Pengertian Material Handling [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pengertian Material Handling (Penanganan Bahan) dan 20 Prinsip Material Handling July 15, 2018 Budi Kho Produksi dan Operasional 0



Pengertian Material Handling (Penanganan Bahan) dan 20 Prinsip Material Handling – Dalam proses produksi, bahan baku yang diterima dari pemasok akan dipindahkan dari tempat penyimpanan bahan baku ke tempat produksi untuk diolah menjadi barang jadi (produk jadi) yang kemudian barang jadi hasil produksi tersebut akan dipindahkan lagi ke gudang penyimpanan barang jadi (Finished Goods Store). Dari Gudang barang jadi selanjutnya akan dipindahkan lagi ke distributor untuk didistribusikan ke pelanggan. Pemindahan Bahan baku maupun barang jadi tersebut harus ditangani dengan baik dan efisien sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Proses pemindahan bahan baku maupun barang jadi tersebut pada umumnya disebut dengan proses Material handling atau proses penanganan Bahan. Jadi pada dasarnya, yang dimaksud dengan Material Handling atau Penanganan Bahan adalah proses yang mencakup operasi dasar dalam pergerakan, perlindungan, penyimpanan dan pengendalian  bahan dan produk di seluruh pembuatan (manufaktur), pergudangan, distribusi, konsumsi  dan pembuangan (disposal). Proses Material Handling atau Penanganan Bahan ini sangat penting karena semua bahan dan produk harus ditangani dengan baik sehingga dapat mencapai tujuannya dengan aman dan juga untuk menjaga kondisi dan kualitas bahan-bahan yang ditangani tersebut. Sebagai suatu proses, Material Handling atau Penanganan Bahan menggabungkan berbagai peralatan manual, semi-otomatis ataupun otomatis dengan sistem-sistem yang dapat mendukung kelancaran fungsi rantai pasokan (supply chain) dan logistik. Dapat dikatakan bahwa proses penanganan bahan tidak menambahkan nilai apapun pada suatu produk tetapi akan menambah biaya pada produk dan oleh karena itu akan meningkatkan biaya operasional produksi yang akhirnya akan merugikan perusahaan ataupun pelanggan. Material Handlingatau Penanganan Material yang buruk juga akan mengakibatkan penundaan dan gangguan terhadap proses produksi. Demikian juga Peralatan ataupun Mesin Produksi akan menganggur dan tidak dapat menghasilkan jumlah kuantitas yang diinginkan. Baca juga : Pengertian Material Management dan Ruang Lingkupnya.



Tujuan Material Handling (Penanganan Bahan) Berikut ini adalah tujuan Material Handling atau Penangan Bahan dalam Manajemen Operasi dan Produksi. 1. Meminimalkan biaya-biaya Penanganan Material. 2. Meminimalkan gangguan dan penundaan dengan menyediakan bahan yang diperlukan pada waktu yang tepat dan jumlah yang tepat juga. 3. Meningkatkan kapasitas produktif dari fasilitas produksi dengan pemanfaatan kapasitas yang efektif dan meningkatkan produktivitas. 4. Menjaga keamanan dalam penanganan material/bahan melalui perbaikan kerja. 5. Pencegahan kerusakan pada material atau bahan yang ditangani. 6. Mengurangi biaya-biaya yang berkaitan dengan Persediaan (Inventory)



