Penelitian Anak Malas Belajar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



KATA PENGANTAR Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh… Segala puji dan rasa syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa mencurahkan rahmatnya kepada kita semua. Shalawat dan salam juga senantiasa kiranya penulis limpahkan kepada nabi Muhammad SAW. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang bersangkutan yang telah memberikan kesempatan waktu untuk penyelesaian penelitian ini dan dengan limpahan rahmat dan karunia Allah sehingga penulis dapat menyelesaikan peneltiian yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak Malas Belajar Di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang” guna untuk memenuhi tugas Individu pada mata kuliah Penelitian Pendidikan. Penulis meyakini bahwa di dalam penulisan makalah ini tentu masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan maupun penguasaan materi. kami sangat mengharapkan kepada seluruh pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun kemajuan dalam berfikir untuk penulis agar makalah ini dapat dibuat dengan yang lebih sempurna lagi. Akhirnya kepada Allah juga lah penulis minta ampun, semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan sedikit ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan kita yang sudah ada sebelumnya. Amin. Pandeglang, Januari 2014



Penulis



i



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..........................................................................



i



DAFTAR ISI........................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................



1



B. Identifikasi Masalah............................................................



1



C. Batasan................................................................................



2



D. Rumusan Masalah...............................................................



2



E. Tujuan.................................................................................



2



BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Anak Malas belajar ..........................................



3



B. Penyebab Malas Belajar......................................................



3



C. Cara Mengatasi Rasa Malas Belajar...................................



4



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ..........................................................



9



B. Metode Penelitian...............................................................



9



C. Teknik Pengumpulan Data..................................................



10



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..................................................................



11



B. Pembahasan.........................................................................



14



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................



18



B. Saran...................................................................................



18



DAFTAR PUSTAKA..........................................................................



19



LAMPIRAN



ii



iii



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MALAS BELAJAR DI DESA CIMANGU KECAMATAN CIMANGU KABUPATEN PANDEGLANG Diajukukan untuk memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Penelitian Pendidikan Dosen Pengampu : Bapak Agus Nurkholis



Disusun Oleh : Nama : Ana Karsiani NIM : D.07.11.0003



PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN



UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN 2014



1



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi kita semua, bila mendengar kata rasa malas sudah pasti bukanlah hal aneh lagi untuk didengar. Rasa malas bagi manusia terasa sudah sangat melekat pada diri masing-masing. Rasa malas pula yang membut suatu pekerjaan yang seharusnya selesai tepat waktu namun tidak terselesaikan karena pengaruh rasa malas itu sendiri, dan karena rasa malas pula yang membuat generasi muda khususnya di masa remaja menjadi hancur. Sudah banyak alasnya yang diungkapkan kenpa rasa malas itu bisa timbul. Akan tetapi, hal itu yang tidak menghentikan kami untuk meneliti lebih dalam lagi masalah ini. Mungkin hampir semua manusia khususnya para remaja telah menghiraukan atau menganggap remeh masalah ini, dan mereka kurang tahu dampak yang akan ditimbulkan oleh rasa malas itu sendiri. apabila semua generasi muda menjadi malas, apakah yang akan terjadi ? Dan dalam hal inilah yang terinspirasa bagi kami untuk mengetahui penyebab-penyebab timbulnya rasa malas dalam belajar khususnya pada remaja. Karena dimana remaja adalah merupakan suatu generasi penerus bangsa. Yang seharusnya menjadi seorang remaja yang dapat membawa nama baik bangsa. Apakah yang mendasari semua timbulnya rasa malas pada remaja ini ? semuanya akan dibahas dalam penelitian ini Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi anak malas belajar di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini lebih terarah kepada timbulnya beberapa masalah yang secara umum dapat di identifikasi sebagai berikut : 1. Karena kurangya dukungan dari orang tua dan perhatian dari pemerintah 1 terhadap pendidikan kurang merata. 2. Karena kurangnya motivasi belajar pada anak didik tersebut.



