Penentuan Alb Dan Kadar Minyak Pada Kacang Tanah Dengan Metode Ekstraksi Dan Maserasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERBANDINGAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS HASIL SOKLETASI DAN MASERASI DARI KACANG TANAH MENGGUNAKAN PELARUT n-HEKSAN



KARYA ILMIAH



YUNITA FLORENSIA SARAGIH 122401032



PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015



PERBANDINGAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS HASIL SOKLETASI DAN MASERASI DARI KACANG TANAH MENGGUNAKAN PELARUT n-HEKSAN



KARYA ILMIAH Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya



YUNITA FLORENSIA SARAGIH 122401032



PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015



PERSETUJUAN



Judul



Kategori Nama Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Departemen Fakultas



: PERBANDINGAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS HASIL SOKLETASI DAN MASERASI DARI KACANG TANAH MENGGUNAKAN PELARUT n-HEKSAN : TUGAS AKHIR : YUNITA FLORENSIA SARAGIH : 122401032 : DIPLOMA 3 KIMIA : KIMIA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Disetujui di Medan,



Juni 2015



Disetujui Oleh : Ketua Program Studi D-3 Kimia



Dosen Pembimbing



Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si NIP. 19550918 198701 2001



Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si NIP. 19740405 199903 2001



Ketua Departemen Kimia FMIPA USU



Dr. Rumondang Bulan, M.S NIP. 19540830 198503 2001



PERBANDINGAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS HASIL SOKLETASI DAN MASERASI DARI KACANG TANAH MENGGUNAKAN PELARUT n-HEKSAN



PERNYATAAN



TUGAS AKHIR



Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.



Medan, Juni 2015



YUNITA FLORENSIA SARAGIH 122401032



PENGHARGAAN



Salam sejahtera, Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesehatan dan rahmat yang berlimpah kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma 3 Kimia Analis Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Adapun judul Karya Ilmiah ini adalah “Perbandingan Kadar Minyak Dan Asam Lemak Bebas Hasil Sokletasi Dan Maserasi Dari Kacang Tanah Menggunakan Pelarut n-Heksan” Karya ilmiah ini dapat ditulis dan terwujud atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU 2. Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU 3. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Kimia FMIPA USU 4. Ibu Dr Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing serta memberi masukan yang sangat bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini 5. Bapak Zul Alkaf,BSc. Selaku kepala laboratorium di PT.PALMCOCO LABORATORIES yang dengan sabar mengajarkan penulis dan telah banyak membantu penulis menyelesaikan Karya Ilmiah ini 6. Kakak/Abang pegawai di PT.PALMCOCO LABORATORIES,Kak Oktari,Kak Lya, dan Bang Miduk yang telah banyak membantu dan mengajarkan penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini 7. Seluruh dosen dan staff pengajar jurusan D-III Kimia FMIPA USU yang telah banyak membantu selama perkuliahan 8. Seluruh teman-teman Kimia Analis dan Kimia Industri FMIPA USU khususnya angkatan 2012



Terkhusus Ayahanda London Saragih dan Ibunda Candra Sembiring, serta adik-adikku Aknesia, Dearman, dan Hendra yang telah banyak memberikan bantuan berupa doa, dukungan moril dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan kerena masih banyak tedapat kekurangan baik dari segi isi maupun penyusunan kata. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Penulis juga berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.



Medan, Juni 2015 Penulis,



(Yunita Florensia Saragih)



PERBANDINGAN KADAR MINYAK DAN ASAM LEMAK BEBAS HASIL SOKLETASI DAN MASERASI DARI KACANG TANAH MENGGUNAKAN PELARUT n-HEKSAN



ABSTRAK



Telah dilakukan ekstraksi kacang tanah dengan metode sokletasi dan maserasi menggunakan pelarut n-Heksan di PT. PALMCOCO LABORATORIES, dimana analisa ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar minyak dan asam lemak bebas yang diperoleh dari hasil ekstraksi kacang tanah dengan metode sokletasi dan maserasi menggunakan pelarut n-Heksan. Kadar minyak ditentukan dengan metode gravimetri,dan kadar asam lemak bebas dengan metode volumetri. Dari hasil analisa yang dilakukan, diperoleh hasil kadar minyak hasil ekstraksi kacang tanah dengan metode sokletasi (33,29%) dan pada metode maserasi (35,06%). Dan hasil analisa kadar asam lemak bebas (ALB) dari hasil ekstraksi kacang tanah dengan metode sokletasi (0,72%) dan pada metode maserasi (0,74%). Dan hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan spesifikasi menurut SNI untuk kadar minyak dan menurut AGROCROPS in India untuk kadar asam lemak bebas. Kata kunci : Kadar Minyak, Kadar Asam Lemak Bebas, Sokletasi, Maserasi, Kacang Tanah



THE COMPARISON OF OIL CONTENT AND FREE FATTY ACIDS OF RESULT SOXLETATION AND MACERATION OF PEANUT USING SOLVENT n-HEXANE ABSTRACT



