PENGELOLAAN BIAYA LINGKUNGAN (Ekoefisiensi & Definisi Biaya Lingkungan) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGELOLAAN BIAYA LINGKUNGAN



A. PARADIGM EKOEFISIENSI. Menurut Hansen Mowen (2005), ekoefiensi pada intinya mempertahankan bahwa organisasi dapat memproduksi barang dan jasa yang lebih bermanfaat sedangkan secara simultan mengurangi dampak lingkungan yang negatif, konsumsi sumber daya, dan biaya. Konsep ini mengandung paling tidak tiga pesan penting. 1. Perbaikan kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah seharusnya saling melengkapi. 2. Perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang hanya sebagai amal dan derma, melainkan sebagai persaingan. 3. Ekoefiensi



adalah



suatu



pelengkap



dan



mendukung



pengembangan



yang



berkesinambungan.



Ekoefiensi mengimplikasikan bahwa peningkatan efisiensi berasal dari perbaikan kinerja lingkungan. Beberapa penyebab-penyebab dan insentif-insentif untuk peningkatan ekoefiensi antara lain : 1.



Permintaan pelanggan akan produk yang lebih bersih.



2.



Pegawai yang lebih baik dan produktivitas yang lebih besar.



3.



Biaya modal yang lebih rendah dan asuransi yang lebih rendah.



4.



Keuntungan sosial yang signifikan sehingga citra perusahaan menjadi lebih baik.



5.



Inovasi dan peluang baru.



6.



Pengurangan biaya dan keunggulan bersaing.



B. MENDEFINISIKAN BIAYA LINGKUNGAN. Biaya lingkungan adalah dampak, baik moneter atau non-moneter yang terjadi oleh hasil aktivitas perusahaan yang berpengaruh pada kualitas lingkungan. Menurut Arfan Ikhsan (2009), biaya lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses, sistem atau fasilitas penting untuk pengambilan keputusan manajemen yang lebih baik. Tujuan perolehan biaya adalah bagaimana cara mengurangi biaya-biaya lingkungan, meningkatkan pendapatan dan memperbaiki kinerja lingkungan dengan memberi perhatian pada situasi sekarang, masa yang akan datang dan 1



biaya-biaya manajemen yang potensial. Biaya lingkungan meliputi biaya internal dan eksternal serta berhubungan dengan semua biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan kerusakan lingkungan dan perlindungan. Definisi-definisi tambahan antara lain meliputi: 1. Biaya lingkungan meliputi biaya-biaya dari langkah yang diambil, atau yang harus diambil untuk mengatur dampak-dampak lingkungan terhadap aktivitas perusahaan dalam cara pertanggungjawaban lingkungan, seperti halnya biaya lain yang dikemudikan dengan tujuantujuan lingkungan dan keinginan perusahaan. 2. Biaya-biaya lingkungan meliputi biaya internal dan eksternal dan berhubungan terhadap seluruh biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan kerusakan lingkungan dan perlindungan. 3. Biaya-biaya lingkungan adalah pemakaian sumber daya disebabkan atau dipandu dengan usaha-usaha (aktivitas) untuk: 1) mencegah atau mengurangi bahan sisa dan polusi, 2) mematuhi regulasi lingkungan dan kebijakan perusahaan, 3) kegagalan memenuhi regulasi dan kebijakan lingkungan. Hansen Mowen (2006), biaya lingkungan dapat disebut biaya kualitas lingkungan (environmental quality costs). Sama halnya dengan biaya kualitas, biaya lingkungan adalah biayabiaya yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Maka, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi, perbaikan, dan pencegahan degradasi lingkungan.



C. LAPORAN BIAYA LINGKUNGAN. 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Lingkungan Akuntansi lingkungan adalah identifikasi, pengukuran dan alokasi biaya-biaya lingkungan hidup dan pengintegrasian biaya-biaya ke dalam pengambilan keputusan usaha serta mengkomunikasikan hasilnya kepada para stockholders perusahaan. (junus dalam Sri Astuti dan Ikhsan;2002) Akuntansi lingkungan (Environmental Accounting) adalah istilah yang berkaitan dengan dimasukkannya biaya lingkungan (environmental costs) ke dalam praktek akuntansi perusahaan atau lembaga pemerintah. Biaya lingkungan adalah dampak (impact) baik moneter maupun non-moneter yang



harus



dipikul



sebagai



akibat



dari



lingkungan.(Djogo;2002)



2



kegiatan



yang



mempengaruhi



kualitas



Definisi Environmental Accounting antara lain : 1. Adalah penggabungan informasi manfaat dan biaya lingkungan kedalam macam2 praktek akuntansi. 2. Adalah identifikasi, prioritisasi, kuantifikasi, atau kualifikasi, dan penggabungan biaya lingkungan kedalam keputusan2 bisnis. Biaya lingkungan Biaya lingkungan adalah dampak, baik moneter atau non-moneter terjadi oleh hasil aktifitas perusahaan yang berpengaruh pada kualitas lingkungan. Akuntansi biaya lingkungan merupakan pendekatan akuntansi biaya sistematis dan tidak hanya berfokus pada akuntansi untuk biaya proteksi lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan biaya lingkungan terhadap material dan energy. Akuntansi biaya lingkungan menunjukkan biaya riil atas input dan proses bisnis serta memastikan adanya efisiensi biaya dan diaplikasikan untuk mengukur biaya kualitas dan jasa. Akuntansi lingkungan mengidentifikasi, menilai dan mengukur aspek penting dari kegiatan sosial ekonomi perusahaan dalam memelihara kualitas lingkungan hidup sesuai dengan tujuan tang telah ditetapkan, sehingga perusahaan tidak seenaknya untuk mengolah sumber daya tanpa memperhatikan dampak terhadap masyarakat (Haniffa,2002) Biaya-biaya yang terdapat dalam akuntansi biaya lingkungan: Biaya lingkungan dapat diartikan sebagai biaya yang muncul dalam usaha mencapai tujuanseperti pengurangan biaya lingkungan yang meningkatkan pendapatan, meningkatkan kinerjalingkungan yang perlu dipertimbangkan saat ini dan yang akan datang. (Irawan, Lintasan Ekonomi : 2001) Biaya lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan berhubungan dengan kerusakanlingkungan yang ditimbulkan dan perlindungan yang dilakukan. Biaya lingkungan mencakup baik biaya internal (berhubungan dengan pengurangan proses produksi untuk mengurangi dampak lingkungan) maupun eksternal (berhubungan dengan perbaikan kerusakan akibat limbah yang ditimbulkan) (Susenohaji,2003) 1. Biaya pemeliharaan dan penggantian dampak akibat limbah dan gas buangan (waste and emission treatment), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memelihara, memperbaiki, mengganti kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah perusahaan. 2. Biaya



pencegahan



dan



pengelolaan



lingkungan



(prevention



and



environmental



management) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah dan mengelola limbah untuk menghindari kerusakan lingkungan. 3. Biaya pembelian bahan untuk bukan hasil produksi (material purchase value of non-product) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang bukan hasil produksi dalam rangka pencegahan dan pengurangan dampak limbah dari bahan baku produksi.



