Pengantar Jaringan Komputer [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGANTAR JARINGAN KOMPUTER



Berikut ini adalah pengantar yang sangat mendasar untuk jaringan komputer. Tidak banyak membahas tentang perangkat keras maupun lunak (tools) yang biasa digunakan para expert jaringan, namun cukuplah menjadi dasar untuk di explore kemudian. Jenis Jaringan Komputer 1.



LAN (Local Area Network) Merupakan jenis jaringan yang terletak pada suatu lokasi dengan jangkauan dan area terbatas, misalnya dalam sebuah gedung.



2.



MAN (Metropolitan Area Network) Merupakan jenis jaringan pengembangan dari LAN yang memiliki jangkauan lebih luas dan tidak terbatas pada suatu lokasi gedung saja namun dapat menjangkau antar kota.



3.



WAN (Wide Area Network) Jangkauannya mencakup daerah yang lebih luas misalnya antar propinsi atau bahkan antar negara/ benua. Dalam hal ini bisa di istilahkan dengan sebutan internet dimana internal/ lokal dapat diakses oleh pihak luar dan sebaliknya, serta diperluas sistemnya dengan penggunaan subnetwork (DMZ – Demilitarized Zone) demi keamanan.



Komponen Dasar jaringan Komputer dan Model OSI Layer Untuk dapat membangun sebuah jaringan, ada beberapa komponen dasar baik fisik dan non-fisik yang harus terpenuhi dan secara fungsi berjalan dengan baik. Namun sebelum kita mengetahui lebih lanjut, ada baiknya kita perhatikan model ilustrasi dalam pembagian layer OSI (Open Systems Interconnection) berikut ini :



1



Jika kita lihat model OSI diatas, dan jika pada praktik sehari-hari kita menggunakan router atau switch layer-3 katakanlah Mikrotik atau CISCO, maka akan berada pada layer 2 dan 3. Hal ini bergantung kepada fungsi switch itu sendiri, karena switch saat mengirimkan data mengikuti MAC Address pada NIC sehingga mengetahui kepada siapa paket ini akan diterima. Untuk router sendiri tidak melihat alamat asal, hanya alamat IP tujuan yang dilihat. Ketika paket data dikirimkan pada salah satu port di switch, maka pengiriman paket data tersebut tidak terlihat dan tidak terkirim ke setiap port lainnya sehingga tidak terjadi collision dan kecepatan data lebih terjamin. Untuk perlakuan Hub (sebuah perangkat yang pada umumnya berfungsi untuk menghubungkan peralatan dengan ethernet 10BaseT atau serat optik) terletak pada layer-1, karena menurut cara kerja hub sendiri hanya mengirimkan data atau frames yang diterima dari satu port ke port lain tanpa mengetahui informasi dari MAC Address. Dapat disimpulkan bahwa switch lebih baik daripada hub. Bagaimana dengan repeater (layer-1), bridge (layer-2) dan komponen lainnya ?. Nah, semoga sudah bisa terjawab 😊



Topologi dan Standardisasi Kabel jaringan Topologi jaringan adalah konfigurasi tentang bagaimana menghubungkan komputer secara fisik sehingga membentuk sebuah jaringan. Misalnya adalah topologi bus, ring, star, line, tree, fully connected, dan lainnya. Untuk standardisasi kabel jaringan, kita bisa mengambil contoh penggunaan kabel UTP (Unshielded Twisted Pair). Kategori kabel UTP bisa kita lihat berdasarkan kegunaan berikut: Kategori Cat 1 Cat 2 Cat 3 Cat 4 Cat 5 Cat 5e Cat 6



Keterangan Digunakan untuk perangkat komunikasi, seperti kabel telepon. Kecepatan transfer data mencapai 4 Megabits per second. Biasanya digunakan untuk topologi token ring dengan kecepatan transfer data mencapai 10 Mbps. Kecepatan transfer data mencapai 16 Mbps Kecepatan transfer data mencapai 100 Mbps Kecepatan transfer data mencapai 100 Mbps – 1Gigabits. Jenis kabel ini juga dilengkapi insulator untuk mengurangi gangguan elektromagnetik pada kabel. Kecepatan transfer data hingga 2.5 Gigabit Ethernet dalam jarak 100 meters atau 10 Gigabits dalam jarak 25 meters.



