau pendidik tidak perlu untuk memberikan hukuman, biarlah alam yang menghukumnya. Jika seorang anak bermain pisau, atau bermain api kemudian terbakar atau tersayat tangannya, atau bermain air kemudian ia gatal-gatal atau masuk angin. Ini adalah bentuk hukuman alam. Biarlah anak itu merasakan sendiri akibatnya yang sewajarnya dari perbuatannya itu yang nantinya menjadi insaf dengan sendirinya Aliran Konvergensi Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871-1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang sesuai dengan perkembangan bakat tersebut. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak dapat menghasilkan



7



perkembangan anak yang optimal kalau memang dalam dirinya tidak terdapat bakat yang diperlukan dalam mengembangkan bakat tersebut. Sebagai contoh, hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata adalah juga hasil konvergensi. Pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungan, anak belajar berbicara dalam bahasa tertentu. Lingkungan pun mempengaruhi anak didik dalam mengembangkan pembawaan bahasanya. Karena itu tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Inggris, dan sebagainya. Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam satu lingkungan yang sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh adanya perbedaan kuantitas pembawaan dan perbedaaan situasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua orang anak tersebut bahasa yang sama. Oleh karena itu Stren berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungannya, seakan-akan dua garis menuju satu titik pertemuan. 2.2 Teori Pendidikan Modern Pendidikan modern merupakan pendidikan yang sejalan dengan usaha manusia sejak ia dilahirkan hingga meninggal, dengan sadar membimbing dan menuntun kondisi jiwa agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik sejak awal pertumbuhan dan perkembangannya. Sebagaimana dikatakan P.J. Hills, bahwa pendidikan dalam masyarakat umumnya memiliki dua peran pokok, yaitu menyampaikan pengetahuan kepada generasi ke generasi berikutnya dan memberikan bekal kepada manusia dengan keahlian menganalisis, mendiagnosa, dan bertanya. Maka dapat disimpulkan pendidikan modern adalah cara-cara belajar yang sesuai dengan tuntutan era kekinian, untuk dapat dipersiapkan anak didik pada masanya. 2.2.1 Teori Humanisme Sodirdjo (1980), mengatakan teori pendidikan modern pertama adalah teori humanisme. Pendidikan humanistik yang meletakan manusia sebagai titik tolak dan sebagai titik tujuan, menurut Baharuddin (2007), paradigma pendidikan humanistik terdapat dua harapan besar yakni: nilai-nilai pragmatis iptek tidak akan mematikan kepentingankepentingan kemanusiaan, dan akan dapat terhindar dari tirani teknologi dan dapat hidup sejahtera dan kondusif. Tujuan pendidikan humanistik yaitu membentuk manusia yang memiliki komitmen humaniter sejati, yakni manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan dan tanggung jawab sebagai mahluk individual maupun sebagai mahluk sosial (Baharuddin, 2007). Sudirdyo (1998), mengatakan tujuan pertama humanisme Italia adalah “cita-cita Yunani"



8



2.2.2



mengenai pendidikan liberal, yaitu perkembangan harmonis dari akal, jasmani dan moral. Perkembangan ideal bagi para humanisme Italia adalah pribadi yang mempunyai perkembangan bulat dan lengkap dalam semua aspek kehidupan manusia. Isi atau jenis pendidikan humanisme adalah pendidikan jasmani, kesusasteraan, kesenian, musik, drama, keindahan, perilaku dan kesehatan. Pendidikan keindahan memegang peranan penting karena sempat diabaikan pada abad pertengahan. Proses belajar dalam humanisme, adalah belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat mementingkan pentingnya isi dari pada proses, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Tokoh teori ini Bloom dan Krathwohl, Kolh, Honey, Mumford dan Harbermas. Bloom dan Krathwohl menekankan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang mencakup tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Taksonomi Bloom berhasil memberi inspirasi kepada pakar lain untuk mengembangkan teori-teori belajar dan pembelajaran (teori ini menjadi amat terkenal). Taksonomi Bloom banyak dijadikan pedoman untuk menyusun butir-butir soal ujian, termasuk orang-orang pendidikan yang sering mengkritik Taksonomi Bloom. Sedangkan Kolh membagi tahapan belajar menjadi: 1) Pengalaman konkrit 2) Pengamatan aktif dan reflektif 3) Konseptualisasi 4) Eksperimentasi aktif Honey dan Mumford berdasarkan teori Kolh, membagi tipe siswa yaitu aktivis, refektor, teoris dan pragmatis. a. Tipe siswa yang aktivis adalah tipe siswa suka melibatkan diri pada pengalaman – pengalaman baru. Siswa cendrung berpikiran terbuka dan mudah diajak berdialog (identik dengan sifat mudah dipercaya). b. Tipe siswa reflektor adalah sebaliknya, cendrung sangat berhati-hati mengambil langkah, suka menimbang baik-buruk suatu keputusan. c. Tipe siswa teoris, biasanya sangat kritis, senang menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subyektif, curiga dan tidak menyukai halhal yang bersifat spekulatif. d. Tipe siswa pragmatis adalah menaruh perhatian besar pada aspekaspek praktis dari segala hal. Teori Behaviorisme



