5 0 889 KB
PENGARUH TERAPI NON FARMAKOLOGI DI INDONESIA SEBAGAI TERAPI TAMBAHAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI : LITERATURE REVIEW
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh RIZKIYAH AYU WULANDARI 11161040000025
PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan : 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan sebagai salah satu persyaratan menperoleh gelar strata 1 Ilmu Keperawatan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Seluruh referensi yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juli 2020
Rizkiyah Ayu Wulandari 11161040000025
ii
FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2020 Rizkiyah Ayu Wulandari, NIM : 11161040000025 Pengaruh Terapi Non Farmakologi Di Indonesia Sebagai Terapi Tambahan Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi : Literature Review LXXXVIII+88 halaman+1 bagan+5 tabel+5 lampiran
ABSTRAK Hipertensi merupakan faktor resiko utama penyebab kematian, 1,7 juta kematian di Indonesia 23,7% diantaranya akibat hipertensi. Maka dibutuhkan penatalaksanaan yang kompherensif. Terapi farmakologi dapat memberikan efek terapeutik yang jelas, tetapi juga terdapat batasan manajemen hipertensi bila hanya dengan terapi obat saja. Penggabungan antara terapi medis farmakologi dan terapi non farmakologi lebih efektif terjadinya penurunan tekanan darah jika dibandingkan hanya menggunakan terapi farmakologi saja. Penelitian mengenai terapi non farmakologi telah banyak digunakan, tetapi belum terdapat kajian literature yang membahas terapi apa saja yang efektif digunakan sebagai terapi pelengkap atau tambahan untuk menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh dari terapi non farmakologi di indonesia sebagai terapi tambahan yang dapat membantu penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi. Penelitian ini menggunakan metode berupa kajian literature riview dengan alat pencarian elektronik google scholar, Science direct, Cambridge, dan Pubmed. Alat bantu yang digunakan TREND dan Hierarchy of Evidence Rating System. Hasil dari penelitian ini didapatkan 13 jurnal yang sesuai dan terbukti efektif menurunkan tekanan darah pada lansia. Diantaranya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu diet, peningkatan aktifitas fisik, dan terapi rileksasi. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan terdapatnya peranan penting dari terapi non farmakologi, yang dapat menambah keefektifan terapi terhadap menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada lansia dengan hipertensi. Saran peneliti diharapkan penelitian selanjutnya lebih mendalam kearah sistematik literature review dengan jurnal yang lebih banyak dan tingkat bukti yang lebih tinggi.
Kata kunci : Lansia, hipertensi, terapi non farmakologi Referensi : 94 (2004-2020)
iii
FACULTY OF HEALTH SCIENCE NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA Skripsi, July 2020 Rizkiyah Ayu Wulandari, NIM :
11161040000025
The Effect of Non-Pharmacological Therapy in Indonesia as Supplementary Therapy on Blood Pressure in the Elderly with Hypertension: Literature Riview LXXXVIII+88 pages +1Chart +5 tables +5 attachments
ABSTRACT Hypertension is a major risk factor causing death, 1.7 million deaths in Indonesia 23.7% of them due to hypertension. Therefore, comprehensive management is needed. Pharmacological therapy can have a clear therapeutic effect, but there are also limitations to the management of hypertension with drug therapy alone. The combination of pharmacological medical therapy and non-pharmacological therapy is more effective in reducing blood pressure when compared to using only pharmacological therapy. Research on non-pharmacological therapies has been widely used, but there is no literature review that discusses what therapies are effectively used as complementary or additional therapies to reduce systolic and diastolic blood pressure in the elderly with hypertension. The purpose of this study was to determine the effect of non-pharmacological therapy in Indonesia as an additional therapy that can help reduce systolic and diastolic blood pressure in elderly people with hypertension. This study uses a method in the form of a literature review study with the electronic search tool Google Scholar, Science Direct, Cambridge, and Pubmed. The tools used are TREND and the Hierarchy of Evidence Rating System. The results of this study found 13 appropriate journals and proven effective in reducing blood pressure in the elderly. Among them are divided into three groups, namely diet, increased physical activity, and relaxation therapy. The conclusion of this study shows that there is an important role of nonpharmacological therapy, which can increase the effectiveness of therapy to reduce systolic blood pressure and diastolic blood pressure in the elderly with hypertension. Researcher's suggestion is expected to further research into systematic literature review with more journals and a higher level of evidence. Keywords: Elderly, hypertension, non pharmacological therapy Referensi: 94 (2004-2020)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul
PENGARUH TERAPI NON FARMAKOLOGI DI INDONESIA SEBAGAI TERAPI TAMBAHAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI : LITERATURE RIVIEW Telah disetujui, dan diperiksa oleh pembimbing skripsi Progam Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh Rizkiyah Ayu Wulandari NIM. 11161040000025
Pembimbing
Nia Damiati, S.Kp., MSN., Ph.D NIP. 197901142005012007 PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H / 2020 M
v
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan Judul PENGARUH TERAPI NON FARMAKOLOGI DI INDONESIA SEBAGAI TERAPI TAMBAHAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI : LITERATURE REVIEW Disusun Oleh : Rizkiyah Ayu Wulandari NIM. 11161040000025 Pembimbing
Nia Damiati, S.Kp., MSN., Ph.D NIP. 197901142005012007 Penguji I
Penguji II
Ns. Mardiyanti, S.Kep., M.Kep., M.D.S NIP. 198102082011012006
Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. NIP.197902102005012002
Penguji III
Nia Damiati, S. Kp., MSN., Ph.D NIP. 197901142005012007
vi
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul PENGARUH TERAPI NON FARMAKOLOGI DI INDONESIA SEBAGAI TERAPI TAMBAHAN TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI : LITERATURE RIVIEW
Disusun Oleh :
Rizkiyah Ayu Wulandari NIM. 11161040000025
Mengetahui, Ketua Progam Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Yenita Agus, M.Kep., Sp. Mat., Ph.D. NIP. 197206082006042001
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan,
Dr. Zilhada, M.Si., Apt. NIP. 197308222008012007
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Rizkiyah Ayu Wulandari
Nama Panggilan
: Ayu
NIM
: 11161040000025
Angkatan
: 2016
Fakultas/Jurusan
: Ilmu Kesehatan/ Ilmu Keperawatan
Tempat/Tanggal Lahir
: Tangerang,26 Maret 1998
Motto Hidup
: Ridho Allah is number one
Alamat
: Jl. Danau maninjau X, No.07 RT: 04 RW: 08 Kec. Kelapa Dua, Kab. Tangerang
E-mail
: [email protected]
No.Hp
: 089604187626
Pendidikan Formal : Pendidikan SD Negeri Bencongan III SD Negeri Parapat 2 SMP Negeri 6 Kota Tangerang SMK Ayuda Husada
Tahun 2004-2008 2008-2010 2010-2013 2013-2016
Pengalaman :
Kegiatan Anggota Ekstrakulikuler Palang Merah Remaja Anggota Ekstrakulikuler Saka Bakti Husada Anggota Ekstrakulikuler Rohis Mentor Ekstrakulikuler Math Club Panitia Ayuda Fair Jumantik Lembaga Dakwah Kampus FIKES UIN Jakarta Unit Kesehatan Asrama (Mabna Syarifah Khodijah) Timkes pengobatan gratis Milad Keperawatan Mengajar mengaji TPA Al-fallah Panitia Hari Keakraban Basic First Aid Training Pelatihan Water Rescue & Trauma Healing Timkes Pengabdian Fikes Ketua Tim Kegawat Daruratan One Day Seminar Jurnalistik Kreatif Zaman Now viii
Tahun 2011 2013 2015 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2017 2017 2017 2017 2018 2018 2018
Relawan Lombok UIN Jakarta Lembaga Dakwah Kampus Pusat UIN Jakarta Timkes PBAK PSIK UIN Jakarta Pelatihan “Syistematik riview vs Literatur riview” Pelatihan “Penulisan Ilmiah dan Citation Manager” Pelatihan “Penelitian Survey dan Statistik”
ix
2018 2019 2019 2020 2020 2020
PERSEMBAHAN Alhamdulillah…..berkat Ridho dan RahmatMu Rabb ku skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, menjadi pembuka ke gerbang cita-cita selanjutnya. Semoga usaha ini dapat menjadi amal kebajikan dihadapanMu untuk menuju RidhoMu ya Rabb ku..
Jazakumulloh Khairan Khatsiron.. Tiada kata terindah selain ucapan syukur, “Terimakasih” Abi wa Ummi.. Cinta kasih, perjuangan, dan untaian doa yang selalu dipanjatkan di sepetiga malamNya.. Motivasi, pelajaran hidup, dan kesabaran yang selalu mengobarkan semangatku.. Senyum, peluk, dan harapan mu melupakan perihnya tara yang datang menghadangku.. Jika Allah menakdirkan kehidupan di muka bumi sebagai nikmat.. Maka terlahir menjadi anak abi wa ummi adalah kado terindahku dariNya.. Dengan kerendahan hati yang tulus, aku mohon izin keridhoan Rabb ku, Mempersebahkan karya skripsi ini kepada yang termulia Ummi wa Abi Serta Kedua kakak ku dan istrinya tercinta..
Dan tidak lupa ku ucapkan terimakasih juga kepada dosen pembimbing ku, bu Nia Damiati yang telah sabar dan membimbing, serta dosen penguji bu Maulina Handayani dan bu Mardiyanti atas ketersedian waktu dan kelembutan hatinya, serta teman-teman seperjuangan dan berbagai pihak lainnya.. Jazakumulloh Khairan Khatsiron wa Afwan Jiddan, semoga kita senantiasa dalam Ridho dan perlindungan-Nya.. Aamiin Allahumma Aamiin
x
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum, Warahmatullah Wabarakatuh.. Alhamdulillahirabbil’alamiin, ucapan puji syukur kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala yang telah memampukan peneliti untuk menyelesaikan skripsi penelitian tentang “Pengaruh Terapi Non Farmakologi Di Indonesia Sebagai Terapi Tambahan Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi : Literature Riview” dengan tepat waktu. Penyusunan skripsi ini dibuat untuk menambah ilmu peneliti sebagai proses menggapai Ridho Allah dan diajukan sebagai tugas akhir dalam memperoleh gelar sarjana. Sholawat serta salam tak lupa pula peneliti panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam yang telah menjadi utusan Allah sebagai uswah hasanah dalam menyempurnakan akhlak manusia dari kejahiliahan. Dan juga para keluarga, sahabat, dan pengikut beliau. Penulisan karya ini telah dilakukan sedemikian rupa agar dapat menjadi karya yang bermanfaat, dan mudah dimengerti serta berusaha disusun dengan rapi dan sistematik. Dan peneliti juga menyadari dalam penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan masih terbatasnya pengetahuan, pengalaman dan kemampuan peneliti. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakan skripsi ini akan peneliti terima dengan hati terbuka dan terimakasih. Terselesainya skripsi ini tidak lepas dari ujian dan keterbatasan peneliti alami. Tetapi alhamdulillah berkat ridho Allah serta dukungan yang diberikan berbagai pihak, akhirnya peneliti telah menyelesaikan penelitian karya skripsi ini dengan baik. Untuk itu peneliti ingin mengungkapkan rasa hormat dan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang tidak terhingga, kepada : 1. Prof Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Zilhadia, MSi, Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
3. Yenita Agus, m.Kep.,Sp.Mat., PhD selaku Kepala Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Nia Damiati, S.Kp.,MSN., PhD selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang memberikan waktu dan support baik teenaga dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, menasehati serta memberi dukungan kepada penulis sehingga proposal ini dapat terselesaikan dengan maksimal. 5. Ibu Uswatun Khasanah, M.N.S. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat, bantuan serta dukungan selama penulis menjalani perkuliahan. 6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan khususnya Dosen dan Staff Pengajar di Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah dengan sabar mendidik penulis dengan segala tenaga dan ilmunya. 7. Segenap Jajaran Staff dan Karyawan di Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah memfasilitasi pengadaan referensi terkait penelitian ini dan keperluan surat menyurat. 8. Kedua orang tuaku, Bapak Muslim Haris dan Ibu Subagiati yang telah mendidik, membesarkan dengan penuh kasih sayang, memberikan dukungan moril maupun materil, selalu mendo’akan keberhasilan anaknya serta mendukung tiada henti hingga akhirnya penulis dapat sampai di tahap ini. 9. Kakak-kakak ku Aa Itah dan Aa Arief serta istrinya mba Ummi yang selalu membantu memberi dukungan dan mendo’akan tiada henti serta memotivasi untuk terus semangat dan yakin akan kebesaran Allah. 10. Keluarga Ukhuwah (Mbah Meli, Umi tika, Kagefa, Kadil, Hajah Olive, Bunda Ajeng, Bughina, Mba Intan, Neng Cho, dan Sarto) yang telah menemani penulis dari awal di Mahad Jamiah hingga sekarang, dan telah memberikan banyak dukungan yang sangat berharga. 11. Sahabat-sahabat SD, SMP, SMK serta Squad Ukhti ku Mbul Ika, Evi, Novi, Nia, Santi, Tiqom, Fitriani yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah serta memberi dukungan. 12. Keluarga LDK yang telah menjadi perantara-Nya dalam mengingatkan penulis untuk istiqomah seiring dengan berjalannya perkuliahan. 13. Keluarga DENTA (Disaster Emergency Nursing Team) yang telah menjadi perantara-Nya dalam mewujudkan salah satu mimpi penulis.
