Peran Bidan Di Komunitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERAN BIDAN DI KOMUNITAS Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas Pembimbing/Dosen mata kuliah: Neneng Widyaningsih. SST., M.Keb



Jalum 3A



POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG



2018 DAFTAR ISI



DAFTAR ISI.......................................................................................................... i Primary Care Provider dan Care Giver.................................................................1 Educator dan Case Manager..............................................................................13 Coordinator dan Colaborator..............................................................................22 Liaison dan Leader.............................................................................................31 Change Agent dan Researcher..........................................................................40 Referal Resources, Role Model, dan Advocate..................................................55 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60



i



PRIMARY CARE PROVIDER DAN CARE GIVER



Disusun Oleh : Kelompok 1 Alya Idzni Indallah



P17324116036



Marta Ika Lifiana



P17324116038



Nirmala Wahyutriani



P17324116030



Nufa Tirani



P17324116042



Safitri Maryana



P17324116001 Jalum 3A



POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG 2018



1



A. PERAN BIDAN SEBAGAI CARE GIVER 1. Pengertian Care Giver Care giver adalah seorang Individu yang secara umum merawat dan mendukung individu lain (pasien) dalam kehidupannya (Awad dan Voruganti, 2008 : 87). Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantuan karena penyakit dan keterbatasannya.(Sukmarini, 2009 dalam Juliyanti, 2013) Caregiver mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat pasien



(memandikan,



memakaikan



baju,



menyiapkan



makan,



mempersiapkan obat), mengatur keuangan, membuat keputusan tentang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan formal (Kung, 2003: 3). Selain itu, fungsi caregiver sendiri adalah merawat



klien



yang



menderita



suatu



penyakit



termasuk



juga



menyediakan makanan, membawa klien ke pelayanan kesehatan, memberikan



dukungan



emosional,



kasih



sayang



dan



perhatian



(Tantono, et al.,2006 dalam Juliyanti, 2013). Sehingga dari pemahaman teori di atas tentang caregiver, yang dapat di sebut juga dengan orang yang merawat atau pendamping. Bidan memiliki peran sebagai Care Giver



yang artinya bidan



menjadi pendamping serta merawat seorang ibu yang membutuhkan asuhan sepanjang siklus hidup perempuan salah satunya dengan cara pemberian



pelayanan



yang



dilandasi



dengan



ketulusan,



penuh



perhatian, dan emosional support yang bisa memotivasi ibu. 2. Peran Bidan sebagai Care Giver Beberapa hal yang dapat bidan lakukan sebagai care giver diantaranya : a) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari Dalam hal ini, bidan dapat melakukan perawatan dengan memenuhi kebutuhan sehari-hari klien jika memang tidak ada anggota keluarga yang merawatnya. Namun, jika terdapat anggota keluarga, bidan dapat memberikan penjelasan dan memberdayakan keluarga menjadi caregiver family.



2



b) Memberikan asuhan pada klien secara individu, keluarga, kelompok, dan komunitas Bidan dapat memberikan pelayanan kepada ibu dan anak meliputi pelayanan



asuhan



kebidanan



pada



ibu



bersalin,



asuhan



kebidanan pada ibu nifas dan menyusui, asuhan pada bayi baru lahir,



asuhan



kebidanan



pada



wanita



dengan



gangguan



reproduksi, dan lain-lain. c) Membantu dalam bersosialisasi dengan lingkungan Dengan adanya bidan sebagai caregiver, bidan dapat membantu masyarakat untuk bisa bersosialisasi karena dalam prosesnya, caregiver tentu memerlukan adanya komunikasi antara bidan dengan ibu yang diasuh sehingga menimbulkan interaksi d) Memberikan dukungan emosional, kasih sayang,dan perhatian Pemberian dukungan emosional, kasih sayang, dan perhatian harus diberikan bidan kepada klien pada setiap asuhannya untuk memberi motivasi kepada klien sehingga klien mau berusaha menyayangi kesehatan dirinya. Selain itu, hal ini juga berfungsi untuk mengkaji mengenai apa yang klien rasakan dan bagaimana kondisi psikologis klien karena dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan asuhan yang diberikan. 3. Contoh kasus peran bidan sebagai Care Giver Berikut merupakan contoh peran bidan dalam komunitas sebagai Care Giver : Kisah Keikhlasan Bidan Bantu Persalinan Ibu Gangguan Jiwa Oleh Muhamad Ridlo pada 05 Des 2017, 19:31 WIB



Liputan6.com, Purbalingga - Bagi seorang bidan, membantu persalinan adalah tugas utama. Keahlian untuk soal ini tak perlu dipertanyakan lagi. Keterampilan mereka saat menangani persalinan telah teruji. Ini juga berlaku untuk tugas lain, seperti melayani kontrasepsi, mengecek kesehatan ibu hamil, mengobati penyakit organ reproduksi, mengobati bayi, dan tugas paramedis lainnya.



3



Akan tetapi, barangkali tak banyak bidan atau paramedis lain yang memiliki pengalaman bagaimana membantu ibu dengan gangguan jiwa yang bersalin. Salah satu yang memperoleh pengalaman langka itu adalah bidan-bidan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Goeteng Taroenadibrata, Purbalingga, Jawa Tengah. Akhir November 2017 lalu, RSUD Goeteng menerima pasien rujukan, seorang ibu hamil dari Puskesmas Bobotsari. Sebenarnya, tak ada masalah dengan ibu hamil yang diperkirakan sudah memasuki hari perkiraan lahir (HPL) ini. Hanya saja, si ibu menderita gangguan jiwa. Ia pun tanpa identitas. Ia dirujuk lantaran Puskesmas Bobotsari memang tidak memiliki ruangan untuk menangani pasien gangguan jiwa. Saat itu, kondisi ibu yang belum diketahui identitasnya itu sungguh memprihatinkan. Tubuhnya kotor, bajunya kumal, dan rambutnya menggimbal penuh kutu. Maklum, si ibu hamil ditemukan oleh masyarakat berkeliaran di jalan. Masyarakat menduga si ibu akan melahirkan. Sebab itu, mereka lantas membawa ibu itu ke Puskesmas Bobotsari. Lantaran puskesmas tak memiliki instalasi untuk menangani pasien khusus gangguan jiwa, si ibu hamil itu dirujuk ke RSUD Goeteng. Perawat



dan



bidan



pun



jatuh



iba.



Mereka



berinisiatif



membersihkan tubuh si ibu. Para bidan ini harus memastikan, sebelum persalinan, ibu hamil dengan gangguan jiwa itu siap dan dalam keadaan higienis. Itu untuk memastikan agar ibu dan bayi tak terinfeksi saat proses persalinan. Direktur RSUD Goeteng, Nonot Mulyono menyebut standar pelayanan persalinan di RSUD tak membedakan kelas. Semuanya dilayani sesuai dengan standard operating procedure (SOP) yang telah ditetapkan rumah sakit. Meski tanpa identitas, ibu dengan gangguan jiwa itu tetap memperoleh pelayanan standar persalinan. Akhirnya, si ibu melahirkan dengan gilang-gemilang. Bayinya perempuan, cantik pula. Ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Ibu melahirkan dengan normal nyaris tanpa penanganan khusus.



4



Soal biaya persalinan, Nonot menerangkan RSUD menggunakan dana Jaminan Kesehatan (Jamkes) Kartu Purbalingga Sehat (KPS). Dengan begitu, persalinan ibu yang menderita gangguan jiwa tersebut gratis. Begitu pula dengan perawatan bayi cantiknya. "Sudah melahirkan dengan selamat. Persalinanannya normal," katanya, kepada Liputan6.com, Selasa (5/12/2017). Setelah bersalin, tiba waktunya perawatan setelah melahirkan atau nifas. Salah satu bidan yang memperoleh pengalaman berharga itu adalah Bidan Dona Wahyuni de Fretes. Dialah salah satu bidan yang menangani si ibu tanpa identitas. "Saya menangani si ibu setelah melahirkan, di ruang nifas," ucap Bidan Dona. Dengan sabar, ia memandikan, mengeramasi, dan bahkan memotong kuku-kuku si ibu yang menghitam. Dona dan rekannya juga mengganti pakaian si ibu dengan baju yang lebih layak. Ia mengakui agak khawatir pada awalnya. Sebelum ini, Dona pernah



menangani



persalinan



ibu



dengan



gangguan



jiwa.



Pengalamannya tak begitu baik. Ia ditendang oleh ibu yang tengah dibantu persalinannya. Barangkali kisah Bidan Dona ini bisa menjadi cermin bahwa seorang bidan tak hanya bekerja dengan keahlian semata. Bidan, seperti juga Dona dan rekannya, bekerja dengan hati. Kabar melahirkannya seorang ibu dengan gangguan jiwa itu tersebar luas di Purbalingga. Foto-foto bayi cantiknya pun tersebar. Tak pelak lagi, banyak pihak yang ingin mengadopsinya. Hingga saat ini, bayi cantik masih dalam perawatan RSUD Goeteng, Purbalingga. Pembahasan kasus : Bidan-bidan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Goeteng Taroenadibrata, Purbalingga, Jawa tengah melakukan caregiver kepada ibu hamil dalam tahap bersalin yang mengalami gangguan jiwa dan tanpa identitas. Mereka membersihkan terlebih dahulu tubuh pasien agar ibu hamil dengan gangguan jiwa itu siap melahirkan dengan normal dan dalam keadaan higieinis.