The extraction of groundnut with soxhletation and maceration method using solvent n-Hexane in PT. PALMCOCO LABORATORIES, it has been done to know oil content the result of peanut extraction with soxhletation method and maceration using n-Hexane solvent. Oil Content was determined by the soxhletation method and gravimetric method, and Free Fatty Acid (FFA) analysis with volumetric method. The result of analysis, the results obtained grade peanut oil extracted by the soxhletation method (33,29%) and the maceration (35,06%). And analysis of the levels of Free Fatty Acid (FFA) from the extraction of peanut with soxhletation method (0,72%) and the maceration (0,74%). And the results obtained are in accordance with the specifications according to ISO for oil content and AGROCROPS in India according to the levels of free fatty acids. Keywords: Oil Content, Free Fatty Acid Levels, Soxhletation, Maceration, Peanuts



DAFTAR ISI Halaman



Persetujuan Pernyataan Penghargaan Abstrak Abstract Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Lampiran BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Permasalahan



i ii iii v vi vii viii ix x 1 2



1.3. Tujuan 1.4. Manfaat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kacang Tanah 2.1.1. Jenis-jenis Kacang Tanah 2.1.2. Komposisi Kacang Tanah 2.1.3. Manfaat Kacang Tanah 2.2. Minyak Kacang Tanah 2.3. Ekstraksi 2.3.1. Metode Ekstraksi 2.3.2. Syarat Pelarut 2.4. Penetapan Kadar Minyak 2.5. Asam Lemak Bebas BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Alat 3.2. Bahan 3.3. Prosedur 3.3.1. Prosedur Penyediaan Sampel 3.3.2. Prosedur Pembuatan Reagen 3.3.3. Prosedur Analisa BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan 4.2. Pembahasan BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL



3 3 4 5 8 9 10 12 12 15 16 18 19 20 20 20 21 23 26 30 32 32 33 35



Tabel



Judul



Halaman



2.1.



Komposisi Daging Biji Kacang Tanah



2.2.



Spesifikasi Minyak Kacang Tanah Menurut AGROCROPS in India



11



4.1.



Data Penentuan Kadar Minyak (%) Dari Hasil Ekstraksi Kacang Tanah Dengan Metode Sokletasi Dan Maserasi



25



4.2.



Data Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (% wt) Dari Hasil Ekstraksi Kacang Tanah Dengan Metode Sokletasi Dan Maserasi



27



DAFTAR GAMBAR



8



Gambar



Judul



2.1.



Kacang Tanah



2.2.



Alat Soklet



Halaman 4 17



DAFTAR LAMPIRAN



Lampiran



Judul



Halaman



1.



Lampiran Alat



35



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang



Tanaman kacang tanah (Arachis hypogeaea L ) yang sudah tersebar luas dan ditanam di Indonesia ini sebetulnya bukanlah tanaman asli, melainkan tanaman yang berasal dari benua Amerika, tepatnya dari daerah Brazillia (Amerika Selatan). Mula-mula kacang tanah ini dibawa dan disebarkan ke benua Eropa kemudian menyebar ke benua Asia (Aak, 1989). Kacang tanah termasuk tanaman palawija, yakni tanaman yang berumur pendek. Tanaman ini tergolong tanaman yang cepat menghasilkan. Cara pemeliharaannya mudah dilakukan. Buah kacang tanah ini merupakan makanan yang sehat, karena mengandung protein nabati dan lemak yang dibutuhkan manusia. Rasanya pun enak dan gurih (Mashudi, 2007). Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu subtansi atau zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Joesoef, 2015) Ada beberapa metode ekstraksi yang umum digunakan,diantaranya adalah maserasi dan sokletasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada suhu ruangan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut. Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyaringan berulang dan pemanasan. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel (Darwis,2000). Penentuan kadar minyak atau lemak suatu bahan dapat dilakukan dengan alat ekstraktor soklet. Ekstraksi dengan alat soklet merupakan cara ekstraksi yang efisien,



karena pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Dalam penentuan kadar minyak atau lemak, sampel yang diuji cukup kering. Biasanya digunakan contoh dari bekas penentuan kadar air. Jika contoh masih basah maka selain memperlambat proses ekstraksi, air dapat turun ke dalam labu suling (labu lemak) sehingga akan mempersulit penentuan berat tetap dari labu suling (Ketaren, 1996). Minyak kasar hasil ekstraksi selalu mengandung asam lemak bebas sebagai hasil aktifitas enzim lipase terhadap gliserida selama minyak tersebut disimpan. Besarnya asam lemak bebas tersebut digunakan sebagai ukuran kualitas minyak. Makin besar asam lemak bebas yang terkandung maka kualitasnya makin rendah (Ketaren, 1996). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah dengan judul “Perbandingan Kadar Minyak Dan Asam Lemak Bebas Hasil Sokletasi



Dan



Maserasi



Dari



Kacang



Tanah



Menggunakan



Pelarut



n-Heksan“.



1.2.



Permasalahan 1. Bagaimana perbandingan kadar minyak dan kadar asam lemak bebas hasil sokletasi dan maserasi dari kacang tanah menggunakan pelarut n-Heksan ?