Pemasangan urutan kabel UTP umumnya mengikuti standar internasional dengan aturan EIA/ TIA 568A dan EIA/ TIA 568B (dimana hanya pada urutan 1,2 dan 3 saja yang bekerja dalam pemrosesan data) dengan urutan sebagai berikut : EIA/ TIA 568A : Urutan : Putih Hijau-Hijau-Putih Orange-Biru-Putih Biru-Orange-Putih Coklat-Coklat EIA/ TIA 568B : Urutan : Putih Orange-Orange-Putih Hijau-Biru-Putih Biru-Hijau-Putih Coklat-Coklat



2



Catatan : Gunakan TIA 568B untuk tipe Straight (Misal: switch ke PC, hub ke PC) dan gunakan TIA 568A serta TIA 568B untuk tipe Cross (Misal: perangkat sejenis (PC ke PC, switch ke switch, atau PC ke router)).



Konsep Dasar TCP/ IP dan Subnetting Kini kita masuk ke layer-3 dan layer-4 atau Transport Layer perihal TCP atau UDP (connectionless, tanpa identifier & tanpa mengirimkan informasi apakah data gagal terkirim, Misal: DNS, SNMP, TFTP) , dimana hal pertama yang harus kita luruskan adalah kebiasaan bahwa ketika kita menyebut IP yang terlintas di benak kita adalah 192.168.x.x . Seharusnya penyebutan IP ini adalah sebuah protokol internet atau intranet dan 192.168.x.x atau sejenisnya adalah sebuah IP address atau alamat IP. IP Address atau alamat IP sendiri adalah sebuah tanda pengenal bagi komputer yang terhubung ke jaringan. Berupa sekumpulan bilangan biner (terdiri dari angka 0 dan 1) 32 bit yang terbagi menjadi 4 bagian dimana setiap bagiannya terdiri atas 8 bit (octat) dan dipisahkan dengan tanda titik. Misal : XXXXXXXX. XXXXXXXX. XXXXXXXX. XXXXXXXX Octat-1 Octat-2 Octat-3 Octat-4 Huruf β€˜x’ tersebut bisa kita ganti dengan angka 1 dan 0 misalnya 11000000.10111000.00001101.01011011 . Setiap octat tersusun dari bilangan desimal dengan rumus:



Tabel Rumus IP Address Binner 1 1 Desimal 128 64



1 32



1 16



1 8



1 4



1 2



1 255 1



Jika diambil contoh, untuk alamat IP 192.168.1.2 dituliskan dengan bit bilangan biner sebagai berikut : 11000000.10101000.00000001.00000010. Saya asumsikan kita telah memahami cara dalam mengubah bilangan biner ke desimal maupun sebaliknya. Untuk nilai maksimum setiap octat sendiri adalah 255, artinya bila kita hitung jumlah alamat IP yang ada adalah 255x255x255x255 = 4.228.250.625, dan dibagi menjadi beberapa kelas untuk mempermudah pemakaian (pada bahasan saya akan lebih merujuk ke kelas A,B, dan C yang paling umum digunakan) Tabel Kelas-Kelas IP Address Kelas A B C D E



Rentang IP Address 1 - 126 128 - 191 192 - 223 224 - 239 240 - 255



Format Penulisan 1.0.0.0 s/d. 126.255.255.255 128.0.0.0 s/d. 191.255.255.255 192.0.0.0 s/d. 223.255.255.255 224.0.0.0 s/d. 239.255.255.255 240.0.0.0 s/d. 254.255.255.255



β€œSebenarnya ada cara yang paling mudah dalam mencari subnet, jumlah host atau range IP address yang bisa digunakan dengan menggunakan tabel”. Namun sebelumnya kita perlu ketahui konsepkonsep seperti berikut.