5



Setelah ibu dengan gangguan jiwa ini melahirkan. Bidan-bidan pun dengan sabar memandikan, memotong kuku, dan mengganti pakaian ibu dengan layak. Dari kasus tersebut bidan sebagai caregiver melakukan pelayanan dan memenuhi kebutuhan pasien dengan gangguan jiwa ini dari bersalin, nifas dan menyusui lalu perawatan bayi baru lahir. Bidan sebagai caregiver memberikan perhatian dan kasih sayang khusus sehingga pasien dengan gangguan jiwa ini bisa bersalin dengan normal dan selamat bahkan dalam masa nifas dan perawatan bayi baru lahirnya dirawat dengan baik. Kasus lainnya peran bidan sebagai care giver adalah sebagai berikut :



6



Pembahasan kasus: Bidan di pagelaran utara, yaitu bidan Melia melakukan salah satu peran bidan sebagai care giver di masyarakat daerah tersebut. Bidan Melia melakukan berbagai pelayanan sebagai care giver seperti pelayanan posyandu bagi Ibu Hamil, layanan kesehatan Lanjut Usia (Lansia) dan pemberian kapsul vitamin A serta pemberian makanan tambahan bagi balita. Kedua tokoh diatas menunjukkan peran bidan sebagai care giver karena memberikan asuhan salah satunya kepada individu dan



7



komunitas, namun bukan hanya pelayanan yang diberikan, tetapi harus diikuti dengan kesungguhan hati dan kasih sayang pada setiap pelayanan yang diberikan. B. PERAN BIDAN SEBAGAI PRIMARY CARE PROVIDER 1. Pengertian Primary Care Provider Primary Care Provider adalah seorang individu yang memberikan pelayanan kepada individu lainnya. 2. Peran bidan sebagai Primary Care Provider Tugas pokok bidan sebenarnya adalah memberikan pelayanan kebidanan komunitas. Bidan komunitas bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan sebagai berikut : 1) Melakukan



bimbingan



terhadap



kelompok



remaja



masa



praperkawinan 2) Memberikan asuhan kebidanan dengan standar profesional 3) Melaksanakan komplikasi,



asuhan



patologis,



kebidanan dan



ibu



risiko



hamil



tinggi



normal



dengan



dengan



melibatkan



klien/keluarga 4) Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan komplikasi, patologis, dan risiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga 5) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal dengan komplikasi,



patologis,



dan



risiko



tinggi



dengan



melibatkan



klien/keluarga 6) Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui normal dengan komplikasi, patologis, dan risiko tinggi dengan melibatkan klien/keluarga 7) Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan klien/keluarga 8) Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan sistem reproduksi dengan melibatkan klien/keluarga 9) Melaksanakan



asuhan



kebidanan



komunitas



melibatkan



keluarga



berencana



melibatkan



klien/keluarga 10) Melaksanakan



pelayanan



klien/keluarga



8



11) Melaksanakan pendidikan kesehatan didalam pelayanan kebidanan 12) Mengkaji status kesehatan klien dan identifikasi masalah 13) Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah 14) Kenalkan dukungan pelayanan lainnya sesuai kebutuhan 15) Mengajarkan selfcare



9



3. Contoh kasus peran bidan sebagai Primary Care Provider



10



Pembahasan Kasus : Pada kisah Bidan Maidiana, dia menunjukkan bidan sebagai primary care provider karena sebagai bidan yang bertugas di desa yang jauh dari akses ke fasilitas kesehatan, ia melayani pasien dengan berbagai keluhan ddan berfokus pada kesehatan ibu dan anak. Ia membantu ibu-ibu disana untuk persalinan. selain itu, dia pun membantu ibu-ibu disana untuk merawat diri dan bayinya, terutama dalam pemberian ASI Ekslusif karena warga disana selalu memberikan



11



makanan pada masa bayi. Ia mempromosikan bagaimana pentingnya ASI Ekslusif dengan caranya sendiri, memantau hingga datang ke rumah-rumah warga untuk memantau pemberian ASI Ekslusif. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang ia lakukan adalah pemberian pelayanan yang primer yang dibutuhkan ibu-ibu disana, karena dial ah yang menjadi ujung tombak kesehatahan ibu dan anak di daerah tersebut sehingga dia yang harus turun langsung memberikan pelayanan dan perawatan kepada ibu dan anak di daerah sana.



12



EDUCATOR DAN CASE MANAGER



Disusun oleh : Kelompok 2 Fiska Dwi Istifani



P17324116035



Luciana Fauziah



P17324116003



Putri Alawaiah



P17324116008



Rani Aprilia Kartiwi



P17324116049



Tien Aulia



P17324116025



Jalum 3A



POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG 2018



13



A. Pengertian 1. Educator Educator adalah pendidik, pengajar, guru (KBBI, 2013). Educator adalah seorang pendidik informasi yang diberikan mudah dipahami , memberikan waktu untuk bertanya dan peka terhadapat tanda-tanda non verbal klien. 2. Case manager Case menejer dibagi dua kata yaitu case adalah kasus atau pengelolaan dan manajer adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab membuat rencana, mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaanya untuk mencapai sasaran tertentu. (KBBI, 2012) Case manajer atau pengelolaan pelayanan pasien adalah seleuruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang mempunyai program pengelolaan sumber daya manusia agar pelayan kebidanan berjalan efektif dan efesien. (Maternity d, Putri D R, dan Aulia D L N ,2017) B. Tugas dalam Kebidanan Komunitas 1. Educator



a. PERAN BIDAN SEBAGAI EDUCATOR (PENDIDIK) 1) Masa Remaja Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam kehidupan seseorang individu. Tidakan yang dapat dilakukan oleh bidan dengan perannya sebagai educator adalah sebagai berikut: a) Memberikan penjelasan tentang kesehatan reproduksi wanita. b) Memberikan KIE tentang bahaya seks bebas. c) Memberikan KIE tentang bahaya narkoba. 2) Masa Hamil Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam rahim seorang wanita tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan adalah sebagai berikut:



14



a) Mengajarkan pada ibu tentang perubahan tubuh selama proses kehamilan. b) Mengajarkan pada ibu mengenai keluhan yang umumnya terjadi saat hamil dan cara mengatasinya. c) Mengajarkan pada ibu tentang pentingnya menjaga personal higene. d) Membina dukun bayi dan kader posyandu. e) Mengajarkan pada ibu senam hamil. f)



Mengajarkan pada ibu tentang bahaya tanda-tanda kehamilan.



g) Memberikan konseling gizi. 3) Masa Bersalin Persalinan adalah saat yang paling ditunggu namun juga mendebarkan bagi ibu dan keluarga. Peran bidan sebagai Edukator dalam menghadapi masa bersalin antara lain sebagai berikut: a) Mengajarkan



pada



ibu



dan



keluarga



tanda-tanda



persalinan. b) Mengajarkan pada ibu cara meneran yang benar. c) Mengajarkan keluarga masase uterus sehingga mampu untuk mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik dan untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum. d) Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada persalinan. 4) Masa Nifas a) Mengajarkan kepada ibu tentang cara mobilisasi. b) Mengajarkan kepada ibu perawatan bayi baru lahir. c) Mengajarkan kepada ibu cara menyendawakan bayi. d) Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara perawatan tali pusat. e) Mengajarkan kepada ibu dan keluarga cara memandikan bayi. f)



Mengajarkan kepada ibu tentang personal hygiene.



15



g) Mengajarkan kepada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas. h) Mengajarkan kepada ibu tentang KB pascasalin.



b. Tugas pokok bidan sebagai educator (pendidik) Sebagai Edukator bidan memiliki 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader. 1) Memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada klien. Bidan memberi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, serta maryarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang berhubungarn dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana, mencakup: a) Mengkaji



kebutuhan



pendidikan



dan



penyuluhan



kesehatan, khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana bersama klien. b) Menyusun rencana penyuluhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan yang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang bersama klien. c) Menyiapkan alat serta materi pendidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun. d) Melaksanakan



program/rencana



pendidikan



dan



penyuluhan kesehatan sesuai dengan rencana jangka pendek serta jangka panjang dengan melibatkan unsurunsur terkait, termasuk klien. e) Mengevaluasi



hasil



pendidikan/penyuluhan



kesehatan



bersama klien dan menggunakannya untuk memperbaiki serta meningkatkan programyang akan datang. f)



Mendokumentasikan semua kegiatan dan hasil pendidikan/ penyuluhan kesehatan secara lengkap serta sistematis.



