Pengantar Ilmu Antropologi by Koentjaraningrat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Fengantar llrnu Antropologi Koe ntia ra n i ng r al,'',;: iw {o'



'



NOf?



Tiir#If:fri^'wk'



_



PENGANTAR II,MU AN'IROPOLOGI



5 r*'r



fengantar llmuAntropologi



Koenljaraningrat (Curu.besar Antropologi L/niversitas Inilonesia.



Uniuersitas Gadjah hlada, Perguruan Tinggi



Hukum Militer



AKSARA BARU



_



1985



_



JAKARTA



AB.



00



01 .0 3.



LXXXV



Cetakanpeltama19?9 Cetakankedual9S0 Cetakan ketiga 1981



Cetakankeempatl96S Cetakan kelima Maret (edtsl revisl)



19 6



5



Pengantar Ilmu



ANTOPOLOGI Koentjaranlngtat Dilatang memperbanvak/mengutip buku ini sebagtan atau seluruhnva dalam bentuk apapun iuga tanpa lzln sah dari Pengarang '



Hak Cipta dilindungi Undang'undang AU righats reserved



Setting BOSToNICA Lay-out A, Sungguh Cover diambil dari maialah Swlss-Air Pencetak Radar JaYa Offset Pcuerblt Fa. AKSARA BARU Anggota IKAPI



Iksta! D€lerblt lDdoneds



KATA PENGANTAR Walaupun buku ini memang berdasarkan atas buku saya yffig saya tulis dalam tahun 1959 dan yang semenjak itu telah mengalami enam cetakan, buku ini merupakan sebuah penulisan baru yang bertreda dengan buku Penga ntar Antrop ologi. yang lain berjudul Pengantar Antropologi,



Dalam buku ini hanya ada dua bab yang banyak persamaannya dengan dua iruah bab dalam buku Pengantar Antropologi, yaitu Bab I dari buku ini, yang hampir menyerupai Bab I dalam buku yang lama, dan Bab VI dari buku ini, yang hampir menyerupai Bab V dalam buku yang lama. Bab II mengenai Euolusi Fi.sik Manusio dalam buku ini sudah sangat berbeda dengan Bab II dalam buku lama, karena telah diubah dengan bahan hasil penelitian dan penemuan paling baru, yang selama 20 tahun terakhir ini dilakukan oleh para ahli terhadap masalah yang bersangkutan. Bab III dari buku ini, yaitu mengenai Sistem Kepribadian Mahluh Manusia, merupakan bab baru yang tidak acia dalam buku yang lamao sedangkan Bab IV mengenai konsep masyara' leaf, seperti juga Bab IV dalam buku yang lama, isinya sudah diubah samasekali. Bab V yang mengenai konsep Kebudayaan juga ditulis baru, dan berbeda dengan Bab III mengenai topik yang sama dalam buku yang lama. Dengan demikian tata-urut dari Bab II, III, IV dan V dari buku ini menyerupai tata-urut tingkat-tingkat abstraksi dalam kerangka Talcott Parsons,



V



yaitu sistem organik, sisbem keprioadian, sistem sosial, cian sistem budaya mahluk manusia. I{al itu memang dengan sengaja saya susun demikian.



Bab VII dari i-'uku ini juga suatu bab yang tidak ada dalam buku yang lama, sedangkan Bat, VIII mengenai Etnograli adalah suatu perl-raikan dari llab VI dalam buku yang larna.



Karena perubahan-perubahan yarlg sangat menyeluruh terurai di atas, maka buku ini hampir saya anggap suatu karya penulisan yang baru, sehingga saya beri sebuah judul yang baru juga, yaitu Pengantar llmu '|ntropologi. baru ini saya telah sangat banyak buku Dalam menyusun mendapat bantuiut serta sumbangan gagasan clari para teman sejawat, clan juga dari para mahasiswa saya' Kepada mereka itu, dan juga kepada semua yang telah membantu saya dalam semua tahap pekerjaan yaurg memungkinkan berbitnya buku ini, saya ucapkan terima kasih banYali. Jakarta, Juli 1979



Koentjaraningrat



VI



KATA PENGANTAR (Untuk cetakan ke-2) Dalam cetakan ke-2 dari buku Pengontar IJmu Antropologi



tidak aria perubahan-perubahan yang bersifat ciasar. Namun, i,'aik pengarang maupun penerbit telah berusaha untuk memirerLaiki kesalahan-kesalahan, kecerobohan, serta penataan yang



tidak rapi yang memang banyak terdapat dalam cetakan



ke-1.