3



Octat-octat dalam IP Address dibagi menjadi 2 yakni Network ID dan Host ID. Network ID mengacu pada identitas atau alamat jaringan, sedangkan Host ID mengacu pada nomor komputer/ PC/ Server/ peralatan yang terhubung ke jaringan. Jika kita analogikan, Network ID merupakan alamat komplek pada sebuah perumahan/ cluster, sedangkan Host ID merupakan nomor dari rumah itu sendiri. Berikut tabel yang menunjukan posisi Network ID dan Host ID pada kelas A, B, dan C serta tabel jumlah network dan host pada kelas A, B, C berikut kasus-kasus yang biasa ditanyakan. Tabel Network ID dan Host ID Kelas A Kelas B Kelas C



Octat 1 Octat 1,2 Octat 1,2,3



N H H 1 2 3 N N H 1 2 3 N N N 1 2 3



H 4 H 4 H 4



Tabel Jumlah Network dan Host Kelas Jumlah Network Jumlah Host A 224 - 2 = 16.777.214 27 = 126 B 216 - 2 = 65.534 214 = 16.384 C 28 - 2 = 254 221 = 2.097.152 Case 1 : Dari alamat IP 192.168.1.2 mana yang disebut Network ID dan Host ID ? Alamat IP termasuk kelas C dengan Octat-Octat pada Network ID : 192.168.1 dan Octat pada Host ID :2 Case 2 : Tiga buah komputer memliki IP Address sebagai berikut : A : 130.200.32.2, B : 130.100.32.3, C : 130.200.63.3. Kategorikan dan mana yang bisa saling berhubungan ? Dari alamat IP tersebut, A, B, dan C termasuk kelas B dengan rumus Network ID dan Host ID yang harus sama : nnnnnnnn.nnnnnnnn.hhhhhhhh.hhhhhhhh. Jadi, bisa kita lihat bahwa hanya A dan C yang bisa terhubung. Meskipun B memiliki Host ID yang berbeda, namun memiliki Network ID yang berbeda atau tidak sekelas dengan A dan C. Case 3 : Apa itu Private IP Address, Subnet Mask, dan Broadcast Address ? Private IP Address : merupakan alamat IP yang hanya digunakan untuk kalangan sendiri atau tidak digunakan untuk jaringan internet (ke-WAN , lihat pembahasan paling awal ditulisa ini). Untuk Private IP Address memiliki tabel sebagai berikut :



4



Tabel Private IP Address Kelas Range Private IP Address A 10.0.0.0 sampai dengan 10.255.255.255 B 172.16.0.0 sampai dengan 172.31.255.255 C 192.168.0.0 sampai dengan 192.168.255.255 Subnet Mask : Sebuah metode yang digunakan agar suatu jaringan dapat mengetahui untuk sebuah alamat IP termasuk kelas yang mana. Maka dari itu subnet mask ini selalu berpasangan pada alamat IP/ IP Address. Berikut tabel default dari subnet mask. Tabel Subnet Mask Default Kelas Subnet Mask Default A 255.0.0.0 B 255.255.0.0 C 255.255.255.0



Biner 11111111.00000000.00000000.00000000 11111111.11111111.00000000.00000000 11111111.11111111.11111111.00000000