20 Prinsip Material Handling (20 Prinsip Penanganan Bahan) Berikut ini 20 Prinsip Material Handling atau 20 Prinsip Penanganan Bahan : 1. Prinsip Perencanaan (Planning Principle) : Semua aktivitas Penanganan harus direncanakan. 2. Prinsip Sistem (Systems Principle) : Mengintegrasikan aktivitas Penanganan (penerimaan, penyimpanan, produksi, inspeksi, pengepakan, pergudangan, pasokan dan transportasi) yang efektif ke dalam desain sistem yang terintegrasi. 3. Prinsip pemanfaatan ruang (Space Utilisation Principle) : Mendorong pemanfaatan yang efektif dari semua ruang yang tersedia. 4. Prinsip Muatan Unit (Unit Load Principle) : Meningkatkan kuantitas, ukuran dan berat beban yang ditangani. 5. Prinsip Gravitasi (Gravity Principle) :Mendorong penggunaan prinsip gravitasi dalam pergerakan barang. 6. Prinsip aliran material (Material flow principle) : Merencanakan urutan operasi dan pengaturan peralatan mengoptimalkan aliran material. 7. Prinsip Penyederhanaan (Simplification principle) : Mendorong penyederhanaan metode dan proses dengan menghapus gerakan yang tidak perlu. 8. Prinsip Keselamatan (Safety Principle) : Mendorong penyediaan peralatan penanganan yang aman sesuai dengan peraturan dan regulasi keselamatan. 9. Prinsip mekanisasi (Mechanization Principle) : Menggunakan peralatan penanganan material mekanis atau otomatis untuk meningkatkan efisiensi. 10. Prinsip Standardisasi (Standardization Principle) : Mendorong standarisasi metode penanganan dan peralatan. 11. Prinsip Fleksibilitas (Flexibility principle) : Gunakan metode dan peralatan yang dapat melakukan berbagai tugas dan aplikasi. 12. Prinsip pemilihan peralatan (Equipment selection Principle) : Mempertimbangkan semua aspek material, langkah dan metode yang akan digunakan. 13. Prinsip Bobot Berat (Dead weight Principle) : Mengurangi rasio bobot berat agar dapat dimuat di peralatan bergerak. 14. Prinsip gerak (Motion Principle) : Peralatan yang dirancang untuk mengangkut material harus dijaga agar tetap bergerak. 15. Prinsip waktu menganggur (Idle time Principle) : Mengurangi waktu menganggur / waktu tidak produktif baik peralatan Material Handling maupun tenaga manusia. 16. Prinsip perawatan (Maintenance Principle) : Merencanakan perawatan preventif atau perbaikan terjadwal dari semua peralatan penanganan. 17. Prinsip keabadian (Obsolescence Principle) : Menggantikan metode atau peralatan penanganan yang usang ketika terdapat metode atau peralatan yang lebih efisien untuk dapat meningkatkan operasi. 18. Prinsip kapasitas (Capacity Principle) : Gunakan peralatan penanganan untuk membantu mencapai kapasitas penuhnya. 19. Prinsip kontrol (Control Principle) : Gunakan peralatan penanganan material untuk meningkatkan pengontrolan produksi, pengontrolan inventaris dan penanganan lainnya. 20. Prinsip kinerja (Performance Principle) : Tentukan efisiensi penanganan kinerja dalam hal biaya per unit yang ditangani yang merupakan kriteria utama. Sumber referensi : 20 Prinsip Material Handling atau 20 Prinsip Penanganan Bahan ini dikutip dari buku Production and Operations Management; S. Anil Kumar dan N. Suresh (2008:66).



---



Prinsip kerja belt conveyor adalah mentransport material yang ada di atas belt, dimana umpan setelah sampai di head material ditumpahkan akibat belt berbalik arah. Belt digerakkan oleh drive / head pulley dengan menggunakan motor penggerak. ---