3



4. Biaya pengelolaan untuk produk (processing cost of non-product output) ialah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pengolahan bahan yang bukan hasil produk. 5. Penghematan biaya lingkungan (environmental revenue) merupakan penghematan biaya atau penambahan penghasilan perusahaan sebgai akibat dari pengelolaan lingkungan. 6. Potensially hidden costs adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu produk sebelum proses produksi (missal : biaya desain produk), biaya selama proses produksi (seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead) dan backend environment cost (missal : lisensi mutu produk) 7. Contingent cost adalah biaya yang mungkin timbul dan mungkin terjadi dalam suatu perusahaan dan dibebankan pada contingent liabilities cost (Ex: biaya cadangan untuk kompensasi kecelakaan yang terjadi) 8. Image and Relationship adalah biaya yang dipengaruhi oleh persepsi manajemen, pelanggan, tenaga kerja, public dan lembaga pemerintah tentang kepatuhan terhadap undang-undang lingkungan dan bersifat subjektif, contoh : pelaporan biaya lingkungan secara sukarela oleh perusahaan. 9. Private cost merupakan biaya yang terjadi dalam suatu perusahaan yang berpengaruh langsung terhadap bottom line perusahaan 10. Societal cost menggambarkan dampak biaya lingkungan dan sosial dalam suau entitas dan merupakan biaya eksternal. Contoh adalah baiay yang dikeluarkan sebagai dampak pencemaran lingkungan.



2.2 Model Biaya Kualitas Lingkungan Salah



satu



pendekatan



yang



digunakan



adalah



model



biaya



kualitas



lingkungan. Dalam model kualitas lingkungan total, kondisi ideal adalah tidak adanya kerusakan lingkungan



lingkungan; (misalnya



kerusakan



polusi



air



dianggap



dan



udara)



sebagai atau



degradasi



degradasi



tidak



langsung



dari



langsung



(misal



penggunaan bahan baku dan energi yang tidak perlu). Biaya lingkungan didefinisikan sebagai biaya-biaya yang terjadi karena adanya kualitas lingkungan yang buruk atau karena



kualitas



lingkungan



yang



buruk



mungkin



terjadi.



Oleh



karenanya



biaya



lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi: a. Biaya biaya



pencegahan untuk



dan/atau



lingkungan



aktivitas



sampah



yang



yang



(environmental dilakukan



dapat



untuk



menyebabkan



4



prevention mencegah kerusakan



cost),



yaitu



biaya-



diproduksinya



limbah



lingkungan.



Contoh:



biaya



seleksi



pemasok,



seleksi



alat



pengendali



polusi,



desain



proses



dan



produk, training karyawan, dll. b. Biaya



deteksi



lingkungan



(environmental



detection



cost),



yaitu



biaya-biaya



untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses, dan aktivitas



lainnya



Contoh:



biaya



telah audit



memenuhi



aktivitas



standar



lingkungan,



lingkungan



yang



pemeriksaan



berlaku/tidak.



produk



dan



proses,



pelaksanaan pengujian pencemaran, pengukuran tingkat pencemaran, dll. c. Biaya yaitu



kegagalan



internal



biaya-biaya



limbah,



tetapi



peralatan



untuk



tidak



lingkungan aktivitas



dibuang



ke



pengurang/penghilang



(environmental yang



dilakukan



lingkungan



polusi,



internal



luar.



pengolahan



failure



karena



Contoh: dan



cost),



diproduksinya



biaya



operasional



pembuangan



limbah



beracun, pemeliharaan peralatan, daur ulang sisa bahan, dll. d. Biaya



kegagalan



yaitu



eksternal



lingkungan



untuk



aktivitas



biaya-biaya



(environmental yang



external



dilakukan



failure



setelah



cost), melepas



limbah/sampah ke dalam lingkungan. 1. Biaya yaitu



kegagalan biaya



eksternal



yang



dialami



yang



direalisasi



dan



dibayar



(realized oleh



external



perusahaan.



failure



cost),



Contoh:



biaya



membersihkan danau/tanah yang tercemar atau minyak yang tumpah, penyelesaian klaim



kecelakaan



pribadi,



hilangnya



penjualan



karena



reputasi lingkungan yang buruk, dll. 2. Biaya



kegagalan



ekternal



yang



tidak



direalisasikan/biaya



sosial



(unrealized



external failure cost/social cost), yaitu biaya sosial yang disebabkan oleh perusahaan tetapi dialami dan dibayar oleh pihak-pihak di luar perusahaan. Contoh:



biaya



perawatan



medis



karena



kerusakan



lingkungan,



hilangnya



lapangan pekerjaaan karena polusi, rusaknya ekosistem, dll. Pelaporan



biaya



lingkungan



menjadi penting jika perusahaan serius



untuk



memperbaiki kinerja lingkungannya dan mengendalikan biaya lingkungannya. Pelaporan biaya lingkungan menurut kategori memberikan dua hasil yang penting, yaitu: a. dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas, b. Jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori. Dari sudut pandang praktis, biaya lingkungan akan menerima perhatian manajemen hanya jika jumlahnya signifikan. Dalam kenyataannya, biaya lingkungan dapat secara signifikan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Laporan biaya juga menyediakan



5



informasi yang berhubungan dengan distribusi relatif dari biaya lingkungan. Biaya kegagalan lingkungan dapat dikurangi dengan menginvestasikan lebih banyak aktivitas-aktivitas



pencegahan



dan



deteksi.