9



2.2.3



Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat darri interaksi antara stimulus dan respon. Penganut teori ini setuju premis dasar perubahan tingkah laku, namun mereka berbeda pendapat dalam beberapa hal penting. 1) Thorndike Belajar adalah proses interaksi antara stimulus (mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respon (yang juga bisa berbentuk pikiran, perasaan atau gerakan). Perubahan tingkah laku berwujud suatu yang konkrit (dapat diamati) atau non konkrit (tak teramati). Thorndike tak menyebutkan cara mengukur tingkah laku, sehingga menjadi obsesi ahli behavior selanjutnya. Teori ini disebut juga Koneksionisme. 2) Watson Stimulus dan respon tersebut harus berbentuk tingkah laku yang bisa diamati (observable), perubahan mental diabaikan; faktor tersebut tidak dapat menjelaskan apakah proses belajar telah terjadi atau belum. Hanya mementingkan perubahan tingkah laku yang bisa diukur (pengukuran hanya tingkah laku nyata) meskipun mengakui semua hal penting. 3) Clark Hull (Neo Behaviorisme/aliran tingkah laku baru) Sangat terpengaruh oleh teori Charles Darwin/evolusi. Semua tingkah laku bermanfaat untuk menjaga kelangsungan hidup. Untuk itu kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis menempati posisi sentral. Stimulus/rangsangan hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, meskipun respon berbeda bentuknya. Setelah Skinner, teori ini tidak banyak dipakai dalam dunia praktis, kecuali dalam eksperimen di lab. 4) Edwin Guthrie Stimulus tidak harus berbentuk kebutuhan biologis, yang penting hubungan stimulus dan respon bersifat sementara. Diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan menjadi lebih langgeng. Respon akan lebih kuat (menjadi kebiasaan) bila berhubungan dengan berbagai stimulus (banyak rangsangan agar tingkah laku berubah ke arah positif) 5) Skinner Hubungan stimulus dan respon dalam perubahan perilaku, tidak sederhana; tapi stimulus yang diberikan berinteraksi satu sama lainnya, dan interaksi tersebut mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan juga menghasilkan berbagai konsekuensi, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkah laku siswa. Teori Kognitivisme



10



Ciri khas kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat komplek (erat hubungannya dengan teori sibernetik). Teori ini menjelaskan bagaimana siswa mengolah stimulus dan bagaimana siswa sampai pada respon tertentu (pengaruh teori behavior masih tampak), lambat laun perhatian mulai bergeser, perhatian teori ini terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh siswa. Teori kognitif menekankan pada ilmu pengetahuan dibangun dalam diri siswa melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungannya. Proses belajar tidak berjalan terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, berkesinambungan dan menyeluruh sebagai satu kesatuan yang utuh masuk dalam pikiran dan perasaan siswa. Seperti membaca buku, bukan alfabet yang terpisah yang diserap oleh pikiran, tapi kata, kalimat, paragraf yang semuanya menjadi satu, mengalir, menyerbu secara total bersamaan. Dalam praktek teori ini berwujud: 1) Tahap-tahap perkembangan (Jean Piaget) 2) Belajar bermakna atau Meaningful learning (Ausubel) 3) Belajar penemuan secara bebas (Jerome Bruner) Menurut Piaget proses belajar terdiri dari tiga tahap yaitu Asimilasi, Akomodasi, dan Equilibrasi (penyeimbangan). a. Proses asimilasi yaitu proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. b. Akomodasi yaitu penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. c. Equilibrasi yaitu penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Proses belajar siswa harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, yakni tahap sensorimotor (1,5 – 2 tahun), tahap praoperasional (2/3 – 7/8 tahun), tahap operasional konkret (7/8 – 12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahun ke atas). Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika bahan ajar dan informasi lainnya mencakup semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Manfaat bahan ajar dan informasi yang lengkap di sampaikan kepada siswa yaitu: 1) Dapat menyediakan kerangka konseptual untuk bahan ajar yang akan dipelajari siswa 2) Dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan bahan ajar yang dipelajari saat ini dengan yang akan datang