xii
14. Keluarga besar PSIK A & B 2016 yang selama empat tahun menjadi saksi bagi perubahan-perubahan penulis yang insyaallah menjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Serta seluruh civitas akademika FIKES yang sudah memberikan do’a dan dukungannya serta semangat kepada peneliti. 15. Kak Elita, kak Muhim, kak Alhidayah, Ka Vivi, Kak Mumun, Kak Ibnu, Kak Rahma, Ira, Sakinah, Nurul serta seluruh pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah menjadi perantara-Nya dalam membantu penyelesaian proposal ini, yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu. Atas segala bantuan, dukungan, dan doa’a nya semoga Allah Subhana Wa Ta’ala senantiasa membalas kebaikannya dengan kebaikan dan pahala yang tak terhingga. Penulis berharap skripsi ini dapat menjadi ilmu bermanfaat bagi penulis dan para pembaca, Aamiin ya Rabbal’alamiin. Dan juga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki kekurangan penelitian. Semoga kita semua senantiasa diberi ridho, taufik, dan hidayah serta rahmat, dan karunia yang tak terhingga dari Allah Subhana Wa Ta’ala. Wassalamu’alaikum, Warahmatullah. Wabarakatuh.
Ciputat, Juli 2020
Rizkiyah Ayu Wulandari xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................................iii ABSTRAK................................................................................................................................iv ABSTRACT...............................................................................................................................v PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................................................................vi LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................viii DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................................................ix KATA PENGANTAR.............................................................................................................xii DAFTAR ISI............................................................................................................................xv DAFTAR TABEL...................................................................................................................xix DAFTAR BAGAN...................................................................................................................xx DAFTAR SINGKATAN........................................................................................................xxi DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................................xxii BAB I.........................................................................................................................................1 PENDAHULUAN......................................................................................................................1 A. Latar Belakang....................................................................................................................1 B. Research Question..............................................................................................................4 C. Tujuan.................................................................................................................................4 D. Manfaat Penelitian..............................................................................................................5 BAB II........................................................................................................................................6 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6 A. Lansia..................................................................................................................................6
xiv
1. Definisi............................................................................................................................6 2. Batasan Umur Lanjut Usia..............................................................................................6 3. Karakteristik lansia..........................................................................................................7 4. Perubahan Akibat Proses Menua....................................................................................7 a) Sistem Kardiovaskuler.................................................................................................7 b) Sistem pernapasan.......................................................................................................8 c) Sistem musculoskeletal...............................................................................................8 d) Sistem integument.......................................................................................................8 e) Sistem gastrointestinal.................................................................................................9 f) Sistem Ganitourinaria..................................................................................................9 g) Sistem persarafan.......................................................................................................10 h) Sistem sensori............................................................................................................10 B. Hipertensi..........................................................................................................................11 1. Definisi Tekanan Darah................................................................................................11 2. Definisi Hipertensi........................................................................................................11 3. Fisiologi tekanan darah.................................................................................................12 4. Mengukur Tekanan Darah.............................................................................................12 5. Batasan Nilai Takanan Darah........................................................................................13 6. Klasifikasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya...............................................................14 7. Faktor Resiko................................................................................................................15 8. Penyebab.......................................................................................................................16 9. Tanda dan Gejala...........................................................................................................17 10. Patofisiologi...............................................................................................................17 11. Komplikasi................................................................................................................19 12. Alur panduan terapi hipertensi..................................................................................20 13. Penatalaksanaan.........................................................................................................20 BAB III.....................................................................................................................................32 xv
METODELOGI PENELITIAN...............................................................................................32 A. Database Pencarian..........................................................................................................32 B. Kata Kunci........................................................................................................................32 C. Screening dan data ekstraksi.............................................................................................32 D. Analisis studi.....................................................................................................................33 E. Tingkat Bukti....................................................................................................................34 BAB IV....................................................................................................................................35 HASIL......................................................................................................................................35 A. Temuan.............................................................................................................................35 1. Senam lansia...................................................................................................................36 2. Jus Semangka..................................................................................................................37 3. Rendam Air Hangat........................................................................................................38 4. Terapi Relaksasi Otot Progresif (PMR).........................................................................39 5. Instrumen Musik dan Terapi Hypnosis...........................................................................40 6. Terapi Napas Dalam.......................................................................................................41 7. Relaxation Therapy of Imagination Guided...................................................................42 8. Terapi Relaksasi Musik..................................................................................................43 9. Minyak Esensial Lavender Dan Minyak Minyak Esensial Kenanga Dalam Terapi Slow Stroke Back Massage......................................................................................................44 10. Terapi Murotal...........................................................................................................45 11. Terapi Bekam Kering................................................................................................46 BAB V......................................................................................................................................48 PEMBAHASAN.....................................................................................................................48 A. Diskusi dan Implikasi..........................................................................................................48 BAB VI....................................................................................................................................53 PENUTUP...............................................................................................................................53 A. Kesimpulan.......................................................................................................................53
xvi
B. Saran.................................................................................................................................54 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................55 Lampiran 1. Hasil Screning.....................................................................................................67 Lampiran 2.Ringkasan Jurnal Studi Kuantitatif......................................................................68 Lampiran 3TREND Statement Checklist..................................................................................84 Lampiran 4.Hasil Analisis TREND Cheklist............................................................................87 Lampiran 5 Tingkat Bukti........................................................................................................92
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Batasan Nilai Tekanan Darah AHA 2018...............................................................13 Tabel 2. 2 Klasifikasi berdasarkan JNC VII............................................................................13 Tabel 2. 3 Obat Antihipertensi.................................................................................................21 Tabel 2. 4 Efek samping obat antihipertensi............................................................................23 Tabel 2. 5 Kontraindikasi pemberian obat antihipertensi........................................................24
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Hasil Screning..........................................................................................................67
xix
DAFTAR SINGKATAN
AHH
: Angka Harapan Hidup
Lansia
: Lanjut usia
BPS
: Badan Pusat Statistik
WHO
: World Health Organitation
Depkes RI
: Dapertement Kesehatan Republik Indonesia
AHA
: American Heart Association
PTM
: Penyakit Tidak Menuar
TDS
: Tekanan Darah Sistolik
TDD
: Tekanan Darah Diastolik
PERHI
: Perhimpunan Hipertensi Indonesia
xx
DAFTAR LAMPIRAN
xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Saat ini dunia sedang mengalami fenomena Ageing Population, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) melebihi angka tujuh persen (Kemenkes, 2017). Dibuktikan pada tahun 2019, satu dari 11 orang telah berusia lansia dan diperkirakan pada tahun 2050 meningkat menjadi satu dari enam orang berusia diatas 65 tahun (WHO, 2019). Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH) serta menurunnya angka fertilitas (kelahiran) dan mortalitas (kematian) (Kemenkes, 2017). Struktur penduduk tua juga di alami oleh Indonesia. Berdasarkan Badan Pusat Statistika (BPS), dimana persentase jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 8,1% dan pada tahun 2019 meningkat signifikan mencapai 9,7% dari jumlah penduduk 25,9 juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2035 mencapai 15,77%. Umumnya peningkatan jumlah lansia dapat mengakibatkan bertambahnya angka penyakit degenerative, kronis, dan multidiagnosis (Kemenkes, 2019). Meningkatnya angka penyakit pada lansia diakibatkan oleh perubahan fisik dan penurunan fisiologis yang terjadi pada lansia. Sehingga dapat mempengaruhi kesehatan tubuh lansia, diantaranya terjadi perubahan pada sistem kardiovaskuler, pernapasan,
musculoskeletal,
integument,
sensorik,
gastrointestinal,
dan
ganitourinaria (Dewi, 2014). Penurunan fungsi organ tubuh tersebut berbanding lurus dengan bertambahnya usia. Proses penuan yang menyebabkan lansia rawan terhadap serangan penyakit degenerative. Hal ini sesuai dengan data dari kemenkes yang menyatakan bahwa lansia sering mengalami masalah kesehatan, seperti penyakit diabetes mellitus sebesar 4,8%, stroke sebesar 46,1%, penyakit artritis sebesar 51,9%, dan tertinggi adalah hipertensi 57,6% (Kemenkes, 2018). Hipertensi merupakan penyakit yang sangat umum terjadi di masyarakat, bahkan sampai saat ini hipertensi masih menjadi masalah kesehatan dunia.
1
Diakibatkan prevalensi hipertensi terus mengalami peningkatan, dibuktikan pada tahun 2011-2015 penderita hipertensi di dunia sebesar 1 Milyar dan saat ini menjadi 1,13 Milyar. Pada tahun 2025 di perkirakan dapat mencapai 1,5 Milyar penderita hipertensi (WHO, 2019). Prevalensi hipertensi di Asia Timur 25%, lebih banyak dari pada di Europe 23% (WHO, 2019). Penderita hipertensi di Indonesia juga terus mengalami peningkatan, terbukti pada tahun 2013 sebanyak 27,8% dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 34,1% dari 260 juta total penduduk (Kemenkes, 2018). Dan jika dilihat berdasarkan usia, prevalensi hipertensi di Indonesia dominan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dibuktikan oleh data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), diantaranya pada usia 31-44 tahun (31,6%), usia 45-59 tahun (45,3%), usia 60-69 (55,2%), dan usia >70 tahun (69,5%) (Kemenkes, 2018). Peningkatakan tekanan darah yang tidak terkontrol pada lansia dapat menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, retinopati, penyakit pembuluh darah, gangguan syaraf, dan gangguan serebral. Peningkatan tekanan darah dapat mengakibatkan meningkatnya risiko kerusakan pada jantung dan pembuluh darah, serta pada organ besar seperti otak dan ginjal. Hal ini jika tidak ditangani dengan tepat maka akan mengakibatkan kematian. Dibuktikan pada total kematian di Indonesia yaitu 1,7 juta kematian, diantaranya yang menjadi faktor resiko tertinggi ialah hipertensi sebanyak 23,7%,hiperglikemia sebanyak 18,4%, dan obesitas sebanyak 7,7% (Kemenkes, 2019). Menyikapi komprehensif. nonfarmakologi.