2. Apakah kadar minyak dan kadar asam lemak bebas dalam kacang tanah telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan ? 1.3. Tujuan 1. Untuk mengetahui perbandingan kadar minyak dan kadar asam lemak bebas hasil sokletasi dan maserasi dari kacang tanah menggunakan pelarut n-Heksan 2. Untuk mengetahui kadar minyak dan kadar asam lemak bebas dalam kacang tanah telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan Manfaat Untuk memberikan informasi mengenai perbandingan kadar minyak dan kadar



1.4.



asam lemak bebas hasil sokletasi dan maserasi dari kacang tanah menggunakan pelarut n-Heksan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L) Tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L) merupakan tanaman setahun, termasuk Leguminoceae. Kacang tanah berasal dari Amerika Latin dan berkembang ke negara-



negara Asia seperti India, Filipina, Jepang, dan Indonesia. Gambar kacang tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.



Gambar 2.1. Kacang Tanah Di Indonesia menurut hasil penelitian Balai Penelitian Kacang-kacangan di Bogor, telah dikenal 4 macam varietas unggul yaitu varietas Gajah, Banteng, Macan, dan Kijang. Varietas Kijang mempunyai kandungan minyak terbesar yaitu 49,9 % dari berat daging (Ketaren, 1996). Klasifikasi Kacang Tanah adalah : Devisio (devisi)



: Spermatophyta (tanaman berbiji)



Subdivision



: Angiospermae (biji berada dalam buah)



Class (kelas)



: Decotyledoneae (biji berkeping dua)



Ordo (bangsa)



: Polipetalis/Rosales



Familia (suku)



: Leguminoceae (kacang-kacangan)



Subfamilia



: Papillonoideae



Genus (marga)



: Arachis



Species (jenis)



: Arachis hypogeae L (Bambang, 2007).



2.1.1.



Jenis-jenis Kacang Tanah Banyak sekali jenis kacang tanah yang ditanam di Indonesia, namun dalam



garis besarnya dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu menurut tipe pertumbuhannya dan menurut umurnya. 1. Menurut Tipe Pertumbuhannya Menurut pertumbuhannya, jenis kacang tanah dapat dibedakan menjadi dua tipe, yakni : a) Tipe Tegak Cabang-cabang kacang tanah tipe tegak ini pda umumnya lurus atau sedikit miring ke atas. Orang lebih menyukai kacang tanah tipe tegak, sebab umurnya kirakira 100 - 120 hari, pemungutan hasilnya pun mudah dilakukan. Karena buah kacang tanah tipe tegak ini hanya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, maka buah kacang (polong) ini dapat masak secara serempak. b) Tipe Menjalar Cabang-cabang tanah tipe menjalar ini bertumbuh ke samping. Hanya bagian ujung cabangnya yang mengarah ke atas. Batang utama dari kacang tanah bertipe menjalar ini lebih panjang daripada batang utama dari kacang tanah yang bertipe tegak. Umur kacang tanah tipe ini berkisar antara 5 – 6 bulan. Setiap ruas kacang



tanah yang berdekatan pada tanah menghasilkan buah. Oleh karena itu buah-buahnya tidak bisa masak secara serempak. 2. Menurut Umurnya Menurut umurnya, jenis kacang tanah dapat digolongkan sebagai berikut : a) Kacang Tanah Berumur Panjang Kacang tanah ini bisa mencapai umur 6 – 7 bulan. Pada umumnya kacang yang tergolong berumur panjang ini adalah kacang Cina. Ciri-ciri kacang tanah yang berumur panjang, yaitu : -



Batang panjang Buah banyak, tetapi masak secara tidak serempak Satu buah berisi 3 – 4 biji



Di daerah-daerah tertentu banyak ditanam jenis kacang tanah yang berumur panjang ini. Batang kacang ini sering dimanfaatkan sebagai makanan ternak. b) Kacang Tanah Berumur Pendek Umur tanaman kacang tanah jenis ini kurang lebih hanya 3 – 4 bulan. Kacang tanah yang berumur pendek dibedakan menjadi tiga golongan, yakni : 1. Jenis kacang tanah yang bijinya berkulit ari merah tua Buah kacang tanah jenis ini besar, berbiji 1 – 3 butir. Kacang tanah yang termasuk golongan ini ialah : kacang Palembang, kacang Afrika. Golongan kacang tanah ini tidak disukai orang, karena hasilnya kurang memuaskan.



2. Jenis kacang tanah yang bijinya berkulit ari merah muda Hasil kacang tanah jenis ini banyak : rata-rata 1 buah polong berbiji 1 – 2 butir. Kacang tanah yang termasuk jenis ini ialah kacang Holle, kacang Tular, kacang Waspada, dan kacang Schwars. 3. Jenis kacang tanah yang bijinya berkulit ari merah jambu dan buahnya kecil Pada umunya jenis kacang tanah ini mempunyai cirri-ciri : -



Buah berbiji satu Enak rasanya Hasilnya tidak begitu banyak (Aak,1989).