16



2) Melatih dan membimbing kader Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya, mencakup: a) Mengkaji kebutuhan pelatihan dan bimbingan bagi kader, dukun bayi, serta peserta didik. b) Menyusun rencana pelatihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian. c) Menyiapkan alat bantu mengajar (audio visual aids, AVA) dan bahan untuk keperluan pelatihan dan bimbingan sesuai dengan rencana yang telah disusun. d) Melaksanakan pelatihan untuk dukun bayi dan kader sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait. e) Membimbing peserta didik kebidanan dan keperawatan dalam lingkup kerjanya. f)



Menilai hasil pelatihan dan bimbingan yang telah diberikan.



g) Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan. h) Mendokumentasikan



semua



kegiatan



termasuk



hasil



evaluasi pelatihan serta bimbingan secara sistematis dan lengkap. 2. Case manager Peran bidan sebagai case manager (pengelola) a. Peran bidan adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit KIA, puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. b. Sebagai pengelola, bidan memimpin dan mengelola bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah. c. Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus



17



dan masyarakat di wilayah kerjanya dan melibatkan keluarga dan masyarakat. d. Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di wilayah kerjanya. C. Contoh Kasus 1. Educator



18



2. Case manager Kisah Nurlina, Bidan yang Peduli Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus



Jakarta - Nurlina Sri Andalis adalah bidan di Puskesmas Ngombol, Purwerejo, Jawa Tengah. Selain sibuk membantu warga yang hendak melahirkan, Nurlina juga peduli pendidikan anak berkebutuhan khusus. Kepedulian Nurlina bermula dari stimulasi dan pengasuhan anak berkebutuhan khusus di daerahnya yang dianggap belum optimal. Apalagi, menurutnya, anak berkebutuhan khusus pun masih sering dipandang sebelah mata. Alhasil masih banyak orang tua yang malu dan



memilih



untuk



menyembunyikan



anaknya



yang



memiliki



kebutuhan khusus. Akhirnya Nurlina pun mendirikan sekolah untuk memfasilitasi anak-anak berkebutuhan khusus. Dia berharap sekolah itu bisa menjadi solusi bagi orang tua agar tak lagi menyembunyikan anaknya yang dianggap 'berbeda'. Dengan sekolah itu, anak berkebutuhan khusus juga bisa mendapat terapi dan berhak mendapat pendidikan.] "Ini sekolah dengan inklusi, percampuran anak normal dengan anak berkebutuhan khusus," terang Nurlina kepada detikHealth di



19



sela-sela penganugerahan tenaga kesehatan teladan tingkat nasional tahun 2016 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Senin (15/8/2016). Nurlina merekrut kader-kader di puskesmas untuk turut serta memberikan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus di sekolah tersebut. Mereka belajar secara otodidak untuk menghadapi anak berkebutuhan khusus. Tantangan lain yang harus dihadapi Nurlina dan rekan-rekannya adalah sarana dan prasarana sekolah yang belum terpenuhi. Meski demikian Nurlina dan kadernya selalu bersemangat memberikan yang terbaik bagi muridnya. Untuk



mendukung



para



siswanya,



Nurlina



menggandeng



puskesmas dalam pemberian makanan bergizi. Selain itu dokter ahli jiwa pun secara sukarela memberikan konsultasi. Tak cuma itu, Nurlina juga peduli benar dengan perilaku bersih dan sehat masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mendirikan bank sampah, sehingga masyarakat terbiasa mengelola lingkungannya agar tetap bersih dari sampah. "Rencananya dari warung-warung kita minta sampah untuk diberikan. Tapi kadang masyarakat lihat negatifnya dulu, contohnya kalau sampah nggak diambil mending dibakar saja," tuturnya menirukan komentar orang lain. Tetap semangat, Bu Bidan!



20



COORDINATOR DAN COLABORATOR



Disusun oleh: Kelompok 3 Mufidah Sheena



P 17324116034



Raden Fadhila Fatin



P 17324116024



Rinda Mustika Nur Fazri



P 17324116063



Sani Nur Khoirina



P 17324116059



Titis Risti Yulianti



P 17324116040 Jalum 3A



POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG



21



2018 1. Peran Bidan sebagai Coordinator A. Penjelasan Menurut



KBBI



Koordinasi



adalah



perihal



mengatur



suatu



organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur. Menurut meokijat (1994) pengkoordinasian merupakan suatu fungsi manajemen dan sekaligus merupakan fungsi yang terpenting dalam semua fungsi manajemen. Pengkoordinasian menjadi suatu fungsi manajemen yang penting karena pengkoordinasian berarti mengikat, mempersatukandan menyelelaraskan semua aktivitas atau usaha. koordinasi adalah hasil dari pengkoordinasian , seperti halnya rencana (plan) adalah hasil dari perencanaan. 1. Kebutuhan koordinasi Jika suatu kegiatan hanya dikerjakan oleh satu orang saja, pengkoordinasian tampaknya tidak diperlukan, tetapi jika kegiatan dikerjakan lebih dari satu orang seperti pada organisasi, maka kebutuhan pengkoordinasian menjadi sangat terasa. Organisasi memerlukan pengkoordinasian karena faktor faktor berikut : a. Adanya pembagian kerja b. Keadaan saling bergantung antara individu yang satu dengan yang lain, antara kelompok yang satu dengan lain, antara kelompok yang satu dengan yang lain, dan anatara organisasi yang satu dengan yang lain serta dengan kekuatan-kekuatan yang ada di luar organisasi c. Kepentingan perseorangan versus kepentingan organisasi 2. Ruang lingkup koordinasi Ruang lingkup koordinasi mencangkup : a. Koordinasi dalam individu b. Koordinasi antar individu-individu dari suatu kelompok c. Koordinasi antar kelompok-kelompok dalam organisasi.



22



d. Koordinasi antara organisasi-organisasi dengan kekuatankekuatan yang mempengaruhinya. 3. Jenis-jenis koordinasi a. Koordinasi horizontal, koordinasi horizontal adalah koordinasi antar orang orang atau anatar-pejabat yang mempunyai tingkatan yang sama dalam organisasi b. Kordinasi vertical atau structural, koordinasi vertical adalah koordinasi antara atasan dengan bawahan. c. Koordinasi intern , koordinasi intern merupakan koordinasi antara orang orang di dalam suatu organisasi. d. Koordinasi ektern, koordinasi antara atasan dengan bawahan antar-departemen yang berbeda. e. Koordinasi diagonal. Koordinasi antar orang orang atau unit unit pada fungsi yang sama dalam organisasi. f. Korrdinasi procedural , koordinasi antar orang orang atau unit unit sesuai dengan struktur organisasi. g. Koordinasi substantive, koornisasi yang bdiperlukan untuk melaksanakan setiap pekerjaan atau kegiatan. 4. Syarat -syarat koordinasi Koordinasi akan dapat berjalan dengan baik bila mampu memenuhi syarat syarat sebagai berikut : a. Lakukan hubungan langsung b. Lakukan sejak awal perencanaan berdirinya organisasi atau awal perencanaan c. Lakukan terus menerus d. Sesuai dengan atau perubahan yang terjadi. e. Tentukan tujuan yang jelas dan jelaskan tujuan tersebut f.



Buatlah struktur organisasi yang sederhana



g. Rumuskan tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kriteria keberhasilan yang jelas pada setiap individu dan bagian organisasi h. Ciptakan sistem komunikasi dan informasi yang efektif dalam organisasi



23



i.



Lakukan kontrol yang efektif



j.



Tempatkan pemimpin yang efektif dan pemimpin yang efektif inilah yang merupakan kunci keberhasilan organisasi.



B. Peran Bidan Kemenkes (2010) 1. Melaksanakan penyeliaan, pemantauan dan evaluasi kinerja bidan di wilayah kerjanya terhadap aspek klinis profesi dan manajemen program KIA. 2. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor secara horizontal dan vertikal ke dinas kesehatan kabupaten/ kota maupun pihak lain yang terkait. 3. Membina hubungan kerja bidan dalam tatanan organisasi puskesmas maupun hubungannya dengan organisasi dinas kesehatan kabupaten/ kota, serta organisasi profesi yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi bidan. C. Kasus



Pangandaran, Kicaunews.com – Prestasi membanggakan yang telah ditorehkan oleh Bidan Desa Cibogo, Kecamatan Padaherang, Kabupaten



Pangandaran,



kembali



mengharumkan



nama



Pangandaran di tingkat Provinsi Jawa Barat. “Bidan Desa Cibogo yang bernama Ibu Hetty Sulistiyani, AM, Keb. telah meraih juara II Bidan Teladan Tingakat Provinsi Jawa Barat, melalui program yang di usungnya yaitu BUGIZA (Lumbung Gizi Masyarakat)”, terang Sekdes Cibogo, Imat, Jumat (20/07/18). Imat menjelaskan, “Program BUGIZA sangat efektif dalam mengurangi angka bayi bergizi buruk dan bergizi kurang, sehingga kedepannya tidak ada lagi bayi yang mengalami gizi buruk atau gizi kurang”



24



“Inovasi ini telah di terapkan di Desa Cibogo selama kurun waktu 2 tahun, yang alhamdulillah hasilnya memuaskan seperti sekarang ini”, ujarnya Program BUGIZA, lanjut Imat, berjalan dengan Bantuan dari Anggaran Dana Desa Cibogo, juga dari Puskesmas Padaherang melalui Program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi Balita, dan kurangnya mengambil dari para donatur AGNIYA yang ada di Desa Cibogo. “Metode donatur tersebut di contohkan terlebih dahulu oleh Kepala Desa dan Perangkat Desa Cibogo yang telah rutin menyumbangkan 2.5% honornya untuk program Lumbung Gizi Masyarakat”, tuturnya. Capaian membanggakan ini, tidak lepas dari peran serta semua pihak, atas hal itu lmat sangat berterimakasih kepada yang telah menyuport serta mendukung sehingga akhirnya mendapat Juara II se Provinsi Jawa Barat. “Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak terkait, terutama untuk kepala UPTD Puskesmas Padaherang, Kepala Desa Cibogo, Camat Padaherang, Kepala Dinas Kesehatan, serta Bapa Bupati Pangandaran”, Pungkasnya. 2. Peran Bidan sebagai Colaborator A. Penjelasan Menurut Ismainar (2018), kolaborasi adalah kerja sama yang saling memberikan keuntungan dan saling melengkapi. Satu pihak mendukung yang lain, menutupi kelemahan dan kekurangan yang lain. Menurut Ismainar (2018), kolaborasi dalam bidang kesehatan adalah hubungan kerjasama antara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan



25



kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masingmasing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Adapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Menurut Purwandari (2008), peran bidan sebagai kolaborator adalah layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau sebagai salah satu urutan dari suatu proses kegiatan pelayanan kesehatan. Seperti memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tingggi dan pertolongan pertama pada situasi gawat yang memerlukan bantuan dari rekan kerja lainnya. (Pratiwi, 2016). B. Peran Bidan 1. Menerapkan



manajemen



kebidanan



pada



setiap



asuhan



kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi. c. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil kolaborasi serta kerja sama dengan klien. d. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana dan dengan melibatkan klien e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat catatan dan pelaporan. 2. Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi. a. Mengkaji kebutuhan asuhan pada kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dan tindakan kolaborasi.