hal
tersebut,
Diantaranya Terapi
maka
terdapat
farmakologi
dibutuhkan terapi terdiri
penatalaksanaan
farmakologi dari
berbagai
dan
yang terapi
obat-obatan
antihipertensi, seperti diuretik, beta bloker, vasodilator, calcium channel blokers, angiotension-converting enzyme inhibitor, dan angiotension II receptor blockers (Aggie & Herbert, 2012). Obat-obatan tersebut dapat memberikan efek terapeutik yang jelas, tetapi juga terdapat batasan dalam manajemen hipertensi bila hanya dengan terapi obat saja (Muhadi, 2016). Dan penggunaan obat antihipertensi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan ketergantungan obat, penurunan metabolisme pada lansia, bahkan dapat menyebabkan kerusakan fungsi kognitif 2
(Nur, 2017). Hal ini sejalan dengan laporan Duthie dan Katz yang menjelaskan terapi faramokologi dapat memberikan beberapa kerugian, seperti efek samping, efek ketergantungan, tingginya biaya, dan masalah lainnya yang memperberat lansia (Hidayat, 2010). Terapi non farmakologi menerapkan penerapan gaya hidup sehat seperti diet garam, tidak merokok, tidak minum-minuman berakohol, olahraga atau melakukan aktivitas fisik, menjaga berat badan ideal, serta dapat mengelola stres dengan baik (Sulisna & Aminudin, 2015). Terapi non farmakologi terkenal aman, tidak menimbulkan efek samping, dan lebih murah (Ulfa, 2019). Tujuan dari terapi non farmakologi pada lansia untuk mencegah terjadinya efek samping pengobatan yang lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya. Hal ini sejalan dengan teori dari Joint National Comitte (JNC) 8, lansia dengan masalah hipertensi dianjurkan melakukan terapi non farmakologi dan baru dapat menggunakan terapi farmakologi jika takanan darah sistolik ≥ 150 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Muhadi, 2016). Selain itu, penggabungan antara penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi lebih efektif menurunkan tekanan darah dibandingkan hanya dengan terapi farmakologi (Hidayat, 2010). Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh 108 responden, dimana 60% diantaranya menggunakan terapi kombinasi farmakologi dan non farmakologi. Dan 15-40% menggunakan terapi farmakologi. Dan menariknya saat ini terapi non farmakologi telah berkembang dengan berbagai uji coba penelitian. Penelitian mengenai terapi nonfarmakologi pada penderita hipertensi telah banyak dilakukan di Indonesia diantaranya, terapi mengenai diet natrium dan kalium seperti dengan mengkonsumsi tomat (Istianah, 2019), pisang (Tria, 2019), semangka (Sari, Restipa, & Putri, 2017), buah naga (Mufida, 2019), air kelapa (Andika, Haniarti, & Patintingan, 2018), dan air rebusan seledri (Oktavia, Junaid, & Ainurafiq, 2017). Lalu terapi aktivitas fisik seperti senam lansia (Nurhayati, 2017), sanam ergonomic (Eka Nur So’emah, 2017), yoga (Afiyati, 2019), dan dance (Rohman, 2019). Serta terdapat juga terapi untuk rileksasi, seperti slow deep breathing (Berek, 2015), progress muscle relaxation (Akhriansyah, 2019), hidroterapi (Malibel, Herwanti, & Djogo, 2020), hipnoterapi (Febita & Fitriana, 2019), terapi tawa (Azwar, 2018), masase (Wijayanto & Sari Rita, 2015), bekam
3
(Bagus, Rasni Hanny, & Wantiyah, 2018), terapi sholat (Hidayati, Ariyanti, & Safarina, 2018), murotal (Herdiman & Ilbert, 2019), dan meditasi dzikir (Niken Setyaningrum, 2019). Namun penelitian yang terpublikasi tersebut tidaklah semuanya dapat digunakan pada lansia dengan hipertensi. Karena walaupun topik yang digunakan sama, tetapi sasaran karakteristik yang digunakan dan hasil yang diperoleh berbeda-beda. Oleh sebab itu tidak semua hasil dari penelitian yang terpublikasi tersebut efekif dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk menurun tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi. Mengingat pentingnya terapi non farmakologi sebagai terapi tambahan, dimana dapat meningkatkan efektifitas pengobatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Nurhayati (2017), dimana terdapat penurunan tekanan darah yang lebih efektif yang diberikan terapi farmakologi dan non farmakologi, yaitu kelopok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi obat atau farmakologi (Nurhayati, 2017). Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan literature review (mengumpulkan, mengidentifikasi, dan mengevaluasi) terkait pengaruh dari beberapa terapi non farmakologi yang efektif terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi dari berbagai literature yang telah terpublikasi. B. Research Question Formulasi pertanyaan penelitian berdasarkan PICO Population
Lansia dengan hipertensi
Intervention
Terapi non farmakologi di Indonesia
Comparison
Kelompok Kontrol
Outcomes
Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik
Research question : Apa sajakah terapi non farmakologi di Indonesia yang efektif membantu menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi?
4
C. Tujuan Literature review ini menyajikan tinjauan komprehensif dari penelitianpenelitian yang telah terpublikasi, untuk mengetahui pengaruh dari beberapa terapi non farmakologi di Indonesia sebagai terapi tambahan yang efektif menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik pada lansia dengan hipertensi. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Keperawatan Sebagai referensi pengetahuan tentang terapi-terapi
non farmakologi di
Indonesia terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi. 2. Bagi Peneliti Sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang pengaruh terapi non farmakologi terhadap tekanan darah pada lansia dengan hipertensi dengan menggunakan metode penelitian lainnya, seperti sistematika literature review.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Lansia 1. Definisi Menurut World Helath Organisation (WHO), lanjut usai atau lansia merupakan tahap akhir dari perkembangan kehidupan manusia (Dewi, 2014). Berdasarkan peraturan UU No. 13/Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun keatas (Kemenkes, 2017). Pudjiastuti mengatakan, lansia tidaklah sebuah penyakit melainkan suatu proses alami yang terjadi pada semua manusia sebagai tahap lanjut dari suatu tingkatan kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan fisiologis tubuh yang tidak dapat dihindari (Muhith, 2016). 2. Batasan Umur Lanjut Usia a) World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan lansia menjadi tiga katagori yaitu : 1) Elderly : seseorang yang sudah berusia 60-74 tahun 2) Old : seseorang dengan usia 75-89 tahun 3) Very old : Seseorang yang sudah berusia > 90 (Sunaryo, 2015). b) Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes (2003) mengkatagorikan lansia menjadi : 1) Pralansia (prasenilis), seseorang dengan usia antara 45-59 tahun 2) Lansia, seseorang dengan usia 60 tahun atau lebih 60 tahun 3) Lansia resiko tinggi, seseorang dengan usia 70 tahun atau lebih dari 70 tahun atau dapat juga, seseorang dengan usia 60 tahun atau lebih disertai dengan masalah kesehatan yang dialami 4) Lanjut usia pontesial, yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan sehari-hari
6
5) Lanjut usia tidak potensial, seeorang yang sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Lansia bergantung dengan orang lain (Dewi, 2014).
3. Karakteristik lansia a) Seseorang yang sudah berusia 60 tahun (hal ini sesuai pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan) b) Memiliki kebutuhan dan terdapat masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dan dari berkebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif sampai yang berkondisi maladaptive c) Bertempat tinggal di lingkungan yang bervarisi (Dewi, 2014). 4. Perubahan Akibat Proses Menua a) Sistem Kardiovaskuler Terdapat penurunan efisiensi seiring dengan bertambahnya usia. Perubahan yang terjadi akibat proses menua, diantara : 1) Jantung Terjadi penurunan kekuatan pada otot jantung, dan terdapat penebalan pada pada katub jantung serta menjadi lebih kaku. Nodus sinoatrial (sa) yang bertugas terhadap kelistrikkan jantung mengalami penurunan sehingga implus yang dihasilkan melemah (Dewi, 2014) 2) Pembuluh darah Penurunan tingkat elastisitas pada dinding arteri. Dinding kapiler menebal sehingga menyebabkan melambatnya pertukaran antara nutrisi dan zat sisa metabolisme antara sel dan darah. Kekakuan dinding pembuluh darah mengakibatkan peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik (Dewi, 2014) 3) Darah Terjadi penurunan volume darah, yang sejalan dengan terjadinya penurunan volume cairan tubuh, dan juga penurunan fungsi sumsum tulang belakang. Kontraksi jantung melemah, volum darah yang dipompa menurun dan cardiac output menurun sekitar 1% per tahun dari volume cardiac output orang dewasa normal sebesar 5 liter. (Rhosma, 2014).
7
b) Sistem pernapasan Perubahan yang terjadi meliputi, 1) Cavum thorak Cavum thorak menjadi kaku beriringan dengan terjadinya proses kalifikai kartilago. Vertebrae thorakalis mengalami pemendekan dan osteoporosis menyebabkan postur tubuh membukuk yang akan mengakibatkan ekspansi paru dan membatasi pergerakan thorak(Dewi, 2014) 2) Otot bantu pernapasan Otot abdomen melemah sehingga menurunkan usaha nafas inspirasi dan ekspirasi(Dewi, 2014) 3) Perubahan intrapulmonal Daya recoil paru menurun seiring dengan bertambahnya usia. Alveoli melebar dan membuat lapisan menipis, sehingga fisiologis alveoli menurun (Dewi, 2014) c) Sistem musculoskeletal 1) Bentuk tulang Pada masa tulang terjadi penurunan yang menyebabkan tulang mudah rapuh dan lemah. Dan pada Columna vertebralis terjadi kompresi sehingga mengakibatkan penurunan tinggi badan 2) Kekuatan otot Lambatnya regenerasi jaringan otot dan berkurang masa otot, sehingga menyebabkan mengecilnya otot lengan dan betis. Jika inaktivitas pada otot maka mengakibatkan penurunan ketahanan otot yang tidak fleksibilitas. 3) Sendi Seiring dengan bertambahnya usia maka akan terjadi keterbatasan rentang gerak. Kartilago menipis sehingga sendi menjadi kaku, nyeri dan menglami inflamasi d) Sistem integument 1) Kulit Penurunan pada elastisitas kulit, mengakibatkan berkerut dan keringnya kulit. Menipisnya kulit sehingga fungsinya sebagai pelindung pembuluh
8
darah berkurang lemak subkutan menipis. Dan Penumpukan melanosit, menyebabkan terbentuknya pigmentasi yang dikenal “aged spot”. 2) Rambut Rambut menipis akibat penurunan aktivasi folikel rambut. Terdapat penurunan melamin yang mengakibatkan perubahan warna. 3) Kuku Penurunan aliran vaskuler ke kuku yang menyebabkan bantalan kuku menjadi tebal, keras, dan rapuh dengan garis longitudinal 4) Kelenjar keringat Terjadi penurunan jumlah dan ukuran kelenjar keringat (Rhosma, 2014). e) Sistem gastrointestinal 1) Cavum oris Reabsorbsi tulang menyebabkan tanggalnya gigi sehingga menurunnya kemmapuan mengunyah 2) Esofagus Peningkatan aspirasi akibat penurunan reflex menelan. Melemahnya otot halus sehingga memperlambat waktu pengosongan 3) Lambung Terjadinya gangguan absorbsi besi, vitamin B12, dan protein akibat penurunan sekresi asam lambung 4) Intestinum Terjadinya penurunan peristaltik yang menyebabkan inkompetensi pengosongan (Dewi, 2014). f) Sistem Ganitourinaria 1) Fungsi ginjal Penurunan cardiac output sehingga mengakibatkan aliran darah ke ginjal menurun dan laju filtrasi glomerulus menurun, serta kosentrasi pada urine mengalami gangguan 2) Kandung kemih Menghilang tonus otot sehingga pada kandung kemih terjadi gangguan pengosongan dan kapasitas pada kandung kemih mengalami penurunan 9
3) Miksi Pada pria, terjadi pembesaran prostat akibat meningkatnya frekuensi miksi. Dan pada wanita melemahnya otot perineal sehingga mengakibatkan peningkatan frekuensi miksi 4) Reproduksi wanita Terjadi penurunan pada jumlah rambut pubis dan sekresi vaginal serta dinding vagina tipis dan penurunan elasitas, serta atropi pada vulva. 5) Reproduksi pria Mengecilnya ukuran testis dan membesarnya prostat (Dewi, 2014) g) Sistem persarafan 1) Neuron Pada neuron terjadi penurunan jumlah di otak dan batang otak. Seintesa dna metabolism neuron berkurang. Masa otak berkurang secara progresif 2) Pergerakan Sensasi kinestetik berkurang. Gangguan keseimbangan dan penurunan reaction time 3) Tidur Mudah terbangun malem dan terjadi insomnia pada beberapa orang. Tidur dalam (tahap IV) dan tidur REM berkurang (Dewi, 2014). h) Sistem sensori 1) Penglihatan Penurunan kemampuan dalam mefokuskan objek dekat. Peningkatan densitas lensa. Jika terdapat penumpukan lemak diekitar iris menyebabkan terbentuknya cincin kuning ke abu-abuan. Penurunan produksi aor mata. Penurunan ukuran pupil dan sensitivitas pada cahaya, penurunan kemmapuan melihata dapa malem hari. 2) Pendengaran Penurunan kemampuan mendengar frekuensi suara tinggi, terdapat serumen mengandung keratin sehingga mengeras 3) Perasa Kemampuan perasa asin, pahit, dan asam menglami penurunan 4) Peraba 10
Menurunnya kemampuan untuk merasakan nyeri ringan dan perubahan suhu (Dewi, 2014).