Broadcast Address : β€œSetiap paket yang akan dikirimkan selalu mengandung header yang berisi informasi IP Address dari host/ komputer tujuan. Berdasarkan informasi ini host tujuan akan memproses paket tersebut, sedangkan host lain akan mengabaikannya. Sekarang bagaimana jika suatu host akan mengirimkan paket keseluruh host anggota jaringan ?. Sangat tidak efisien bila host tersebut menuliskan seluruh header alamat host tujuan satu persatu. Disinilah diperlukan satu alamat yang bertugas meneruskan informasi ke seluruh anggota jaringan. Alamat ini yang sering disebut sebagai alamat broadcast (Broadcast Address).” (Wahidin, 2007) Case 4 : Apa fungsi dari subnetting dan bagaimana cara membagi network yang sudah ada kedalam beberapa sub-network menggunakan teknik subnetting ? Subnetting adalah teknik membagi suatu jaringan besar menjadi jaringan yang lebih kecil dengan cara mengorbankan bit Host ID pada subnet mask untuk dijadikan Network ID baru. Misalnya: jika dalam sebuah kelas terdapat 120 mahasiswa untuk satu mata kuliah, maka akan lebih efektif dan efisien jika dibagi menjadi 30 mahasiswa untuk 4 ruang misalnya (tentu dengan pertimbangan jam mata kuliah dan dosen  ). Alamat IP 192.168.10.0 dengan subnet mask default 255.255.255.0 diidentifikasi kelas C tanpa subnetting hanya memiliki satu alamat network dengan 254 buah alamat IP yang dapat dibuat (192.168.10.1 s/d. 192.168.10.254). Lalu kita coba bagi alamat IP tersebut kedalam beberapa subnetwork dengan mengganti beberapa Host ID dengan angka 1. Sebelum subnetting : 192.168.10.1 , subnet mask dalam 11111111.11111111.11111111.00000000 , subnet mask dalam desimal : 255.255.255.0



biner



:



Setelah subnetting : 192.168.10.1 , subnet mask dalam biner 111111111.11111111.11111111.11000000 , subnet mask dalam desimal : 255.255.255.192



:



Pada contoh diatas, kita ganti 2 bit Host ID dengan angka 11 sehingga didapatkan subnet mask baru.



5



Case 5 : Berdasarkan Case 4, bagaimana cara menentukan jumlah subnet (sub jaringan) baru yang terbentuk, menentukan jumlah host per subnet (per sub jaringan), menentukan blok subnet dan rentang IP Address, serta menentukan IP Address mana saja yang bisa digunakan ? Kita coba selesaikan berdasarkan Case 4 dengan point-point berikut: 1. Menentukan jumlah subnet dengan rumus : 2n - 2 , dengan n adalah jumlah bit 1 pada Host ID yang dimodifikasi (11000000), maka diperoleh : 22 – 2 = 2 . Jadi, alamat IP 192.168.10.0 setelah dilakukan subnetting didapatkan 2 subnet baru. 2. Menentukan Jumlah Host Per Subnet (Per sub jaringan) dapat kita cari dengan menggunakan rumus : 2h – 2 , dengan h adalah jumlah bit 0 pada Host ID (11000000), maka diperoleh : 26 – 2 = 62 . Jadi, jumlah host untuk masing-masing subnet adalah 62 host per subnet. Masingmasing subnet dapat menampung 62 host dengan alamat IP berbeda. Catatan : karena pada contoh ini kita menggunakan kelas C, maka perhitungan angka 0 hanya ada di octat ke-4 saja. Jika kita menggunakan kelas A atau B maka disesuaikan menurut lokasi octat yang berlaku (Misal : Kelas A dimulai dari octat ke-2, 3, dan 4) dan seterusnya untuk kelas B. 3. Menentukan blok subnet dan rentang IP Address dapat kita cari dengan mengurangi 28 atau 256 dikurangi dengan nilai subnet modifikasi terakhir yang diperoleh. Dari contoh kasus-4, kita memperoleh subnet yang telah dimodifikasi 255.255.255.192. Maka, kita peroleh 64 (256 192) setelah itu kita jumlahkan kelipatan dari 64 tersebut hingga mencapai nilai sama dengan angka dibelakang subnet yang telah di modifikasi (192). Berikut rinciannya : 192.168.10.64 s/d. 192.168.10.127 Subnet ke-1 192.168.10.128 s/d. 192.168.10.191 Subnet ke-2 4. Menentukan IP Address mana saja yang bisa digunakan : Alamat IP yang bisa digunakan adalah mulai dari alamat IP Host pertama sampai dengan terakhir pada masing-masing subnet. Sub Jaringan ke 1 (subnet ke 1) Alamat subnet : 192.168.10.64 Alamat Host Pertama : 192.168.10.65 Alamat Host Terakhir : 192.168.10.126 Alamat Broadcast : 192.168.10.127 Sub Jaringan ke 2 (subnet ke 2) Alamat subnet : 192.168.10.128 Alamat Host Pertama : 192.168.10.129 Alamat Host Terakhir : 192.168.10.190 Alamat Broadcast : 192.168.10.191 Untuk pengertian dan mengapa harus ada alamat broadcast bisa kita lihat penjelasannya pada kasus 3. Case 6 : Apa keuntungan riil dari teknik subnetting ? Yang pertama sudah pasti mengurangi kepadatan lalu lintas data, jika sebuah LAN dengan 254 host akan lebih padat lalu lintas datanya dibandingkan dengan LAN yang hanya memiliki 64 host. Kedua, meningkatkan unjuk kerja jaringan, yakni semakin banyak host, akan semakin kecil kesempatan masing-masing host dalam mengakses data-data dalam jaringan yang artinya mengurangi unjuk kerja jaringan itu sendiri. Yang ketiga, penyederhanaan dalam pengelolaan jaringan. Jarak yang jauh, 6