2



3. Karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan anak terutama anak yang ada di kalangan bawah. C. Batasan Berdasarkan identifikasi masalah diatas penulis akan membatasi pada masalah,



disini



penulis



akan



membahas



tentang



faktor-faktor



yang



mempengaruhi anak malas belajar dikalangan anak sekolah SMP dan SMA di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang. D. Rumusan Masalah 1. Mengapa masih banyak anak malas belajar di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang? 2. Faktor-faktor apa saja yang membuat anak malas belajar di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang? E. Tujuan 1. Ingin mengetahui berapa banyak anak malas belajar di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang anak malas belajar di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang. 2. Ingin mengetahui faktor-faktor yang membuat anak malas belajar di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang.



BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Malas Belajar Menurut (Edy Zaqeus: 2008) Rasa malas diartikan sebagai keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu yang seharusnya atau sebaiknya dia lakukan. Masuk dalam keluarga besar rasa malas adalah menolak tugas, tidak disiplin, tidak tekun, rasa sungkan, suka menunda sesuatu, mengalihkan diri dari kewajiban,dll.



3



Belajar disini dijabarkan ‘memberikan stimulus (rangsangan) agar terbentuk respons sehingga menimbulkan drive atau dorongan untuk berperilaku. Dan kalau berhasil, Anda akan mendapatkan reward. Anak Malas belajar sudah menjadi salah satu keluhan umum para orang tua. Kasus yang biasa terjadi adalah anak lebih suka bermain dari pada belajar. Anak usia sekolah tentunya perlu untuk belajar, antara lain berupa mengulang kembali pelajaran yang sudah diberikan di sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah (pr) ataupun mempelajari hal-hal lain di luar pelajaran sekolah. Jika anak-anak tidak suka belajar dan lebih suka bermain, itu berarti belajar dianggap sebagai kegiatan yang tidak menarik buat mereka, dan mungkin tanpa mereka sadari juga dianggap sebagai kegiatan yang tidak ada gunanya/untungnya karena bagi ana-anak tidak secara langsung dapat menikmati hasil belajar. Berbeda dengan kegiatan bermain, jelas-jelas kegiatan bermain menarik buat anak-anak, dan keuntungannya dapat mereka rasakan secara langsung (perasaan senang yang dialami ketika bermain adalah suatu keuntungan). B. Penyebab Malas Belajar 1. Faktor intinsik (dalam diri anak sendiri) a. Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain b. Kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu orangtua) c. Sedang sakit



3



d. Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll) e. IQ/EQ anak 2. Faktor ekstrinsik a. Sikap orang tua yang tidak memperhatikan anak dalam belajar atau sebaliknya (terlalu berlebihan memperhatikan)Banyak orangtua yang menuntut anak belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan atas dasar



4



kesadaran dan tanggung jawab anak selaku pelajar. Memaksakan anak untuk les ini itu. dsb. b. Sedang punya masalah di rumah (misalnya suasana di rumah sedang "kacau" karena ada adik baru). c. Bermasalah di sekolah (tidak suka/phobia sekolah, sehingga apapun yang berhubungan dengan sekolah jadi enggan untuk dikerjakan). Termasuk dalam hal ini adalah guru dan teman sekolah. d. Tidak mempunyai sarana yang menunjang blajar (misal tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku penunjang , dan penerangan yang bagus.alat tulis, buku dll) e. Suasana rumah misalnya rumah penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations C. Cara Mengatasi Rasa Malas Belajar Seringkali para orang tua dan guru menghukum dan menghina anak yang malas. Hal ini menimbulkan rasa kurang puas pada anak, sang anak akan kehilangan kepercayaan diri dan runtuh kepribadiannya. Padahal kemalasan itu amat membutuhkan simpati, kasih sayang dan penanganan yang tepat. Untuk itu upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi anak malas belajar dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menanamkan pengertian yang benar tentang seluk beluk belajar pada anak sejak



dini. Terangkan



dengan



bahasa



yang



dimengerti



anak.



menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang.