B. Hipertensi 1. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah dorongan yang dibutuhkan agar darah dapat beredar keseluruh jaringan tubuh manusia melalui pembuluh darah. Darah dengan lancar mengalir ke seluruh bagian tubuh yang berfungsi membawa oksigen serta zat lain yang dibutuhkan untuk kehidupan sel-sel tubuh, tekanan darah dipengaruhi oleh volume darah dan elastisitas pembuluh darah (Ronny, Setiawan, & Fatimah, 2010) Pada dalam tubuh manusia terdapat tekanan darah, dimana merupakan tekanan pada vaskuler dari peredaran darah sistemik. Meningkatnya tekanan darah pada vaskuler akibat terdapatnya hambatan. Selain pembuluh arteri terdapat juga pembuluh vena. Tugas pembuluh vena lebih ringan jika dibandingkan dengan pembuluh arteri. Pembuluh vena berfungsi membawa darah ke jantung, darah yang dialiri bergerak sangat lambat, hanya menggunakan sedikit tekanan. Tekanan darah dibagi menjadi dua, yaitu tekanan sistolik merupakan tekanan darah arteri yang terjadi saat darah dipompa. Sedangkan tekanan diastolic adalah sisa tekanan dalam arteri saat jantung beristirahat (Sherwood, 2014). 2. Definisi Hipertensi Menurut WHO hipertensi merupakan seseorang yang memiliki tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg (Menuntung, 2018). Hipertensi pada lansia sesuai dengan penggolongan dari JNC 7, seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya ≥ 140/90 mmHg setelah dua kali atau lebih pengukuran, dari dua atau lebih kunjungan (Sulisna & Aminudin, 2015). Sedangkan definisi hipertensi menurut American Heart Association (AHA) dan American College of Cardiology, menyatakan seseorang lansia dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistoliknya ≥ 130 mmHg dan tekanan darah diastoliknya ≥ 80 mmHg. Hal ini bertujuan agar dapat mengurangi risiko terjadinya serangan jantung dan stroke, sebagaimana diakatan Paul Whelton selaku penulis utama pedoman hipertensi AHA (Whelton,et all 2017). 11
3. Fisiologi tekanan darah Darah dari paru-paru mngandung oksigen, dibawa ke jantung lalu kemudian oleh jantung dipompa ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah yang biasa disebut arteri. Pembuluh darah yang lebih besar bercabang-cabang menjadi pembuluh darah yang lebih kecil berukuran mikroskopik yang terdiri dari pembuluh kapiler, yang berfungsi menyebarkan darah hingga ke perifer-perifer tubuh. Darah terebut mengandung oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan oleh jaringan tuubuh. Kemudian darah yang sudah tidak mengikat oksigen berganti dengan membawa karbon dioksida untuk kembali ke jantung melalui pembuluh vena, dan di pompa kembali ke paru-paru dan terjadi pertukaran oksigen dengan karbon dioksida. Saat jantung berdetak, otot jantung berkontraksi untuk memompakan darah kembali keseluruh tubuh (Sherwood, 2014a) 4. Mengukur Tekanan Darah a.) Pertama lansia diminta duduk tenang, lalu setelah 3-5 menit baru mulai lakukan pengukuran tekanan darah. b.) Pilih ukuran cuff yang tepat dengan ukuran lengan. Pasang manset tidak terlalu ketat dan tidak terlalu kendor, ukur manset dengan memasukkan satu hingga dua jari kedalam manset yang terpasang. c.) Lalu cari A. Radialis dengan mempalpasi dan pompa cuff pada tekanan 10 mmHg ketika mempalpasi. Bila nadi tidak dapat diraba, pompa kembali cuff hingga 20 mmHg 30 mmHg, deflasikan cuff kemudian dengarkan bunyi korotkoff. Bunyi pertama pada korotkoff bisa jadi diikuti gap pada tekanan 20 30 mmHg sebelum bunyi selanjumya terdengar. d.) Jika lansia baru pertama kali melakukan pengukuran, maka lakukan pengukuran tekanan darah pada kedua lengan. Bisa jadi terdapat perbedaan pada hasil pengukuran tekanan darah sebesar 10 mmHg. Bila terdapat plak aterosklerosis pada A. Subclavia dekstra, maka tekanan darah pada lengan kanan akan lebih rendah dibandingkan lengan kiri. e.) Dengarkan bunyi terakhir pada korotkoff untuk menentukan tekanan diastolik, bunyi muffled terakhir yang didengar menentukan bunyi diastolik. Mengelevasikan lengan di atas tinggi jantung adalah salah satu teknik untuk memudahkan mendengar bunyi diastolik (Anies, 2018).
12
5. Batasan Nilai Takanan Darah WHO menyatakan batasan tekanan darah normal adalah 120-140 mmHg tekanan sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Jika tekanan darahnya > 140/90 mmHg maka tergolong hipertensi (Menuntung, 2018). Tabel 2. 1 Batasan Nilai Tekanan Darah AHA 2018 Katagori Tekanan
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastolik
Darah
(mmHg)
(mmHg)
Optimal
0,05. Sedangkan pada kelompok intervensi sistole didapatkan hasil p Value 0,000 < 0,05, dan tekanan diastole didapatkan hasil p Value 0,016 < 0,05 (Irfan & Nekada, 2018). Terapi napas dalam tidak menimbulkan efek samping, dan tidak mengeluarkan biaya, serta dapat dilakukan dengan mudah secara mandiri.Terapi napas dalam dapat memperlama siklus pertukaran gas di paru-paru,
sehingga
meningkatkan
kadar
oksigen
dalam
darah,
mempertahankan saraf simpatis dalam keadaan homeostatis, meningkatkan kerja baroreseptor yang memberikan implus aferen ke pusar jantung. Hal ini mengakibatkan peningkatan aktivasi pada sistem saraf parasimpatis, yang merangsang pelepasan hormone asetilkolin sehingga menurunkan denyut jantung yang dapat membuat tubuh menjadi rileks (Snyder, M & Lindquist, 2009); (Suselo, 2010). Pada penelitian ini, dengan segala karakteristik yang sama didapatkan dengan melakukan terapi napas dalam maka akan memaksimalkan oksigen yang masuk ke dalam tubuh sehingga mengakibatkan perenggangan kardiopulmonari. Maka stimulus pada perenggangan kardiopulmonari diteruskan hingga ke medulla oblongata oleh saraf vagus yang akan meningkatkan respon baroreseptor. Implus aferen dari baroreseptor akan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis dan mengambat kerja saraf simpatis. Dalam hal ini kardioakselerator menyebabkan vasodilatasi sistemik (penurunan denyut jantung dan daya kontraksi jantung). Sistem saraf parasimpatis akan melepaskan neurotransmitter asetilkolin yang menghambat kecepatan depolarisasi SA node. Pelepasan asetilkolin juga mengakibatkan dilatasi vaskuler sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Snyder, M & Lindquist, 2009); (Muttaqin, 2014). 7. Relaxation Therapy of Imagination Guided Pada penelitian Relaxation Therapy of Imagination Guided, ditemukan hasil penurunann tekanan darah pada penelitian sutrisno, dkk (2017) dan Wijayatiningrum, dkk (2018) (Sutrisno, S., Yuwanti, Y., & Utami, 2017); (Wijayantiningrum, Zakiyah, & Soemah, 2018). Tetapi penelitian Lufianti & Sutrisno (2019), yang sesuia dengan kriteria inklusi penulis. Perubahan ratarata tekanan darah didapatkan pada hasil penelitian, dimana terdapat
42
penurunan signifikan pada pre post test kelompok intervensi 148,45/90,48 mmHg menjadi 129,17/81,79 mmHg dengan p value 0,000 (sistole) dan 0,000 (diastole). Dan terdapat perbedaan pada perubahan tekanan darah pre post test pada kelompok kontrol, 148,33/91,55 mmHg menjadi 141,55/89,64 mmHg dengan p value 0,000 (sistole) dan 0,002 (diastole). Uji hipotesis terdapat perbedaan yang bermakna 0,000 (sistole) dan 0,000 (diastole) (Lufianti & Sutrisno, 2019). Relaxation Therapy of Imagination Guided atau terapi imajinasi terpimpin merupakan salah satu bentuk terapi relaksasi (Sutrisno, S., Yuwanti, Y., & Utami, 2017). Terapi imajinasi memberikan stimulus pada otak, sehingga mempengaruhi sistem saraf dan endokrin. Dalam hal ini menyebabkan pelepasan hormone endorphin, yang mempengaruhi penurunan kadar katekolamin dalam darah sehingga menyebabkan vasodilatasi vaskuler sehingga melancarkan sirkulasi darah. Selain itu stimulus dari endokrin menurunkan
produksi
kortisol
(hormone
stress)
sehingga
akan
mempengaruhi penurunan tekanan darah (Sherwood, 2014). 8. Terapi Relaksasi Musik Pada pencarian terapi relaksasi musik di dpatkan dua penelitian, pada penelitian yulastari, dkk (2019) mengatakan rileksasi terapi musik dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan (Yulastari, Betriana, & Kartika, 2019). Tetapi tidak terdapat kelompok kontrol, berbeda dengan penelitian istiqomah & Soesanto (2018). Didapatkan hasil penelitian penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan, pada kelompok intervensi 161/92mmHg menjadi 138/138 mmHg dengan p- value 0,001. Dan kelompok perlakuan musik juga terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan, yaitu 160/92 mmHg menjadi 139/84 mmHg dengan nilai p-value 0,001. Tetapi berbeda pada kelompok kontrol yang tidak terdapat penurunan tekanan darah, yaitu 173/92 mmHg menjadi 173/92 mmHg dengan nilai p value 0,203 dan 0,857 (Istiqomah & Soesanto, 2018). Relaksasi merupakan salah satu terapi yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan, stress dan rasa cemas (Indahria, 2013). Sedangkan terapi musik yang menggunakan musik tradisional sunda tembang Cianjur,
43
dapat memberikan implus pada otak. Hal ini dapat meningkatkan fungsi kognitif, psikologis, fisik, prilaku serta sosial. Irama masuk melalui telinga luar, yang masuk sampai ke telinga bagian dalam. Irama akan di proses pada auditory cortex yang berbentuk suara, sehingga menjadi implus ke otak (hipotalamus). Implus yang diterima pada hipotalamus mempengaruhi peningkatan hormone, diantaranya Luteinizing Hormone (LH). Menurut Mary Griffith ahli fisiologi, menemukan bahwa aktivitas saraf otonom dapat dikontrol oleh hipotalamus, sehingga aktivitas seperti bernafas, denyut jantung dan tekanan darah dapat dikendalikan (Jasmarizal, S.L & Yunita, 2011). 9. Minyak Esensial Lavender Dan Minyak Minyak Esensial Kenanga Dalam Terapi Slow Stroke Back Massage Pada pencarian mengenai penelitian slow stroke back massage di dapatkan lima penelitian yang mengatakan efektif menurunkan teekanan darah (Kardiana, 2018);(Septiari & Restuning, 2016);(Ayu, Setyawan, & Widiyanto, 2015);(Febriani & Oktaviani, 2019);(Wijayanto & Sari Rita, 2015). Penelitian yang menggunakan desain quasy eksperimen dan menggunakan kelompok kontrol dengan sasaran lansia hanya satu Wijayanto & Sari Rita (2015). Hasil penelitian didapatkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan setelah di pijat pada punggung selama 30 menit 2 kali perminggu selama 3 minggu. Pada kelompok intervensi 157,33/100,33 mmHg menjadi 144,67/91,33 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol 152,67/99,67 mmHg menjadi 151,33/100,33 mmHg (Wijayanto & Sari Rita, 2015). Slow stroke back massage (pijat lembut pada punggung), merupakan salah satu teknik relaksasi. Sentuhan berupa penekanan lembut pada punggung berfungsi merileksasi pada otot, tendon, dan ligament sehingga memengaktifkan sistem saraf parasimpatis dan menghambat kerja sistem saraf simpatis (Retno, 2012). Sistem saraf parasimpatis dengan melepaskan neurotransmitter asetilkolin maka akan menghambat aktifitas simpatis dengan menurunkan kontraktilitas otot jantung, volume sekuncup, dan vasodilatasi arteri dan vena sehingga tekanan darah menurun. Selain itu,
44
proses pemijatan ini merangsang produksi hormone endorphin, yang meningkatkan rasa bahagia dan rileksasi sehingga menvasodilatasi vaskuler (Muttaqin, 2014). Halini sejalan dengan penelitian (Ratnawati, 2018). Pada bunga kenangan mengandung saponin, flavoida, polifenol dan minyak atsiri. Umumnya minnyak kenangan digunakan sebagai pembuatan aneka produk wangi-wangian, karena sangat baik sebagai aroma terapi yang mengatur aliran kelenjar adrenalin dalam saraf sehingga menimbulkan rasa senang, tenang, dan menghilangkan gelisah, marah dan panik(Pujiarti, Widowati, Kasmudjo, & Sunarta, 2015). Minyak lavender juga sebagai aromaterapi, yang terdapat kandungan linalool. Harum lavender berfungsi untuk insomnia, memperbaiaki mood, dan efek rileksasi. Hanya saja pada essensial kenangan terdapat Eugenol, yang berfungsi menurunkan aktivitas saraf simpatis sebagai efek antipasmodik yang meningkatkan kerja saraf parasimpatis (Dewi, 2013). 10. Terapi Murotal Penelitian
mengenai
murotal
didapatkan
tiga penelitian
yang
mengatakan efektif terdapat penurunan tekanan darah (Hendriana, 2016); (Susilawat, Nurcahyati, & Syaripudin, 2015);(Herdiman & Ilbert, 2019). Penelitian dengan sampel lansia dan menggunakan kelompok kontrol serta berindeks ISSN hanya satu yaitu penelitian Herdiman & Ilbert (2019). Hasil terapi murotal terdapat penurunan tekanan darah sistolik 10,07 mmHg dan diastolik 7,60. Sedangkan terapi musik terdapat penurunan tekanan darah sistolik 3,67 dan diastolik 1,40. Dan terdapat perbedaan signifikan antara terapi murotal dan terapi musik, dengan nilai sistolik dan diastolik p value 0,001 (Herdiman & Ilbert, 2019). Ayat Al-qur’an dapat menimbulkan stimulus sistem saraf parasimpatis, sehingga terjadi keseimbangan diantara dua saraf otonom. Maka akan terjadi respon relaksasi, rangsangan auditori murotal meningkatkan produksi hormon endorphin sehingga merelaksasi otot. Hal ini sejalan dengan penelitian Buyung (2020), dimana terapi murotal akan menstimulasi hipotalamus yang berguna untuk memproduksi neuropeptida. Produksi neuropeptida akan mengakibatkan penurunan hormone kortisol, epineprin, norepineprin, dan dopamin pada tubuh, sehingga menimbulkan efek relaksasi (Buyung, 2020).