Dimungkinkan



bahwa



model



pengurangan biaya lingkungan akan berperilaku serupa dengan model biaya kualitas total, yaitu bahwa biaya lingkungan yang terendah diperoleh pada titik kerusakan nol, sama seperti titik cacat nol pada model biaya kualitas total. Pengetahuan akan biaya lingkungan dan hubungannya dengan produk dapat menjadi sebuah insentif untuk melakukan inovasi dan meningkatkan efisiensi.



2.3



Pengukuran Biaya Lingkungan Biaya lingkungan harus dikelola dengan efektif dan efisien agar: 1) produk harus lebih



berdaya guna, dan 2) perusahaan dalam melakukan pengurangan biaya dengan cara: a) mengurangi dampak negatif lingkungan, b) mengkonsumsi sumber daya alam secara efektif. Biaya lingkungan perlu dilaporkan secara terpisah berdasarkan klasifikasi biayanya. Hal ini dilakukan supaya laporan biaya lingkungan dapat dijadikan informasi yang informatif untuk mengevaluasi kinerja operasional perusahaan terutama yang berdampak pada lingkungan. Pelaporan biaya lingkungan adalah penting jika sebuah organisasi serius memperbaiki kinerja lingkungannnya dan mengendalikan biaya lingkungannya. Langkah pertama yang baik adalah laporan yang memberikan perincian biaya lingkungan menurut kategori. Pelaporan biaya lingkungan menurut kategori memberikan dua hasil yang penting : 1. Dampak biaya lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan 2. Jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori. Dengan mengelola lingkungan perusahaan secara efektif dan efisien, perusahaan dapat membantu pembangunan secara berkesinambungan sehingga pelanggan dapat mengkonsumsi produk yang ramah lingkungan. Di samping itu karyawan dapat bekerja dalam situasi kondusif, biaya modal perusahaan rendah, biaya asuransi kesehatan rendah, dan masyarakat dapat hidup sehat. Biaya lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam biaya gagal eksternal dalam dimensi biaya mutu yang besarnya dapat dihitung dari total biaya produksi. Makin tinggi biaya lingkungan, makin tinggi beban biaya perusahaan dan menurunkan laba, atau mungkin dapat mengakibatkan kerugian. Perhitungan biaya lingkungan disajikan dalam tabel 1.1, 1.2, dan 1.3.



6



Tabel 1.1 Laporan Biaya Lingkungan Biaya Produksi Rp. 20.000, diproduksi 1.000 unit Jenis Biaya



Rp



%



Biaya Pencegahan : -



Pelatihan



60



-



Desain produk



180



-



Pemilihan peralatan



40



1,4



280 Biaya Pemeriksaan : -



Pemeriksaan proses



240



-



Pemeriksaan bahan



80



1,6



320 Biaya gagal internal : -



Biaya produk rusak atau cacat



400



-



Biaya pemeliharaan peralatan



200



3



600 Biaya gagal eksternal : -



Biaya lingkungan alam (polusi udara, air)



200



-



Biaya lingkungan ekonomi ( kerugian valas)



200



-



Biaya lingkungan social (huru-hara, pemogokan)



200



-



Biaya lingkungan politik (pungutan liar)



200



-



Biaya lingkungan budaya (narkoba)



200



-



Biaya kebersihan



200



-



Biaya penataan lahan



200



-



Biaya klaim kerusakan



400



9



1.800 Total



3.000



15



Tabel 1.2 Pembebanan Biaya Lingkungan Jenis Biaya



Biaya Per Unit



Biaya produksi per unit (20.000/1.000 unit)



20



Biaya pencegahan (280/1.000 unit)



0,028 7



Biaya pemeriksaan (320/1.000 unit)



0,032



Biaya gagal internal (600/1.000 unit)



0,60



Biaya gagal eksternal (1.800/1000 unit )



0,180



Total biaya produksi



23



Tabel 1.3 Perhitungan Laba-Rugi Berbasis Biaya Lingkungan (Harga per unit Rp 25, biaya pemasaran dan administrasi 10% dari penjualan) Ada Biaya Keterangan



Lingkungan



Tidak Ada Biaya



(Rp)



Lingkungan (Rp)



Pendapatan atas penjualan



25.000



25.000



Biaya produksi per unit (20.000/1.000 unit) = 20



20.000



20.000



Biaya pencegahan (280/1.000 unit) = 0,028



280



0



Biaya pemeriksaan (320/1.000 unit) = 0,032



320



0



Biaya gagal internal (600/1.000 unit) = 0,06



600



0



Biaya gagal eksternal ( 1800/1000 unit) = 0,18



1.800



0



Laba Kotor



2.000



5.000



Biaya pemasaran dan administrasi 10 % x 25.000



2.500



2.500



Laba (rugi) operasi



(500)



2.500



Keterangan Tabel 1.3 : Jika perusahaan tidak membayar biaya lingkungan, maka ia memperoleh laba operasi Rp 2.500, dan jika ia membayar biaya lingkungan ia menderita kerugian Rp 500. Oleh sebab itu perusahaan harus mengelola biaya lingkungan serendah-rendahnya agar tidak menderita kerugian.



D. PENGURANGAN BIAYA LINGKUNGAN. 3.1 Membebankan Biaya Lingkungan Produk dapat



menciptakan



lingkungan dan



dan



dan



proses



residu/limbah



berpotensi



pembuangannya



lingkungan.



Biaya



merupakan padat,



merusak



oleh



lingkungan



sumber cair



lingkungan.



pelanggan pasca



dan



juga



pembelian 8



biaya gas Setelah dapat



lingkungan. yang



Proses



selanjutnya



produk



produksi



dilepas



ke



dijual,



penggunaan



mengakibatkan



kerusakan



(environmental



postpurchase



cost)



semacam



ini



sering



kali



ditanggung



oleh masyarakat,



dan



bukan



oleh



perusahaan,



sehingga merupakan biaya sosial. Perusahaan



harus



dapat



menentukan



bagaimana



membebankan



biaya



lingkungan ke produk dan proses. Beberapa hal perlu mendapat perhatian. 1. Biaya lingkungan penuh atau biaya privat penuh a. Biaya



lingkungan



semua produk.



biaya



penuh



(full



lingkungan,



Biaya



penuh



environmental



baik



yang



memerlukan



costing)



bersifat



adalah



privat



pengumpulan



pembebanan



maupun



data



dari



sosial,



pihak



di



ke luar



perusahaan. b. Biaya privat penuh (full private costing) adalah pembebanan biaya privat ke



produk



internal



individual.



perusahaan



Biaya



lingkungan



dibebankan



ke



yang



produk.