5



2. Berikan contoh "belajar" pada anak. Anak cenderung meniru perilaku orangtua. Ketika menyuruh dan mengawasi anak belajar, orangtua juga perlu untuk terlihat belajar (misalnya membaca buku-buku). Sesekali ayah-ibu perlu berdiskusi satu sama lain, mengenai topik-topik serius (suasana seperti anak sedang kerja kelompok dan diskusi dengan temanteman, jadi anak melihat kalau orangtuanya juga belajar). 3. Berikan insentif jika anak belajar. Insentif yang dapat diberikan ke anak tidak selalu harus berupa materi, tapi bisa juga berupa penghargaan dan perhatian. Pujilah anak saat ia mau belajar tanpa mesti disuruh 4. Sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diajarkan di sekolah pada anak (bukan dalam keadaan mengetes anak, tapi misalnya sembari mengisi tts atau ikut menjawab kuis ). Jika anak bisa menjawab, puji dia dengan menyebut kepintarannya sebagai hasil belajar. Kalau anak tidak bisa, tunjukkan rasa kecewa dan mengatakan "Yah Ade nggak bisa jawab, nggak bisa bantu Mama deh. Ade, di buku pelajarannya ada nggak sih jawabannya? Kita lihat yuk sama-sama". Dengan cara ini, anak sekaligus akan merasa dipercaya dan dihargai oleh orangtua, karena orangtua mau meminta bantuannya. 5. Komunikasi Hendaklah ortu membuka diri , berkomunikasi dengan anaknya guna memperoleh secara langsung informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya. 6. Menciptakan disiplin Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak dimulai dari orangtua. Orangtua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan



6



dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orangtua dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku? buku pelajaran, mengingatkan tugas?tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan? kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas sekolah. 7. Menegakkan kedisiplinan. Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan rutinitas yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil,



mencubit,



atau



memukul).



gunakanlah



konsekuensi-



konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. 8. Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman Setidaknya



orangtua



memenuhi



kebutuhan



sarana



belajar,



memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainanpermainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian 9. Menghibur dan memberikan solusi yang baik dan bijaksana pada anak. Dalam hal ini jika anak sakit/sedih kita seharusnya memberikana solusi atas masalah yang dihadapi anak dan kita mennghibur anak ketika sakit, sedih, dan kita selalu bersikap bijaksana pada sang anak. 10. Menentukan Waktu Belajar Anak yang Tepat Jika anak anda telah sadar dan tergerak hatinya untuk melakukan kegiatan belajar kesempatan yang baik ini jangan anda sia-siakan. Anda dapat mengarahkan dan menentukan kapan waktu belajar anak. Hal-hal yang perlu diperhitungkan dalam menentukan waktu belajar anak di rumah, antara lain: 



Sesuai dengan keinginan anak



7







Jangan berbenturan dengan waktu keinginan-keinginan lain yang dominan pada anak, seperti ingin menonton film kartun favoritnya, dan sebagainya.







Kondisi fisik dan psikis anak dalam keadaan fresh (segar) bebas dari rasa lelah, mengantuk,gangguan penyakit, rasa marah dan sebagainya.