alat pengayak Jenis Alat Pengayak Berbagai jenis alat pengayak yang digunakan dalam proses sortasi bahan pangan, klasifikasinya dapat dibagi dalam dua bagian besar yaitu Variable Apertur  dan Fixed Aperture. 2.4.1. Variable Aperture Celah yang berubah-ubah (Variable Aperture) terdiri dari pemutar (Roller), kabel kawat atau ban (Belt), ban dan pemutar, dan baling-baling (Screw). Variasi tahapan dari celah dalam alat sortasi tipe ini disusun oleh adanya dua tumpukan roller bergerak yang dialokasikan satu diatas yang lainnya. Sistem sortasi roller dan belt terdiri dari konveyor belt yang letaknya diinggikan sepanjang lebarnya kearah roller penggerak. Jarak antara tiap roller dan belt diatur untuk mendapatkan pengkelasan bahan berdasarkan ukuran yang ditentukan. Alat ini merupakan mesin sortasi dengan kecepatan tinggi yang efektif, tetapi kememaran atau lebam acapkali terutama untuk buah-buahan yang kurang keras teksturnya (Wirakartakusumah, 1992). Alat sortasi roller menggunakan prinsip variable pemutar berbentuk bola yang dapat melempar lemparan bahan pangan yang ada diatas roller tersebut. Prinsip kerja alat ini menjadi hak paten “Grovesend Sovter” (Inggris). Alat ini terdiri dari bola-bola pemutar membentuk ban berjalan dimana susunan jarak antar pemutar diatur dengan kenaikan yang bersifat tetap, mulai dari bagian pemasukan sampai ujung pengeluaran dari conveyor (Wirakartakusumah, 1992). Bahan pangan seperti buah-buahan atau sayuran berbentuk akar, akan tetap berada diatas conveyor sampai menemukan  celah antara dua roller dengan jarak yang sesuai dengan ukuran bahan pangan tersebut. Selanjutnya bahan dikumpulkan dengan menggunakan teknik peluncuran. Alat pelempar dapat diatur jaraknya sesuai kebutuhan (Wirakartakusumah, 1992). Pada sistem sortasi dengan tali atau kabel, celah atau lubang dihasilkan kabel dua gerakan naik dari tali atau kabel tersebut. Kabel-kabel itu dapat digerakan dengan kecepatan yang sama atau berbeda. Pemisahan mengambil tempat berdasarkan posisi yang paling stabil. Alat sortasi dengan ban atau beltfungsinya sama dengan sorter sebelumnya, bahan pangan diangkut sepanjang slot yang berbeda ukurannya dan bersifat kontinyu. Gerakan pengangkutan tersebut dihasilkan oleh gerakan naik dari belt pada alat ini ada kecenderungan dari bahan pangan untuk bergerak secara miring, menuju ke



proses sortasi yang tidak seimbang. Hal ini dapat dikoreksi misalnya dengan menggunakan belt pada kecepatan yang berbeda. Sistem sortasi dengan belt ini bila digabungkan dengan sortir bentuk drum dan gerakan sortir pengayak, akan menghasilkan kerusakan bahan yang minimum. Penggabungan alat tersebut digunakan secara luas dalam pengemasan buah dimana buah matang ditangani dalam jumlah banyak (Wirakartakusumah, 1992). Screw merupakan alat sortasi yang membawa bahan pangan dalam dua bagian helix yang saling berhubungan; salah satu bagian  bersifat kontinyu dan bagian lain terbagi dalam beberapa sesi. Jarak sortasi anatara sesi-sesi dan helix yang bersifat kontinyu dapat diatur guna mendapatkan tahap-tahap yang makin menaik berdasarkan ukuran lubangnya. Pemutaran bahan berbentuk spiral akan membawa bahan pangan tersebut pada posisi dengan dimensi terbaik dan bersifat tetap. Bagian-bagian helix yang biasanya dilapisi dengan bulu kempa akan berputar relatif lambat (Wirakartakusumah, 1992). 2.4.2. Fixed Aperture Celah atau lubang yang tetap (Fixed Aperture) bersifat seimbang atau tidak berubah (Stasionary), bergetar (Vibrators), berputar (Rotary dan gyrators), dan timbal balik (Recipro cutting). Penyaring jenis ini dalam penggunaannya secara umum, yaitu untuk sortasi bahan pangan untuk dua grup : tipe badan datar (flat) dan tipe drum (Wirakartakusumah, 1992).        Pengayak berbadan datar (flat bed screen) ini bentuknya sangat sederhana, banyak ditemukan di area pertanian, saat proses sortasi awal dari kentang, wortel, dan lobak. Alat pengayak data ganda digunakan secara luas dalam proses sortasi berdasarkan ukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacangkacangan), juga digunakan dalam proses sortasi selama proses pengolahan dan produk akhir seperti tepung, gula, garam, bumbu-bumbu masak dan rempah-rempah (Wirakartakusumah, 1992). Alat pengayak datar secara umum terdiri dari satu atau lebih lembaran pengayak yang dipasang bersama-sama dalam sebuh kotak yang tertutup rapat, pergerakannya dapat menggunkan berbagai macam alat. Tetapi biasanya alat tersebut dilengkapi dengan bola-bola runcing dari karet yang keras, yang diletakkan antara lembaran-lembaran pengayak; maksudnya adalah untuk meminimumkan kerusakan akibat pergeseran antara lubang-lubang pengayak dengan partikel bahan yang    halus.   Alat   pengayak   datar   sangat   baik   untuk   pembersihan bahan   yang   halus   seperti   tepung, rempah-rempah (Wirakartakusumah, 1992). Jarak antara ujung-ujung saluran bertambah sehingga unit bahan pangan yang tidak dapat menyebrangi jarak ini akan jatuh sedangkan yang lainnya akan disortasi dengan basis panjang (Wirakartakusumah, 1992).