banyaknya jumlah komputer yang harus dihubungkan akan mudah dikelola bila dibuatkan jaringan sendiri ketimbang harus dijadikan satu jaringan besar. Case 7 : Berdasarkan kasus-kasus sebelumnya, manakah komputer berikut ini yang dapat saling berhubungan ? Komputer A



: IP Address 192.168.10.65 Subnet Mask 255.255.255.192



Komputer B



: IP Address 192.168.10.66 Subnet Mask 255.255.255.0



Komputer C



: IP Address 192.168.10.128 Subnet Mask 255.255.255.192



Komputer D



: IP Address 192.168.10.126 Subnet Mask 255.255.255.192



Jika kita analisa, semua alamat IP komputer merupakan kelas C dimana masing-masing host memiliki Host ID yang unik. Kemudian kita lihat Subnet Mask yang seragam, disini B kita abaikan. Namun bila kita lihat lebih detail untuk Range IP Address yang dihasilkan dari Subnet Mask tersebut (lihat Kasus 5), maka hanya komputer A (192.168.10.65) dan komputer D (192.168.10.126) yang dapat saling berhubungan karena berada pada subnet yang sama (Subnet 1). Case 8 : Bagaimana cara menentukan nilai Subnet Mask jika sebuah kantor BUMN hanya terdapat 5 bagian dan ingin dibuatkan jaringan sendiri-sendiri dimana setiap bagian terdiri dari 14 komputer ? (Perluas jawaban dengan hasil pemahaman kamu) Untuk kasus ini, tentu cara sebelumnya tidak dapat dijadikan acuan. Cara pertama adalah mengidentifikasi 5 bagian tersebut dengan melakukan pergantian translasi pada bit Host ID ke bit 1 (nilai 5 yang dalam biner adalah 101). Maka kita dapatkan Subnet Mask 255.255.255.224 (didapatkan dari pergantian bit 1 pada nilai 5 di octat ke-4 jika menggunakan kelas C : 11111111.11111111.11111111.11100000). Kemudian kita cari Sub Network (Sub Jaringan) yang terbentuk dengan mengganti bit di Host ID dengan angka 1 (11111111.11111111.11111111.11100000). Untuk kelas A dan B, berikut contohnya. Kelas A (Host ID dimulai pada Octat ke-2,3,dan 4) Subnet Mask Default