26



b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan kegawatdaruratan pada kasus risiko tinggi. c. Menyusun rencana asuhan dan tindakan pertolongan pertama sesuai prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. e. Mengevaluasi



hasil



asuhan



kebidanan



dan



pertolongan



pertama. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien. g. Membuat catatan dan pelaporan. 3. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan



pertama



dengan



tindakan



kolaborasi



dengan



melibatkan klien dan keluarga a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam persalinan dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang



memerlukan



pertolongan



pertama



dan



tindakan



kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan kegawatdaruratan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan tindakan pertolongan pertama sesuai prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. e. Mengevaluasi



hasil



asuhan



kebidanan



dan



pertolongan



pertama pada ibu hamil dengan risiko tinggi. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/ keluarga. g. Membuat catatan dan pelaporan 4. Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan



27



pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi yang melibatkan klien dan keluarga. a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan kasus risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang



memerlukan



pertolongan



pertama



dan



tindakan



kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan kegawatdaruratan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan tindakan pertolongan pertama sesuai prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. e. Mengevaluasi



hasil



asuhan



kebidanan



dan



pertolongan



pertama. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/keluarga. g. Membuat catatan dan laporan. 5. Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang



memerlukan



pertolongan



pertama



dengan



tindakan



kolaborasi serta melibatkan klien dan keluarga. a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan kegawatdaruratan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas.



28



e. Mengevaluasi



hasil



asuhan



kebidanan



dan



pertolongan



pertama yang telah diberikan. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/ keluarga. g. Membuat catatan dan pelaporan 6. Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan yang



mengalami



komplikasi



serta



kegawatdaruratan



yang



memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga. a. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dan tindakan kolaborasi. b. Menentukan diagnosis, prognosis, dan prioritas sesuai dengan faktor risiko dan keadaan kegawatdaruratan. c. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan tindakan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. d. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi dan memberi pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. e. Mengevaluasi



hasil



asuhan



kebidanan



dan



pertolongan



pertama yang telah diberikan. f. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/ keluarga. g. Membuat catatan dan pelaporan. C. Kasus



PAMEKASAN, (suarajatimpost.com) - Sebanyak 130 ibu hamil meliputi 4 Kelurahan dan 4 Desa di Pamekasan mengikuti kegiatan Antenatal Care (ANC) terpadu yang dilaksanakan di UPT Puskesmas Kowel, Kamis (30/11).



29



Kegiatan ini merupakan inovasi dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKB) dan angka kematian bayi (AKB) melalui pemeriksaan ANC pada ibu hamil dengan 10 (T). 10 (T) yang dimaksud diantaranya timbang berat badan (BB) /ukur TB, ukur LILA, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, dan memeriksa denyut jantung janin.  Kepala UPT Puskesmas Kowel Dr. dr Siswanto Pabidang didampingi Bidan Koordinator (Bikor) Nur Halimah, mengatakan bahwa pihaknya sudah dua kali mengadakan kegiatan semacam ini bekerja sama dengan pihak sponsor. "Alur pemeriksaan untuk ibu hamil sendiri yang pertama melakukan pendaftaran, pemberian konseling oleh dokter dan bidan, pemeriksaan kesehatan ibu hamil, pemeriksaan USG oleh Dokter SpOG," jelas dokter Sis sapaan akrabnya. Lanjut dia, untuk pemeriksaan darah dilaksanakan di laboratorium Puskesmas, selanjutnya konsultasi gizi, pemeriksaan gigi oleh dokter gigi, pemberiaan imunisasi TT, dan pemberian obat tablet tambah darah. "Untuk peserta semua ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kowel tentunya didukung oleh lintas sektoral, Darma Wanita, ibu PKK, para kader, dan sponsor," terangnya. Sementara untuk tenaga medis yang dilibatkan dalam kegiatan ini antara lain dokter kandungan, dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, analis, ahli gizi, dan tenaga administrasi.



30



LIAISON DAN LEADER



Disusun Oleh: Kelompok 4 Andini Rusyantika



P17324115044



Inggit Aryanto



P17324116031



Khansha Khairunnisa Salim



P17324116053



Schelvia Inrie Mutiara



P17324116061



Yuni Lestari



P17324116019



Jalum 3A



POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG



31



2018 PERAN BIDAN SEBAGAI LIAISON DAN LEADER A. LIAISON 1. Pengertian Peran bidan sebagai Liaison adalah seseorang bidan yang bertugas menghubungkan dua lembaga untuk berkomunisasi dan berkoordinasi mengenai kegiatan antarlembaga.  2. Peran Bidan sebagai Liaison dalam Komunitas a. Penghubung antara klilen dan institusi pelayanan kesehatan. b. Memfasilitasi hubungan lintas sektor 3. Contoh Kasus Bidan Sebagai Liaison



32



33



34



35



36



B. LEADER 1. Pengertian Bidan adalah suatu profesi yang memiliki kompetensi, serta memiliki pengaruh besar dalam bidang kesehatan. Sedangkan kepemimpinan adalah cara seseorang mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut dapat melakukan sesuatu yang diinginkan sehingga tercapainya suatu tujuan, kepemimpinan juga adalah unsur fundamental dalam menghadapi gaya atau prilaku seseorang Dari hal itu seseorang yang memiliki karakter seorang pemimpin akan mampu membuat orang lain mengikuti apa yang dikehendaki. Bidan merupakan suatu profesi yang harus memiliki sifat/karakter seorang pemimpin agar mempermudah pekerjaannya dalam mengkoordinasikan seluruh aspek yang dikelolanya. Contohnya; seorang bidan yang memiliki



37



RB, ia harus memiliki sikap seorang pemimpin agar segala sesuatu yang dikerjakan didalamnya akan menunjang pencapaian suatu tujuan organisasi yang dikelolanya.  Ada dua hal yang sangat menunjang kesuksesan seorang bidan dalam profesinya, yaitu : 1. Memiliki impian yang kuat Impian merupakan sesuatu yang dapat mendorong terwujudnya tujuan tertentu, dengan impian seseorang akan dapat menentukan arah, jika memiliki suatu impian seseorang tidak akan jenuh menjalankan pekerjaannya. Hal ini harus diperhatikan bagi seorang bidan. 2. Memiliki tujuan Jika seorang bidan memiliki tujuan yang penting, maka seseorang tidak akan berlaawanan dari tujuan tersebut dan tidak akan menemukan suatu kendala yang dapat menghambat tercapinya tujuan tersebut. Dengan tujuan seseorang juga tidak akan menjadi kecil



dengan



hambatan-hambatan



yang



ada



dalam



proses



pencapaian tujuan



2. Peran Bidan Sebagai Leader dalam Komunitas Bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan maternal dan perinatal, sehingga bidan dituntut untuk memiliki keterampilan kepemimpinan dalam pelayanan kebidanan disertai dengan kemampuan untuk menjalin kerjasama dengan pihak yang terkait dalam persoalan kesehatan di masyarakat. Pelayanan kebidanan yang berkualitas akan memberi hasil yang berkualitas, yaitu kepuasan pelanggan maupun provider dan pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan yang berkualitas tersebut diperlukan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan terus mutu pelayanan kebidanan yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan yang diberikan harus



38



berorientasi pada mutu. Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi & manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi dan kesehatan masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149 pasal 8). Bidan sebagai seorang pemimpin harus ; a. Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi kebijakan kesehatan. b. Melaksanakan



tanggung



jawab



kepemimpinan



dalam



praktik



kebidanan di masyarakat. c. Mengumpulkan,



menganalisis



dan



menggunakan



data



serta



mengimplementasikan upaya perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di masyarakat. d. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan perspektif luas dan kritis. e. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan praktik kebidanan. f.



Mengenali keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan dan menolak setiap tugas atau tanggung jawab diluar wewenang dan tanggung jawab bidan.



g. Menerima tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik kebidanan. h. Menggunakan kemampuan untuk berfikir secara proaktif, perspektif luas dan kritikal dalam konteks penyelesaian masalah.