11



3) Dapat membantu siswa memahami bahan ajar secara lebih mudah. 2.2.4 Teori Sibernetik Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu informasi. Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses itu, informasi tersebut yang akan menentukan proses. Asumsi lain teori sibernetik adalah tidak ada satu proses belajarpun yang ideal dengan segala situasi yang cocok untuk semua siswa. Informasi akan dipelajari oleh siswa dengan satu macam proses belajar, informasi yang sama itu akan dipelajari oleh siswa lain melalui proses belajar yang berbeda hal ini disebabkan oleh perbedaan tipe siswa yang belajar dan perbedaan seni guru mengajar. Ada dua macam proses berpikir yaitu proses berpikir algoritmik dan heuristik. 1. Algoritmik adalah proses berpikir linier, konvergen, logis, lurus menuju kesuatu target tertentu 2. Heuristik yaitu proses berpikir divergen, tidak linier, tidak lurus, tidak logis, kreatif menuju kebeberapa target sekaligus. Proses belajar akan berjalan dengan baik, jika apa yang hendak dipelajari itu, merupakan masalah yang hendak dipecahkan, sistem informasi yang hendak dipelajari diketahui ciri – cirinya, suatu yang lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, substansial, suatu hal yang lebih tepat disajikan dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasaan siswa untuk berimajinasi dan berpikir. Agar siswa mampu memahami sebuah rumus matematika, akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus matematika disajikan secara algoritmik. . 2.3 Implikasi Teori Pendidikan Klasik dan Teori Pendidikan Modern 2.3.1 Implikasi Teori Pendidikan Klasik 1. Aliran Empirisme Menurut konsep empirisme pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak didik menjadi apa yang diinginkannya. Menurut John Locke (dalam Blishen, 1970) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah: a. Pendidikan harus diberi sejak awal mungkin. b. Pembiasaan dan latihan lebih daripada peraturan, perintah atau nasehat. c. Anak didik harus diamati dari dekat untuk melihat:



12



1) Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya (tingkat perkembangannya). 2) Hasrat-hasratnya yang amat kuat. 3) Kecendrungannya mengikuti orang tua tanpa merusak semangat anak itu amat kuat. d. Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional, dalam hal ini kepada anak harus diberikan alasan tentang hal-hal yang dituntut darinya. e. Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak, namun hendaknya menyenangkan dan merupakan suasana bermain yang membuka seluas-luasnya berbagai kemungkinan yang dapat timbul. 2. Aliran Nativisme Nativisme berasal dari bahasa Latin “natives” yang berarti terlahir. Aliran ini dipelopori oleh Sckophenhauer seorang filosof kebangsaan jerman yang hidup dalam tahun 1788-1880. Dia berpendapat bahwa “Pendidikan ialah membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya”. Seseorang akan berkembang berdasarkan apa yang dibawanya dari lahir. Hasil akhir perkembangan dan pendidikan manusia ditentukan oleh pembawaannya dari lahir. Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang buruk. Oleh karena itu manusia akan berkembang dengan pembawaan baik maupun pembawaan buruk yang dibawaknya dari lahir. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan, dan pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan seseorang. Contoh orang tua yang menginginkan anaknya menjadi pelukis. Ia berusaha mempersiapkan alat-alat untuk melukis dan mendatangkan guru untuk melukis, tetapi gagal karena dalam diri anak tidak ada bakat melukis. Oleh karena itu aliran ini merupakan aliran pesimis dalam pendidikan (pesimisme). 3. Aliran Naturalisme Aliran Naturalisme dinamakan juga nagativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini ialah dalam mendidik seseorang kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang yang baik itu tidak dirusak oleh pendidik. Dengan kata lain pembawaan yang baik itu supaya berkembang secara spontan. Sebagai contoh, pada masa anak-anak