11. Mengembangkan Tujuan Belajar Agar anak mengetahui mafaat dan arah yang dipelajarinya, biasakan akan belajar dengan bertujuan. Dengan adanya tujuan belajar akan lebih bermakna, karena anak mengetahui dengan jelas apa yang hendak dipelajari dan apa yang dikuasainya. Anak pun akan mudah memusatkan perhatian pada pelajarannya. 12. Mengembangkan Cara-Cara Belajar yang Baik pada Anak Gairah belajar anak akan tumbuh jika dirinya mengetahui bagaimana cara belajar yang efektif dan efesien. Untuk mencapai tujuan belajar anak, anda perlu membekali anak bagaimana cara-cara belajar yang efektif dan efesien. Ana dapat mananamkan pengertian pada anak bahwa dalam belajar juga sangat dibutuhkan teknik belajar yang bai, agar belajar itu lebih bermakna dan memudahkan pencapaian tujuan belajar. 13. Mengembangkan rasa percaya diri anak Sudah tentu menjadi suatu keharusan bagi anda untuk bisa membangkitkan dan memupuk rasa percaya diri anak sedini mungkin. Rasa percaya diri adalah sumber motivasi yang besar bagi anak untuk memusatkan perhatian pada pelajarannya. Dengan adanya percaya diri pada anak, akan tumbuh semangat “dia mampu berbuat atau melakukan”. Sesuatu yang sulit dalam pelajaran mejadi tantangan untuk ditaklukkan dan utnuk dikuasai. Anak punya keyakinan mampu melakukan tidak akan gampang menyerah dalam menghadapi kesulitan atau hambatan dalam belajar. Kreativitas dan imajinasi berpikir akan berkembang untuk mencari cara-cara mengatasi kesulitan.



8



BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Menurut Sutrisno (1996:56) populasi adalah “Keseluruhan objek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili keseluruhan populasi yang ada”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang ada di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang



yang



berjumlah



791



Kepala



Keluarga dengan



jumlah



penduduknya 32816 jiwa (BPS Pandeglang, 2012) Berdasarkan populasi di atas maka yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah anak yang sedang bersekolah di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang. Sampel yang penulis ambil di sini adalah masing-masing 10 orang anak yang malas belajar. Sampel ini dianggap dapat mewakili seluruh



9



populasi dan dapat memberikan data yang penulis perlukan. Desa tersebut menurut pengamatan penulis adalah desa yang banyak terdapat anak malas belajar. B. Metode Penelitian Untuk memperoleh data-data, fakta dan informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode deskriptif analisis melalui penelitian kepustakaan (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research), kedua penelitian ini akan peneliti uraikan sebagai berikut: 1. Penelitian Kepustakaan Peneliti melalui penelitian kepustakaan ini berupaya untuk mendapatkan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini melalui mengkaji dari buku-buku dan sumber-sumber ilmiah lainnya 9



2. Penelitian Lapangan



Metode penelitian di lapangan dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan di mana data-data mengenai objek penelitian dapat diperoleh



secara



lebih



valid



dan



dapat



dipertanggungjawabkan



keabsahannya. C. Teknik Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data-data untuk penelitian ini. Peneliti menggunakan teknik-teknik yang sudah baku digunakan dalam teknik pengumpulan data. 1. Observasi Observasi merupakan alat pengumpulan data dengan cara mendatangi langsung ke tempat objek penelitian. Dalam observasi ini peneliti menggunakan Observasi terlibat (Observasi-Partisipan). Walaupun pada kenyataannya kami tidak terlalu terlibat dengan apa yang dilakukan oleh obyek penelitian.



10



2. Dokumentasi Adapun telaah dokumentasi, peneliti menelaah bahan-bahan bacaan yang tersedia baik berupa buku, artikel koran serta catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian. 3. Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang berdasarkan laporan verbal dari obyek penelitianwawancara dilakukan dengan informan yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Dan dalam teknik mewancarai kami menggunakan pertanyaan kuesioner yang dibacakan kepada obyek yang ditliti. 4. Angket Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang lebih banyak dan lebih cepat sehingga memudahkan peneliti dalam memperkaya bahan dan data yang berhubungan dengan penelitian.. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang telah terkumpul melalui angket lalu diolah dan dianalisa dari setiap soal angket menurut nomor urutan masing-masing, kemudian ditafsirkan dan disimpulkan dengan menggunakan frekuensi dan persentase jawaban besar kecilnya frekuensi. Untuk mengetahui keadaan anak malas belajar dalam di Desa Cimangu Kecamatan Cimangu Kabupaten Pandeglang dapat kita perhatikan dalam tabel berikut ini. Tabel. 3.1 Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain sehingga malas belajar No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak Setuju 0 0 2 Tidak Setuju 2 20 3 Netral 1 10 4 Setuju 3 30 5 Sangat Setuju 4 40



