Perbandingan Konsep Motivasi Humanistik Dengan Konsep Motivasi Dalam Islam [PDF]

  • Author / Uploaded
  • anggi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ARTIKEL ESAY ANALISIS KOMPARASI MATA KULIAH PSIKOLOGI DALAM PRESPEKTIF ISLAM “Perbandingan Konsep Motivasi Humanistik dengan Konsep Motivasi dalam Islam”



KELAS H – 2018 Anggih Maulud’dinah



(201810230311482)



Dosen Pengampu : Istiqomah, S. PSi M.Si



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TAHUN 2019



BAB I PENDAHULUAN a.



Latar Belakang Para pakar psikologi modern belum banyak yang memberikan perhatian pada studi-studi dimensi spiritual manusia dan kebutuhan-kebutuhan pokok pada tingkat tinggi. Padahal kebutuhan-kebutuhan ini mempunyai kedudukan terpenting dan tertinggi yang melebihkan manusia dari seluruh ciptaan Tuhan yang lain. Ilmu Psikologi modern lebih cenderung untuk menerapkan teori – teori yang berasal dari Barat seperti psikoanalisis, humanistik dan behavior. Hampir semua aspek psikologi berpacu pada teori – teori barat termasuk kajian mengenai motivasi utama manusia dalam menjalani kehidupan. Istilah motivasi baru digunakan sejakawal abad ke – 20. Selama berabad – abad sebelumnya, diyakini bahwa nalarlah yang menentukan apa yang dilakukan manusia. Teori motivasi yang paling terkenal, meskipun banyak yang mengkritisi, adalah teori hierarki kebutuhan milik Abraham Maslow (1954). Teori ini pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai hierarki kebutuhan. Pada dasarnya, teori hierarki kebutuhan Maslow ini meyakini bahwa motivasi utama manusia adalah untuk mencapai aktualisasi diri dalam hidupnya yaitu berupa pengembangan potensi yang terdapat dalam diri seseorang sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Pada dunia psikologi Islam sendiri juga sudah dipaparkan mengenai motivasi manusia dalam berperilaku. Pemamparan ini semua berpacu pada sumber utama yaitu Al – Qur’an. Menurut sudut pandang Psikologi Islam, seseoraang dalam berperilaku didasarkan karena adanya motivasi utama yaitu untuk ibadah. Psikologi Islami memandang bahwa motivasi utama berperilaku berupa ibadah yang bersumber dari dimensi al – fitrah sebagai dimensi deretan dimensi – dimensi jiwa manusia. Namun sayangnya Psikologi Modern saat ini belum terlalu banyak menganut Paham Psikologi Islami padahal mayoritas penduduk dunia adalah seorang muslim terutama di Indonesia.



Melihat kenyataan bahwa Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama



Islam,



memiliki



potensi



yang



luar



biasa



dalam



upaya



mengembangkan dan meningkatkan motivasi yang bersumber pada keyakinan spiritual (motivasi spiritual). Potensi masyarakat muslim yang menjadi sumber



daya



Negara



tentunya



diharapkan



dapat



digunakan



untuk



meningkatkan kualitas individu secara religius. Penting bagi setiap individu muslim untuk mengerti dan memahami tingkahlaku standar, religi, norma, nilai moralitas, dan hukum yang bersumber dari agama Islam sebagai dasar motivasi spiritualnya dalam berperilaku. Namun, permasalahan yang muncul adalah masyarakat di Indonesia cenderung lebih memilih menerapkan konsep teori Barat daripada konsep teori Islami yang merupakan bagian dari identitas masyarakat Indonesia sebagai Negara mayoritas muslim. Dilihat dari realita, bahwa masyarakat saat ini dalam berperilaku lebih termotivasi untuk kesenangan dunia bukan untuk tujuan ibadah kepada Allah S.W.T. b.