Jakarta, Juni 1980



Koentjaraningrat



VII



KATA PENGANTAR Cetakan ke-3 Pada cetakan ke-3 ini buku Pengantar Ilmu Antropologi, sebagaimana cetakan sebelumnya tidak mengalarni perubahan yang berpengarulr. Hanya di sana-sini pengarang dan penerbit telah sepakat untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan cetak saja, dan memperbaiki tata letaknya serapi mungkin.



Jakarba, 1981 Koentjaraningrat



VIII



ISI BUKU Halaman



I.



AZAS-AZAS DAN RUANG LINGKUP ILI\,IU ANTROPO. 1 LOGI



1. 2. 3. 4.



Fase-Fase Perkembangan Ilmu Antropologr . . Antropologi tMasa Kini . Ilmu-Ilmu Bagian dari Antropologi . . . . . Hubungan Antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi



5. 6. 7. 8.



Hubungan Antara Antropologi dan IlmuIlmu Lain Metode Ilmiah dari.Antropologi Tenaga Sarjana, Lembaga, Majalah dan Prasarana Ilmu Antropologi Bacaan untuk Memperdalam Pengertian



MAHLUK MANUSIA 1.



4. 5.



6.



12



24 31 4L



48 59 62



Mahluk Manusia Antara Mahluk-Mah-



luk



2. 3.



1



6



Lain Evolusi Ciri-Ciri Biologi Evolusi Primat dan Manusia . . . Aneka WarnaManusia Organisma Manusia Bacaan untuk Memperdalam Pengertian



62 63



69 90 94 99



x



III



KEPRIBADIAN



1. DefinisiKepribaclian.... 2. Unsur-UnsurKepribadian... 3. Materi dari Unsur-Unsur Kepribadian 4. Aneka Warna Kepribadian . . . 5. Bacaan untuk Memperdalam Pengertian IV



101



103 111 1L5



L32



MASYARAKAT



1.



Kehidupan Kolektif dan Definisi Masya-



2. i:,. 4. b. 6.



ivlanusia Unsur-Unsur Masyarakat Pranata Sosial Integrasi Masyarakat



rakat.



135



Berl:agai Wujud Kolektif



L40 143 L62



Bacaan untuk Memperdalam Pengertian .



77I



.



176



KEBUDAYAAN



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. VI.



Adat-Istiadat.... Unsur-Unsur Kebudayaan . . . Integrasi Kebudayaan . . . . Kebudayaan dan Kerangka Teori Tindakan Bacaan untuk Memperdalam Pengertian



t79 186 190



202 209 220 225



'DINAMIK MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. X



Definisi Menurut Ilmu Antropologi Tiga Wujud Kebudayaan



Konsep-Konsep Khuzus Mengenai Pergeseran Masyarakat dan Kebudayaan Proses Belajar Kebudayaan Sendiri . . . '. . Proses Evolusi Sosial Proses Difusi Akulturasi dan Asimilasi . . . . . . . . Pembaman atau Inovasi. . . . Bacaan untuk l\{emperdalam Pengertian



227



228 235 240 247



256 260



Vil.



ANEKA WARNA MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN



263



1. 2. 3.



271



4.



263



Konsep Suku Bangsa . . . Konsep Daerah Kebudayaan . . . . Daerah-Daerah Kebudavaan di Amerika Utara Daerah-Daerah Kebuciayaan di Amerika



274 287



Latin



5. 6. 1. 8. 9.



Sub-Sub Kawasan Geografi di Oseania " . Daerah-Daerah Kebudayaan di Afrika Daerah-Daerah Kebudayaan di Asia . . . .



.



.



Suku-Suku Bangsa di Incionesia . . Ras, Bahasa dan Kebudayaan 10. Bacaan untuk Memperdalam Pengertian Lampiran I - IX



1. J.



335



Kesatuan Sosierl dalam Etnografi Kerangka Etnografi



Lokasi, Lingkungan Alam dan grafi



335 338 Demo-



.