11



Jumlah



10



100



Dari tabel 3.1 dapat diketahui bahwa “Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain sehingga malas belajar”. Dari 10 anak yang malas belajar 4 anak menyatakan sangat setuju dan 3 orang yang menyatakan setuju bahwa kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain sehingga malas belajar. Tabel. 3.2 Kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu orangtua) sehingga malas belajar No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Sangat Tidak Setuju 4 40 2 Tidak Setuju 3 30 3 Netral 1 10 4 Setuju 2 20 5 Sangat Setuju 0 0 Jumlah



10



100



Dari tabel 3.2 dapat diketahui bahwa dari 10 anak yang malas 11 belajar 4 anak menyatakan sangat tidak setuju dan 3 orang yang menyatakan tidak setuju kelelahan dalam beraktivitas (misal terlalu banyak bermain/membantu orangtua) sehingga malas belajar Tabel. 3.3. Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll) sehingga malas belajar No 1 2 3 4 5



Alternatif Jawaban Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Jumlah



Frekuensi 2 2 1 3 2 10



Persentase 0 20 10 30 40 100



Dari tabel 3.3 dapat diketahui bahwa dari 10 anak yang malas belajar 2 anak menyatakan sangat setuju dan 3 orang yang menyatakan setuju bahwa sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan barang kesayangan dll) sehingga malas belajar.



12



Tabel. 3.4 Orang tua kurang perhatian ketika sedang belajar dirumah No 1 2 3 4 5



Alternatif Jawaban Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Jumlah



Frekuensi 3 3 2 1 1 10



Persentase 0 20 10 30 40 100



Dari tabel 3.4. dapat diketahui dari 10 anak yang malas belajar 3 anak menyatakan sangat tidak setuju dan 3 orang yang menyatakan tidak setuju bahwa Orang tua kurang perhatian ketika sedang belajar dirumah.



Tabel. 3.5 Dirumah sedang ada masalah sehingga tidak bisa belajar No 1 2 3 4 5



Alternatif Jawaban Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Jumlah



Frekuensi 2 2 3 2 1 10



Persentase 0 20 10 30 40 100



Dari tabel 3.5.dapat diketahui bahwa dari 10 anak yang malas belajar 2 anak menyatakan sangat tidak setuju dan 3 orang yang menyatakan netral bahwa dirumah sedang ada masalah sehingga tidak bisa belajar Tabel. 3.6 Dirumah tidak ada sarana buat belajar No 1 2 3 4 5



Alternatif Jawaban Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Jumlah



Frekuensi 0 2 1 3 4 10



Persentase 0 20 10 30 40 100



13



Dari tabel 3.6 dapat diketahui bahwa dari 10 anak yang malas belajar 4 anak menyatakan sangat setuju dan 3 orang yang menyatakan setuju bahwa dirumah tidak ada sarana buat belajar Tabel. 3.7 Di sekolah ada masalah sehingga tidak bisa belajar No 1 2 3 4 5



Alternatif Jawaban Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Jumlah



Frekuensi 0 2 1 3 4 10



Persentase 0 20 10 30 40 100



Dari tabel 3.7 dapat diketahui bahwa dari 10 anak yang malas belajar 4 anak menyatakan sangat setuju dan 3 orang yang menyatakan setuju bahwa di sekolah ada masalah sehingga tidak bisa belajar Tabel. 3.8 Tidak ada minat untuk belajar No 1 2 3 4 5



Alternatif Jawaban Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju Jumlah



Frekuensi 0 2 1 3 4 10



Persentase 0 20 10 30 40 100



Dari tabel 3.8 dapat diketahui bahwa dari 10 anak yang malas belajar 4 anak menyatakan sangat setuju dan 3 orang yang menyatakan setuju bahwa tidak ada minat untuk belajar. B. Pembahasan Pemaparan faktor-faktor penyebab anak menjadi malas belajar ini berdasarkan hasil penelitian sederhana yang dilakukan. Para anak diminta menjawab secara tertulis mengapa mereka menjadi malas belajar. Berdasarkan jawaban yang mereka sampaikan secara tertulis, dapat disimpulkan ada beberapa faktor penyebabnya, baik faktor internal (faktor pribadi anak) maupun eksternal (faktor pendidik dan faktor lain).