Tujuan dan Manfaat Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk membandingkan dan mencari perbedaan – perbedaan tentang konsep motivasi dalam Psikologi Humanistik dengan konsep motivasi dalam Psikologi Islam. Sehingga diharapkan penulisan ini dapat mengungkap secara lebih dalam tentang titik perbedaan dan persamaan antara Konsep Motivasi dalam Psikologi Humanistik dengan konsep motivasi dalam Psikologi Islam. BAB II KAJIAN LITERAUR



a. Teori atau Pemikiran Tokoh Teori Motivasi Humanistik Psikologi Humanitik memandang motivasi utama manusi bertingkah laku adalah untuk memenuhi kebutuhan bertingkat dan aktualisasi diri (slfactualization). Humanistik memandang sifat dasar (asli) manusia itu baik dan luhur. Maslow menghipotesiskan bahwa di dalam diri semua manusia ada lima jenjang kebutuhan berikut: (1) Kebutuhan Fisiologis : kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh dan seks. (2) Kebutuhan



akan rasa aman : mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. (3) Kebutuhan Sosial (Cinta) : Mencakup kasih sayang, rasa dimiliki, diterima-baik, dan persahabatan. (4) Kebutuhan akan Penghargaan: Mencakup faktor rasa hormat internal seperti harga-diri, otonomi, dan prestasi; dan faktor hormat eksternal seperti misalnya status, pengakuan, dan perhatian,. (5) Kebutuhan akan Aktualisasi diri: Dorongan untuk menjadi apa yang menjadi potensinya, mencakup pertumbuhan, mencapai potensialnya, dan pemenuhan-diri (Maulidya, 2015). Manusia dalam hidupnya selalu merasakan ketidakpuasan, karena setiap kepuasan yang sudah diperoleh pada suatu tingkat, segera disusul dengan kebutuhan yang lain. Sehingga, meskipun tidak ada kebutuhan yang pernah dipenuhi secara lengkap, suatu kebutuhan yang dipuaskan



secara cukup



banyak (substansial) tidak lagi memotivasi. Inilah yang disebut sebagai kebutuhan bertingkat (Andjarwati, 2015). Orang yang teraktualisas dirinya secara penuh akan menjadi manusia superior. Sifat – sifat manusia superior itu mirip dengan nilai- nilai dan cita – cita yang diajarkan oleh agama besar di dunia, seperti transedensi diri, lebur diri dalam kebenaran, kebaikan dan keindahan, sedekah kepada orang lain, kearifan, dan sebagainya (Baharuddin, 2004). Menegnai struktur jiwa manusia. Psikologi Humanistik memandangnya secara vertical kedalam atau dari luar ke dalam. Oleh karena itulah Psikologi Humanistik disebut juga dengan Height Psychology yaitu cara memandang struktur jiwa manusia secara vertikal ke dalam, maka susunan struktur jiwa manusia adalah berturut – turut dari luar kedalam adalah dimensi somatis (raga), psikis (jiwa) dan noetik (rohani dan spiritual) (Baharuddin, 2004). Sejalan dengan itu, maka inti dari landasan perilaku manusia menurut psikologi humanisik adalah mencapai prinsip hidup bermakna atau mewujudkan makna hidup (the will to meaning). Manusia yang mampu mencapai makna hidup dalam kesehariannya itulah yang berhasil menjadi manusia superior. Suatu hal yang utama dalam mencapai makna hidup tersebut peran motivasi intrinsiklah yang utama yang berarti dorongan yang muncul dari dalam diri mempunyai peran yang lebih besar.



Dua konsep utama dapat disimpulkan dari Teori Hirarki Kebutuhan Maslow yaitu: (a) Kebutuhan kepuasan bukanlah motivator suatu perilaku. (b) Bila kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi maka, kebutuhan yang lebih tinggi akan menjadi penentu. Jika pekerjaan telah memenuhi beberapa kebutuhan yang lebih tinggi maka hal tersebut akan menentukan dalam motivasi berperilaku. Tingkat aspirasi berhubungan erat dengan hirarki kebutuhan, dan sikap akan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk pencapaian kebutuhannya (Murti, & Srimulyani , 2013) TEORI MOTIVASI DALAM ISLAM Motivasi adalah dorongan yang sangat menentukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Ia menjadi kunci utama dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan manusia. Peranan yang demikian menentukan ini, dalam konsep islam disebut sebagai niyyah dan ibadah. Niyyah merupakan pendorong utama manusia untuk berbuat dan beramal. Sementara ibadah adalah tujuan manusia berbuat atau beramal (Baharuddin, 2004). Maka, perbuatan manusia berada pada lingkaran niyyah dan ibadah. Sesuai dengan hadis Rasulullah : ‫إنَّ َما األع َمال بالنِّيَّات‬..............ِ Artinya : “Sesungguhnya amal perbuatan itu ditentukan oleh niyyahnya …….”