4. 5. 6.



Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa . . . . Bahasa



SistemTeknologi .....



t. Sistem Mata Pencarian . 8. 9. 10. 11.



t2. INDEKS



302 304 308 310 313



VIII. ETNOGRAFI 2.



285 288



.



Organisasi Sosial



Sistem Pengetahuan Sistem Religi Kesenian Bacaan untuk Memperdalam Pengertian



.



341 342 345 348 364 373 376 383 387 390 393



XI



I AZAS.AZAS DAN RUANG LINGKUP ILMU ANTROPOLOGI



1.



FASE.FASE PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI



Fase Pertama (Sebelum 1800). Suku-suku bangsa pendu-



duk pribumi Afrika, Asia dan Amerika mulai didatangi oleh orang Eropa Barat sejak akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16, dan lambat laun dalam suatu proses yang berlangsung kira-kira 4 abad lamanya, berbagai daerah di muka bumi mulai terkena pengaruh negara-negara Eropa Barat. Bersama de ngan perkembangan itu mulai terkumpul suatu himpunan besar dari buku-buku kisah perjalanan, laporan, dan sebagainya, buah tangan para musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani, penerjemah Kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan. Dalam buku-buku itu ikut termuat'suatu himpunan besat dari bahan pengetahuan berupa deskripsi tentang adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik dari beraneka warna suku-bangsa di Afrika, Asia, Oseania (yaitu kepulauan di Lautan Teduh) dan suku*uku bangsa Indian, penduduk pribumi Amerika. Bahan deskripsi-deslaipsi itu amat menarik perhatian orang Eropa karena semuanya itu tentu sangat berbeda dari adat-istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa Eropa Barat. Bahan pengetahuan tadi disebut bahan etnogxafi, atau deskripsi tentang bangsa-bangsa (dari kata ethnosrbangsa). Deskripsi-deskripsi tadi biasanya tidak teliti, seringkali bersifat kabur, dan kebanyakan hanya memperhatikan hal-hal yang dalam mata orang Eropa tampak aneh



saja, walaupun ada pula karangan-karangan yang baik dan lebih



teliti sifetnva. Justru karena keanehannya, maka bahan etnografi tadi amat menarik perhatian kalangan terpelajar di Eropa Barat



sejak abarl ke-18. Kemudian dalam pandangan orang Eropa tirrrkrul tiga macam sikap yang bertentangan terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang Indian di Amerika



tadi, yaitu



:



1)



Sebagian orang Eropa memandang akan sifat keburukan dari bangsa-bangsa jauh tadi itu, dan mengatakan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia sebe' narnya; bahwa mereka manusia liar, turunan iblis dan sebagainya. Dengan demikian timbul istilah-istilah senerti sauages, primitiues, yang dipakai orang Eropa untuk menyebut bangsa-bangsa tadi'



2)



Sebagian orang Eropa memandang akan sifat-sifat baik dari bangsa'bangsa jauh tadi, dan mengatakan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih murni, yang belum kemasukan kejahatan dan keburukan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat waktu itu' Sebagian orang Eropa tertarik akan adat-istiadat yang aneh, dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania dan Amerika pribumi tadi itu' Kumpulan-kumpulan pribadi tadi ada yang dihimpun menjadi satu, supaya iapat dilihat oleh umum, dengan demikian timbul museum-museum pertama tentang kebudayaan'kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa'1



3)



Padapermulaanabadke.lgperhatianterhadaphimpunan pengetahuantentangmasyarakat,adat-istiadatdanciricirifisik I.