14



Jika kita cermati, faktor penyebab munculnya permasalahan malas belajar tersebut sangat berkaitan dengan persoalan emosi. Menurut English and English emosi adalah A complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular activities“, yaitu suatu keadaan perasaan yang



kompleks



yang



disertai



karakteristik



kegiatan



kelenjar



dan



motoris.Emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas.Warna afektif disini dapat diartikan sebagai perasaan – perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi ( menghayati ) suatu situasi tertentu, contohnya gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci, tidak senang dan sebagainya (Yusuf Syamsu, 2006 dalam Sabila). Faktor-faktor emosi ini juga menyangkut masalah emosi sensoris dan emosi psikis. Anak malas belajar tergolong perilaku manusiawi. Semua pribadi manusia mengalaminya. Namun, rasa malas belajar yang berlebih-lebihan dan menetap secara rutinitas, akan mempengaruhi kecerdasan anak. Bukan hanya itu, rasa malas pun akan membunuh kreativitas. Permasalahan ini juga akan memberi dampak negatif terhadap interaksi belajar-mengajar di kelas. Karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengatasi anak yang malas belajar. Upayaupaya yang dapat diterapkan sebagai berikut. 1. Menciptakan kesiapan belajar. Dalam kondisi apapun, kesiapan belajar sangat penting. Anak yang berada dalam kondisi siap akan merasa tertarik dengan pembelajaran. Kesiapan belajar ini bisa diartikan secara fisik maupun psikis. Secara fisik, misalnya, memeriksa peralatan peralatan belajar sebelum belajar dimulai. Anak diminta benar-benar mempersiapkan segala peralatan belajarnya sebelum memulai pembelajaran. Ketika ini dilakukan, masih saja ditemukan anak yang kurang siap. Beberapa di antaranya ada yang terlupa pena atau buku. Ketika itu, peranan guru sangat penting. Misalnya, meminta anak lain meminjamkan pena kepada anak tersebut. Secara psikis, pendidik dapat menciptakan kesiapan belajar dengan memberikan pencerahan atau penyadaran. 2. Memberikan motivasi



15



Dalam kehidupan, keberadaan motivasi sangat penting. Hidup manusia senantiasa kekurangan motivasi. Pada proses belajar, motivasi anak biasanya amat kurang. Pemberian motivasi kepada anak dapat dilakukan secara verbal dan non-verbal. Misalnya, menghargai apa yang dilakukan anak ketika pembelajaran berlangsung walaupun hanya memuji tulisannya. Selain itu, pendidik seharunya lebih banyak membaca bukubuku motivasi sehingga bisa memotivasi anak. 3. Mengurangi marah yang berlebihan Ketika menghadapi anak yang bermasalah, kemarahan senantiasa memuncak. Menghadapi anak yang bermasalah dengan cara marah, apalagi berlebihan (kurang manusiawi), hanya akan memperparah keadaan. Marah yang berlebihan akan menciptakan kondisi kelas yang tidak kondusif. Bahkan, akan merugikan pembelajaran. Tidak para pendidik kurang mampu mengontrol kemarahannya sehingga melampaui garis kewajaran. 4. Menciptakan keharmonisan Keharmonisan pendidik dengan anak merupakan syarat penting dalam pembelajaran. Keharmonisan bisa tercipta jika pendidik berhasil menempatkan dirinya pada kondisi kejiwaan anak. Simpati dan empati merupakan dua unsur kejiwaan yang sangat penting untuk memunculkan keharmonisan. Toleransi seperti mendengarkan musik ketika mengerjakan latihan merupakan salah satu upaya ke arah keharmonisan itu. Bahkan, belajar sambil mendengarkan musik bisa menghilangkan rasa lelah dan jenuh. 5. Memberikan bimbingan seperlunya Pendidik adalah pembimbing. Ada tiga materi penting ketika membimbing anak, yaitu (1) membimbing dalam hal penguasaan aspek keilmuan, (2) membimbing dalam hal penguasaan aspek psikomotor, dan (3) membimbing dalam hal penerapan aspek sikap (afektif). Pendidik sebagai pembimbing tidak akan pernah diam di kursinya. Pendidik tipe ini akan bergerak ke arah anak, baik secara individu maupun berkelompok. Bimbingan-bimbingan lebih khusus diberikannya ketika anak mengalami kesulitan mengerjakan latihan atau tugasnya. Jika tidak mendapat