39



3. Contoh Kasus Bidan Sebagai Leader



40



41



ADVOKATOR, AGEN PERUBAHAN, DAN RESEARCH/PENELITI



Disusun oleh : Kelompok 5 Della Elika Rahma



P17324116004



Nuning Nurbiyanti



P17324116046



Sekar Kinasih



P17324116058



Shafira Siti Nabila



P17324116016



Sherly Difia Febranti



P17324116037



Jalum 3A



POLTEKKES KEMENKES BANDUNG JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG 2018



42



ADVOKATOR Peran bidan sebagai advokator adalah melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan dari kategori program ataupun sektor yang terkait dengan kesehatan maternal dan neonatal. Melakukan advokasi berarti melakukan upayaupaya agar pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mencapai kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program yang ditawarkan perlu



mendapat



dukungan



melalui



kebijakan-kebijakan



atau



keputusan-



keputusan politik (Syafrudin, 2009) Di bawah ini ada beberapa peran bidan sebagai Advokator : 1. Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam mempromosikan hakhaknya yang diperlukan untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan dalam memperoleh pelayanan kebidanan) 2. Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman. Contoh: Jika ada ibu bersalin yang lahir di dukun dan menggunakan peralatan yang tidak steril, maka bidan melakukan advokasi kepada pemerintah setempat agar pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun menggunakan peralatan yang steril salah satu caranya adalah melakukan pembinaan terhadap dukun bayi dan pemerintah memberikan sangsi jika ditemukan dukun bayi di lapangan menggunakan alat-alat yang tidak steril. 3. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.



43



Kasus



Nama                    



: Bidan Meiriyastuti



Usia                           : 32 tahun Bidan                         : Sejak tahun 1998 Lokasi                        : Desa Teriti, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Propinsi     Jambi Penghargaan            : Tenaga kesehatan teladan puskesmas tingkat nasional                                    2011 (dari menkes) Tantangan Budaya



: Nyebur ke Ayek, & Nasi Kecap



Bidan Meriyastuti adalah seorang bidan muda yang mendedikasikan dirinya untuk perbaikan status kesehatan ibu dan anak di Desa teriti, tepian Sungai Batang Hari. Desa Teriti merupakan desa terpencil berpenduduk sekitar 932 Jiwa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani. Desa ini dapat ditempuh selama enam jam perjalanan darat dari kota Jambi melalui Sungai Batanghari. Diawal pengabdiannya, Bidan Meiriyastuti merasakan kesulitan untuk dapat diterima oleh adat masyarakat. Terkait masalah kesehatan misalnya, banyak orang tidak mau menuruti anjurannya karena mereka lebih percaya kepada dukun. Begitupula untuk urusan persalinan, hampir semua masyakarat di Desa Teriti masih mempercayakan penanganan kelahiran kepada nyai dukun dengan penanganan partus yang salah dan ritual adat pasca kelahiran yang merugikan kesehatan ibu dan bayi.



44



Salah satunya adalah pantangan makan makanan bergizi bagi ibu nifas. Menurut adat, selama 40 hari pasca melahirkan ibu hanya diperbolehkan mengkonsumsi nasi putih dan kecap asin dengan alasan dilarang oleh dukun karena akan mendatangkan sakit pada bayi yang mereka susui apabila mereka makan sayuran dan ikan. Kebiasaan ini berakibat kurang baik bagi kesehatan ibu dan bayi karena dapat menimbulkan kekurangan nutrisi. Selain itu, terdapat pula ritual Nyebur ke Ayek, dimana 7 hari setelah dilahirkan, bayi akan dimandikan dengan air kembang di sungai Batang Hari yang dingin. Menurut adat, hal ini perlu dilakukan untuk memperkenalkan anak ke dunia luar tempatnya hidup nanti. Padahal hal ini bisa membahayakan keselamatan bayi. Pernah suatu ketika seorang bayi prematur meninggal karena hipotermia karena dimandikan di sungai yang dingin. Agar dapat diterima oleh masyarakat, Bidan Meiriyastuti berusaha melakukan pendekatan dengan mencari keluarga angkat, mendekati perangkat desa, membentuk kader-kader terpercaya serta merangkul dukun-dukun setempat. Ia bahkan menikahi seorang pemuda dari desa setempat. Butuh waktu 11 tahun bagi bidan untuk mendapatkan kepercayaan dari nyai dukun yang kini telah bermitra dengannya. Berkat pendekatan dari bidan yang tak kenal lelah, ritual Nyebur Ke Ayek kini telah dimodifikasi dengan cara yang lebih aman bagi bayi. Tanpa mengurangi penghormatan kepada adat istiadat, Nyebur ke Ayek kini tetap dilakukan dengan menggunakan airhangat dan bayi dimandikan di dalam air kembang di dalam baskom di halaman rumah. Seluruh proses kelahiran di desa Teritik ini dilakukan bersama-sama oleh bidan dan nyai dukun.    



45



AGEN PERUBAHAN Bidan Sebagai Agen Perubahan Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), agen perubahan adalah petugas profesional yang mempengaruhi putusan inovasi para anggota masyarakat menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan. Jadi, semua orang yang bekerja untuk mempelopori, merencanakan, dan melaksanakan perubahan sosial adalah termasuk agen-agen perubahan. Agen Perubahan (agen of change) memimpin masyarakat dalam mengubah sistem sosial. Dalam melaksanakannya, agen perubahan langsung tersangkut dalam tekanan-tekanan untuk mengadakan perubahan. Bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya. Cara-cara mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan direncanakan terlebih dahulu yang dinamakan dengan rekayasa sosial (social engineering) atau sering pula dinamakan perencanaan sosial (social planning). (Soekanto, 1992) Agen



pembaharu



(chage



agent)



adalah



orang



yang



bertugas



mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh pengusaha pembaharuan (change agency). Tugas utama agen pembaharu adalah melancarkan jalannya arus inovasi dari pengusaha pembaharuan ke klien Peran bidan tidak hanya membantu persalinan ibu hamil. Lebih dari itu, bidan dapat berlaku sebagai garda depan dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan



dan



bayi



serta



agen



perubahan



(agent



of



change)



bagi



pembangunan kesejahteraan nasional. Fungsi bidan saat ini masih identik dengan membantu kelahiran bayi di desa. Itu tidak salah. Memberikan nasehat kepada ibu hamil selama masih hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak memang menjadi tugas utama bidan. Namun lebih luas dari itu, bidan juga harus mampu menjalankan program pemberdayaan perempuan. Artinya, setiap bidan harus cakap



46



memberikan pengetahuan bagaimana memilih pelayanan kesehatan terbaik dan hak-hak reproduksi di Indonesia berdasarkan pada : 1. UU No.7 tahun 1984 hasil replikasi CEDAW tahun 1979 2. UU No.10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera 3. UU No.23 tahun 1992 BAB II Pasal 3 BAB III Pasal 4, BAB V pasal 18:1 dan Pasal 12 Peran Agen Perubahan Dalam melaksanakan tugasnya agen perubahan mempunyai peranperan. Ada tujuh peran agen perubahan yang dapat diidentifikasi dalam proses mengenalkan sebuah inovasi kepada suatu sistem klien. 1. Untuk mengembangkan kebutuhan akan perubahan pada klien Seorang agen perubahan awalnya sering membantu klien menjadi sadar akan kebutuhan untuk merubah sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk memulai proses perubahan, agen perubahan mengusulkan alternatif baru dari masalah yang terjadi, menguraikan dengan baik dan jelas pentingnya masalah tersebut untuk diatasi, dan meyakinkan klien bahwa mereka mampu untuk menghadapi masalah tersebut. Agen perubahan menilai kebutuhan klien sangat penting pada tahap ini  dan juga mencoba membantu klien untuk mendapat kebutuhan yang lebih baik.  2. Untuk membuat sebuah hubungan pertukaran informasi Ketika kebutuhan akan perubahan dibuat/diciptakan, seorang agen perubahan harus mengembangkan hubungan dengan kliennya. Agen perubahan dapat meningkatkan hubungan dengan klien dengan sikap dapat dipercaya (credible), kompeten, dan terpercaya (trustworthy) dan juga empati terhadap kebutuhan dan masalah klien. Klien harus menerima agen perubahan sebelum mereka akan menerima inovasi yang dipromosikannya. Inovasi dinilai pada dasar bagaimana agen perubahan itu dirasakan oleh klien. 3. Untuk menganalisis masalah klien 47



Agen perubahan bertanggungjawab untuk menganalisis masalah para klien untuk menentukan mengapa alternatif yang ada tidak cocok dengan kebutuhan mereka. Dalam menuju kesimpulan analisis, agen perubahan harus melihat situasi dengan empatik dari sudut pandang klien. Disini agen perubahan akan mencoba untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi klien dan mencoba menemukan inovasi yang paling tepat. 4. Untuk menumbuhkan niat berubah pada klien Setelah agen perubahan mengeksplorasi/menyelidiki bermacam-macam kesempatan dari tindakan yang dapat mengantarkan klien mencapai tujuan mereka, agen perubahan mencari cara agar mereka tertarik dengan inovasi. 5. Untuk menerjemahkan niat klien ke dalam tindakan Agen perubahan mencoba untuk mempengaruhi sikap klien dalam menyesuaikan saran/rekomendasi berdasarkan kebutuhan para klien. Jaringan interpersonal mempengaruhi dari pengamatan jarak dekat yang paling penting pada tahap persuasi dan keputusan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Change agent dapat secara efektif menstabilkan perilaku baru di kalangan sistem klien melalui penguatan pesan kepada klien yang sudah mengadopsi. 6. Untuk menstabilkan adopsi dan mencegah diskontinyu Agen perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru sampai menguatkan pesan kepada klien yang telah mengadopsi, dengan demikian seperti “membekukan” tingkah laku/sikap baru dari klien. Bantuan ini diberikan ketika seorang klien sedang berada pada tahap implementasi atau konfirmasi dalam proses keputusan inovasi. 7. Untuk mencapai sebuah hubungan yang berulang-ulang Tujuan akhir dari agen perubahan adalah untuk mengembangkan sikap memperbaharui diri (self-renewing) dalam bagian dari klien. Ketika perubahan telah terjadi pada klien dan dipandang telah stabil, maka seorang agen



48



perubahan harus dapat menarik dirinya untuk keluar dari urusan dengan mengembangkan kemampuan klien untuk menjadi change agent bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain, change agent berusaha untuk merubah sistem klien dari posisi mempercayai change agent menjadi mempercayai dirinya sendiri atau seseorang dari kalangan mereka sendiri. Contoh Bidan Sebagai Agen perubahan : 1. Cara memasak makanan untuk anak balita. 2. Menyediakan air bersih bagi rumah tangga di desa. 3. Mengubah pendekatan dari dukun untuk melahirkan, memberi layanan lengkap



hingga



pascamelahirkan.