: 11111111.00000000.00000000.00000000



Subnet Mask Baru



: 11111111.11100000.00000000.00000000



Subnet Mask Baru dalam Desimal



: 255.224.0.0 (subnet mask baru)



Kelas B (Host ID dimulai pada Octat ke-3 dan 4) Subnet Mask Default



: 11111111.11111111.00000000.00000000



Subnet Mask Baru



: 11111111.11111111.11100000.00000000



Subnet Mask Baru dalam Desimal



: 255.255.224.0 (subnet mask baru)



Kemudian masukkan ke perhitungan 2h – 2, maka kita peroleh 23 – 2 = 6. Enam (6) Subnet Mask atau Sub Jaringan yang dapat digunakan di kelas C. Untuk jumlah host per Sub Jaringan yang ada di masingmasing kelas adalah : Kelas A : Jumlah bit 0 pada 11111111.11100000.00000000.00000000 , 221 – 2 = 209.7150 7



Kelas B : Jumlah bit 0 pada 11111111.11111111.11100000.00000000 , 213 – 2 = 8190 Kelas C : Jumlah bit 0 pada 11111111.11111111.11111111.11100000 , 25 – 2 = 30 Sekarang kita ambil contoh untuk range IP Address yang bisa digunakan di kelas C untuk 6 Sub Jaringannya dengan terlebih dahulu mencari jumlah subnet yang dibentuk: Jumlah Subnet untuk kelas C dengan nilai 255.255.255.224 , 2 pangkat jumlah bit 1 di octat ke-4. Jadi, diperoleh 23 – 1 = 6 subnet. Kita detailkan contohnya dengan blok Subnet (28 – 224 = 32) : 192.168.10.32 s/d.



192.168.10.63



Subnet 1



192.168.10.64 s/d.



192.168.10.95



Subnet 2



192.168.10.96 s/d.



192.168.10.127



Subnet 3



192.168.10.128 s/d.



192.168.10.159



Subnet 4



192.168.10.160 s/d.



192.168.10.191



Subnet 5



192.168.10.192 s/d.



192.168.10.223



Subnet 6



Case 9 : Bagaimana menentukan nilai Subnet Mask berdasarkan jumlah Host jika sebuah kampus hanya memiliki 20 komputer ? Dua puluh komputer ini kita translasikan dengan jumlah biner 10100 pada octat yang berlaku di setiap kelas. Kemudian kita ganti dengan bit 1 sehingga diperoleh : Kelas A : Subnet Mask dalam biner 11111111.11111000.00000000.00000000. Nilai : 255.248.0.0 Kelas B : Subnet Mask dalam biner 11111111.11111111.11111000.00000000, Nilai : 255.255.248.0 Kelas C : Subnet Mask dalam biner 11111111.11111111.11111111.11111000, Nilai : 255.255.255.248 Case 10 : Sebuah kantor mendapatkan alamat IP 140.100.10.1 dan Subnet Mask 255.255.192.0 dari ISP untuk koneksi ke internet. Tentukan jumlah Subnet, jumlah host per subnet, rentang IP Address, dan IP Address yang bisa digunakan ? Alamat IP 140.100.10.1 merupakan kelas B dengan Subnet Mask 255.255.192.0 biner 11111111.11111111.11000000.00000000. Untuk jumlah subnet bisa diperoleh dengan cara : 22 – 2 = 2, jumlah host per subnet 214 – 2 = 16382, serta rentang IP Address bisa dicari dengan rumus blok Subnet 28 – 192 = 64 140.100.0.0



s/d.



140.100.63.255



Loopback



140.100.64.0



s/d.



140.100.127.255



Subnet 1



140.100.128.0



s/d.