16



bimbingan



yang



memadai



dari



pendidik,



maka



kesulitan



akan



memunculkan rasa malas untuk belajar. 6. Menyelipkan jenaka sebagai transisi pembelajaran Belajar mengajar merupakan seni. Kemampuan dan kreativitas pendidik sangat dituntut ketika melaksanakan pembelajaran. Saat ini, tugas pendidik bukanlah mengajar, tetapi membelajarkan anak. Membelajarkan berarti mengajak anak untuk berpikir dan bertindak. Dalam prosesnya, ini bukanlah suatu yang mudah. Banyak sekali tantangan yang dihadapi pendidik. Mudah bosan dan kurang bersemangat seringkali dialami anak ketika pembelajaran. Pendidik semestinya menyisipkan unsur jenaka untuk mengurangi ketegangan pembelajaran di kelas. Unsur jenaka ini dapat dilakukan pendidik dengan cara bercerita humor. Banyak cerita humor bernilai pendidikan yang dapat kita jadikan transisi pembelajaran. 7. Menyelipkan daya ajuk imajinasi Daya ajuk imajinasi dalam pembelajaran berarti menyisipkan kalimat-kalimat bermakna dan berdaya imajinatif. Kalimat-kalimat ini bisa diambil dari berbagai pendapat ahli, terutama yang memotivasi dan menebarkan wawasan kesadaran untuk bertindak lebih baik. Daya ajuk ini dapat dijadikan transisi pembelajaran. 8. Membangkitkan efek rasa malu Efek rasa malu dinilai sangat perlu dalam dunia pendidikan. Namun, efek ini hanya digunakan untuk hal-hal yang edukatif. Misalnya, menyebutkan nama siswa yang tidak/belum mengumpulkan tugas. Upaya ini cukup efektif apalagi dilakukan secara rutin setiap pembelajaran di kelas. Jika ini dilakukan secara rutin, pada pertemuan berikutnya, para anak akan lebih bersemangat untuk belajar dan mengerjakan berbagai latihan/tugas. Upaya ini sangat efektif jika diterapkan secara rutin. 9. Tindakan persuasif dan penyadaran Ajakan dan kesadaran selalu mengalami kesulitan. Kesulitan tersebut muncul dari diri orang yang akan diajak dan disadarkan, yaitu anak. Hal ini disebabkan pada umumnya, anak remaja merupakan masa pancaroba. Hanya sebagian kecil di antara mereka yang mampu mengendalikan kebiasaan-kebiasaan dan perilaku negatif. Tindakan persuasif dan penyadaran yang selama ini dilakukan lebih banyak bersifat