13



2.3.2



pengembangan panca indra dilakukan melalui kegiatan anak itu sendiri. Untuk membimbing tingkah laku anak, buku tidak diperlukan, yang penting adalah pengembangan alam atau lingkungan dan berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pada masa remaja agama dan moral hendaklah diajarkan kepada mereka semata-mata dalam kaitannya dengan alasan alamiah, kemampuan berfikir harus dikembangkan dan fantasi tidak dibiarkan bekerja leluasa. Pengajaran yang tujuannya ingin menanamkan suatu aturan atau otoritas tertentu lebih baik ditunda pelaksanaannya. 4. Aliran Konvergensi Aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang. Pembawaan seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan. William Stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung dari pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju ke suatu titik pertemuan sebagai berikut: a. Pembawaan b. Hasil pendidikan c. Lingkungan Implikasi Teori Pendidikan Modern 1. Pengajaran Alam Sekitar Konsep pengajaran alam sekitar diilhami oleh kata-kata yang dipetik dari Emmanuel Kant: “Pengertian tanpa pengamatan adalah kosong dan pengamatan tanpa pengertian adalah buta.” Hal ini berarti bahwa antara pengamatan dengan dan pengertian harus terjalin hubungan yang saling menunjang dan saling memperkuat. Artinya manusia hendaknya mampu memanfaatkan lingkungannya. Pengajaran alam sekitar penting dilakukan untuk pengajaran dan pendidikan kehidupan anak di masa sekarang dan yang akan datang. Nilai-nilai pengajaran alam sekitar secara singkat dipaparkan sebagai berikut : a. Dengan pengajaran sekitar guru atau pendidik dapat memperagakan secara langsung kepada anak. b. Memberikan kesempatan secara langsung pada anak agar anak tersebut dapat aktif, tidak hanya duduk, mendengar, melihat tapi dapat mengambil inisiatif untuk memajukan lingkungan hidupnya, daerahnya, dan ikut bertanggung jawab.



14



c. Memberikan pengajaran totalitas kepada anak yakni pengajaran yang dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang dapat menarik perhatian anak dan diambil dari lingkungan hidup anak itu sendiri. d. Memungkinkan adanya pendidikan yang fungsional, karena bahan pendidikan tersebut diambil dari lingkungannya, maka sekolah tidak dapat terpisah dari masyarakatnya. Dan kepandaian anak dapat di aplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat 2. Pengajaran Pusat Perhatian Pengajaran pusat perhatian didasarkan alam sekitar yang objek-objek pengamatannya dititik-beratkan pada sesuatu pusat tertentu, yaitu hal-hal yang menarik perhatian manusia dalam menjalani perkembangan hidupnya. Metode-metode dalam pengajaran pusat perhatian, yaitu metode global (keseluruhan) dan Centre d’interst (pusat minat). a. Metode global (keseluruhan) Maksud dari metode ini adalah anak-anak mengamati secara global atau keseluruhannya. Hal ini berdasarkan pada prinsip psikologi gigestal, yaitu dalam mengajarkan membaca dan menulis menggunakan kalimat lebih mudah daripada mengajarkan kata-kata lepas. Sedangkan kata lebih mudah diajarkan dari pada huruf secara tersendiri. b. Centre d’interst (pusat minat) Anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-minat spontan tersebut.sebab apabila tidak, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya 3. Sekolah Kerja Sekolah kerja merupakan konsep pendidikan yang menjadi titik kulminasi dari pandangan yang mementingkan keterampilan dalam pendidikan. Tujuan dari sekolah kerja ini adalah untuk menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku-buku, orang lain, ataupun dari pengalaman sendiri. Sekolah kerja dibagi menjadi tiga golongan besar yaitu sekolah perindustrian, sekolah perdagangan, dan sekolah rumah tangga. Adapun dasar-dasar dari sekolah kerja itu sendiri, sebagai berikut. a. Dalam sekolah kerja anak akan aktif melakukan kegiatan di sekolah tersebut. b. Pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran ada di anak itu sendiri.