140.100.191.255



Subnet 2



Untuk IP Address yang bisa digunakan: Subnet 1 : Alamat IP pertama : 140.100.64.1 , Alamat IP Terakhir : 140.100.126.254 , Broadcast : 140.100.127.255



8



Subnet 2 : Alamat IP Pertama : 140.100.128.1 , Alamat IP Terakhir : 140.100.190.254 , Broadcast : 140.100.191.255 Case 11 : Bagaimana menentukan jumlah subnet, jumlah host per subnet, rentang IP Address, dan IP Address yang bisa digunakan jika sebuah jaringan memiliki alamat 180.20.0.0/20 (slash notation/ notasi garis miring) ? Alamat IP 180.20.0.0/20 (notasi ini dinamakan CIDR – Classless Inter Domain Routing) yang berarti alamat IP tersebut diselubungi atau mengandung bit 1 sebanyak 20 buah. Hal pertama seperti biasa yang perlu kita lakukan adalah mengidentifikasi kelas dari alamat IP tersebut. Maka alamat IP 180.20.0.0/20 adalah kelas B dimana jika 4 octat tersebut di implementasikan dg CIDR adalah sebagai berikut : Kita peroleh biner 11111111.11111111.11110000.00000000 dengan desimal 255.255.240.0. Dari informasi tersebut bisa kita cari point-point berikut ini. -



Jumlah subnet : 24 – 2 = 14 Jumlah host per subnet : 212 – 2 = 4094 Rentang IP Address : 256 – 240 = 16 (kelipatan 16 hingga berjumlah 240) Alamat IP yang bisa digunakan : Loopback : 180.20.0.0 s.d. 180.20.15.255 Subnet 1 : 180.20.16.0 s.d. 180.20.31.255 . Gunakan 180.20.16.1 s.d. 180.20.30.254 (Broadcast di 180.20.31.255) Subnet 2 : 180.20.32.0 s.d. 180.20.47.255 . Gunakan 180.20.32.1 s.d. 180.20.46.254 (Broadcast di 180.20.47.255) Subnet 3 : 180.20.48.0 s.d. 180.20.63.255 . Gunakan 180.20.48.1 s.d. 180.20.62.254 (Broadcast di 180.20.63.255) Subnet 4 : 180.20.64.0 s.d. 180.20.79.255 . Gunakan 180.20.64.1 s.d. 180.20.78.254 (Broadcast di 180.20.79.255) Subnet 5 : 180.20.80.0 s.d. 180.20.95.255 . Gunakan 180.20.80.1 s.d. 180.20.94.254 (Broadcast di 180.20.95.255) Subnet 6 : 180.20.96.0 s.d. 180.20.111.255 . Gunakan 180.20.96.1 s.d. 180.20.110.254 (Broadcast di 180.20.111.255) Subnet 7 : 180.20.112.0 s.d. 180.20.127.255 . Gunakan 180.20.112.1 s.d. 180.20.126.254 (Broadcast di 180.20.127.255) Subnet 8 : 180.20.128.0 s.d. 180.20.143.255 . Gunakan 180.20.128.1 s.d. 180.20.142.254 (Broadcast di 180.20.143.255) Subnet 9 : 180.20.144.0 s.d. 180.20.159.255 . Gunakan 180.20.144.1 s.d. 180.20.158.254 (Broadcast di 180.20.159.255) Subnet 10 : 180.20.160.0 s.d. 180.20.175.255 . Gunakan 180.20.160.1 s.d. 180.20.174.254 (Broadcast di 180.20.175.255) Subnet 11 : 180.20.176.0 s.d. 180.20.191.255 . Gunakan 180.20.176.1 s.d. 180.20.190.254 (Broadcast di 180.20.191.255) Subnet 12 : 180.20.192.0 s.d. 180.20.207.255 . Gunakan 180.20.192.1 s.d. 180.20.206.254 (Broadcast di 180.20.207.255) Subnet 13 : 180.20.206.0 s.d. 180.20.221.255 . Gunakan 180.20.206.1 s.d. 180.20.220.254 (Broadcast di 180.20.221.255) 9