disebabkan Biaya



oleh



privat



proses



menggunakan



data yang dihasilkan di dalam perusahaan. Pembebanan



biaya



lingkungan



secara



tepat



dapat



digunakan



untuk



mengetahui profitabilitas suatu produk dan memungkinkan peluang perbaikan dalam desain produk, efisiensi ekonomi, dan kinerja lingkungan. 2. Biaya lingkungan berbasis fungsi atau berbasis aktivitas a. Penghitungan



biaya



lingkungan



dan



berbasis



fungsi



menghitung



membentuk



suatu



tingkat/tarifnya



kelompok



dengan



biaya



menggunakan



penggerak tingkat unit seperti jumlah jam tenaga kerja atau jam mesin. Biaya



lingkungan



dibebankan



ke



setiap



produk



berdasarkan



pemakaian



jam tenaga kerja atau jam mesin. Pendekatan ini cukup memadai untuk produk



yang



bervariasi,



relatif



pendekatan



homogen, berbasis



namun fungsi



ini



untuk



banyak



produk



dapat



mengakibatkan



yang distrorsi



biaya, misalnya jika ternyata dari sekian banyak produk, hanya satu jenis produk



yang



menghasilkan



emisi



maka



biaya



lingkungan



seharusnya



hanya dibebankan pada produk yang bersangkutan. b. Penghitungan



berbasis



lingkungan



dan



digunakan



untuk



penggunaan produk,



aktivitas



kemudian



menghitung



membebankan



aktivitas. pendekatan



membebankan



biaya



Untuk



tingkat/tarif lingkungan



perusahaan



berbasis



9



biaya



aktivitas



ke



aktivitas. ke



yang lebih



aktivitas Tingkat



produk



menghasilkan tepat



ini



berdasarkan beragam digunakan.



3.2 Penilaian Biaya Siklus Hidup Biaya



produk



lingkungan



pembenahan



produk



perusahaan.



membuat,



mengolah,



buruknya



terhadap



penilaian



siklus



suatu



produk



memperoleh



dan



(life



selama



perbaikan



ulang



Untuk



cycle),



siklus



menunjukkan



Pembenahan



mendaur



lingkungan.



hidup



dapat



produk produk



dan



Penilaian



kemudian



siklus



hidup



meningkatkan



praktik



mendesain,



meminimalkan



pembenahan



pengidentifikasian



hidupnya



untuk



meliputi untuk



meningkatkan



yaitu



lingkungan.



kebutuhan



produk



dampak dilakukan



pengaruh



lingkungan



mencari



peluang



membebankan



biaya



dari untuk dan



keuntungan pada pengaruh lingkungan dan perbaikan. Siklus hidup suatu produk meliputi: 1. Ekstraksi sumber daya 2. Pembuatan produk 3. Penggunaan produk 4. Daur ulang dan pembuangan. 5. Pengemasan produk (merupakan bagian siklus hidup produk yang sering tidak disebutkan). Sudut pandang siklus hidup semacam ini menggabungkan sudut pandang pemasok, produsen



dan



pelanggan.



Penilaian



biaya



siklus



hidup



merupakan



bagian



mendasar



dari penilaian siklus hidup. Penilaian biaya siklus hidup membebankan biaya ke dampak lingkungan dari beberapa desain produk. Biaya ini adalah fungsi dari penggunaan bahan baku, energi yang dikonsumsi, dan pelepasan ke lingkungan yang berasal dari manufaktur produk. Penilaian siklus hidup didefinisikan oleh tiga tahapan formal: 1. Analisis persediaan (inventory analysis): memberikan perincian bahan baku, energi, dan pelepasan ke lingkungan dari suatu produk. 2. Analisis beberapa



dampak desain



(impact dan



analysis):



memberikan



menilai peringkat



pengaruh



lingkungan



relatif/penilaian



biaya



dari dari



pengaruh-pengaruh tersebut. 3. Analisis



perbaikan



(improvement



analysis):



bertujuan



untuk



dampak lingkungan yang ditunjukkan oleh analisis persediaan dan dampak.



10



mengurangi



Gambar 1.1 Tahapan Siklus HidupProduk



3.3 Strategi Biaya Lingkungan Ada tiga strategi untuk mengelola biaya lingkungan. 1. Strategi Akhir dari pipa (End of pipe strategy). Dalam pendekatan ini, perusahaan menghasilkan limbah atau polutan, dan kemudian membersihkannya sebelum dibuang ke lingkungan. Scrubber cerobong asap, pengolahan air limbah, dan filter karbon udara adalah contoh-contoh strategi akhir pipa. 2. Strategi Proses perbaikan (Process improvement strategy). Dalam pendekatan ini, perusahaan memodifikasi produk dan proses produksi untuk menghasilkan polutan sedikit atau tidak ada, atau mencari cara untuk mendaur ulang limbah internal. 3. Strategi pencegahan (Prevention strategy). Strategi utama untuk memaksimalkan nilai dari kegiatan pencemaran yang berhubungan dengan melibatkan ... tidak menghasilkan polutan apapun di tempat pertama. Dengan strategi ini, perusahaan menghindari semua masalah dengan pihak berwenang dan dalam banyak kasus, menghasilkan perbaikan laba yang signifikan.



11



3.4 Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan Berbasis Aktivitas dan Strategi Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas berfokus pada proses dan tim. Tanggungjawab kinerja diukur berdasarkan faktor keuangan dan non keuangan/operasional. Waktu, kualitas, dan efisiensi merupakan dimensi penting dari kinerja karena sistem ini bertujuan untuk menghasilkan produk dengan biaya rendah, berkualitas tinggi, dan diterima konsumen tepat waktu. Sistem akuntansi pertanggungjawaban ini dikembangkan oleh perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan yang kompetitif dan menuntut perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Perubahan dapat dilakukan melalui: 1. Perbaikan proses (improvement process) 2. Proses inovasi (innovation process) 3. Penciptaan proses (process creation). Karena berbagai perubahan proses tersebut memerlukan aktivitas tim, maka reward berdasarkan tim lebih sesuai untuk digunakan daripada reward individu.