15



c. Sekolah kerja dapat melatih anak menjadi pribadi yang berani dan bertanggungjawab. d. Bahan ajar disusun berdasarkan masalah kehidupan. e. Sekolah kerja tidak mementingkan pengetahuan yang bersifat hafalan atau hasil peniruan, melainkan pengetahuan fungsional dan dapat dipergunakan untuk berprakarsa, mencipta dan berbuat yang nantinya akan berguna di dunia kerja. f. Pendidikan kecerdasan tidak dapat diberikan dengan memberitahukan atau menceritakan pada anak melainkan anak sendiri yang akan menjalani proses berfikir sesuai dengan tingkat perkembangan anak. g. Anak-anak akan mendapat latihan pengalaman yang amat penting bagi pendidikan moral, sosial dan kecerdasannya. 4. Pengajaran Proyek Pengajaran proyek merupakan suatu bentuk pengajaran dimana guru menyajikan bahan pengajaran agar murid aktif menyelidiki dan mencari problem solving atas proyek yang diberikan oleh gurunya. Langkah-langkah pokok pengajaran proyek yaitu. a. Persiapan Penetapan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini guru merangsang anak-anak agar mereka dapat memikirkan, mengusulkan dan mendiskusikan apa yang perlu mereka pelajari. b. Kegiatan Belajar Pelaksanaan dari rencana yang telah disiapkan terdahulu itu. Kegiatan dapat diawali dengan perjalanan sekolah, karya wisata, peninjauan atau pengamatan suatu objek, membaca buku, majalah, dan membuat catatan tentang apa yang diamati dan dibaca itu. c. Penilaian Bentuk penilaian yang sering dilakukan ialah dengan mengadakan pameran. Semua hasil yang diperoleh anak-anak semuanya dipamerkan. Semua warga kelar memperhatikan pameran itu, memberi tanggapan, kritik, dan sebagainya. 5. Taman Siswa Dasar pendidikan dan pengajaran dalam taman siswa ialah Panca Darma Taman Siswa yang disusun tahun 1947 yang meliputi: a. Asas kemerdekaan Diartikan disiplin pada diri sendiri, oleh diri sendiri atas dasar nilai hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun anggota masyarakat.



16



b. Asas kodrat alam Manusia sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam, tidak dapat lepas dari sunnatullah, tiap orang diberi keleluasaan, dibiarkan, dibimbing untuk berkembang secara wajar menurut kodratnya. c. Asas kebudayaan Memelihara kebudayaan kebangsaan namun yang harus pertama dilakukan yakni membawa kebangsaan itu kearah kemajuan yang sesuai dengan kecerdasan zaman, kemajuan dunia, dan kepentingan hidup rakyat lahir batin. d. Asas kebangsaan Asas yang mengandung rasa persatuan dengan bangsa sendiri dan tidak terjadi pertentangan. e. Asas kemanusiaan Asas yang mewujudkan pada diri seseorang dengan adanya cinta kasih terhadap sesama makhluk Tuhan. 6. Peran Teknologi Pendidikan dalam Pembelajarana Ada sejumlah peran dari memperkenalkan teknologi di bidang pendidikan. Telah ada dampak positif dari teknologi pada pendidikan. Dengan menggunakan potensi teknologi, kecepatan dan gaya belajar telah mengalami perubahan dan komunikasi telah menjadi lebih mudah. Berikut adalah beberapa peranan dari teknologi pendidikan: a. Salah satu peran teknologi pendidikan bagi siswa adalah bahwa hal itu membantu mereka meningkatkan kemampuan belajar mereka. Karena itu adalah salah satu bidang yang terus berubah. b. Informasi dapat digambarkan dalam berbagai cara dengan bantuan bahan studi. Pengetahuan telah menjadi mudah diakses oleh siswa di setiap bagian dunia dengan penerapan teknologi di bidang pendidikan. Kelas online membantu siswa untuk berinteraksi dengan siswa lain milik aliran yang sama, tetapi terletak di tempat lain di dunia. c. Karena Internet adalah media utama, maka siswa tidak harus membawa ransel yang berat penuh dengan buku. Mereka dapat berjalan dengan nyaman ke kelas di mana peralatan tersebut sudah ditempatkan.