2.1.2. Komposisi Kacang Tanah Polong kacang tanah yang sudah matang (cukup tua) mempunyai ukuran panjang 1,25-7,50 cm dan berbentuk silinder. Tiap-tiap polong kacang tanah terdiri dari kulit (shell) 21-29%, daging biji (kernel) 69-72,40% , dan lembaga (germ) 3,10-3,60%. Dari jumlah 9,1 % kadar nitrogen kacang tanah sebesar 8,74 % diantaranya terdiri dari fraksi albumen, gluten, dan globulin. Kacang tanah mengandung asamasam amino essensial, yaitu arginin (2,72 %), fenilalanin (1,52 %), histidin (0,51 %), isoleosin (0,99 %), leusin (1,92 %), lisin (1,29 %), methionin (0,33 %), tritophan (0,21 %), dan valin (1,33 %) (Ketaren, 1996). Daging biji kacang tanah mengandung berbagai komposi, dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1. Komposisi Daging Biji Kacang Tanah



Komposisi Kadar air Protein kasar Lemak Serat Kasar Ekstrak Abu (Bailey, 1950)



Jumlah (%) 4,6-6,0 25,0-30,0 46,0-52,0 2,8-3,0 10,00-13,00 2,5-3,0



2.1.3. Manfaat Kacang Tanah Berbagai manfaat kacang tanah adalah sebagai berikut: 1. Makanan manusia Biji kacang tanah mengandung zat-zat yang berguna dan berisikan senyawasenyawa tertentu yang sangat dibutuhkan organ-organ tubuh manusia untuk kelangsungan hidup, terutama kandungan protein, karbohidrat, dan lemak. Sebagai bahan makanan, biji kacang tanah dapat diolah sebagai kacang rebus, kacang goreng, kacang atom, kacang telur, dan lain sebagainya. Kacang tanah juga dapat diolah sebagai bumbu pecal, gado-gado, bahan sayur, serta bahan pembuatan oncom yang banyak mengandung zat putih telur dan vitamin B. 2. Makanan ternak Daun kacang tanah banyak mengandung protein dan zat kapur. Oleh karena itu bahan tersebut baik sekali untuk makanan ternak. Sebagai makanan ternak, daun kacang tanah tidak boleh diberikan kepada ternak dalam keadaan segar (baru dipangkas) atau dalam jumlah yang berlebihan, karena dapat menyebabkan sakit perut (bloat) bagi ternak. 3. Bahan minyak goreng Biji kacang tanah dapat diolah dan diproses menjadi minyak goreng. Setiap 100 kg kacang tanah, dapat menghasilkan minyak antara 40 – 60 liter. Adapun proses pembuatan minyak goreng dari kacang tanah, dapat diterangkan sebagai berikut:



mula-mula polong kacang tanah dikupas, kemudian biji kacang dipisahkan dari kulit arinya. Setelah pekerjaan ini selesai dan menjadi bersih, kacang tanah tadi lalu ditumbuk halus sehingga menghasilkan tepung. Selanjutnya, tepung dibungkus dengan daun serai wangi dan dikukus. Tepung yang sudah dikukus, kemudian dimasukkan ke dalam karung goni. Dari karung goni inilah kemudian minyak akan menetes sedikit demi sedikit. 4. Bahan perdagangan Hasil kacang tanah di Indonesia biasanya langsung menjadi bahan konsumsi atau diperdagangkan. Harga kacang impor, terutama dari Cina, Argentina, dan beberapa negara lain, sekarang mengalami penurunan. Harga kacang impor berkisar antara Rp 1.000,00 sampai Rp 1.150,00/kg. Harga psaran kacang tanah dalam negeri dapat dikelompokkan sebagai berikut:



-



- Kelas I, dijual Rp 1.350,00 sampai Rp 1.400,00/kg Kelas II, dijual Rp 1.200,00 sampai Rp 1.350,00/kg Kelas III,dijual Rp 1.100,00 sampai Rp 1.200,00/kg (Aak, 1989). 2.2.



Minyak Kacang Tanah



Minyak kacang tanah mengandung 76-82 % asam lemak tidak jenuh yang terdiri dari 40-45 % asam oleat dan 30-35 % asam linoleat. Asam lemak jenuh sebagian besar terdiri dari asam palmitat,sedangkan kadar asam miristat sekitar 5 %. Kandungan asam linoleat yang tinggi akan menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak akan bertambah dengan cara hidrogenasi atau dengan penambahan anti-oksidan. Dalam minyak kacang tanah terdapat persenyawaan



tokoferol yang merupakan anti-oksidan alami dan efektif dalam menghambat proses oksidasi alami dan efektif dalam menghambat proses oksidasi minyak kacang tanah. Didalam kacang tanah terdapat karbohidrat sebanyak 18 % dengan kadar pati 0,5 - 5,0 % dan kadar sukrosa 4 - 7%. Vitamin-vitamin yang terdapat adalah riboflavin, thiamin, asam nikotinat, vitamin E dan K. Sebagian besar kandungan mineral terdiri dari kalsium, magnesium, fosfor, dan sulfur (Ketaren, 1996). Adapun spesifikasi minyak kacang tanah menurut AGROCROPS in India dilihat dari kadar asam lemak bebas (%) seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.2. berikut: Tabel 2.2. Spesifikasi Minyak Kacang Tanah Menurut AGROCROPS in India Asam Lemak Bebas sebagai asam oleat