Analisis Nilai Proses Analisis



nilai



proses



merupakan



sesuatu



yang



mendasar



dalam



akuntansi



pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas; lebih berfokus pada aktivitas dibanding pada biaya, dan lebih menekankan pada kinerja sistem secara keseluruhan dibanding kinerja individu. 1. Analisis Penggerak Pengelolaan aktivitas memerlukan pemahaman terhadap penyebab biaya aktivitas. Analisis penggerak merupakan suatu usaha pengidentifikasian faktorfaktor yang menjadi penyebab utama biaya aktivitas. Misal: biaya perpindahan bahan ternyata disebabkan oleh tata letak pabrik, maka penataan kembali tata letak pabrik diharapkan dapat mengurangi biaya perpindahan bahan. 2. Analisis Aktivitas Analisis aktivitas adalah proses mengidentifikasikan, menjelaskan, dan mengevaluasi aktivitas organisasi. Analisis aktivitas menghasilkan outcome: a. Aktivitas apa yang dilakukan b. Bagaimana aktivitas dilakukan c. Waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan aktivitas d. Penilaian terhadap aktivitas (bernilai tambah & tidak bernilai tambah) -



Aktivitas disebut bernilai tambah (value added activities) jika memenuhi tiga kondisi: 1. Aktivitas menghasilkan perubahan 2. Aktivitas sebelumnya tidak menghasilkan perubahan tersebut



12



3. Aktivitas ini memungkinkan dilaksanakannya aktivitas



lainnya. Contoh:



pemotongan kayu, perakitan, dan pengecatan pada usaha furniture. -



Aktivitas disebut tidak bernilai tambah (non value added activities), yaitu semua aktivitas selain dari aktivitas yang penting untuk dilakukan dan diperlukan untuk menjaga kelangsungan bisnis. Contoh: penjadwalan, pemindahan, waktu tunggu, pemeriksaan, dan penyimpanan. Biaya bernilai tambah = SQ x SP Biaya tidak bernilai tambah = (AQ – SQ) SP SQ : tingkat output bernilai tambah dari suatu aktivitas SP : harga standar tiap unit dari ukuran output aktivitas AQ : kuantitas aktual penggunaan sumber daya fleksibel atau kapasitas aktivitas praktis yang diperoleh untuk sumber daya terikat.



-



Pengurangan biaya dapat dilakukan melalui empat cara: a. Eliminasi aktivitas (activity elimination), yaitu menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah. b. Pemilihan aktivitas (activity selection), yaitu memilih aktivitas dari desain paling efektif yang mampu mengurangi biaya. c. Pengurangan aktivitas (activity reduction), yaitu meningkatkan efisiensi dari aktivitas yang diperlukan. d. Pembagian aktivitas (activity sharing), yaitu meningkatkan efisiensi dari aktivitas yang diperlukan dengan menggunakan skala ekonomis, menghindari munculnya aktivitas baru.



3. Pengukuran Kinerja Aktivitas. Ukuran kinerja aktivitas yang digunakan meliputi efisiensi, kualitas, dan waktu. Adapun ukuran keuangan dari efisiensi aktivitas, meliputi: 1. Laporan biaya akivitas bernilai tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah 2. Trend dalam laporan aktivitas biaya 3. Penentuan standar Kaizen Standar Kaizen berfokus pada pengurangan biaya dari produk dan proses yang sudah ada melalui pengurangan biaya-biaya tidak bernilai tambah. Pengendalian terhadap proses pengurangan biaya ini dilakukan melalui penggunaan dua subsiklus: (1) siklus kaizen (siklus perbaikan berkelanjutan) dan (2) siklus pemeliharaan. 4. Benchmarking Dengan benchmarking, manajemen mengidentifikasi peluang perbaikan aktivitas serta menggunakan praktik terbaik sebagai standar dalam evaluasi kinerja aktivitas. 5. Manajemen Kapasitas



13



Kapasitas aktivitas menunjukkan jumlah berapa kali suatu aktivitas dapat dilakukan. Penggerak aktivitas akan mengukur kapasitas aktivitas. Dua pertanyaan yang perlu dijawab. a. Seberapa besar seharusnya kapasitas aktivitas tersebut? Hal ini menunjukkan kemampuan untuk mengukur jumlah peningkatan yang masih dimungkinkan. b. Seberapa banyak kapasitas yang dimiliki digunakan? Hal ini menunjukkan biaya non produktif dan sekaligus peluang untuk mengurangi kapasitas dan mengurangi biaya. 6. Life Cycle Costing Siklus hidup produk adalah waktu keberadaan produk mulai dari pengkonsepan hingga tidak terpakai. Biaya siklus hidup adalah semua biaya yang berhubungan dengan produk selama keseluruhan umur hidupnya, termasuk di dalamnya biaya pengembangan, produksi, dan dukungan logistik.



Akuntansi pertanggungjawaban lingkungan berbasis strategi adalah langkah selanjutnya dalam evolusi akuntansi pertanggungjawaban. Sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi (Balanced Scorecard) menerjemahkan misi dan strategi organisasi ke dalam tujuan operasional dan mengukur empat perspektif yang berbeda: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses, dan perspektif (pembelajaran dan pertumbuhan) infrastruktur. Elemen sistem pertanggungjawaban berdasarkan strategi terdiri dari beberapa hal sebagai berikut : 1. Penempatan Tanggung Jawab selain mempertahankan perspektif proses dan keuangan, juga perspektif pelanggan dan pembelajaran serta pertumbuhan (infrastruktur). 2. Pembuatan Ukuran Kinerja meliputi orientasi proses dari sistem aktivitas. 3. Pengukuran Kinerja berorientasi pada proses (efisiensi),dengan pelanggan (kepuasan pelanggan); dengan infrastruktur (kepuasan dan keahlian pegawai), dengan konsekuensi ekonomi dari pelaksanaan proses (trend biaya). 4. Pemberian Penghargaan berdasarkan grup karena dicapai melalui usaha tim. Perspektif lingkungan memiliki lima tujuan utama, yaitu: 1. Meminimalkan penggunaan bahan baku atau bahan yang masih asli 2. Meminimalkan penggunaan bahan berbahaya 3. Meminimalkan kebutuhan energi untuk produksi dan penggunaan produk 4. Meminimalkanpelepasan limbah padat, cair, dan gas 5. Memaksimalkan peluang untuk daur ulang



14



Manajemen menghasilkan



berbasis



perbaikan



aktivitas



lingkungan.



menyediakan Aktivitas



sistem



lingkungan



operasional



diklasifikasikan



yang sebagai



aktivitas bernilai tambah (value added) dan tidak bernilai tambah (nonvalue added). Kunci



dari



pendekatan



lingkungan



ini



adalah



mengidentifikasi



akar



penyebab



aktivitas tak bernilai tambah kemudian mendesain ulang produk serta proses untuk meminimalkan dan akhirnya menghilangkan aktivitas tak bernilai tambah tersebut. Perbaikan signifikan.