Pengayak drum banyak digunakan dalam proses sortasi berdasarkan ukuran untuk kacang polong, buncis, dan kacang lain yang sejenis. Bahan pangan tersbeut akan menahan gerakan jatuh berguling yang dihasilkan oleh rotasi drum. Alat sortir drumbiasanya juga diperlukan untuk memisahan bahan pangan ke dalam dua atau lebih aliran, karena itu dibutuhkan dua atau lebih tingkatan pengayak. Berdasarkan tingkatan tersebut, terdapat dua macam susunan alat pengayak yaitu susunan lingkaran consentris (terpusat) dan susunan consencutive (berurutan) (Wirakartakusumah, 1992). Selain tipe flat dan drum, terdapat alat pengayakan lain yang bersifat fixed aparature, yaitu alat berbentuk piringan yang merupakan salah satu contoh dari alat sortasi berdasarkan bentuk. Prinsip kerjanya yaitu pengumpulan bahan dengan bentuk yang diinginkan didalam lekukan yang terletak diatas sisi-sisi pemutar dan piringan-piringan vertikal tumpukan beberapa piringan disusun diatas sebuah penggerak. Sortasi berdasarkan bentuk dipengaruhi oleh pengambilan keberuntungan putaran partikel yang bergerak menuruni permukaan yang ditinggikan (Wirakartakusumah, 1992). Jenis alat pengayak diantaranya yaitu :



- Flat Bed Screen Flat bed screen bentuknya sangat sederhana, banyka ditemukan di areal pertanian, saat proses sortasi awal dari kentang, wortel dan lobak. Flat bed screen digunakan secara luas dalam proses sortasi berdasarkan ukuran dari bahan baku (seperti biji-bijian dan kacang-kacangan), juga digunakan dalam proses sortasi selama proses pengolahan dan produk akhir dari tepung, gula, garam, bumbu-bumbu masak dan rempah-rempah. Flat bed screen secara umum terdiri dari satu atau lebih lembaran pengayak yang dipasang bersamasama dalam sebuah kotak yang tertutup rapat, pergerakannya dapat menggunakan berbagai macam alat. Tetapi biasanya alat tersebut dilengkapi dengan bola-bola runcing dari karet yang keras, yang diletakkan antara lembaran-lembaran pengayak, maksudnya adalah untuk meminimumkan kerusakan akibat pergesekan antara lubang-lubang pengayak dengan partikel bahan yang halus. Flat bed screen sangan baik untuk pembersihan bahan yang halus seperti tepung, rempah-rempah (Wirakartakusumah, 1992). Gambar 12. Flat Bed Screen



- Drum Screen Drum screen banyak digunakan pada proses sortasi berdasarkan ukuran untuk kacang polong, buncis, dan kacang lain yang sejenis. Bahan pangan tersebut akan menahan gerakan jatuh berguling yang duhasilkan oleh rotasi drum.