Pendekatan



dilakukan



kepada



perangkat desa dan masyarakat untuk membentuk forum kesehatan desa. 4. Untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI). 5. Bidan berperan dalam upaya pemeliharaan dan pencegahan penyakit. Salah satu contoh bidan sebagai change of agent adalah peran serta bidan terlaksana nya kampung KB di desa Tritih Wetan, Kecamatan Jeruklegi, Kabupaten Cilacap. Perubahan yang terjadi secara signifikan dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah pengguna KB dari tahun 2014-2015 diatas rata-rata cakupan desa atau kelurahan. Hal ini menunjukan bahwa bidan dapat menjadi cahange of agent dalam program keluarga berencana dengan menjalankan tugas nya sesuai dengan peran dan fungsi bidan. Salah satu contoh bidan sebagai agent of change KOMPAS.com - Profesi bidan punya banyak tantangan. Tugasnya bukan sekadar membantu persalinan, namun juga menjadi mitra bagi perempuan, terutama di daerah, untuk lebih berdaya atas dirinya. Bidan punya andil besar atas kesehatan juga kesejahteraan ibu hamil, terutama di pedesaan. Berbagai cara pun dilakukan bidan menjawab tantangan budaya masyarakat setempat, tantangan ekonomi, dan kesehatan. Minimnya akses kesehatan, tak adanya biaya jelang persalinan, serta budaya setempat yang berdampak pada kesehatan ibu menjadi sejumlah masalah sekaligus tantangan yang dijawab sembilan bidan inspirasional peraih penghargaan Srikandi Award 2011 ini. Kategori Tantangan Budaya:



49



1. Bidan Sri Ariati - Majene, Sulawesi Barat Lain lagi dengan bidan Sri Ariati yang mengabdi masyarakat



di



Kelurahan lokal



yang



Banggae,



Majene,



menimbulkan



risiko



Sulawesi



Barat.



terhadap



Kebiasaan



kesehatan



ibu



pascapersalinan berhasil diubahnya. Sebelumnya, masyarakat setempat taat pada adat yang mengharuskan ibu pascamelahirkan untuk mengangkat air dari sumur ke rumah. Menggunakan bahasa Mandar, bidan Sri mengajak masyarakat Banggae untuk mulai meninggalkan tradisi ini. Ia berhasil melakukan pendekatan kepada dukun beranak atau disebut Sando, yang jumlahnya dua kali lipat dari jumlah bidan di daerah tersebut. Sosok bidan Sri tak asing di tengah masyarakat Banggae. Atas kontribusinya, ia pun dinilai layak menerima penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011. 2. Bidan Rosalinda Delin - Belu, Nusa Tenggara Timur Desa Jenilu, Kecamatan Kakuluk Atapupu, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur berlokasi 12 kilometer dari perbatasan Timor Leste. Di desa ini, masyarakat setempat mengenal budaya panggang api pasca persalinan. Selama 40 hari pascapersalinan, ibu dan bayi di Jenilu harus melakukan ritual panggang api yang berisiko menimbulkan anemia pada ibu, dan mengganggu pernafasan bayi. Adalah bidan Rosalinda Delin yang menggerakkan sosialisasi dari rumah ke rumah mengenai risiko ini. Perlahan, masyarakat mulai meninggalkan budaya panggang api. Atas perjuangannya, penghargaan Bidan Inspirasional Srikandi Award 2011 diberikan kepadanya.



50



RESEARCHER/PENELITI Peran bidan sebagai peneliti/investigator/researcher Peran bidan sebagai peneliti adalah bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok untuk mengidentifikasi atau memecahkan suatu masalah, bahkan untuk penemuan terbaru di dalam bidang kesehatan, misalnya penelitian tentang waterbirth (melahirkan di dalam air). (Mulya, 2016) Menurut Purwanti, 2008 dalam bukunya yang berjudul konsep kebidanan, bidan melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan, baik secara mandiri maupun secara kelompok. 1. Mengidentifikasikan kebutuhan investigasi yang akan dilakukan 2. Menyusun rencana kerja pelatihan 3. Melaksanakan rencana kerja pelatihan 4. Melaksanakan investigasi sesuai rencana 5. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi 6. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut 7. Memeanfaatkan



hasil



investigasi



untuk



meningkatkan



mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan.



51



dan



KASUS Bidan di Pacitan Ajak Ibu Hamil Berantas Anemia



https://www.liputan6.com/health/read/2646099/bidan-di-pacitan-ajak-ibu-hamilberantas-anemia?source=search Liputan6.com, Jakarta Jelang persalinan, Sri dengan perut besarnya harus menempuh perjalanan sekitar 40 kilometer menuju RSUD Pacitan, Jawa Timur. Warga Dusun Ledok Kulon, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan, ini harus menjalani persalinan di rumah sakit agar ia dan bayi selamat. Kondisi kehamilan anemia yang membuat Sri harus dirujuk ke RSUD Pacitan. Tingkat hemoglobin (HB) Sri hanya 8 gr/dL, normalnya ibu hamil di atas 11 gr/dL. Kondisi ini membuat proses persalinan rentan dengan pendarahan, sementara bidan desa tak bisa menangani hal ini. Sehingga persalinan wajib dilakukan di tempat yang memiliki fasilitas memadai dan dokter yang tepat. Memang biaya persalinan dan perawatan gratis ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional, namun ada biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan. Mulai dari biaya transportasi hingga makan ataupun menginap bagi anggota keluarga yang mengantar. Bagi Sri yang berasal dari keluarga tak mampu tentu hal ini memberatkan.



52



Apa yang dialami Sri merupakan gambaran dari permasalahan kesehatan ibu hamil di Desa Sidomulyo. Pada 2013, sekitar setengah atau tepatnya 52 persen dari 70-an ibu hamil mengalami anemia. "Jadi tak heran, dulu saya sering merujuk ibu hamil yang anemia untuk melahirkan di rumah sakit. Kalau sudah dirawat di rumah sakit kan saya jadi lebih tenang,"



kata



Siwi



saat



dihubungi Health-Liputan6.com ditulis



Selasa



(8/11/2016). Sebenarnya, Siwi tak ingin ada banyak kasus anemia pada ibu hamil di desanya. Ia pun menggali ide hal-hal sederhana yang mudah dilakukan namun signifikan memangkas angka anemia pada ibu hamil. Akhirnya pada 2013 pula Siwi mengajak para ibu hamil di desanya melakukan program Jamini alias jaga ibu dari anemia. Ia mewajibkan ibu-ibu hamil untuk menanam bayam dan katuk, memelihara ayam serta mengonsumsi tablet fe (zat besi). "Kalau menanam bayam itu bisa diambil daunnya untuk dimasak, karena mengandung zat besi. Begitu juga daun katuk. Memelihara ayam untuk diambil telurnya, kemudian direbus. Ini baik dikonsumsi ibu hamil," papar Siwi. Melalui program menanam dan memelihara ayam, para ibu ini pun lebih hemat dan gizi pun didapat. Para ibu bisa menghemat paling tidak Rp 3.000 per hari untuk membeli sayuran. Coba kalikan selama masa kehamilan. Ibu dan janin bisa sehat namun tetap hemat. Ibu dua anak ini mengingatkan kepada ibu-ibu hamil tentang asupan mereka setiap hari lewat SMS Gateway. Dalam SMS tersebut misalnya mengirimkan pesan 'Sudahkan mengonsumsi tablet fe?', atau 'Sudahkah ibu makan bayam hari ini?'.