Hal



menguntungkan ekoefisien



yang



keuntungan ini



berarti



antara



harus bahwa



aktivitas



dibuat,



maka



menghasilkan perusahaan



kegagalan total



dan



biaya



keuntungan



telah aktivitas



lingkungan



mencapai



keuangan



yang



trade



yang



pencegahan. harus



Jika



terhapus



off



keputusan bersamaan



dengan perbaikan kinerja lingkungan. Hal ini bisa diukur dengan menggunakan tren biaya lingkungan tak bernilai tambah dan tren total biaya lingkungan, yaitu dengan: 1. mempersiapkan laporan biaya lingkungan yang tak bernilai tambah dari periode berjalan dan membandingkannya dengan periode sebelumnya, 2. menghitung biaya lingkungan total sebagai persentase penjualan dan menelusuri nilai ini selama beberapa periode. Kelemahan utama dari perbaikan berkelanjutan adalah tidak mampu untuk menyesuaikan dengan misi dan strategi organisasi secara keseluruhan. Oleh karenanya, diperlukan perbaikan berkelanjutan yang terarah. Akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategik menerjemahkan visi dan misi organisasi ke dalam strategi operasional dan mengembangkan dimensi pertanggungjawaban menjadi empat dimensi, yaitu : 1. Keuangan (financial) 2. Pelanggan (customer) 3. Proses bisnis internal (internal business process) 4. Serta pembelajaran dan pertumbuhan (learning & growth). Ukuran kinerja dirancang agar dapat mengkomunikasikan strategi bisnis dan membantu menyelaraskan tujuan individu dan organisasi. Ukuran yang dipilih harus menyeimbangkan antara ukuran lag vs lead, objektif vs subjektif, keuangan vs non keuangan, dan antara internal vs eksternal. Reward untuk individu diberikan berdasarkan ukuran kinerja multidimensi.



Balance Scorecard (BSC) Balance Scorecard (BSC) adalah suatu sistem manajemen stratejik yang merupakan operasionalisasi dari akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi. BSC menerjemahkan misi



15



dan strategi organisasi ke dalam tujuan operasional ukuran kinerja untuk empat perspektif yang berbeda: 1. Keuangan: mendeskripsikan konsekuensi ekonomi dari tindakan yang dilakukan dalam tiga perspektif lain (pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran & pertumbuhan). Contoh: pertumbuhan pendapatan, pengurangan biaya, dan pemanfaatan aset. 2. Pelanggan: menentukan pelanggan dan segmen pasar yang diambil dalam operasional bisnis. Contoh: peningkatan pangsa pasar, akuisisi pelanggan baru, retensi pelanggan, kepuasan pelanggan, profitabilitas pelanggan, dll. 3. Proses bisnis internal: menjelaskan proses bisnis internal yang diperlukan untuk menyediakan nilai bagi pelanggan dan pemilik perusahaan. Contoh: proses inovasi, proses operasional, dan responsivitas terhadap pelanggan. 4. Pembelajaran dan pertumbuhan: menentukan kemampuan yang diperlukan organisasi untuk menciptakan peningkatan dan pertumbuhan jangka panjang.



E. Membebankan Biaya Kualitas ke Produk Dengan Unit Base dan Activity Base 4.1



Quality Cost Menurut Hansen & Mowen (2007) mendefinisikan biaya kualitas sebagai aktivitas yang



berkaitan dengan kualitas, yang dilakukan karena ada kemungkinan produk yang buruk atau telah terdapat produk yang buruk. Biaya yang muncul dari aktivitas tersebut dikatakan sebagai biaya kualitas. 4.2



Kategori Biaya Kualitas Menurut Hansen & Mowen (2007), biaya kualitas dibagi menjadi dua yaitu biaya



pengendalian dan biaya kegagalan. Masing-masing dari biaya tersebut dapat dibagi lagi menjadi dua bagian: 1. Biaya Pencegahan Biaya yang dikeluarkan untuk mencegah kegiatan pengendalian, dimana biaya ini dikeluarkan untuk mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk. a.



Prevention Cost Biaya yang terjadi untuk mencegah munculnya kualitas yang buruk pada suatu produk atau jasa yang dihasilkan



b.



Appraisal Cost Biaya yang terjadi karena menetnukan apakah produk atau jasa telah sesuai dengan persyaratan perusahaan atau kebutuhan pelanggan. Biaya ini termasuk biaya inspeksi, uji coba, audit kualitas, dan beban-beban lain yang sejenis. 16



2. Biaya Kegagalan Biaya ini merupakan kegagalan dari pengendalian yang disebabkan dari material dan produknya tidak dapat memenuhi kualitas yang ditetapkan. a.



Internal Failure Cost Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum dikirim ke pihak luar.



b.



External Cost Failure Termasuk biaya ketidakpuasan yang terjadi diluar perusahaan seperti komplain dari konsumen dan kegagalan pemenuhuan kualitas produk. Menurut Hansen dan Mowen (2007) biaya kegagalan eksternal terjadi karena produk dan jasa gagal untuk memenuhi kebutuhan atau memuaskan kebutuhan konsumen setelah produk dan jasa tersebut berada ditangan konsumen.



4.3



Biaya Produk Lingkungan Biaya lingkungan dari proses produksi, pemasaran, dan pengiriman produk serta biaya



lingkungan



pasca



pembelian



yang



disebabkan



oleh



penggunaan



dan



pembuangan produk merupakan contoh-contoh biaya produk lingkungan. Penghitungan biayalingkungan penuh adalah pembebanan semua biaya lingkungan, baik yang bersifat privat maupun sosial, ke produk. Penghitungan biaya privat penuh adalah pembebanan biaya privat ke produk individual. Biaya privat dapat dibebankan dengan menggunakan data yang dihasilkan di dalam perusahaan, sedangkan biaya penuhmemerlukan pengumpulan data yang dihasilkan di luar perusahaan, yaitu dari pihak ketiga 4.4



Pembebanan Produk Lingkungan Berbasis Fungsi Dengan menggunakan definisi biaya lingkungan dan kerangka kerja klasifikasi yang baru



dikembangkan, biaya lingkungan harus dipisahkan ke dalam kelompok biaya lingkungan dan tidak lagi disembunyikan di dalam overhead seperti halnya dalam kebanyakan system akuntansi. Dalam penghitungan biaya berbasis fungsi, dibentuk suatu kelompok biaya lingkungan dan tingkat atau tarifnya dihitung dengan menggunakan penggerak tingkat unit seperti jumlah jam tenaga kerja dan jam mesin.Biaya lingkungan kemudian dibebankan kepada setiap produk berdasarkan pemakaian jam tenaga kerja langsung atau jam mesin. Pendekatan ini dapat berjalan baik untuk produk yang homogen. Namun, dalam perusahaan yang memiliki banyak produk yang bervariasi, pembebanan biaya semacam ini dapat mengakibatkan distorsi biaya.