Melalui hadis tersebut dapat dipahami bahwa hal penting dalam memahami motivasi adalah Dorongan. Dorongan ini yang bersifat psikis yang muncul melalui dalam diri. Dalam hal ini, dorongan tersebut muncul karena adanya aspek luar yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi atau keinginan yang ingin dicapai (Purwanto, Y, 2011). Menurut Shaleh dan Wahab ( 2005) setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik yang disadari (rasional) atau tidak disadari (mekanikal/naluri) pada dasarnya merupakan sebuah wujud untuk menjaga sebuah keseimbangan hidup. Wujud dorongan naluriah ini akan membentuk potensi dasar manusia. Psikologi Humanistik memandang bahwa sifat dasar manusia adalah baik dan luhur.



Pada pandangan islam, manusia mempunyai susunan dimensi jiwa yang masing – masing dimensi mempunyai sifat – sifat dan kebutuhan dasarnya. Sifat – sifat dasar masing – masing dimensi jiwa tersebut adalah al-jism yang bersifat keragaan atau kebendaan ; al – nafs bersifat kehidupan; al – aql bersifat pemikiran dan rasional; al – qalb bersifat supra rasional, perasaan dan emosional; al – ruh bersifat spiritual dan al – fitrah bersifat suci dan religious (Baharuddin, 2004). Sejalan dengan itu, masing – masing dimensi jiwa tersebut juga memiliki kebutuhan dasar; al-jism memiliki kebutuhan dasar biologis ; al – nafs memiliki kebutuhan dasar akan keterntraman dan keamanan; al – aql memiliki kebutuhan dasar penghargaan diri, al – qalb memiliki kebutuhan dasar cinta dan kasih sayang; al – ruh memiliki kebutuhan dasar perwujudan diri atau aktualisasi diri dan al – fitrah memiliki kebutuhan dasar kepada agama (Baharuddin, 2004). Jadi, jelaslah bahawa motivasi manusia dalam berperilaku menurut Psikologi Humanistik adalah untuk memenuhi kebutuhan bertingkat dan aktualisasi diri (self – actualization). Suatu hal yang perlu digaris bawahi adalah bahwa motivasi manusia yang utama adalah muncul dari dalam dirinya (internal). b.



Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian yang membahas mengenai keterkaitan antara Motivasi Barat (Humanistik) dan Motivasi dalam Islam. Salah satu contohnya adalah penelitian yang dilakukan oleh (Prihartanta, 2015). Pada penelitian ini ditemukan bahwa motivasi kerja sebagai aktivitas mencari nafkah yang dilandasi niat ibadah. Faktor-faktor intrinsik dari motivasi yang muncul pada profesi guru TPQ adalah ibadah, keinginan dan harapan pribadi, kepuasan batin dan tanggung jawab. Ibadah merupakan motivasi intrinsik yang paling utama dan mendasar dari responden dalam menekuni profesinya. Sedangkan faktor-faktor ekstrinsiknya adalah kondisi lingkungan TPQ, hubungan antar Guru TPQ dan penghargaan. Adanya faktor