Maksimum 1 %



Bilangan Penyabunan



189 - 195 unit



Bilangan Iodin



87 - 96 unit



Sumber.PT. Palmcoco Laboratories Spesifikasi minyak kacang tanah menurut SNI dilihat dari kadar minyak berada diantara 30% - 60% (Hartono, 2012). Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah satu kebutuhan manusia yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan (edible purpose) maupun bahan non pangan. Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah dipergunakan untuk minyak goreng. Bahan dasar pembuatan margarine mayonnaise, salad dressing, mentega putih, dan mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan minyak jenis lainnya, karena dapat dipakai berulang-ulang untuk menggoreng bahan pangan. Sebagai bahan non pangan, minyak kacang tanah digunakan dalam industri



sabun, face cream, shaving cream, pencuci rambut, dan bahan kosmetik lainnya. Dalam bidang farmasi minyak kacang tanah dapat dipergunakan untuk campuran pembuatan adrenalin dan obat asma (Ketaren, 1996). 2.3.



Ekstraksi



Ektraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatau padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating agent (Wibawa, 2012). 2.3.1. Metode Ekstraksi Pembagian metode ekstraksi terdiri dari dua cara yaitu cara dingin dan cara panas. A. Cara Dingin Pembagian ekstraksi berdasarkan cara dingin,yaitu: 1. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan (kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada kesetimbangan. Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar (Istiqomah, 2013). Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedangkan kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, hasil ekstraksi kurang sempurna, cairan penyaring yang digunakan lebih banyak, dan tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin,tiraks,dan lilin (Joesoef, 2015).



2. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia pada suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. B. Cara Panas Pembagian ekstraksi berdasarkan cara panas, yaitu: 1. Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan penggulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. 2. Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru pada umumnya, dilakukan dengan alat khusus, sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Biomasa ditempatkan dalam wadah soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini pelarut akan terus direfluks. Alat soklet akan mengkosongkan isinya kedalam labu dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut segar melewati alat ini melalui pedingin refluks, ekstraksi berlangsung sangat efisien dan senyawa dari biomasa secara efektif ditarik kedalam pelarut karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut (Istiqomah, 2013)



Kelebihan metode ini adalah sampel terekstraksi dengan sempurna, proses ekstraksi lebih cepat, dan pelarut yang digunakan sedikit. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat menggunakan bahan yang mempunyai tekstur yang keras dan pengerjaannya rumit dan agak lama, karena harus diuapkan di rotavapor untuk memperoleh ekstrak yang kental (Sutrimo, 2014). 3. Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50 oC. 4. Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC. selama waktu tertentu (15-20 menit). 5. Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (suhu lebih dari 30 oC.) dan temperatur sampai titik didih air (Istiqomah,2013). 2.3.2. Syarat Pelarut Jenis pelarut yang digunakan berkaitan dengan polaritas dari peelarut tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut, yaitu : a. Pelarut Polar



Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawasenyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyaring senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah. Contoh pelarut polar adalah: air, methanol, etanol, asam asetat. b. Pelarut Semipolar Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform.



c. Pelarut Nonpolar Pelarut ini baik digunakan untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh pelarut ini adalah: heksana, eter. Adapun syarat pelarut yang ideal untuk ekstraksi, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 2.4.



Tidak toksik dan ramah lingkungan Mampu mengesktrak semua senyawa dalam simplisia Mudah untuk dihilangkan dari ekstrak Tidak bereaksi dengan senyawa-senyawa dalam simplisia yang diekstrak Murah/ekonomis (Pramasatya, 2011). Penetapan Kadar Minyak



Penentuan kadar minyak sesuatu bahan dapat dilakukan dengan soxhlet apparatus. Cara ini dapat juga digunakan untuk ekstraksi minyak dari suatu bahan yang



mengandung minyak. Ekstraksi dengan alat soxhlet apparatus merupakan cara ekstraksi yang efisien karena dengan alat ini pelarut yang digunakan dapat diperoleh kembali. Bahan padat pada umumnya membutuhkan waktu ekstraksi yang lebih lama, karena itu dibutuhkan pelarut yang lebih banyak, alat soklet tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Ketaren, 1996).



Gambar 2.2. Alat Soklet



Ekstraktor soklet adalah salah satu instrument yang digunakan untuk mengekstrak suatu senyawa. Umumnya metode yang digunakan dalam instrument ini adalah mengekstrak senyawa yang kelarutannya dalam suatu pelarut, namun jika suatu senyawa mempunyai kelarutan yan tinggi makan digunakan metode filtrasi (Anam, 2012).