45
Kondisi rileksasi akan mengantisipasi vasospasme pembuluh darah yang disebabkan perangsangan saraf simpatis Karena kondisi stress perfusi darah dapat meningkat (Laitupa & Amin, 2016). Hal ini juga sejalan dengan penelitian Yunie (2019), yang mengatakan murotal dapat menstimulus hipotalamus sehingga meningkatkan produksi hormon endoprin, yang mengakibatkan relaksasi dan menurunkan tekanan darah. Dan terapi murotal ini tidak menimbulkan efek samping, dan mudah dilakukan sehingga dapat smelakukannya secara rutin dengan mandiri (Yunie, 2019). Presiden Direktur Institut Kedokteran Islam di Florid, mengatakan ayat-ayat Al-qur’an memiliki hasil signifikan memberikan efek ketegangan reflektif pada saraf (Setiawan, 2012). Berbeda dengan irama musik, walaupun irama musik juga dapat menurunkan tekanan darah tetapi pada penelitian ini penurunan tekanan darah lebih efektif pada kelompok intervensi murotal, karena terdapat sifat religious dari ayat kitabtullah yang memberikan efek nyaman (Herdiman & Ilbert, 2019). 11. Terapi Bekam Kering Terapi mengenai bekam terdapat tujuh penelitian yang ditemukan, semua penelitian ini mengatakan terdapat penurunan tekanan darah yang efektif (Fatonah, Rihiantoro, & Astuti, 2015);(Sangkur et al., 2016); (Rosidawati & Nurahmi, 2016); (Lestari, Hartono, & Susanti, 2017);(Bagus et al., 2018);(Muflih & Judha, 2019);(Fauziah, Sofiani, & Irawati, 2020). Tetapi hanya terdapat satu penelitian yang efektif, menggunakan kelompok kontrol dan berindeks ISSN yaitu penelitian Bagus (2018). Didapatkan hasil terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan diantara pre post test, yaitu 140-150/70-90 mmHg menjadi 120-150/70-90 mmHg. Hasil p value 0,004 (sistolik) dan 0,046 (diastolik). Sedangkan pada kelompok kontrol sistolik 0,705 dan diastolik 0,317(Bagus et al., 2018). Bekam dalam baharasa Arab hijamah, yang berarti penyodatan dengan alat bekam baik yang mengeluarkan darah ataupun yang tidak mengeluarkan darah. Terapi bekam dapat menyebabkan reaksi peradangan yang dapat mengakibatkan terlepasnya zat serotonin, histamine, bradykinin, slow reacting substance (SRS). Zat tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi kapiler dan arteriol. Bekam juga dapat menstimulus produksi zat nitric oxide
46
(NO) yang mengakibatkan relaksasi pada otot polos pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah (Umar, 2008). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusdiatin, respon dari seseorang setelah dilakukan bekam menyatakan merasa nyaman dan timbul rasa kantuk. Pada saat seseorang merasa nyaman dan relaks, maka aktivasi sistem saraf simpatik bertukar dengan sistem saraf parasimpatik. Sehingga menimbulkan kondisi relaks dan menyebabkan frekuensi jantung menurun, dengan menurunnya frekuensi jantung, maka tekanan darah juga akan menurun (Rusdiatin, 2015).
47
BAB V PEMBAHASAN
A. Diskusi dan Implikasi Penelusuran literature secara nasional ini untuk mengetahui pengaruh dari beberapa terapi non farmakologi di Indonesia terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi. Menurut penelitian Sari et al (2019), terapi non farmakologi merupakan terapi alami dari bahan-bahan alam, sebagaimana konsep yang dikembangkan oleh tokoh keperawatan dunia Florence Nightingale. Terapi non farmakologi merupakan terapi dasar dan terapi penunjang, yang berperan untuk mencegah, mengobati, dan sebagai perawatan kesehatan secara umum (Sari et al., 2017). Hal ini sejalan dengan peneliti Nurhayati (2017), terapi non farmakologi sebagai terapi tambahan yang tidak hanya menurunkan tekanan darah melainkan juga menurunkan resiko stroke dan penyakit jantung iskemik (Nurhayati, 2017), dan sejalan juga dengan penelitian (Hasyim, 2019); (Yunie, 2019). Sedangkan menurut penelitian Lufianti & Sutrisno (2019), terapi non farmakologi adalah upaya tambahan yang dilakukan untuk menurunkan tekanan darah dan mencapai nilai optimal (Lufianti & Sutrisno, 2019). Sejalan juga dengan penelitian Purnomo et al (2020), terapi non farmakologi merupakan terapi tambahan yang membatu mengontrol nilai tekanan darah (Purnomo et al., 2020); (Ratnawati, 2018);(D.Y., 2018). Didukung oleh penelitian Bagus et al (2018), terapi non farmakologi merupakan jenis terapi yang umum dimasyarakat dan mudah untuk dilakukan (Bagus et al., 2018). Dan didukung oleh penelitian Rian (2018), yang mengatakan terapi non farmakologis adalah terapi yang tidak menimbulkan efek samping (Rian, 2018);(Ilkafah, 2016). Secara umum dapat disimpulkan bahwa tujuan terapi non farmakologi adalah sebagai terapi dasar dan terapi tambahan, yang terbukti aman, mudah dilakukan, dan tidak menimbulkan efek samping. Maka dari itu literature review ini mencari penelitian eksperimen yang menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
48
Sehingga dapat membandingkan antara pengobatan farmakologi saja dengan pengobatan kombinasi farmakologi dan non farmakologi. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh 108 responden, ditemukan 60% diantaranya menggunakan terapi kombinasi farmakologi dan non farmakologi. Dan 15-40% menggunakan terapi farmakologi. Terapi farmakologi terdiri dari berbagai obat-obatan antihipertensi, seperti diuretik, beta bloker, vasodilator, calcium channel blokers, angiotension-converting enzyme inhibitor, dan angiotension II receptor blockers (Aggie & Herbert, 2012). Obat-obatan tersebut dapat memberikan efek terapeutik yang jelas, tetapi juga terdapat batasan dalam manajemen hipertensi bila hanya dengan terapi obat saja (Muhadi, 2016). Dan penggunaan obat antihipertensi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan ketergantungan obat, penurunan metabolisme pada lansia, bahkan dapat menyebabkan kerusakan fungsi kognitif (Nur, 2017). Sedangkan terapi non farmakologi pada penderita hipertensi, yang telah diterapkan di Indonesia berdasarkan Indonesian Society of Hypertension (Perhimpunan
Dokter
Hipertensi
Indonesia)
“Konsensus
Penatalaksanaan
Hipertensi” ialah penerapan gaya hidup sehat seperti diet, tidak merokok, tidak minum-minuman berakohol, olahraga atau melakukan peningkatan aktivitas fisik, menjaga berat badan ideal, serta dapat mengelola stres dengan baik (Made, 2019). Dan pada literature review ini ditemukan 13 penelitian non farmakologi yang terbukti efektif sebagai terapi tambahan farmakologi terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dikelompokkan menjadi tiga bagian diantaranya : Diet adalah pembatasan ataupun pengaturan pola makan yang baik untuk menjaga dan mengatasi terjadinya peningkatan tekanan darah. Diet yang dilakukan pada penderita hipertensi diantaranya ialah diet natrium dan kalium. Kecukupan kalium dengan baik maka dapat memelihara tekanan darah, dan membuat perubahan positif pada tekanan darah penderita hipertensi (Ramayulis, 2010). Kalium terdapat di dalam makanan yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Terutama pada makanan mentah dan segar, seperti buah dan sayuran diantaranya buah semangka yang terdapat banyak di masyarakat. Kalium pada buah semangka berfungsi menghambat proses konversi pelepasan renin menjadi renin-angiotensin. Kalium tersebut bersifat natriuretik, dimana terjadi peningkatan cairan sehingga
49
natrium di ekskresi dari dalam tubuh (Sari et al., 2017). Terlebih, buah semangka dapat di konsumsi semua kalangan termasuk lansia, karena terbukti tidak memiliki efek samping terhadap tubuh, selain itu mudah di dapat dan harganya terjangkau untuk semua kalangan (Nisa, 2012). Pada penelitian diet kalium melalui jus semangka ini, diperoleh hasil penurunan tekanan darah sistolik 18 mmHg dan tekanan darah diastolik 14,67 mmHg (Sari et al., 2017). Peningkatan aktivitas fisik, berdasarkan American Heart Association (AHA) merekomendasikan melakukan peningkatan aktivitas fisik dengan rutin. Aktivitas sedang dengan durasi 30-60 menit setiap harinya, dapat membakar 150 kalori per hari. Jika dilakukan secara rutin minimal selama 3-4 kali per minggu, maka dapat menurunkan tekanan drah. Jenis olahraga yang direkomendasikan pada penderita hipertensi adalah aerobik, dimana dapat memelihara kesehatan kardiovaskuler. Latihan aerobik dapat memperbaiki perfoma jantung dan pembuluh darah. Olahraga aerobik ialah setiap olahraga yang dilakukan lebih dari 4 menit, diantaranya berenang, berlari, dan bersepeda. Dan latihan aerobic yang aman dilakukan oleh lansia diantaranya ialah senam lansia.