17



4.5



Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Aktivitas Munculnya penghitungan biaya berbasis aktivitas (activity-based costing) ikut memfasilitasi



penghitungan biaya lingkungan. 4.6



Penilaian Siklus Hidup Penilaian biaya siklus hidup merupakan bagian mendasar dari penilaian siklus hidup.



Pembebanan produk adalah praktik mendesain, mengolah, dan mendaur ulang produk untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap lingkungan. Penilaian siklus hidup adalah sarana untuk meningkatkan pembenahan produk. Penilaian siklus hidup mengidentifikasi pengaruh lingkungan dari suatu produk di sepanjang siklus hidupnya dan kemudian mencari peluang untuk memperoleh perbaikan lingkungan. Penilaian biaya siklus hidup membebankan biaya dan keuntungan pada pengaruh lingkungan dan perbaikan. 4.7



Siklus Hidup Produk Tahapan dalam siklus hidup antaaraa lain :



1. Ekstraksi sumber daya 2. Pembuatan produk 3. Penggunaan produk 4. Daur ulang dan pembuangan 5. Pengemasan produk Sudut pandang siklus hidup yang digunakan mengggabungkan sudut pandang pemasok, produsen, dan pelanggan. Hubungan internal maupun eksternal dianggap penting dalam menilai pengaruh lingkungan dari produk, desain produk, dan desain proses yang berbeda-beda. Penilaian siklus hidup didefinisikan oleh tiga tahapan formal : 1. Analisis Persediaan Menyebutkan jenis dan jumlah input bahan baku dan energy yang dibutuhkanserta pelepasan ke lingkungan yang dihasilkan dalam bentuk rsidu padat, cair,dan gas. Anylisis ini mencakup seluruh siklus hidup produk.



2. Analisis Dampak Menilai pengaruh lingkungan dari beberapa desain bersaing dan menyediakan peringkat relative dari pengaruh-pengaruh tersebut 3. Analisis Perbaikan Bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditunjukkan oleh tahap persediaan dan dampak



18



4.8



Penilaian Biaya Penilaian biaya siklus hidup membebankan biaya ke dampak lingkungan dari beberapa



desain produk. Biaya ini adalah fungsi dari penggunaan bahan baku, energy yang dikonsumsi, dan pelepasan ke lingkungan yang berasal dari manufaktur produk. Sebelum menilai pembebanan produk ini, pertama-tama perlu dilakukan analisis persediaan yang memberikan perincian bahan baku, energy, dan pelepasan kelingkungan. Analisis ini dilakukan di sepanjang siklus hidup produk. Setelah selesai, dampak keuangan dan operasional dapat dinilai dan langkah-langkah dapat diambil untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Langkah terakhir ini juga disebut dengan analisis lingkungan. Isu manajemen biaya strategik muncul dalam setiap aktivitas cost life cycle. Metode untuk melakukan analisis cost life cycle adalah penentuan target biaya (target costing), teori kendala (theory of constraint) dan life cycle costing. Penentuan biaya target digunakan untuk mengelola biaya, terutama dalam aktivitas desain. Teori kendala digunakan untuk mengelola biaya produksi. Life-cycle costing digunakan pada seluruh cost life cycle untuk meminimumkan biaya secara keseluruhan F. LIFE CYCLE COST ASSESSMENT. 5.1



Pengertian Life Cycle Cost Life cycle costing merupakan teknik manajemen yang digunakan untuk mengidentifikasi dan



memonitor biaya produk selama siklus hidupnya. Siklus hidup meliputi semua tahap, mulai dari perancangan produk dan pembelian bahan baku hingga pengiriman dan pelayanan atas produk yang sudah jadi. Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan mengikuti siklus kegiatan usaha perusahaan yang bersangkutan. Siklus akuntansi biaya untuk perusahaan manufaktur, dimulai dengan pengolahan bahan baku dibagian produksi dan berakhir dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Dalam perusahaan tersebut, siklus akuntansi biaya dimulai dengan pencatatan harga pokok bahan baku yang dimasukkan dalam proses produksi, dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang dikonsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang. 5.2



Life Cycle Costing Life cycle costing memberikan perspektif jangka panjang karena mempertimbangkan semua



biaya selama umur produk atau jasa. Total biaya selama siklus hidup dibagi menjadi 3, yaitu: 1.



Biaya hulu, terdiri dari riset dan pengembangan, desain yang membuat prototype, pengujian, teknis, dan pengembangan kualitas.



2. Biaya produksi, terdiri dari pembelian, biaya produksi langsung, biaya produksi tidak langsung. 19



3. Biaya hilir, terdiri dari pemasaran dan distribusi pengemasan, pengangkutan, contoh, promosi, advertensi, dan pelayanan serta garansi keluhan, pelayanan, pertanggungjawaban produk, dukungan kepada pelanggan.