2.5.



Asam Lemak Bebas



Penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak atau lemak. Hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengukur dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sampel. Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam sampel semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik (Julisti, 2010). Asam lemak bebas terbentuk karena proses oksidasi, dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan penyimpangan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar yang lebih besar dari 0,2 % dari berat lemak akan mengakibatkan flavor yang tidak diinginkan dan dapat juga meracuni tubuh. Dengan proses netralisasi minyak sebelum digunakan dalam bahan pangan, maka jumlah asam lemak bebas dalam lemak dapat dikurangi sampai kadar maksimum 0,2 % (Ketaren, 1996).



BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat      



         



Timbangan Analitis Kern Abs Timbangan manual Beaker glass pyrex 250 ml Labu takar pyrex 250 ml Gelas ukur pyrex 10 ml Erlenmeyer pyrex 250 ml  Pipet Volume pyrex 10 ml  Buret Brand 10 ml Magnetic Stirer Spatula  Statif dan Klem Pipet tetes Pinset Kertas penyaring timbal Alat soklet Botol reagen Corong Heating mantel Ross Oven Memmert



 Desikator  Selang air 3.2. Bahan             



Kacang tanah N-Heksan Kristal H₂C₂O₄.2H₂O Kristal KOH Kristal Phenolptalein Kristal Timol Blue Larutan H₂C₂O₄ 0,1 N Etanol 96 % Larutan KOH 0,1 N Alkohol Netral Kertas saring biasa Kapas Aquadest



3.3. Prosedur 3.3.1. Prosedur Penyediaan Sampel Sampel



kacang tanah yang akan dianalisa sebelumnya dihaluskan



terlebih dahulu dengan menggunakan blender. Untuk mempermudah proses analisa sampel untuk metode sokletasi dan metode maserasi.



3.3.2. Prosedur Pembuatan Reagen a. Prosedur Larutan H₂C₂O₄.2H₂O 0,1 N dalam labu takar 500 ml  Dikeringkan Kristal H₂C₂O₄.2H₂O secukupnya dalam oven selama 1 jam pada suhu 1050C  Didinginkan dalam desikator selama 30 menit  Ditimbang H₂C₂O₄.2H₂O sebanyak 3,17 g ke dalam beaker glass



 Dilarutkan dengan aquadest  Dimasukkan dalam labu takar 500 ml kemudian diencerkan dengan aquadest sampai garis tanda  Dihomogenkan dengan stirer  Dimasukkan ke dalam botol kaca bertutup b. Prosedur Indikator Phenolptalein (PP) 1 %  Ditimbang beaker glass kosong  Ditimbang ± 1 g serbuk phenolptalein  Dilarutkan dengan alkohol  Dimasukkan dalam labu takar 100 ml  Diencerkan dengan larutan alkohol sampai garis batas c. Prosedur Pembuatan Indikator Timol Blue (TB) 1 %  Ditimbang beaker glass kosong  Ditimbang ± 1 g Kristal Timol Blue  Dilarutkan dengan larutan etanol hingga volume 100 ml d. Pembuatan Alkohol Netral  Dimasukkan ± 250 ml Etanol 96 % kedalam erlenmeyer 250 ml  Ditambahkan 1 tetes Indikator Timol Blue 1 %  Ditambahkan 3 tetes larutan KOH  Diaduk hingga terbentuk warna hijau muda  Dilarutkan dengan Etanol hingga volume 100 ml e. Prosedur Pembuatan Larutan KOH 0,1 N dalam labu takar 250 ml  Ditimbang beaker glass  Dinolkan timbangan  Dimasukkan kristal KOH sebanyak 1,40 g  Dilarutkan dengan aquadest  Dihomogenkan dengan stirer  Dipindahkan kedalam labu takar 250 ml  Ditambahkan aquadest kedalam labu takar hingga garis batas  Dihomogenkan kembali f. Prosedur Standarisasi KOH 0,1 N  Dipipet 5 ml larutan H₂C₂O₄ 0,1 N kemudian dimasukkan 



kedalam erlenmeyer 250 ml Ditambahkan 3 tetes Indikator PP 1%







Dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah lembayung pada titik akhir







titrasi Dicatat volume KOH 0,1 N yang terpakai



3.3.3. Prosedur Analisa a. Prosedur Penentuan Kadar Minyak Metode Sokletasi  Ditimbang erlenmeyer kosong  Dicatat beratnya  Ditimbang beaker glass dan kertas penyaring timbal, kemudian 



dinolkan Dimasukkan sampel sebanyak ± 20 g kedalam kertas penyaring



 



timbal yang sudah dinolkan Dicatat beratnya sampel sebenarnya Diisi erlenmeyer yang telah diketahui beratnya dengan n-Heksan







sebanyak 200 ml Dirangkai alat soklet, masukkan kertas penyaring timbal yang berisi sampel, kemudian alirkan air melalui selang, dan hidupkan pemanas