Senam lansia adalah
serangkain gerakan yang dipandu dengan irama dan nada yang sistematis, terencana dan bermakna, durasi waktu senam lansia dapat mencapai 20-60 menit (Nurhayati, 2017). Olahraga dapat menjaga berat badan tetap ideal, berdasarkan AHA penurunan berat badan 1 kilogram akan menurunkan tekanan darah sekitar 1 mmHg. (Made, 2019). Pada penelitian aktivitas fisik ini, melalui senam lansia diperoleh penurunan tekanan darah 23,33 mmHg pada tekanan darah sistolik dan 10,22 mmHg pada tekanan darah diastolik (Nurhayati, 2017). Terapi relaksasi, relaksasi merupakan teknik yang digunakan untuk meminimalisir faktor resiko peningkatan tekanan darah yaitu stress. Kondisi stress dapat menyebabkan ketegangan sehingga menstimulus kelenjar adrenalin melepas hormon adrenalin yang mengakibatkan vasokontriksi pada arteri dan memacu jantung berdenyut lebih kuat dan cepat, yang menyebakan tekanan darah menjadi naik dan aliran darah ke otak, paru-paru, dan otot perifer meningkat. Maka teknik relaksasi dilakukan untuk meningkatkan produksi hormone endorphin sehingga produksi hormon stress dihambat. Hormon endorfin dapat mengakibatkan vasodilatasi vaskuler, sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Terapi relaksasi yang ditemukan penulis efektif untuk membantu menurunkan tekanan darah
50
sistolik dan diastolik diantaranya ialah : terapi napas dalam, progressive muscle relaxation, relaxation therapy of imagination guided, slow stroke back massage, hipnoterapi, rendam air hangat, aromaterapi, musik, murotal, dan bekam. Pada intinya masing-masing terapi ini akan meninbulkan stimulus pada otak, mempengaruhi hormone, serta mengaktivasi kerja sistem saraf parasimpatis dan menghambat kerja saraf simpatis, sehingga mengakibatkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah (Indahria, 2013);(Hall JE. Guyton & Hall, 2015). Pada terapi relaksasi ini, terdiri menjadi beberapa macam diantaranya, rendam kaki dengan air hangat terdapat penurunan tekanan darah sistolik 9,12 mmHg dan diastolik 9 mmHg. Rileksasi otot progresif terdapat penurunan sistolik 6 mmHg dan diastolik 0, 40mmHg. Instrumen Musik dan Terapi Hypnosis sistolik 16 mmHg dan diastolik 6,17 mmHg. Relaxation Therapy of Imagination Guided sistolik 19 mmHg dan diastolik 8,69 mmHg. Minyak Esensial Lavender Dan Minyak Minyak Esensial Kenanga Dalam Terapi Slow Stroke Back Massage 12,66 mmHg dan diastolik 9 mmHg. Terapi relaksasi 23 mmHg dan 10 mmHg. Terapi musik 21 mmHg dan 8 mmHg. Murotal istolik 10,07 mmHg dan diastolik 7,60 mmHg. Berdasarkan penelitian yang ditemukan, total penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik terbanyak pada terapi senam lansia. Dimana melakukan peningkatan aktivitas, secara teratur dengan durasi 30-60 menit setiap hari, dapat membakar sedikitnya 150 kalori. Sehingga dapat mencegah factor resiko terjadinya hipertensi, diantaranya yang dapat membuat jantung tidak bisa memompa darah dan mengakibatkan aliran darah didalam tubuh tidak lancar yang akhirnya meningkatkan tahanan perifer total. Peningkatan aktivitas fisik dapat meningkatkan kebutuhan oksigen dalam sel untuk proses pembentukan energi. Hal ini dapat meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan volume tekanan arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri meningkat kemudian vaskuler berdilatasi maka akan mengakibatkan penurunan aktivitas pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan aktivitas simpatis menurun dan aktivitas parasimpatis meningkat, sehingga terjadi penurunan curah jantung, dan resistensi perifer total, serta penurunan tekanan darah (Nur, 2017).
Dan pada masing-masing hasil jurnal menunjukkan kesamaan, dimana terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih efektif pada kelompok
51
intervensi yang diberikan terapi gabungan farmakologi dan nonfarmakologi. Berbeda halnya dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi farmakologi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Nurhayati, 2017);(Sari et al., 2017); (Odorata, Minyak, Lavandula, & Terhadap, 2018);(Bagus et al., 2018);(Rian, 2018);(Odorata et al., 2018);(Istiqomah & Soesanto, 2018);(Hasyim, 2019); (Akhriansyah, 2019);(Langenati R, 2015);(Endah, 2019);(Ilbert, 2019); (Lufianti & Sutrisno, 2019); (Purnomo et al., 2020). Dan sampel yang digunakan pada masingmasing penelitian ialah lansia, karena terbukti pada data statistika penderita hipertensi terbanyak ialah lansia.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil literature review yang dilakukan peneliti, ditemukan terapi farmakologi yang dikombinasi dengan terapi non farmakologi maka akan menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih efektif. Terapi farmakologi yang digunakan ialah terapi farmakologi dasar yang digunakan penderita hipertensi, dan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah lansia dengan hipertensi. Ditemukan beberapa terapi non farmakologi yang dinilai efektif sebagai terapi tambahan terhadap penurunan tekanna darah sistolik dan siatolik pada lansia dengan masalah hipertensi. Diantaranya senam lansia, progressive muscle relaxation, relaxation therapy of imagination guided, slow stroke back massage, rendam air hangat, musik, murotal, dan bekam, serta jus semangka. Literature review ini menunjukkan adanya peranan penting dari terapi non farmakologi, yang dapat digunakan sebagai terapi tambahan terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia dengan hipertensi. Dibuktikan pada hasil penelitian, adanya perbedaan diantara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Dimana kelompok intervensi lebih cepat mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik, dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan terapi farmakologi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang umum terjadi pada usia lansia, karena adanya perubahan fisiologis yang tidak dapat dihindari sehingga lonjakan kenaikan tekanan darah sulit untuk dikontrol. Penggabungan antara terapi farmakologi dan non farmakologi menjadikan terapi lebih komprehensif. Pada dasarnya terapi non farmakologi tergolong cukup aman digunakan, termasuk pada usia lansia. Karena terapi non farmakologi menggunakan bahan alami ataupun berupa gerakan sederhana, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya. Sehingga tidak meninbulkan efek samping ataupun efek ketergantungan yang dapat memperparah keadaan kesehatan lansia.
52
53
B. Saran Bagi penelitian selanjutnya peneliti mengharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai terapi non farmakologi pada lansia dengan hipertensi, dapat melanjutkan penelitian kearah sistematik literature review dengan jurnal yang lebih banyak dan tingkat bukti yang lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyati, S. Z. (2019). Pengaruh Terapi Yoga Terhadap Penurunan Tekanan. 3(1), 36–47. Aggie, C., & Herbert, B. (2012). Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia. Akhriansyah, M. (2019). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Panti Sosial Tresna Wherda Palembang Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(1), 11–16. https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i1.544 Andika, F., Haniarti, & Patintingan, A. (2018). Pengaruh Pemberian Air Kelapa Muda Terhadap Penurunan Puskesmas Lanrisang Kabupaten Pinrang. Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan, 1(3), 217–229. Andriati, R., & Putri, A. S. (2018). Perbandingan Antara Rendam Kaki Air Hangat Dan Masase Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Suradita Kabupaten Tangerang. Edudharma Journal, 2(1), 11–19. Anies. (2018). Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Asana, Y., Sambriong, M., & Gatum, A. M. (2016). Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi rendam kaki air hangat pada lansia di upt panti sosial penyantunan lanjut usia budi agung kupang. 11(2), 37–42. Ayu, A., Setyawan, D., & Widiyanto, B. (2015). Pengaruh Pemberian Slow Stroke Back Massage Dan Aromaterapi Mawar Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Rsud H.Soewondo Kendal. 26. Aziza, C. Nu. dkk. (2019). Pengaruh Murottal Al-Quran Terhadap Pengendalian Marah Dan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Keperawatan Komunitas, 8(1), 23–28. Azwar, R. K. M. (2018). Efektivitas Pemberian Terapi Tertawa Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Jagong Kecamatan Pangkajene Kabupaten Pangkep. BIMIKI, 6(1), 34–48. Bagus, P. Y., Rasni Hanny, & Wantiyah. (2018). Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di PSTW Jember. The Indonessia 54
Journal Of Health Science, 94–101. Bangun. (2013). Khasiat Tanaman Obat untuk Hipertensi. Jakarta: Sarana Pustaka Prima. Berek, P. A. L. (2015). Effectiveness Of Slow Deep Breathing On Decreasing Blood Pressure In Primary Hypertension: A Randomized Controlled Trial Of Patients In Atambua, East Nusa Tenggara. : : International Journal of Science, 1(2), 1–14. Bil, Q. M. Q. (2019). Pengaruh Pemberian Jus Semangka Terhadap Penurunan Hipertensi Pada Komunitas Senam Lansia Di Kelurahan Tandes, Kecamatantandes, Kota Surabaya. Jurnal Kesehatan Olahraga, 07(02), 119–128. Budi pikir dkk. (2015). Hipertensi manajemen kompherensif. Surabaya: Airlangga. Buyung, F. J. L. A. E. K. (2020). Pengaruh Terapi Murottal Surat Al-Kahfi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Pagar Dewa Kota Bengkulu. Malahayati Nursing Journal, 2(1). D.Y., I. N. C. (2018). Pengaruh Terapi Napas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso. Jurnal
Keperawatan
Respati
Yogyakarta,
5(2),
354–359.
Retrieved
from
http://nursingjurnal.respati.ac.id/index.php/JKRY/article/view/182 Damanik. (2015). Perbandingan Efektivitas Terapi Musik Klasik dengan Aromaterapi Mawar Terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Riau, 2(2). Damayanti, D., Taukhid, M., & Rahayu, Y. A. (2019). Pengaruh Mendengarkan Instrumental Klenengan Gending Jawa Klasikterhadap Tekanan Darah Pasien Hipertens. 10(1), 33–44. Daulay, N. M., & Simamora, F. A. (2019). Demonstrasi Rendam Kaki Menggunakan Air Hangat dalam Menurunkan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Labuhan Rasoki Kota Padangsidimpuan. Jurnal Pengabdian Masyarakat Aufa (JPMA), 1(1), 9– 12. Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik (1st ed.). Yogyakarta: Deepublish. Eka, A. (2013). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Pada Kelompok Senam Lansia Di Banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan. Coping Ners, 55
1(1). Retrieved from http://ojs.unud.ac.id/index.php Eka Nur So’emah,
dkk. (2017). Senam Ergonomik Untuk Kendalikan Tekanan Darah
Tinggi. Mojokerto: Karya Bina Sehat. Endah, M. E. N. S. (2019). Penerapan Relaksasi Otot Progresif untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di IGD RSUD Dr . Soedirman Kebumen. University Research Colloqulum, 368–372. Erwanto. (2017). Lansia dan keperawatan keluarga. Yogyakarta: Nuha medika. Farmana, T. P., Siringoring, E., & Safruddin. (2020). Rendam Kaki Dengan Air Hangat Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Panrita Husada, 5(1), 9–17. Fatonah, S., Rihiantoro, T., & Astuti, T. (2015). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi. XI(1), 56–62. Fauziah, H., Sofiani, Y., & Irawati, D. (2020). Bekam efektif menurunkan tekanan darah pada pertengahan Bulan Hijriyah. 4(1), 46–53. Febita, I., & Fitriana, V. (2019). Penerapan Hipnoterapi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi. Jurnal Profesi Keperawatan, 6(2), 134–144. Febriani, E., & Oktaviani, A. S. (2019). Efektivitas Slow Stroke Back Massage Untuk Hipertensi Pada Ibu Nifas Di Rsud Cilacap. Prosiding Seminar Nasional, 72–79. Fithriyani, & Mahardika, E. M. (2017). Pengaruh latihan napas dalam terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi esensial Di Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi. Riset Informasi Kesehatan, 6(2). Hall, & Gyton. (2011). Textbook of Medical Physiology. Saunders: Elsevier Health Sciences. Hall JE. Guyton, & Hall. (2015). Textbook of Medical Physiology. Saunders: Elsevier Health Sciences. Hartanti, R. D., Wardana, D. P., & Fajar, R. A. (2016). Terapi Relaksasi Napas Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Jurnal Ilmiah Kesehatan (JIK), IX(1). Hasyim, M. I. A. K. (2019). Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan 56
Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Akademika Baiturrahim, 8(1), 58–65. Hendriana, Y. (2016). Efektivitas Terapi Audio Murotal Surah Ar- Rahman Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Poskesdes Kedungarum Uptd Pkm Kuningan Kab. Kuningan Jawa Barat Tahun 2016. (1), 63–72. Herdiman, & Ilbert, R. (2019). The Effect of Murottal and Music Therapy on Reducing Blood Pressure in Palimanan Cirebon. KnE Life Sciences, 10(02), 818–823. https://doi.org/10.18502/kls.v4i13.5341 Hidayat. (2010). Efektivitas Pemberian Tambahan Terapi Non Farmakologis Untuk Mencegah Kenaikan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Stadium I (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Baturetno I Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Hidayati, B. N., Ariyanti, M., & Safarina, A. L. (2018). Efektifitas Gerakan Sholat Duha Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. PROSIDING HEFA ( Health Events for All ), 80–88. Ilbert, R. (2019). The Effect of Murottal and Music Therapy on Reducing Blood Pressure in Palimanan Climbon. 2019(2013), 818–823. https://doi.org/10.18502/kls.v4i13.5341 Ilkafah. (2016). Perbedaan Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Obat Anti Hipertensi Dan Terapi Rendam Air Hangat Di Wilayah Kerja Puskesmas Antara Tamalanrea Makassar. Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(2), 228–235. Indahria, S. (2013). Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah dan Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal Psikologi, 29–35. Irfan, & Nekada, C. (2018). Pengaruh Terapi Napas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Unit Abiyoso. Keperawatan Respati Yogyakarta, 5(2), 354–359. Istianah, H. A. M. I. U. (2019). Pengaruh Jus Tomat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima Bangka Belitung, 3(1). Istiqomah, & Soesanto, E. (2018). Relaksasi dan Terapi Musik terhadap Tekanan Darah pada Hipertensi Lansia di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Semarang. Jurnal Nasional, 1, 212–217. 57
Jasmarizal, S.L & Yunita, D. (2011). Pengaruh Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Padang Tahun. 1–4. Kardiana, S. V. (2018). Pengaruh Slow Stroke Back Massage Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Desa Sumengko Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto. Kemenkes.