Subnet 14 : 180.20.222.0 s.d. 180.20.237.255 . Gunakan 180.20.222.1 s.d. 180.20.236.254 (Broadcast di 180.20.237.255)



Case 12 : Sebuah perusahaan memiliki 30 kantor cabang dengan alamat network 10.0.0.0. Dalam planning setiap tahun akan menambah 2 kantor cabang. Berapa nilai subnet ideal untuk mencukupi kebutuhan 15 tahun kedepan bila setiap kantor dibuatkan jaringan sendiri-sendiri ? Jika setiap tahun menambah 2 kantor cabang dan kebutuhannya untuk 15 tahun kedepan. Maka kita peroleh : 30 + (15 x 2) = 60. Nilai 60 jika diterjemahkan adalah (111100) Kemudian kembali kita analisis bahwa alamat IP tersebut termasuk kelas A, yang jika kita tulis dalam biner dan desimal adalah sebagai berikut. Biner 11111111.11111100.00000000.00000000 (dari pergantian bit 1 di octat ke-2 : 11111111.00111100.00000000.00000000) dengan desimal 255.252.0.0 yang jika kita cari subnet yang terbentuk adalah : 26 – 2 = 62 subnet (kelebihan 2 subnet ini bisa kita gunakan sebagai cadangan  )



.:. Dari kasus-kasus tersebut sebenarnya bisa kita peroleh sebuah pattern atau pola yang bisa sajikan dalam bentuk tabel subnetting per kelas (kemudian bisa kita implementasikan dalam kasus nyata di perusahaan atau masih dalam simulasi – di deskripsikan dengan CISCO packet tracer misalnya). Salam. Hary



10



Kelas A : Default Subnet : 11111111.00000000.00000000.00000000 Jumlah Bit Host yang Diganti



Nilai Subnet Mask



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24



Invalid 255.192.0.0 255.224.0.0 255.240.0.0 255.248.0.0 255.252.0.0 255.254.0.0 255.255.0.0 255.255.128.0 255.255.192.0 255.255.224.0 255.255.240.0 255.255.248.0 255.255.252.0 255.255.254.0 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224 255.255.255.240 255.255.255.248 255.255.255.252 255.255.255.254 255.255.255.255



Jumlah Subnet



Invalid 2 6 14 30 62 126 254 510 1022 2046 4094 8190 16382 32766 65534 131070 262142 524286 1048574 2097150 4194302 -



Jumlah Host per Subnet 4194302 2097150 1048574 524286 262142 131070 65534 32766 16382 8190 4094 2046 1022 510 254 126 62 30 14 6 2 -



11



Kelas B : Default Subnet : 11111111.11111111.00000000.00000000 Jumlah Bit Host yang Diganti



Nilai Subnet Mask



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16



Invalid 255.255.192.0 255.255.224.0 255.255.240.0 255.255.248.0 255.255.252.0 255.255.254.0 255.255.255.0 255.255.255.128 255.255.255.192 255.255.255.224 255.255.255.240 255.255.255.248 255.255.255.252 255.255.255.254 255.255.255.255



Jumlah Subnet



Jumlah Host per Subnet



Invalid 2 6 14 30 62 126 254 510 1022 2046 4094 8190 16382 -



16382 8190 4094 2046 1022 510 254 126 62 30 14 6 2 Invalid Invalid



Kelas C : Default Subnet : 11111111.11111111.11111111.00000000 Jumlah Bit Host yang Diganti



Nilai Subnet Mask



1 2 3 4 5 6 7 8



Invalid 255.255.255.192 255.255.255.224 255.255.255.240 255.255.255.248 255.255.255.252 255.255.255.254 255.255.255.255



Jumlah Subnet Invalid 2 6 14 30 62 -



Jumlah Host per Subnet 62 30 14 6 2 Invalid Invalid



12



Referensi Wahidin. (2007). Jaringan Komputer untuk Orang Awam. Palembang: Maxikom.



13