 



soklet dengan suhu 400C Dilakukan ekstraksi sampai 5 siklus (selama ±4 jam) Dikeluarkan kertas penyaring timbal dari dalam alat soklet dengan



 



menggunakan pinset Diuapkan n-Heksan sampai menguap seluruhnya Dimasukkan erlenmeyer yang berisi minyak kedalam oven selama 1



  



jam Didinginkan didalam desikator selama ½ jam Ditimbang kembali erlenmeyer yang berisi minyak Dicatat beratnya dan hitung persentasinya



b. Prosedur Penentuan Kadar Minyak Metode Maserasi  Ditimbang sampel sebanyak 250 g  Dimasukkan kedalam botol reagen  Ditambahkan pelarut n-Heksan sampai sampel terendam  Dimaserasi selama 3 hari



        



Ditimbang erlenmeyer kosong Dicatat beratnya Disaring didalam erlenmeyer kosong yang diketahui beratnya Didapatkan filtrat dan residu Diuapkan pelarut n-Heksan dari filtrat hingga habis Dimasukkan erlenmeyer yang berisi minyak kedalam oven selama 1 jam Didinginkan didalam desikator selama ½ jam Ditimbang erlenmeyer yang berisi minyak Dicatat beratnya dan hitung persentasinya



c. Prosedur Penentuan Asam Lemak Bebas  Ditimbang berat erlenmeyer kosong, kemudian dinolkan  Dimasukkan ekstrak sampel sebanyak 1 g  Ditambahkan 10 ml larutan n-Heksan  Ditambahkan 25 ml alkohol netral  Ditambahkan 2 tetes Indikator TB 1 %  Dititrasi dengan larutan standar KOH 0,1 N sampai terjadi perubahan 



warna dari bening menjadi hijau muda Dicatat volume larutan KOH 0,1 N yang terpakai



BAB IV



HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Percobaan Hasil analisa kadar minyak (%) dari hasil ekstraksi kacang tanah dengan menggunakan metode sokletasi dan maserasi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Sedangkan hasil analisa kadar asam lemak bebas (%) dengan menggunakan metode sokletasi dan maserasi dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.1. Data Penentuan Kadar Minyak (%) Dari Hasil Ekstraksi Kacang Tanah Dengan Metode Sokletasi Dan Maserasi



Sampel



Brt Erlenmeyer Kosong



Brt Erlenmeyer Kosong + Minyak stlh Pemanasan



Berat Minyak



Kadar Minyak



(g)



(g)



(g)



(g)



(%)



Sokletasi



20,4193



109,3937



116,1911



6,7974



33,29



Maserasi



250



93,6966



181,3411



87,6445



35,06



Ekstraksi



Perhitungan : Penentuan Kadar Minyak (%)



Kadar Minyak (%)



¿



BB−BA x 100 % BS



Keterangan : BA = Berat Erlenmeyer Kosong BS = Berat Sampel



BB = Berat Erlenmeyer + Minyak Setelah Pemanasan Contoh Perhitungan Kadar Minyak Dari Hasil Ekstraksi Kacang Tanah Mengunakan Metode Sokletasi : BB = 116,1911 g BA = 109,3937 g BS = 20,4193 g



Kadar Minyak (%)



¿



BB−BA x 100 % BS



¿



116,1911−109,3937 x 100 % 20,4193



¿



6,7974 20,4193 x 100 %



¿ 33,29



Tabel 4.2. Data Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (%) Dari Hasil Ekstraksi Kacang Tanah Dengan Metode Sokletasi Dan Maserasi



Ektraksi



Sokletasi



Maserasi



V.KOH



FFA sbg As.Oleat



Rata - Rata FFA



(ml)



(%)



(%)



0,1



0,26



0,72



1,0002



0,1



0,24



0,67



A3



1,0141



0,1



0,28



0,77



A1



1,0319



0,1



0,28



0,76



A2



1,0003



0,1



0,26



0,73



A3



1,0610



0,1



0,28



0,74



Kode Sampel



Sampel



A1



1,0108



A2



N.KOH



(g)



0,72



0,74



Keterangan : A1 = Kode sampel untuk perlakuan I A2 = Kode sampel untuk perlakuan II A3 = Kode sampel untuk perlakuan III



Perhitungan : Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (%) Dari Hasil Ekstraksi Kacang Tanah ALB ( %)



¿



BM AsamOleat x N . KOH x V . KOH x 100 % Gram Sampel x 1000



Keterangan : ALB = Asam Lemak Bebas N



= Normalitas KOH



V



= Volume KOH



BM



= Berat Molekul Asam Oleat



Contoh Perhitungan Asam Lemak Bebas (%) Dari Hasil Ekstraksi Kacang Tanah : Gram Sampel = 1,0108 g N



= 0,1 N



V



= 0,26 ml



BM



= 282



ALB ( % )