(2017a).
Analisis
Lansia
di
Indonesia.
Retrieved
from
https://www.google.com/search? safe=strict&sxsrf=ACYBGNRBaSz3FZQKceEESCBBFLsLRIMS_A %3A1580031065937&ei=WVwtXtjxOPj7z7sP8eed4AE&q=lansia+kemenkes&oq=lans ia+kemenkes&gs_l=psy-ab.3..0i71l8.0.0..48741...0.2..0.0.0.......0......gws-wiz.vYzLNo7LUs&ved=0ahUKEwiY Kemenkes.
(2018a).
Hasil
Utama
Riskesdas.
Retrieved
from
http://www.kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasilriskesdas-2018_1274.pdf Kemenkes. (2018b). Lansia Sejahtera, Masyarakat Bahagia. Retrieved from Depkes website: https://www.depkes.go.id/article/view/18050900001/lansia-sejahtera-masyarakatbahagia-.html Kemenkes,
R.
(2017b).
Analisis
Lansia
Indonesia.
Retrieved
from
https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/18012600001/analisis-lansia-di-indonesia2017.html Kemenkes, R. (2019a). Hari Hipertensi Dunia 2019 : “Know Your Number, Kendalikan Tekanan
Darahmu
dengan
CERDIKNo
Title.
Retrieved
from
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/pusat-/hari-hipertensi-dunia-2019-knowyour-number-kendalikan-tekanan-darahmu-dengan-cerdik Kemenkes, R. (2019b). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016. Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjur Usia, 1–9. https://doi.org/.1037//00332909.I26.1.78 Kuswadi, Prasetyaningati, D., & Giri Suhendro. (2016). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi Pada Lansia Di Posyandu Lansia. 58
Laitupa, & Amin. (2016). Ventilasi dan perfusi, serta antara ventilasi dan perfusi. Jurnal Respirasi, 2(1). Lalage, Z. (2015). Hidup Sehat Dengan Terapi Air. Yogyakarta: Abata Press. Langenati R. (2015). Pengaruh Self-Hypnosis Terhadap Konsentrasi pada Atlet Senam Artistik. Character J Penelit Psikologi., 3(3). Lestari, Y. A., Hartono, A., & Susanti, U. (2017). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Dusun Tambak Rejo Desa Gayaman Mojokerto. Jurnal Nurse and Health, 6(2), 14–20. Lingga. (2012). Bebas Hipertensi Tanpa Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Lufianti, A., & Sutrisno. (2019). The Effectiveness Relaxation Therapy Of Imagination Guided Reduction Blood Pressure On Elderly With Hypertension In The Working Area Health Center Purwodadi 1 Grobogan Regency. Jurnal Keperawatan Indonesia, 2(2), 73–78. https://doi.org/10.26714/mki.2.2.2019.25-30 Made, L. A. A. H. E. H. N. (2019). Penatalaksanaan Hipertensi 2019. Indonesian Society Of Hypertension. Malibel, Y. A. A., Herwanti, E., & Djogo, H. M. A. (2020). Pengaruh Pemberian Hidroterapi (Rendam Kaki Air Hangat) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sikuma Kota Kupang. Chmk Health Journal, 4(1), 0–7. Martyastuti, N. E., & Yuliyanto, M. K. I. (2019). Pengaruh Penatalaksanaan Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwoharjo Comal. 33(1), 58–68. Maulana, H. M. A. (2019). Efektifitas Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Kepada Lansia Yang Mengalami Hipertensi Di Puskesmas Pancur Batu Deli Serdang Tahun 2019. 1–12. Maya, F. (2016). Pengaruh Pemberian Jus Semangka Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Panti Tresna Werdha Teratai Palembang. 4(1). Menuntung, A. (2018). Terapi Prilaku Kognitif Pada Pasien Hipertensi. Malang: Wineka Media. 59
Mufida, R. (2019). Efektivitas Pemberian Jus Buah Naga Merah ( Hylosereus Polyirhizzus ) terhadap Penderita Hipertensi pada Menopause di Posyandu Banjaran Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Utara Kota Kediri. Journal for Quality in Women’s Health, 2(2), 59–67. https://doi.org/10.30994/jqwh.v2i2.40 Muflih, & Judha, M. (2019). Effectiveness Of Blood Pressure Reduction Reviewed From Amount Of Kop, Duration And Location Of Point Of Bekam Therapy. NurseLine Journal, 4(1). Muhadi. (2016). Analisis JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi Dewasa. JNC 8, 43(1), 54–59. Muhith, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi. Muttaqin. (2014). Buku ajar Asuhan keperawatan klien dengan Gangguna sistem Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika. Niken Setyaningrum, S. (2019). Efektivitas Slow Deep Breathing Dengan Zikir Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. 3(1), 35–41. Nisa. (2012). Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta: Dunia Sehat. Nopriani, Y. (2018). Efektivitas Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi. (9). Nur, H. T. R. F. (2017). Pengaruh Senam Hipertensi Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Wreda Darma Bhakti Kelurahan Pajang Surakarta. Jurnal Kesehatan, 10(1), 26–31. Retrieved from http://journals.ums.ac.id Nurhayati, S. R. P. K. E. (2017). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di Puskesmas Walantaka. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 12(12), 41–48. Nurleli. (2019). Effects Of Watermelon Juice Consumption To Reduction Of Blood Pressure In Hypertension Patients In Working Area Of Leworeng Health Center. Jurnal Kesehatan Masyarakat Mulawarman, 1(2), 26–39. Odorata, C., Minyak, D. A. N., Lavandula, L., & Terhadap, A. (2018). Efektivitas Slow Stroke Back Massage Dengan Menggunakan Minyak Esensial Kenangan (Cananga Odorata) Dan Minyak Esensial Lavender (Lavandula Angustifolia) Terhadap Penurunan 60
Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. BMJ, 5(2), 210–220. Oktavia, I. E., Junaid, & Ainurafiq. (2017). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri (Apium Graveolens) Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2016. JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT, 2(6), 1–12. Retrieved from http://ojs.uho.ac.id/index.php/JIMKESMAS/article/viewFile/2900/2163 Pratiwi, A. (2017). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Wargatama Ogan Ilir Tahun 2016. 5(1). Purnomo, E., Nur, A., Rahim, R., & Pulungan, Z. S. A. (2020). The Effectiveness of Instrumental Music Therapy and Self-Hypnosis on Decreasing Blood Pressure Level among Hypertension Patients. International Journal of Nursing and Health Services, 3(2), 625–634. https://doi.org/10.35654/ijnhs.v3i2.317 Ramayulis. (2010). Menu dan Resep Untuk Penderita Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus. Ratnawati, K. D. N. D. (2018). Efektifitas Terapi Slow Stroke Back Massage Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia di RW001 Kelurahan Jombang Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Orrthopedi, 2(2). Rian, S. B. (2018). Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di Desa Jati Blimbing Rt 3 Rw 1 Kecamatan Dander Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Kesehatan Majapahit. Rohman, S. W. A. A. (2019). Pengaruh Dance Movement Therapy Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi. Journal of Telenursing, 1(2), 215–225. https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.511 PENGARUH Ronny, Setiawan, & Fatimah, S. (2010). Fisiologi Kardiovaskuler Berbasis Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC. Rosidawati, I., & Nurahmi, I. (2016). Pengaruh Terapi Bekam Basah Terhadap Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. Community of Publishing in Nursing, 4(3). Rusdiatin. (2015). Terapi Bekam Kering Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Lansia dengan Hipertensi. Jurnal Kesehatan Madani, 6(2).
61
Salim. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press; Sangkur, B., Nurmuharomah, D., Nandya, I., Diah, N. P., Utami, N., & Sutarsa, I. N. (2016). Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi Esensial Di Rumah Bekam Denpasar Mei-Juni Tahun 2014. 5(9), 2014–2016. Sari, R. P., Restipa, L., & Putri, M. Y. (2017). Pengaruh Pemberian Jus Semangka Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2017. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1), 79–86. Selviawati, M. R. (2018). Senam Lansia Sebagai Terapi Tambahan Pada Lansia Dengan Hipertensi: Studi Pre-Experimental. Prosiding Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat, 1(1), 39–49. Septiari, P., & Restuning, D. (2016). Pengaruh Terapi Slow Stroke Back Massage Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Derajat 1 Di Panti Wreda Omega Semarang. 1. Setiawan, I. (2012). Differences between Blood Pressure before and after Psychoreligy therapy (listening to murottal al qur’an) on Client Essential Hypertension. International Nursing Conference. Sherwood. (2014a). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem (8th ed.). Jakarta: EGC. Sherwood. (2014b). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC. Smeltzer, & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Snyder, M & Lindquist, R. (2009). Complementary & Alternative Therapies in Nursing. Newyork; USA: Hamilton Printing. Sulisna, F. H., & Aminudin, M. (2015). Hipertensi Pada Geriatri. In Hipertensi Manajemen Komphernsif (p. 143). Surabaya: Airlangga University Press. Sunaryo. (2015). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi. Suselo. (2010). Efektivitas Terapi Musik terhadap Penurunan Tanda-Tanda Vital pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura. Universitas indonesia. Susilawat, S., Nurcahyati, S., & Syaripudin, A. (2015). Pengaruh Terapi Murotal Al-Quran 62
Terhadap Stres Pasien Hipertensi Di Ruang Penyakit Dalam Rsud Waled Cirebon. Sutrisno, S., Yuwanti, Y., & Utami, N. B. (2017). Efektifitas Terapi Relaksasi Imajinasi Terpimpin Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Puskesmas Purwodadi I Grobogan. THE SHINE CAHAYA DUNIA NERS, 2(1). Retrieved
from
http://ejournal.annurpurwodadi.ac.id/index.p
%0Ahp/TSCNers/article/view/26 Tria, Y. I. P. V. E. W. (2019). Pengaruh Pemberian Pisang Ambon Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia
Penderita
Hipertensi.
Jurnal
Ners,
6(1),
70–76.
https://doi.org/10.26699/jnk.v6i1.ART.p070 Trisnanto. (2016). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Grade I–Ii Di Posyandu Lansia Rt 05 Rw 03 Kelurahan Bogo Kecamatan Nganjuk Kabupaten Nganjuk. 79–88. Trisnawan, A. (2019). Mengenal Hipertensi. Jakarta: Mutiara Media. Ulfa, A. R. A. M. (2019). Terapi Non Farmakologi dalam Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi. The Indonesian Journal of Health Promotion, 2(3), 192–199. Umar. (2008). Sembuh dengan Satu Titik. Solo: A Qowam Publishing. Whelton, P. K., Carey, R. M., Aronow, W. S., & Casey, D. E. (2017). 2017 Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High Blood Pressure in Adults. Journal
of
the
American
College
of
Cardiology,
by
WHO
70(14),
1785–1822.
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2017.07.745 WHO.
(2019a).
Hypertension
Prevalence
Region.
Retrieved
from
https://www.who.int/images/default-source/infographics/ncds/prevalence.jpg? sfvrsn=3472e76c_2 WHO.
(2019b).
World
Hypertension
Day
2019.