ekstrinsik inilah yang merupakan penerapan konsep motivasi Humanistik yang lebih menekankan pada faktor didalam diri seseorang. Penelitian lainnya yang menguji tentang efektivitas motivasi spiritiual (Islami) adalah study yang dilakukan oleh Narjono, A,I (2013). Pada penelitiannya ini ditemukan fakta bahwa Antara etika Islam dengan motivasi kerja memiliki hubungan yang sangat erat. Etika Islam menetapkan standar ideal penempatan seorang pekerja yang didasarkan pada : prestasi, dedikasi dan profesionalisasi diri. Etika dalam konsep Islam harus bersumberkan dari Al Qur’an dan As-sunah , yang di dalamnya juga menggariskan norma-norma etika dalam bekerja dan berusaha. Islam sebagai agama dan ideologi selalu mendorong pada umatnya untuk bekerja secara sungguh – sungguh dan sebaik - baiknya, tidak melupakan kerja setelah beribadah. BAB III ANALISIS a. Komparasi (Apresiasi dan Kritik) Mengenai motivasi utama manusia dalam berperilaku, konsep Psikologi Islam dekat dengan konsep Psikologi Humanistik yaitu untuk memenuhi kebutuhan, namun tetap ada perbedaan significant. Perbedaan tersebut terletak pada konsep Psikologi Islam bahwa ibadah merupakan motivasi utama manusia berperilaku sebagai akibat dari dimensi al – fitrah, dimensi yang sama sekali tidak terjangkau dalam Psikologi Humanistik (Shaleh dan Wahab, 2005). Mengenai sifat dasar (asli manusia), maka Psikologi Islami memandang sama dengan Psikologi Humanistik yaitu sifat dasar manusia adalah baik. Namun, disisi lain mengenai landasan dan makna perilaku manusia kedua konsep ini sangat berbeda. Psikologi Humanistik menekankan pada makna pencapaian hidup (the will to meaning). Maka Psikologi Islam makna dan landasan perilaku adalah untuk mencapai ridha Allah (Kemauan Allah) (Baharuddin, 2004).



Terdapat bentuk apresiasi terhadap teori motivasi Humanistik karena penekanan Maslow pada aspek – aspek positif sifat dasar manusia menjadi pengimbang yang baik penekanan ahli teori perilaku pada prediksi dan pengontrolan tingkah laku manusia dan penenkanan penganut psikodinamika pada segala keselahan yang mungkin terjadi selama masa perkembangan manusia. Pendapat – pendapat Maslow juga terbukti sangat bermanfaat untuk memahami pengalaman manusia dalam berbagai situasi seperti yang telah diterapkan dalam penelitian Bentley (dalam Maulana, 2015). Pada realitanya teori kebutuhan Maslow memiliki permasalahan. Menurut E. Mulyasa bahwa “ada dua masalah berkenanaan dengan asumsi yang spesifik terhadap teori Maslow (Maulana, 2015) : (1) Kebutuhan individu tidak selalu mengikuti tatanan yang berjenjang. Sebagai contoh seseorang dengan arahan kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan telah melakukan suatu upaya walaupun belum memenuhi untuk mencintai dan dicintai, atau kebutuhan – kebutuhan untuk menyatu dalam kelompok. (2) Kebutuhan – kebutuhan yang berbeda muncul ke dapan, manakala musim kerja meningkat. b.



Skema Pandangan Humanistik Susunan Struktur Jiwa Mmanusia



Keterangan : c



A : Dimensi Noetik (Spiritual)



B



B : Dimensi Psikis (Kejiwaan)



A



C : Dimensi Somatis (Raga)



(Sumber : Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam. Hal 302) Konsep Psikologi Humanistik yang memandang struktur jiwa manusia terdiri atas : raga (somatis), jiwa (psikis) dan rohani (neotik atau spiritual), dipandang mendekati konsep Psikologi Islam. Dalam Psikologi Humanistik terlihat dibedakan antara dimensi jiwa (Psikis) dengan dimensi rohani (neotik, spiritual). Demensi psikis hubungan dengan pikiran, perasaaan dan kemauan.



Sementara dimensi neotik atau spiritual berhubungan dengan aspirasi manusia untuk hidup bermakna (the will to meaning), makna hidup (the meaning of life) dan Kebebasan berkehendak (The freedom of will). Susunan Hierarki Kebutuhan



(Sumber : Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam. Hal 241) Pandangan Psikologi Islam Susunan Jiwa Manusia, Sifat Dasar dan Kebutuhan Dasar Dimensi – Dimensi Jiwa AL - FITRAH AL – RUH AL – QALB AL –AQL AL – NAFSU AL – JISM



Sifat – Sifat Dasar



Kebutuhan Dasar



Suci/Quds



Keyakinan Agama



Spiritual



Aktualisasi Potensi



Emosional



Cinta dan Kasih sayang



Rasional



Penghargaan, Ingin tahu



Kehidupan , biologis



Keamanan



Keragaan, Fisik - Biologis



Biologis



(Sumber : Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam. Hal. 242) Susunan Kebutuhan Dasar Manusia (Baharuddin, 2004) KEYAKINAN/ AGAMA PERWUJUDAN DIRI CINTA DAN KASIH SAYANG PENGHARGAAN DIRI



KEAMANAN, KETERNTRAMAN, DAN SEKSUAL KEBUTUHAN KEBUTUHAN BIOLOGIS DAN MATERIALIS Skema Perbandingan Motivasi Humanistik Dan Motivasi Psikologi Dalam Islam (Baharuddin, 2004) : No 1.