1. Biaya Hulu a. Desain Karena manajer mempertimbangkan biaya hulu dan hilir, pengambilan



keputusan pada tahap



desain merupakan sesuatu yang penting. Meskipun biaya yang terjadi pada tahap desain mungkin hanya merupakan presentase yang kecil dari total selama biaya siklus hidup, keputusan pada tahap desain membuat perudahaan berkomitmen pada rencana produksi, pemasaran dan layanan yang ada. Oleh karena itu, biaya desain mempengaruhi sebagian besar lainnya yang dikeluarkan selama siklus produk tersebut. Faktor – faktor penentu keberhasilan pada tahap desain adalah sbb : 1. Mempercepat waktu peluncuran ke pasar 2. Menurunkan biaya layanan/perbaikan yang diharapkan 3. Mempermudah produksi 4. Merencanakan dan mendesain proses Ada empat metode desain yang umum sebagai berikut : a. Rekayasa Teknik Dasar Merupakan teknik dimana desainer produk bekerja secara terpisah dari fungsi pemasaran dan produksi untuk mengembangkandesain dengan rencana dan spesifikasi khusus. -



Pembuatan Prototipe



Merupakan mode dimana model – model fungsional dikembangkan dan di uji coba oleh para teknisi dan pemakaian yang dipilih untuk percobaan. -



Templating



Merupakan mtode desain produk yang ada pada saat ini ditambahkan atau dikurangi agar sesuai dengan spesifikasi produk baru yang diharapkan. -



Rekayasa Simultan



Merupakan perkembangan penting baru yang merupakan pengganti pendekatan rekayasa dasar, sebaliknya rekayasa simultan merupakan pendekatan yang terintegrasi, dimana proses desain/teknis dilakukan selama siklus hidu biaya oleh tim –tim lintas fungsi. b. Pengujian Proses dan materi pengujian yang dipilih biasanya dilakukan dengan menerapkan dengan tekniktenik ekperimental secara formal dan sekaligus dijadikan landasan untuk tahap perencanaan



20



berikutnya yang lebih mendetail, yang nantinya akan diuji. Pada tahap pelaksanaan masih akan dilakukan pengujian lebih lanjut, sampai dihasilkan produk yang benar-benar optimal hingga dapat dianggap selesai. c. Pengembangan Kualitas Dalam zaman quality assurance, konsep kualitas mengalami perluasan, dari konsep yang sempit, hanya terbatas pada tahap produksi, ke tahap desain dan koordinasi dengan departemen jasa (seperti perencanaan dan pengendalian produksi, pergudangan). Dalam zaman ini pula diperkenalkan konsep total quality control (TQC) oleh armand Feigenbaum pada tahun 1956. Menurut Feigenbaum, kualitas produk tidak hanya ditentukan oleh pekerjaan manufaktur, namun lebih luas dari itu, keterlibatan pemasok, desain dan pengembangan produk, dan kerja tim antar fungsi.



2. Biaya Produksi Biaya produksi meliputi semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi yaitu semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk dijual. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu : a.



Biaya Bahan Baku Bahan baku adalah berbagai macam bahan yang diolah menjadi produk selesai dan



pemakaiannya dapat diidentifikasikan secara langsung, atau diikuti jejaknya , atau merupakan bagian dari produk tertentu. Biaya bahan baku adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku yang dipakai di dalam kegiatan pengolahan produk b.



Biaya Tenaga kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diidentifikasikan atau diikuti



jejak manfaatnya pada produk tertentu. Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja langsung dan jejaknya manfaatnya dapat diidentifikasikan pada produk tertentu. c.



Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja



langsung, contohnya seprti biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik. -



Biaya Produksi Langsung Biaya langsung, berkaitan dengan obyek biaya tertentu dan dapat ditelusuri ke obyek biaya



tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (efektif-biaya). contoh; biaya kaleng atau botol untuk produk teh botol. -



Biaya Produksi Tak Langsung



21



berkaitan dengan obyek biaya tertentu namun tidak dapat ditelusuri ke obyek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (efektif-biaya). Contoh; biaya gaji supervisor



3. Biaya Hilir 1. Biaya pemasaran Biaya Pemasaran adalah meliputi semua dalam melaksanakan kegiatan pemasaran atau kegiatan untuk menjual barang dan jasa perusahaan kepada para pembeli sampai dengan pengumpulan piutang menjadi kas. Sesuai dengan fungsi pemasaran, biaya pemasaran digolongkan menjadi : 1). Biaya untuk menimbulkan pesanan, contohnya seperti biaya promosi dll. 2). Biaya untuk melayani pesanan, diantaranya : -



Biaya fungsi penggudangan dan penyimpanan produk selesai



-



Biaya fungsi pengepakan dan pengiriman



-



Biaya fungsi pemberian kredit dan penagihan piutang



-



Biaya fungsi administrasi penjualan.



2. Biaya Promosi Biaya promosi merupakan sejumlah dana yang dikucurkan perusahaan ke dalam promosi untuk meningkatkan penjualan. Biaya Promosi dapat dikategorikan sebagai biaya langsung apabila terkait langsung dengan suatu produk atau proyek. Tetapi apabila Biaya Promosi ini bersifat umum untuk seluruh kegiatan perusahaan, ia dapat dikategorikan sebagai biaya operasi. 3. Biaya Layanan Konsumen Biaya Layanan konsumen adalah sekumpulan biaya yang dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, dan menggunakan produk atau jasa tersebut.



5.3 o



Manfaat Analisis Life Cycle Cost Untuk meningkatkan kesadaran biaya. Penerapan LCC akan meningkatkan kesadaran akan manajemen dan insinyur pada faktor-faktor yang mendorong biaya dan sumber daya yang diperlukan oleh item, sehingga bisa dilakukan program pengurangan biaya.



o



Seluruh biaya hidup evaluasi. LCC memungkinkan evaluasi pilihan bersaing berdasarkan seluruh biaya hidup.



22



o



Memaksimalkan pendapatan. Dengan menerapkan LCC, operasi dan biaya pemeliharaan berkurang tanpa scarifying kinerja alat produksi melalui analisis parameter kinerja dan biaya driver.



o



Memahami prosedur untuk menerapkan LCC termasuk pengembangan Biaya Siklus Hidup model untuk berbagai aplikasi.



o



Memahami latar belakang teoritis nilai waktu uang dan analisis risiko serta dampaknya terhadap proses pengambilan keputusan.



Laporan: Analisis Produk Baru Proyek No.001 Estimasi siklus hidup produk: 2 tahun Proyeksi potensi penjualan: 1000 unit (siklus hidup), harga Rp 2/unit Target operating profit margin 20% Proyeksi laporan laba-rugi siklus hidup



23



Penjualan (1000 unit @ Rp 2)



2.000



Biaya Input: Bahan



500



Upah



400



Biaya overhead pabrik



300



Biaya mutu



100



Biaya pemasaran



250



Biaya administrasi



150



Laba siklus hidup (laba operasi)



300



Berdasarkan proyeksi laba rugi di atas menunjukkan bahwa laba operasi terhadap penjualan (operating profit margin) sebesar: (Rp 300 / Rp 2.000) = 15%. Dengan demikian produk baru tersebut ditolak, karena target laba operasi terhadap penjualan sebesar 20%.



24