Retrieved
from
https://www.who.int/cardiovascular_diseases/world-hypertension-day-2019/en/ WHO. World Population Ageing 2019. , (2019). Wijayantiningrum, A. E., Zakiyah, A., & Soemah, E. N. (2018). Efektivitas Imajinasi Terbimbing Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. 63
Wijayanto, T., & Sari Rita. (2015). Perbedaan Pengaruh Terapi Masase Dengan Minyak Aromaterapi dan Minyak VCO Tekanan Darah Pasien Hipertensi Primer. Jurnal Kesehatan, 8(2), 23–30. Yanti, C. A., & Muliati, R. (2019). Pengaruh Pemberian Jus Semangka Merah dan Kuning Terhadap Tekanan Darah Lansia Menderita Hipertensi. Kajian Ilmiah Problema Kesehatan, 4(2), 406–413. Yulastari, P. R., Betriana, F., & Kartika, I. R. (2019). Terapi Musik Untuk Pasien Hipertensi. Real in Nursing Journal (RNJ), 2(2), 56–65. Yunie, I. R. A. (2019). Murotal Therapy Lower Blood Pressure in Hypertensive Patiens. Research Article, 2(3). Zaenal, & Nurbaya, B. S. (2018). Pengaruh Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Pstw Gau Mabaji Kabupaten Gowa. JIKKHC Vol., 02(02), 156–161.
64
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Screning
Lampiran 2.Ringkasan Jurnal Studi Kuantitatif NO.
Author & Date
1.
Aim &
Setting &
Objective
Sample
Methodology
Treatment
Fidings
Rina
Menganalisis
Teknik
Quasi
Intervensi
Mean TD pre post
Puspita
pengaruh
pengambilan
eksperimen
yang
kelompok intervens
diberikan
149,39/93,61 mmHg
Sari, Eti senam Nurhayat
lansia sampling
terhadap
dengan
senam
i Kamil, tekanan darah purposive 2017
pada
lansia sampling.
hipertensi
di Jumlah sampel 66
lansia. Dilakukan
dan kelompok kon
147,61/ 94, 06 mmH
Setelah intervensi m
Puskesmas
72 lansia (36
3-5
kali TD sistolik dan diast
Walantaka
lansia
seminggu
berubah pada kelom
kelompok
dengan
intervensi
intervensi dan
durasi
126,06/83,39
36 lansia yang
latihan
lain kelompok
60
kontrol)
dalam
menit menjadi
131,39/89
satu mmHg.
(merujuk dengan penelitian sebelumnya
Perbedaan antara ke kelompok
set
intervensi
value 0,
(p 0
pengamatan, dan
Jumlah responden 45 responden
hipertensi.
diastole
p
pertama
pengamatan kontrol
dengan
pertama
melakukan
didapatkan hasil p v
dan
ke
pemeriksaan 0,628 > 0,05 tekanan darah 70
Intervensi hari ke
dan keenam didapat
selama tiga hasil p value 0,000 hari
0,05,
berturut-
diastole
turut (kelompok
p
pengamatan interven
kontrol) lalu hari keempat dan dilakukan
keenam didapatkan h
terapi napas p value 0,016 < 0,05 dalam pada tiga
hari
berikutnya.
Terapi napas dalam dilakukan satu
kali
sehari dengan durasi lima menit. 8.
Anita
Mengetahui
Teknik
Quasi
Terapi
Terdapat
Lufianti
efectivitas
sampling
eksperimen
imajinasi
mean
dan
terapi
purposive,
terpimpin
yang signifikan pada
Sutrisno
imajinasi
jumlah sampel
dilakukan
post
(June,
terpimpin
84 lansia
untuk
intervensi
2019)
pada
membentuk
148,45/90,48mmHg
penurunan
kekuatan
menjadi
konsentrasi
mmHg dengan p v
tekann
darah (Kelompok
lansia dengan intervensi hipertensi
kelompok kontrol 42)
71
42
peruba
tekanan test
da
kelom
129,17/81
selama lima 0,000 (sistole) dan 0, menit
(diastole)
(kelompok
Dan terdapat perbed
intervensi
pada perubahan teka
diberikan
darah pre post test p
terapi
kelompok
farmakologi
148,33/91,55
dasar
dan menjadi
kon
mm
141,55/89
terapi
mmHg dengan p v
aimaginatio
0,000 (sistole) dan 0,
n
guided. (diastole)
Kelompok kontrol
di Uji hipotesis terd
hanya berikan
perbedaan
y
terapi obat
bermakna
0,,
(sistole)
dan
0,
(diastole) 9.
Istiqoma
Mengetahui
Teknik
Quasi
kelompok
Perlakuan satu terd
h dan Edi pengaruh
pengambilan
eksperimen
perlakuan 1 penurunan
Soesanto
terapi
sampel
(2018)
teka
terapi
darah yang signifi
relaksasi dan purposive
relaksasi
pada
terapi
dan
musik sampling
tekanan
da
terapi sistolik dan diastolik
terhadap
musik
post test (161/92mm
tekanan darah
dilakukan
menjadi
138/
pada
Jumlah sampel
post
hipertensi
21 (kelompok
setelah
lansia
perlakuan
menit
0,001
Kelompok
Kelompok perlakua
1,
kelompok perlakuan dan kontrol)
2
test mmHg) sistolik p- v
15 0,001 dan diastolic
perlakuan 2 juga terdapat penuru post setelah
test tekanan darah sist 30 dan
menit
diastolic
signifikan
y
(160
mmHg menjadi 139
mmHg) sistolik p-v Kelompok kontrol 72
0,001
diberikan
diastolic p-value 0,00
terapi farmako standar
Dan
tidak
penuru
tekanan darah sist dan
diastolic
y
signifikan
p
kelompok
kon
(173/92 mmHg men
173/92 mmHg) p v 0,203 dan 0,857 11.
Kusumo
Mengetahui
Teknik
Quasy
Pemberian
ningtyas,
pemberian
pengambilan
Eksperiment
terapi slowe
Dwinta
terapi
Nuke
stroke
dan
massage
slowe sampel
stroke back
back purposive sampling
Ratnawat terhadap i
tekanan darah
Terdapat yang
Jumlah sampel 30 orang (15 kelompok
penuru
tekanan
da
sistolik dan diastolik
post test yang signifi pada
Diah penurunan
(2018)
massage
Tekanan darah
kelom
intervensi, 154,60/93 mmHg
men
149,33/88 mmHg
intervensi dan
Berbeda
15
kelompok kontrol y
kelompok
kontrol)
den
mengalami peningk tekanan
diasto
166,13/92,60 menjadi
mm
161,73
mmHg. Pada
kelom
intervensi nilai p v 0,000 dan 0,000. Sedangkan
73
p
kelompok kontrol nil value sistolik 0,197 diastolik 0,334
11.
Ni
Mengetahui
Wayan
efek
Trisnade
minyak
sampel,
Slow Stroke darah
wil
esensial
purposive
Back
diastolik pre post
lavender
dan sampling
Massage
yang
minyak
dengan
(157,33/100,33 mmH
minyak
Menggunak
Theresia Anita Pramesti, I
made
Sudarma n Adiputra
Teknik
dari pengambilan
Quasy
Kelompok
Terdapat
eksperimen
intervensi
penurunan
esensial
Jumlah sampel
an
kenanga
30
Esensial
sampel
dalam
terapi (kelompok
slow
stroke intervensi
teka
sistolik
signifi
menjadi
144,67/91
mmHg)
Kenangan 15
dan
back massage dan kelompok
kelompok
kontrolo 15)
terhadap
Minyak
peruba
kontrol
penurunan
Minyak
tekanan darah
Esensial
pada penderita
p
kelompok
kon
152,67/99,67
mm
menjadi 151,33/100
Lavender
hipertensi
sedangkan
(Lavandula
mmHg)
Angustifolia ) 12.
Herdima n
Mengetahui
and perbedaan
Teknik
Quasi
Terapi
pengambilan
eksperimen
murotal
Rizall
pengaruh terpi smapel, cluster
(kelompok
Ilbert
murotal
intervensi
terpi
dan random music sampling
dengan surat al
penurunan
selama Jumlah sampel
menit)
30 ( kelompok
music
74
sistolik
mur
10,07
mm
dan diastolic 7,60
baqarah dan terapi musik sist
dalam tekanan darah
Setelah terapi
15 3,67 dan diastolik 1,4 dan
intervensi
15
(kontrol,
terdapat
perbed
dan kelompok
dengan
signifikan antara te
kontrol 15)
music religi murotal
dan
ther
yang disukai music p value 0,001 selama
15
menit
)
dan p value 0,001
selama 3hari 13.
Yogie
Pengaruh
Bagus
Jumlah sampel Quasi
Treatment
Tekanan
darah
p
Terapi Bekam 22 orang (11 eksperimen
bekam
kelompok
Pratama,
Kering
responden
kering
terdapat penurunan y
Hanny
Terhadap
untuk
dilakukan
signifikan
Rasni,
Tekanan
kelompok
sekali
post test, yaitu 1
dan
Darah
Pada intervensi dan
sewaktu
150/70-90
Wantiya
Lansia
11 responden
dengan
menjadi 120-150/70
h (2018)
Dengan
untuk
rentang
mmHg. Hasil Wilco
interv antara
mm
Hipertensi di kelompok
waktu 15-30 menunjukkan
0,
PSTW Jember
menit.
0,
kontrol)
Pre (sistolik)
test dan post (diastolic). test
dilakukan 5 sistolik
pengambilan
menit
sampling
sebelum dan
dengan
5
pendekatan
setelah
simple random
terapi
sampling.
bekam
0,705
diastolic 0,317 menit
kering. Pada kelompok kontrol dilakukan pre test dan
75
Sedang
pada kelompok kon
Teknik
post
dan
dilakukan dengan jarak waktu 30 menit.
Lampiran 3TREND Statement Checklist
76
77
Des Jarlais, D. C., Lyles, C., Crepaz, N., & the Trend Group (2004). Improving the reporting quality of nonrandomized evaluations of behavioral and public health interventions: The TREND statement. American Journal of Public Health, 94, 361-366. For more information, visit: http://www.cdc.gov/trendstatement/ Lampiran 4.Hasil Analisis TREND Cheklist Topic
Rina & Eti (2017)
Reb bi, et all (201 7)
Ilkaf ah (201 6)
Ilha m, et all (201 9)
Ma ret a (20 19)
Edi, et all (202 0)
Irfan & Corn eli
Anit a & Sutri sno (201 9)
Istiq oma h& Edi
Inta n& Juna id (201 7)
Ni Way an, et all
Herdi man & Rizall
Yogi e, et all (201 8)
Q1 Title & Abstract
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Q2 Backgro und
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
78
Q3 Participa nts
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
3
2
4
Q4 Intervent ions
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Q5 Objectiv es
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Q6 Outcome s
2
2
2
2
2
3
3
2
2
1
2
1
1
Q7 Sample Size
1
-
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Q8 Assigme nt Method
1
-
2
3
1
2
3
2
2
3
3
2
1
Q9 Blinding (masking )
1
1
1
1
-
1
1
1
1
1
1
1
1
Q10 Unit of Analysis
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
1
2
Q11 Statistica l Methods
3
4
1
4
2
4
4
4
4
3
3
4
2
Q12 Participa nt Flow
1
1
1
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
Q13 Recruitm ent
-
1
1
1
-
1
1
1
1
1
-
-
3
Q14 Baseline
4
1
3
3
4
2
4
1
4
2
3
2
1
79
Data Q15 Baseline Equivale nce
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
Q16 Number Analyze d
2
2
1
2
2
2
2
2
1
2
2
2
3
Q17 Outcome s and estimatio n
1
3
1
2
2
2
2
2
3
2
1
2
1
Q18 Ancillary Analyses
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-
Q19 Adverse Events
1
1
1
-
1
1
-
1
1
1
1
1
Q20 Interpret ation
2
-
3
4
4
2
3
4
4
3
4
4
2
Q21 Generali zability
1
-
1
-
1
-
-
-
-
1
-
-
1
Q22 Overall Evidence
-
1
1
1
1
1
1
1
1
-
1
1
-
34
32
35
38
38
39
38
39
38
36
38
35
34
Total
Ket Point : 1. Q1 = 3 point
11. Q11 = 4 point
21. Q21 = 1 point
2. Q2 = 2 point
12. Q12 = 2 point
22. Q22 = 1 point
3. Q3 = 4 point
13. Q13 = 1 point
TOTAL = 45 point
80
4. Q4 = 1 point
14. Q14 = 4 point
5. Q5 = 1point
15. Q15 = 1 point
6. Q6 = 3 point
16. Q16 = 2 point
7. Q7 = 1 point
17. Q17 = 3 point
8. Q8 = 3 point
18. Q18 = 1 point
9. Q9 = 1 point
19. Q19 = 1 point
10. Q10 = 2 point
20. Q20 = 4 point
Lampiran 5 Tingkat Bukti
81