Penyuluhan



pentingnya



mengonsumsi makanan sehat dan bernutrisi pada ibu hamil bukan



53



saja melalui kelas senam ibu hamil, tapi juga di pertemuan lain seperti PKK, pengajian atau lainnya, ia selalu mengingatkan hal tersebut. "Bu saya tidak punya lahan" Kendala dalam menjalankan program Jamini pasti ada. Salah satunya mengenai keterbatasan lahan. "Bu saya enggak punya lahan," Siwi menirukan salah satu ucapan ibu hamil. Siwi pun menyarankan pada ibu-ibu hamil tersebut untuk menanam di pot maupun memanfaatkan barang bekas pakai. Bisa menjadikan bekas bungkus minyak atau produk lainnya sebagai pot untuk menanam bayam maupun katuk. Jika memang hal tersebut tidak bisa dilakukan, wanita kelahiran 21 Agustus 1974 ini pun menyarankan untuk menanam di lahan tetangga. "Kalau di desa gotong royong masih tinggi, sehingga bisa menanam di (lahan) punya tetangga," papar Siwi Hasil positif program Jamini Setelah satu tahun program Jamini berjalan, hasilnya mulai terasa. Semakin banyak ibu hamil yang mengonsumsi bayam, katuk, mengonsumsi telur rebus, dan teratur mengonsumsi tablet fe. Pada 2014 lalu, angka ibu hamil yang mengalami anemia pun menurun menjadi 34 persen. Sedangkan di 2015, hasilnya makin baik. Jumlah ibu hamil yang anemia sekitar 11 persen dari rata-rata 70-an ibu hamil setiap tahunnya. Hasil membanggakan pun ditorehkan pada 2016. Hingga bulan November ini belum ada ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit. "Insya Allah, saya menargetkan tidak ada ibu hamil yang dirujuk ke rumah sakit karena anemia pada tahun ini," harapnya. Jika memang berhasil menekan angka anemia pada ibu hamil hingga nol di desanya, Siwi berharap mengurangi beban masyarakat bisa tercapai.



54



"Kalau ibu tidak anemia kan artinya tidak terjadi rujukan. Berarti ibu itu cukup melahirkan di pustu (puskesmas pembantu). Kalau ibu tidak anemia kan tidak terjadi pendarahan. Anak yang dilahirkan juga cerdas nantinya," tutur wanita lulusan Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Kebidanan Universitas Kadiri, Kediri, Jawa Timur. Berburu ASI Konsentrasi Siwi tidak hanya mengurangi angka anemia pada ibu hamil. Sebagai bidan, ia bertugas mengajak para ibu memberikan Air Susu Eksklusif (ASI) lewat program 'Berburu ASI' di 2013. Kehadiran program ini tentu bukan tanpa sebab. Siwi melihat banyak para ibu, sesudah melahirkan dua atau tiga bulan sesudahnya akan kembali bekerja di kota-kota besar. Sementara, bayi mereka ditinggal di rumah di bawah pengasuhan kakek-nenek. "Kadang-kadang ibu-ibu di sini ada yang melahirkan, tapi habis itu bayinya tidak disusui malah pergi cari uang, anaknya minum susu dot. Saya tidak rela seorang anak ditinggal begitu saja," cerita Siwi. Siwi pun melakukan pendekatan persuasif agar bayi tersebut tetap bisa mendapatkan ASI bukan susu formula. Bisa dengan meminta kakek-nenek ikut ke tempat ibu bekerja. Atau bisa juga mempersuasi ibu untuk fokus mengurus buah hati dan menunda bekerja sementara. Siwi menerangkan  betapa pentingnya ASI bagi anak. Mulai dari imunitas tubuh, kecerdasan hingga kesehatan jiwa mental anak yang lebih baik. Pendapatan yang diperoleh ibu saat bekerja jauh dari anak tentu tidak setara dengan manfaat besar yang didapat pada anak. "Jadi sebagian besar ibu memilih untuk berhenti bekerja sementara untuk mengurus anak," kata Siwi. Program dari hati mendulang prestasi Saat menjalankan program Jamini Berburu ASI yang mulai dilakukan pada 2013, Siwi melakukannya sepenuh hati. Namun siapa sangka pada 2016, Siwi terpilih 55



menjadi salah satu tenaga kesehatan teladan tingkat puskesmas dari Kementerian Kesehatan. Rasa senang bercampur kaget ia rasakan kala menerima penghargaan yang membawanya terbang ke Jakarta pada Agustus lalu. "Gimana tho ya, wong saya sudah tua, niat saya bekerja saja kok tidak mengharapkan apa-apa. Waktu terima kabar masuk lima besar propinsi waduh kuaget saya," tutur Siwi senang. Baginya, penghargaan tersebut merupakan bentuk apresiasi dari pemerintah. Hal terpenting bagi dirinya adalah bekerja bagi masyarakat. Ia pun tak terlena dengan penghargaan tersebut, aneka rencana jangka pendek, menengah, panjang pun sudah ia siapkan. Ini semua demi menyukseskan program Jamini Berburu ASI.



56



REFERAL RESOURCES DAN ROLE MODEL



Disusun Oleh: Kelompok 6 Asya Mustika Putri



P17324116011



Fitri Indriyani Susanto



P17324116055



Hani Hanifah



P17324116014



Harena Iqlima Dewi



P17324116044



Monica Agustin



P17324116043



Jalum 3A



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG 2018



57



PERAN BIDAN PADA KONSEP KEBIDANAN KOMUNITAS 1. REFERAL RESOURCES a. Penjelasan dan Pengaplikasian Peran bidan sebagai referral resources dalam komunitas berarti bidan sebagai sumber informasi atau sumber referensi bagi masyarakat mengenai isu-isu yang berhubungan dengan asuhan kebidanan yang disampaikan atau diinformasikan kepada masyarakat itu sendiri. (Shaflody, 2012) Pengaplikasian peran referral resources seorang bidan dalam komunitas ialah ketika bidan berbagi informasi mengenai kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan, terutama asuhan kebidanan yang didasari ilmu kebidanan yang ia punya dan midwifery update yang telah bidan tersebut ikuti, misalnya bidan tersebut melakukan penyuluhan pada suatu RW mengenai penyakit menular seksual. Maka informasi dari penyuluhan yang telah bidan tersebut sampaikan pada masyarakat diharapkan berdampak baik bagi pengetahuan maupun



perilaku



masyarakat



yang



akan



datang



dan



dapat



mengurangi angka penyakit menular seksual pada RW tersebut. Aplikasi lainnya ialah ketika disuatu desa tertentu tidak terdapat dokter maupun tenaga kesehatan yang memadai dan hanya terdapat bidan desa, maka masyarakat sekitar tentunya akan lebih memilih untuk bertanya dan mendapatkan informasi kesehatan dari bidan tersebut dibandingkan harus menemui dokter diluar wilayah yang terbilang jauh dari kediaman mereka. Selain itu, karena peran bidan sebagai pendamping perempuan maka kebanyakan wanita lebih baik berkunjung ke bidan atas keluhan yang ia rasakan. Oleh karena itu, bidan disebut juga sebagai sumber informasi atau referensi berdasarkan perannya di komunitas referral resources. Sehingga, bidan



harus



selalu



siap



dalam



menjawab



pertanyaan



klien



berhubungan dengan kesehatannya didasari pada ilmu kebidanan yang telah ia peroleh saat mengikuti pendidikan formal (perkuliahan) maupun nonformal (pengalaman dalam bekerja).



58



Bidan dalam peran ini harus bisa menentukan informasi yang layak untuk disampaikan pada masyarakat, menetapkan kebutuhan prioritas informasi yang disampaikan, membuat rujukan, dan follow up rujukan (Shaflody, 2012). b. Contoh Kasus Terkait dengan petugas/tenaga kesehatan tenaga kesehatan merupakan komponen penting dalam pendekatan berbagai pelayanan kesehatan kepada pasien dengan HIV-AIDS. Dengan jumlah tenaga dokter dan bidan yang demikian besar, seharusnya target tes HIV tidak mengalami kendala jika seluruh tenaga dokter dan bidan melaksanakan apa yang sudah direncanakan oleh pemerintah dalam rangka menghambat laju HIVAIDS di Indonesia, yaitu menyarankan semua ibu hamil untuk melakukan tes HIV. Beberapa permasalahan dalam pengobatan HIV-AIDS antara lain fasilitas kesehatan terutama rumah sakit (RS) yang melayani pengobatan HIVAIDS masih terbatas, tidak hanya pada jumlah RS, tetapi juga pada keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang menangani kasus HIVAIDS, ARV untuk anak, anti infeksi untuk anak, alat kesehatan, fasilitas laboratorium, dan kondisi sosial ekonomi orang tua/wali anak dengan HIVAIDS. Penanganannya Salah satu upaya yang dilakukan perlu pemetaan kebutuhan jumlah tenaga kesehata untuk pelayanan kesehatan khususnya pada pasien anak dengan HIV-AIDS. Selain itu, tenaga kesehatan perlu diikutkan untuk mengikuti pelatihan terkait ketepatan pemberian dosis/perbandingan obat, cara menangani pasien anak dengan HIVAIDS, dan pemeriksaan laboratorium HIV-AIDS untuk menjaga kualitas layanan



dan



seharusnya



penanggulangan



HIV-AIDS



pemerintah yaitu



dalam



dengan



pencegahan



disediakannya



dan Klinik



Voluntary Counseling and Testing (VCT) di fasilitas kesehatan seperti RS dan puskesmas. VCT merupakan pintu masuk untuk mendapatkan layanan yang dibutuhkan oleh penderita HIVAIDS. Selain itu, terdapat



59



pula klinik



Care, Support, and Treatment (CST) yang merupakan



layanan terpadu dan berkesinambungan untuk memberikan dukungan bagi



penderita



HIV-AIDS



selama



perawatan



dan



pengobatan.



Harapannya, klinik tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, terutama mereka yang berisiko HIV-AIDS dan penderita HIV-AIDS.