17



negatif. Karena itu, anak sering menganggap sebagai sikap cerewet seorang pendidik. Pendidik harus membalikkan keadaan ini. Caranya, berikan tindakan persuasif dan penyadaran dengan memasukkan nasihatnasihat berenergi positif. Misalnya, nilai kamu cukup bagus, kamu pasti bisa memperoleh yang lebih baik, hari ini kamu cukup tekun belajar, dan sebagainya. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Beberapa faktor penyebab anak di Desa Cimanggu Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang malas belajar, secara umum masalah utamanya adalah faktor instrinsik (dari dalam diri anak) dan faktor ekstrinsik (dari luar diri anak) 2. Perilaku malas belajar merupakan salah satu akibat dari perbedaan individual itu. Perilaku malas belajar, walaupun merupakan hal wajar, tetap tidak dibenarkan. Dalam pembelajaran ideal, perilaku ini tetap merupakan suatu penyimpangan. Agar perilaku negatif tersebut tidak terlalu jauh, beberapa upaya yang telah diterapkan di atas dinilai cukup mangkus dan sangkil (efektif dan efisien) dalam upaya mengatasi peserta didik yang malas belajar. Namun, dengan perbedaan pendidik, mata pelajaran, dan karakteristik peserta didik serta geografis, upaya-upaya ini belum tentu berlaku secara universal. Karena itu, sebaiknya para pendidik senantiasa berkreasi dan berinovasi mengatasi siswa yang malas belajar dengan berbagai kemungkinan dan harapan



B. Saran Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu saya berharap agar pembaca dapat memanfaatkan makalah ini dengan baik. Segala kritikan maupun saran dari pembaca saya terima dengan lapang dada untuk menambah wawasan serta perbaikan penulisan yang lebih baik lagi. Untuk kebaikan bersama saya selaku penulis menginginkan agar pembaca dapat memahami isi dari makalah ini agar dapat dipahami dan



18



diamalkan kapan dan dimanapun. Serta dapat bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan. DAFTAR18PUSTAKA Ali Imran, Kebijakan Pendidikan di Indonesia, Cet. II Jakarta: Bumi Aksara, 2002 A.H. Harahap, Bina Remaja, Medan: Yayasan Bina Pembangunan Indonesia, 1981 Kartini Kartono, Pengantar Metodelogi Research Sosial, Bandung: Grafika, 1974 M. Noor Syam, Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan, cet. I, Surabaya: Usaha Nasional, 1980 M. Arief, Menggali Manusia Melalui Proses Pendidikan, Dinamika, No. 12, 1998 Safri, Peran Orang Tua Dalam Pembinaan Mental Anak, Santunan, No. 237, April 1998 Sutrisno hadi, Metodelogi Research, Jilid I, cet V, Yogyakarta: UGM, 1996



Winarno Surachman, Dasar dan Tehnik Research Pengantar Metodelogi Ilmiyah, Bandung: Tarsito, 1982 WJS Pooerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. II, Jakarta: Balai Pustaka, 1985



19



19 ANGKET



Lampiran



Kuesioner untuk saudara/i. Kami menjamin rahasia pribadi anda : 1. Nama



:



2. Umur



:



tahun



3. Jenis Kelamin Laki-laki



Wanita



4. Tingkat pendidikan terakhir SD/MI SMP?MTs SMA/SMK Isilah angket dibawah ini dengan ceklis (ν) STS TS N S SS



= Sangat Tidak Setuju = Tidak Setuju = Netral = Setuju = Sangat Setuju Pernyataan



Tanggapan STS TS N S SS



N o 1



Kurangnya waktu yang tersedia untuk bermain sehingga



2



malas belajar Kelelahan dalam



3



bermain/membantu orangtua) sehingga malas belajar Sedang sedih (bertengkar dengan teman sekolah, kehilangan



4 5 6 7 8



barang kesayangan dll) sehingga malas belajar Orang tua kurang perhatian ketika sedang belajar dirumah Dirumah sedang ada masalah sehingga tidak bisa belajar Dirumah tidak ada sarana buat belajar Di sekolah ada masalah sehingga tidak bisa belajar Tidak ada minat untuk belajar



beraktivitas



(misal



terlalu



banyak