¿



¿



282 x 0,1 x 0,26 1,0108 x 1000 x 100 %



7,610616 1010,8 x 100 %



¿ 0,72 %



4.2. Pembahasan



Dari hasil percobaan yang dilakukan, kadar minyak dari hasil ekstraksi kacang tanah dengan metode sokletasi adalah 33,29%. Sedangkan dengan metode maserasi adalah 35,06%. Kadar minyak kacang tanah sesuai dengan spesifikasi kacang tanah dimana berada diantara 30% - 60%. Perbedaan nilai yang terjadi antara metode sokletasi dan metode maserasi dilihat dari perolehan kadar minyak, dimana hasil kadar minyak dengan metode maserasi lebih besar nilainya dibandingkan dengan hasil kadar minyak dengan metode sokletasi. Hal ini terjadi karena waktu kontak antara pelarut dengan sampel lebih lama pada metode maserasi dibandingkan pada metode sokletasi. Sehingga menghasilkan kadar minyak lebih banyak. Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh kadar asam lemak bebas (ALB) dari hasil ekstraksi kacang tanah dengan metode sokletasi adalah 0,72%. Sedangkan dengan metode maserasi adalah 0,74%. Ekstrak minyak kacang tanah diperoleh melalui metode sokletasi dan metode maserasi. Hasil kadar asam lemak bebas (ALB) ini sesuai dengan spesifikasi kacang tanah yang tidak melebihi 1%. Perbedaan nilai yang terjadi antara metode sokletasi dan metode maserasi dilihat dari perolehan kadar asam lemak bebas (ALB), dimana hasil kadar asam lemak bebas (ALB) dengan metode maserasi lebih tinggi nilainya dibandingkan metode sokletasi. Semakin tinggi kadar asam lemak bebas (ALB), maka mutu minyak produksi akan menurun dan semakin rendah kadar asam lemak bebas (ALB), maka mutu minyak produksi semakin meningkat.



Hal ini dikarenakan semakin banyak ekstrak sampel pada metode maserasi, maka asam lemak bebas yang dihasilkan semakin banyak, yang disebabkan karena terjadinya pemecahan minyak yang terhidrolisis sehingga menghasilkan banyak gliserol dan asam lemak bebas.



BAB V



KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Dari data analisis diperoleh perbedaan kadar minyak dan asam lemak bebas , meliputi:  Kadar minyak kacang tanah dengan metode sokletasi (33,29 %). Dan kadar 



minyak kacang tanah dengan metode maserasi (35,06%). Kadar asam lemak bebas dengan metode sokletasi (0,72%). Dan kadar



asam lemak bebas dengan metode maserasi (0,74%). 2. Kadar minyak dan kadar asam lemak bebas yang diperoleh sesuai dengan spesifikasi kacang tanah, dimana kadar minyak yang diperoleh berada diantara 30% - 60% dan kadar asam lemak bebas yang diperoleh tidak lebih dari 1 %.



5.2. Saran Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat menganalisa minyak yang diperoleh dari ekstraksi kacang tanah dengan menggunakan parameter lain seperti : bilangan iodine (IV),bilangan penyabunan, kadar air,sehingga kita dapat mengetahui perbandingan yang terjadi didalam percobaan.



DAFTAR PUSTAKA



Aak, 1989. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta Azam, K. 2012. Prinsip Kerja Ekstraksi Soxhlet. Khoirulazam89.blogspot.com/2012/ Vv



01/prinsip-kerja-ekstraktor-soxhlet.html. [20 Mei 2015]



Bambang, C. 2007. Budidaya Kacang Tanah. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang Darwis, 2000. Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam. vvvvvvWorkshop Pengembangan Sumberdaya Manusia Dalam Bidang Kimia vvvvvvOrganik Bahan Alam Hayati. Padang: Universitas Andalas Hartono,P. 2012. Minyak Kacang Tanah (Arachis Oil) Sebagai Minyak Nabati. data nnnnnnsmaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-minyak-kacang-tanah-arachis.html. nnnnnn[15 April 2015] Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan Sokletasi Terhadap iiiiiiiii iKadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofrastisfructus). [Skripsi]. Jakarta: vvvvviUINvSyarifcHidayatullah Joesoef, V. 2015. Ekstraksi. https://www.academia.edu/8524156/ekstraksi. [20 Mei 2015] Julisti, B. 2010. Penentuan Angka Penyabunan dan Asam Lemak Bebas (FFA). IIIIIII http://btagallery.blogspot.com/2010/02/blog-post_4540.html. [ 26 Mei 2015] Ketaren, S. 1996. Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan. Penerbit QqqqqUniversitas Insdonesia. Jakarta Pramasatya,H. 2011. Ekstraksi. https://hegarpramasatya.files.wordpress.com/ 2011/07/ekstraksi.docx. [20 Mei 2015] Sutrimo, W. 2014. Ekstraksi Padat Cair (Soxhlet).Analisakesehatankendariangkatan5.



Mmmn blogspot.com/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html. [15 Mei 2015] Wibawa, I. 2012. Ekstraksi Cair-cair. [Skripsi]. Lampung: Universitas Lampung



LAMPIRAN



1. Lampiran Alat



1. Alat Sokletasi



3. Timbangan Analitis Kern Abs



2. Oven



4. Statif,Klem,Buret