2.



Bidang



Humanistik



Psikologi Islami



Perbandingan Struktur Dasar Jiwa - Somatis (Raga,



- Al – jism, al – nafsu, al- aql,



Manusia



Psikis (Jiwa) dan



al – qalb, al- ruh, dan al –



Noetik (Spiritual)



fitrah



- Height



- Holistik Psychology



Motivasi dan meta



Psychology Memenuhi



Memenuhi multi kebutuhan



motivasi (motivasi



kebutuhan



dan aktualisasi sifat – sifat



utama) manusia



bertingkat dan



Tuhan dan beribadah untuk



dalam berperilaku



aktualisasi diri



mencapai Rida Allah.



BAB IV KESIMPULAN Demikianlah perbandingan antara teori motivasi dalam pandangan Psikologi Humanistik dengan Pandangan Psikologi Islam. Berdasarkan analisa perbandingan yang telh ditampilkan, dapat disimpulkan bahwa Psikologi Islami tidak apriori menafikan konsep – konsep Psikologi Humanistik. Tetapi berusaha untuk mendudukkannya secara proporsional dan mensinkronkannya dengan konsep – konsep Psikologi Islam yang dikonstruksi dari ajaran islam, khususnya dari Al – Qur’an dan Hadist. Motivasi dalam Psikologi Humanistik memiliki beberapa bentuk kedekatan dengan Motivasi dalam Psikologi Islam terutama mengenai konsep spiritualitas jiwa manusia. Walaupun harus disadari bahwa konsep spiritualitas antara Humanistik dan Psikologi Islam sangat jauh berbeda, namun harus diakui konsep Humanistik itu telah membuka kesadaran masyarakat ilmiah khususnya



para psikolog akan adanya dimensi lain selain dimensi somatic (raga) dan Psikis (jiwa) dalam struktur jiwa manusia,



DAFTAR PUSTAKA Andjarwati, T. (2015). Motivasi dari sudut pandang teori hirarki kebutuhan Maslow, teori dua faktor Herzberg, teori xy Mc Gregor, dan teori motivasi prestasi Mc Clelland. JMM17: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Manajemen, 2(01). Baharuddin. (2004). Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Maulana, A. (2015). Kritik dan Kelemahan Teori Abraham Maslow (Motivasi). Universitas Lambung Mangkurat Maulidya, Nur, L. 2015. Psikologi (Panduan Praktis Psikologi dalam Prespektif Islam. Malang : Psychology Forum Murti, H., & Srimulyani, V. A. (2013). Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Variabel Pemediasi Kepuasaan Kerja Pada PDAM Kota Madiun. JRMA| Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi, 1(1), 10-17. Narjono, A. I. (2013). Etika Islam Dan Motivasi Kerja (Islam Ethics and Employee Motivation). Jurnal JIBEKA, 7(2), 7-13. Pramandhika, A., & MAS'UD, F. (2011). Motivasi Kerja Dalam Islam (Studi Kasus Pada Guru TPQ Di Kecamatan Semarang Selatan). Doctoral Dissertation. Universitas Diponegoro). Prihartanta, W. (2015). Teori-teori motivasi. Jurnal Adabiya, 1(83), 1-14. Purwanto, Yadi. (2011). Psikologi Kepribadian (Integrasi Nafsiyah dan ‘Aqliyah Prespektif Psikologi Islami). Bandung : PT Refika Aditama Purwanto, Yadi. (2007). Epistemologi Psikologi Islami 9Dialektika Pendahuluan Psikologi Barat dan Psikologi Islami. Bandung : PT Refika Aditama Shaleh, A, R dan Wahab M, A. (2004). Psikologi Suatu Pengantar dalam Prespektif



Islam. Jakarta: Kencana