17



BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya. Teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan dilahirkan oleh 4 aliran yang berbeda, yaitu aliran empirisme, aliran nativisme, aliran naturalisme dan aliran konvergensi Pendidikan modern merupakan pendidikan yang sejalan dengan usaha manusia sejak ia dilahirkan hingga meninggal, dengan sadar membimbing dan menuntun kondisi jiwa agar dapat menumbuhkan akhlak dan kebiasaan yang baik sejak awal pertumbuhan dan perkembangannya. Teori-teori yang mendasari teori pendidikan modern, yaitu.teori humanisme, teori behaviorisme, teori kognitivisme dan teori sibernetik. Impikasi teori pendidikan klasik, yaitu 1. Aliran empirisme ▪ Pendidikan harus diberi sejak awal mungkin ▪ Pembiasaan dan latihan lebih daripada peraturan, perintah atau nasehat ▪ Anak didik harus diamati dari dekat ▪ Anak harus dianggap sebagai mahluk rasional ▪ Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak 2. Aliran Nativisme Bagi nativisme, lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan, dan pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan seseorang. 3. Aliran Naturalisme Untuk membimbing tingkah laku anak, buku tidak diperlukan, yang penting adalah pengembangan alam atau lingkungan dan berbagai pristiwa yang terjadi di dalamnya. 4. Aliran Konvergensi Menurut aliran konvergensi perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya. Implikasi teori pendidikan modern: 1. Pengajaran alam sekitar Dengan pengajaran sekitar guru atau pendidik dapat memperagakan secara langsung kepada anak, mmberikan kesempatan secara langsung pada anak agar anak tersebut dapat aktif dan memberikan pengajaran totalitas kepada anak. 2. Pengajaran pusat perhatian



18



-



3.



4.



5.



6.



Metode global (keseluruhan), yaitu anak-anak mengamati secara global atau keseluruhannya. - Centre d’interst (pusat minat), yaitu anak-anak mempunyai minat yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minatminat spontan tersebut.sebab apabila tidak, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya. Sekolah Kerja Dalam sekolah kerja anak akan aktif melakukan kegiatan di sekolah tersebut, pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran ada di anak itu sendiri dan melatih anak menjadi pribadi yang berani dan bertanggungjawab. Pengajaran Proyek - Persiapan. Dalam hal ini guru merangsang anak-anak agar mereka dapat memikirkan, mengusulkan dan mendiskusikan apa yang perlu mereka pelajari. - Kegiatan Belajar. Kegiatan dapat diawali dengan perjalanan sekolah, karya wisata, peninjauan atau pengamatan suatu objek, membaca buku, majalah, dan membuat catatan tentang apa yang diamati dan dibaca itu. - Penilaian. Semua hasil yang diperoleh anak-anak semuanya dipamerkan. Semua warga kelar memperhatikan pameran itu, memberi tanggapan, kritik, dan sebagainya. Taman Siswa. Yaitu asas kemerdekaan (disiplin pada diri sendiri, oleh diri sendiri), asas kodrat alam (manusia sebagai makhluk yang menjadi satu dengan kodrat alam), asas kebudayaan (membawa kebangsaan itu kearah kemajuan), asas kebangsaan (mengandung rasa persatuan), asas kemanusiaan (cinta kasih). Peran Teknologi Salah satu peran teknologi pendidikan bagi siswa adalah bahwa hal itu membantu mereka meningkatkan kemampuan belajar mereka. Karena itu adalah salah satu bidang yang terus berubah.



3.2 Saran Setelah membaca makalah ini kami mengharapkan kesediaan para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun yang nantinya akan berguna dalam penyempurnaan makalah kami ke depannya. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena kemampuan kami yang terbatas.



19



DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2010). Tinjauan teori pendidikan klasik dan modern. https://www.scribd.com/document/374268247/Makalah-TinjauanTentang-Teori-Pendidikan-Klasik-Dan-Modern-fix Anonim. (2011). Pendidikan Modern. https://ejournal.ihdn.ac.id/ Anonim. (2012). Pendidikan Klasik. https://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/JPM/article/view/40 Anonim. (2015). Teori-teori pendidikan. https://www.academia.edu/15846354/MAKALAH_TEORITEORI_PENDIDIKAN Anonim. (2016). Aliran-aliran teori pendidikan. https://www.academia.edu/3076170/Aliran-aliran_teori_pendidikan Astawa, T. (2009). Teori pendidikan modern. https://www.academia.edu/30471336/TEORITEORI_DALAM_DUNIA_PENDIDIKAN_MODERN