Museum-museum semacarn itu, yang disebut museum etnografi, un-



tuk pertama kali didirikan di Kopenhagen, Denmark, dalam tahun 1841 oleh C.J. Thomsen.



|



di luar Eropa dari pihak dunia ilmiah menjacli sangat besar, demikian besarnya sehingga timbul usaha-usaha pertama dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi tadi menjadi satu. bangsa-bangsa



Fase Kedua(Kira-Kira Pertengahan Abad ke-l9). Integrasi yang sungguh-sungguh baru timbul pada pertengahan abad ke19, waktu timbul karangan-karangan yang menyusun bahan etnografi tersebut berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Secara singkat, cara berpikir itu dapat dirumuskan sebagai berikut : Masyarakat dan kebudayaan manusia telah berevolusi dengan sangat lambat dalam satu jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui,beberapa tingkat antara, sampai ke tingkat-tingkat tertinggi. Bentuk-bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia yang tertinggi itu'adalah bentuk-bentuk seperti apa yang hidup di Eropa Barat itu. Semua bentuk masyarakat dan kebudayaan dari bangsa-bangsa di luar Eropa, yang oleh orang Eropa disebutprimitif, dianggap sebagai contoh-contoh dari tingkat-tingkat kebudayaan yang lebih rendah, yang masih hidup sampai sekarang sebagai sisa-sisa dari kebudayaan-kebudayaan manusia zaman dahulu. Berdasarkan rangka cara berpikir tersebut, maka semua bangsa di dunia dapat digolongkan menurut berbagai tingkat evolusi itu. Dengan timbulnya beberapa karangan sekitar tahun 1860, yang mengklasifikasikan bahan tentang beraneka warna kebudayaan di seluruh dunia ke dalam tingkat-tingkat evolusi yang tertentu, maka timbullah ilmu antropologi. Kemudian timbul pula beberapa karangan yang hendak meneliti sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan bangsabangsa di muka bumi. Di sini pun kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa itu dianggap sebagai sisa-sisa dan contoh-contoh dari kebudayaan manusia yang kuno, sehingga dengan meneliti kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa itu orang dapat menambah pengertiannya tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa dalam fase perkembangannya yang ke-II ini ilmu



antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal;2 dengan tujuan yani dapat dirumuskan sebagai berikut " mempelajari -^oryirolrit din kebudayaan primitif dengan mahsud untuh mendapat suatu pengertian tentang tinghat-tinglzat kuno dalam sejarah euolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan manusia' Fase Ketiga (Permulaan Abad he-20)' Pada permulaan abad ke-20, sebagian besar dari negara-negara penjajah di Eropa masing-masing berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaan' nya di daerah-daerah jajahan di luar Eropa' Untuk keperluan pemerintah jajahannya tadi, yang waktu itu mulai berhadapan iurrgtung dengan bangsa-bangsa terjajah di luar Eropa, maka ilmu antropologi sebagai suatu ilmu yang iustlu mempelajari bangsa-bangsa di daerahdaerah di luar Eropa itu, menjadi sangat puniing. Bersangkutan erat dengan itu dikembangkan pendirian Lahwa mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa itu penting, karena bangsa'bangsa itu pada umumnya masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat bangsabangsa Eropa. Suatu pengertian tentang masyarakat yang tak kompleks akan menambah iuga pengertian orang tentang masyarakat yang kompleks. Suatu ilmu antropologi dengan sifat-sifat seperti yang terurai di atas itu, terutama berkembang di negara Inggris sebagai negara penjajah yang utama, tetapi jirga di hampir semua negara kol,oniai lainnya. Juga ilmu antropologi di Amerika Serikat, yang bukan negara kolonial, tetapi yang mengalami berbagai suku-suku bangsa Indian -"rul"h yang berhubungan dengankemudian terpengaruh oleh Amerika, penduduk pribumi Benua ilmu antropologi yang baru tadi.



Dalamfaseketigainiilmuantropologimenjadisuatuilmu



yang praktis, dan tujuannya dapat dirumuskan sebagai berikut : meiietajari masyarakat clan hebudnyaan suku-suhu bangsa di 2.



Artinya, tidak mempunyai suatu tujuan secara langsung bersifat



praktis, dan hanya dilakukan dalam kalangan para sarjana di univer' sitas-universitas (atau di akademi).



luar Eropa g,una hepentingan pemerintah holonial dan



guna



mendapat suatu pengertian tentang masya,rahct masa hini. yang lzompleks. Fase Keempat (Sesudah l{ira-Kira 1930). Dalam fase ini masa perkembangannya yang pa. ling luas, baik mengenai bertantbahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kecuaii itu l