Rendahnya



akses



masyarakat



terhadap



pelayanan



kesehatan berkualitas dan munculnya permasalahan pada rujukan serta penanganan pasien untuk kasus tertentu dapat disebabkan belum memadainya jumlah, jenis, dan distribusi tenaga kesehatan. Dalam kasus HIV-AIDS, penderita memerlukan pengobatan seumur hidup, sehingga kontak dengan tenaga kesehatan juga akan lebih sering terjadi, karena mereka Kecukupan Tenaga Kesehatan dan Permasalahannya dalam (Mujiati, Heny Lestary, dan Sugiharti) memerlukan layanan pengobatan HIV-AIDS yang bersifat kontinu. Isu strategis terkait dengan pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan antara lain distribusi tenaga kesehatan belum merata, mutu tenaga kesehatan belum memadai, dan dukungan regulasi dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan tenaga kesehatan juga belum optimal. 2. ROLE MODEL a. Penjelasan dan Pengaplikasian Menurut shaflody (2012), peran bidan komunitas sebagai role model yaitu dengan menampilkan perilaku yang dapat dipelajari oleh klien atau masyarakat. Sebagai panutan atau contoh bidan tidak hanya berfokus



pada



masalah



kesehatan



ibu



hamil



namun



harus



memperhatikan mengenai kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar. Sehingga sebagai bidan harus menjaga sikap dan berperilaku dengan baik karena klien atau masyarakat akan mencontoh dan mengikuti perilaku atau sikap yang dilakukan bidan. b. Contoh Kasus Sebagai salah satu contohnya bidan menganjurkan klien untuk memberikan ASI secara eksklusif namun ada beberapa kasus bidan



60



yang memberika paket susu formula pada ibu postpartum sehingga membuat klien malah memilih menggunakan susu formula. Bidan Rahmi mengembangkan program ASI Bukti Cinta Ibu. Hal ini untuk melawan mitos yang salah pada masyarakat bahwa bayi tidak akan kenyang hanya dengan air susu ibu (ASI). Bidan Rahmi keluar sebagai pemenang kategori inisiatif Peningkatan Kesehatan Anak karena perjuangannya melawan budaya kurang tepat di daerahnya. Masyarakat Muna, Sulsel memiliki budaya untuk selalu memberi makan bayi, meski ia baru lahir sekalipun karena tangisan bayi dinilai sebagai indikator lapar. Maka bayi disana sudah diberikan pisang



ataupun



madu



di



usia-usia



yang



seharusnya



masih



mendapatkan ASI eksklusif. Rahmi yang sudah 17 tahun menjadi bidan disana mampu mengubah budaya masyarakat dengan memberikan edukasi tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif. Upaya edukasi tidak cukup ia lakukan kepada para ibu dan calon ibu, ia juga memulai sosialisasinya kepada orang-orang yang berpengaruh di desanya, seperti Kepala Desa, aparat desa, tokoh masyarakat dan para suami. “Saya berharap dengan program yang saya lakukan dapat memberikan contoh bagi seluruh daerah yang belum menerapkan ASI eksklusif,” kata Rahmi. Menurut dia, profesi bidan selama ini tanpa disadari menjadi sosok yang berada di garda terdepan upaya pertolongan persalinan



sekaligus



dalam



meningkatkan



derajat



kesehatan



masyarakat. “Kami bangga pada akhirnya usaha kami mendapatkan apresiasi,” katanya. Contoh lainnya yaitu bidan dapat mengajak dan mencontohkan perilaku sehat baik pada ibu hamil ataupun masyarakat dengan mengajak berolah raga bersama atau kerja bakti.



61



DAFTAR PUSTAKA Antara News. (2012). Tiga bidan di pelosok menangkan srikandi award. [Online]. Diakses



dari:



https://www.antaranews.com/berita/349354/tiga-bidan-di-



pelosok-menangkan-srikandi-award. Diakses pada 14 Agustus 2018. Atmasari,



Nina.



(2018).



Diakses



dari



http://lifestyle.harianjogja.com/read/2018/07/31/508/931102/mencegahstunting-harus-dimulai-sejak-masih-calon-pengantin Dadang. (2017) . Diakses dari http://porosnusantara.co.id/2017/08/20/bidanjubaidah-kordinator-mr-puskesmas-guntur-minta-kerjasamanya-antarlintas-sektor-dalam-pelaksanaan-program-mr/ Deni. (2018). Melalui prgram BUGIZA hetty sulistiyani raih penghargaan bidan teladan



tingkat



jabar.



Diakses



dari



:



https://kicaunews.com/2018/07/20/melalui-program-bugiza-hetty-sulistiyaniraih-penghargaan-bidan-teladan-tingkat-jabar/. Diakses pada 14 Agustus 2018). Haili, N. (2017). 130 ibu hamil ikuti kegiatan ANC terpadu di UPT puskesmas kowel



pamekasan.



Diakses



dari



:



http://m.suarajatimpost.com/read/10784/20171130/132831/130-ibu-hamilikuti-kegiatan-anc-terpadu-di-upt-puskesmas-kowel-pamekasan/. (Diakses pada 13 Agustus 2018). Ismaniar, H. (2018). Manajemen unit kerja. Yogyakarta: Deepublish Juliyanti, E. (2013). Pengalaman Caregiver dalam merawat pasien pasca stroke di rumah pada wilayah kerja puskesmas benda baru kota tangerang selatan.



[Online].



Diakses



dari



http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25548/1/ERYTHR INA%20JULIANTI%20-%20fkik.pdf . Diakses pada 13 Agustus 2018 KBBI, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Avalible at : https://kbbi.web.id/manajer. [Diakses 14 agustus 2018]



62



KBBI, 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] Avalible at http://www.ahlibahasa.com/2013/06/edukator.html.



[Diakses



14



:



agustus



2018] Kementerian Kesehatan RI. (2010). Pedoman bidan koordinator. Kompas. (2012). Bidan inspirasional mendapat srikandi award. [Online]. Diakses dari: https://regional.kompas.com/read/2012/12/19/05392142/Bidan.Inspirasiona l.Mendapat.Srikandi.Award. Diakses pada 14 Agustus 2018. Kompas. (2011).https://lifestyle.kompas.com/read/2011/12/27/17502252/inilah.9.bida n.inspirasional. Maternity d, Putri D R, dan Aulia D L N. (2017). Asuhan Kebidanan KomunitasDisesuaikan dengan Rencana Pembelajaran Kebidanan. Yogyakarta : ANDI Mujiati, Heny Lestary, dan Sugiharti.(2017).Kecukupan Tenaga Kesehatan dan Permasalahannya dalam Pelayanan Kesehatan Anak dengan HIV-AIDS di Rumah Sakit pada Sepuluh Kabupaten/Kota, Indonesia. Media Litbangkes, Vol. 27 No. 1, Maret 2017. Mulya, P W. (2016). Kuliah jurusan apa ? Jurusan kebidanan. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Niswati. Sri



Kaeni



bidan



teladan



desa



Bedingin. diakses



dari http://mampu.or.id/cerita-perubahan/cerita/sri-kaeni-bidan-teladan-desabedingin/. diakses pada tanggal 14 Agustus 2018  Notoatmojo,S.(1990). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta NovitaYesi dkk, (2011) . Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan, Jakarta : SalembaMedika. Pratiwi, W. (2016). Kuliah jurusan apa? Jurusan kebidanan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Purwandari, A. (2008). Konsep kebidanan sejarah dan profesionalisme. Jakarta: EGC Purwanti,A. (2008). Konsep kebidanan. Jakarta: EGC Putri., dkk. 2017. Asuhan kebidanan komunitas. Yogyakarta : Cv. Andi offset



63



Ratna, Ery dan Sriati. (2008). Buku ajar asuhan kebidanan komunitas. Numed: Jakarta Ridlo, M. (2017). Keikhlasan bidan bantu persalinan ibu gangguan jiwa. [Online]. Diakses



dari



https://www.liputan6.com/regional/read/3185649/kisah-



keikhlasan-bidan-bantu-persalinan-ibu-gangguan-jiwa. Diakses pada 13 Agustus 2018 Shaflody, V. (2012). Perbedaan Kepmenkes 369 th 2007 dengan Kepmenkes 572



th



1996.



[Online].



Diakses



http://viorenshaflody/2012/01/perbedaan-kepmenkes-369-



dari th-2007-



denganhtml&hl=en-ID Syafrudin dan Hamidah . (2009) . Kebidanan Komunitas . Jakarta : EGC Syafrudin, Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC. Syahlan, J. H. (1996). Kebidanan komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Tribun News. (2012). Bidan asal Kulonprogo, Muna dan Pacitan raih srikandi award



2012.



[Online].



Diakses



dari:



http://www.tribunnews.com/lifestyle/2012/12/19/3-bidan-inspirasipemenang-srikandi-award-2012. Diakses pada 14 Agustus 2018. Viva. (2016). Bidan tangguh di pedalaman Aceh utara. [Online]. Diakses dari http://portalsatu.com/read/profil/-6244 . Diakses pada 13 Agustus 2018 Wardani, T. N. K. (2014). Tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas. Numed : Jakarta Wiryoputro, sugiyanto. (2008). Dasar dasar manajemen kritiani . Jakarta : Gunung Mulia Yasmin, P. (2016). Kisah Nurlina, Bidan yang Peduli Pendidikan Anak Berkebutuhan dari



Khusus.(Online).Diakses



: https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/3276960/kisah-nurlina-



bidan-yang-peduli-pendidikan-anak-berkebutuhan-khusus (14



agustus



2018) YPKP dan Pusdiknakes. (2010). Modul Mahasiswi Perspektif Gender & HAM dalam Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Pusdiknakes.



64



65