 Alat sortir drum biasanya juga diperlukan untuk memisahkan bahan pangan kedalam dua atau lebih aliran, karena itu dibutuhkan dua atau lebih tingkatan pengayak. Berdasarkan tingkatan tersebut, terdapat dua macam susunan alat pengayak yaitu susunan lingkaran konsentris (terpusat) dan susunan berurutan (consencutive). Gambar 13. Drum Screen



- Roller Screen Roller sorting menggunakan prinsip variable pemutar berbentuk bola yang dapat melempar-lemparkan bahan pangan yang diatas roller tersebut. Prinsip kerja alat ini telah menjadi hak paten “grivesend Sorter”. Alat ini terdiri dari bola-bola pemutar membentuk ban berjalan dimanan susunan jarak antar pemutar diatur dengan kenaikan yang bersifat tetap, mulai dari bagian pemasukan sampai ujung pengeluaran dari konveyor(Wirakartakusumah, 1992).



 



Gambar 14. Roller Screen - Belt Screen Belt sorting fungsinya sama dengan sorter sebelumnya, bahan pangan diangkut sepanjang slot yang berbeda ukurannya dan bersifat kontinyu. Gerakan pengangkutan tersebut dihasilkan oleh gerakan naik dari belt. Pada alat ini ada kecenderungan dari bahan panga untuk bergerak secara miring, menuju ke proses sortasi yang tidak seimbang. Hal ini dapat dikoreksi, misalnya dengan menggunakan belt pada kecepatan yang berbeda. Sistem sortasi dengan belt ini bila digabungkan dengan sortir bentuk drum dan gerakan sortir pengayak, akan mengahsilkan kerusakan bahan yang minimum. Penggabungan alat tersebut digunakan secara luas dalam pengemasan buah dimana buah matang ditangani dalam jumlah banyak. Belt sorting dikembangkan lebih lanjut dan dijasikan hak paten oleh “Jansen Fuitsizer”. Disini, buah dilewatkan diatas ujung belt peraba, buah bergerak sepanjang tiap sisi saluran ‘vee’. Dasar dari saluran ‘vee’ berpotongan lancip kebelakang pada saat kenaikan sudut dari bagian ujung pemasukan alat sorter. Jadi disini dihasilkan kecenderungan lebar slot bertambah secara kontinyu dari bagian pemasukan ke bagian keluaran. Belt digerakkan pada kecepatan yang berbeda untuk menghasilkan penyesuaian diri yang benar tepat dari setiap unit bahan. Setelah melewati bagian



penstabil yang merupakan bagian pendek dari belt untuk saluran ‘vee’. Buah bergerak sepanjang ‘vee’ pada kedalaman yang konstan, tergantung pada ukuran buah tersebut (Wirakartakusumah,1992).



  From 120°C, menyebabkan off flavor (cooked flavor) dan off color, kadar gula yang tinggi menyebabkan produk sulit diambil dari permukaan drum). 8.      Vacuum drying (suhu lebih rendah, kerusakan karena panas dapat dikurangi, tidak terjadi oksidasi selama pengeringan, bahan yang dikeringkan: cairan, pasta, tepung, produk dalam bentuk irisan). 9.      Freeze drying (air dihilangkan dari bahan melalui proses sublimasi, tidak terjadi perpindahan cairan dari bagian dalam produk ke permukaan, pada proses pengeringan kristal es menguap menyebabkan rongga di dalam produk, tidak terjadi pengerutan produk, struktur porous: mudah rehidrasi, mahal).



10.  Pneumatic drying ( prinsipnya menggunakan udara yang dihisap selama pengeringan, partikel yang berukuran kecil akan cepat mongering dan terpisah terlebih dahulu). 11.  Fluidized bed drying (pada proses pengeringan ini udara panas di-hembuskan pada partikelpartikel makanan sehingga partikel tersebut tersuspensi de-ngan gerakan lambat, partikel semi kering secara bertahap masuk ke  bagian alat pengering yang berfungsi mengeringkan sampai kering (bin dryer)). 12.  Foam mat drying (pengeringan dengan menggunakan bantuan buih yang bertujuan mempercepat pengeringan, menjaga kandungan bahan pangan terutama yang mudah rusak agar tetap dalam kondisi baik. Buih yang umum digunakan berasal dari putih telur).