Perbedaan Budaya Makan Jerman Dengan Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Perbedaan Budaya Makan Malam Orang Jerman dan Indonesia



Gambar: Dok. Pribadi.



Makan malam merupakan ritual bagi sebagian besar orang, di mana kita bisa berkumpul bersama di meja makan (atau lesehan pakai tiker juga bisa sih) bersama keluarga dan membicarakan berbagai macam hal. Hal-hal dari mulai masalah kecil soal acara arisan keluarga minggu depan sampai masalah besar, seperti hilangnya tuperware adik di sekolah.



Secara umum pula di Indonesia kita mengenal tiga kali makan utama dan ketiganya adalah makanan yang umumnya disajikan hangat dan biasanya pakai nasi. Karena konon katanya untuk kebanyakan orang Asia Timur dan Tenggara, makan itu gak lengkap kalau gak pakai nasi.



Ini menurut teman Masdit yang orang China, Korea, Vietnam, dan Malaysia yang ternyata mereka juga begitu, makan mie instan/ramyun pun juga harus pake nasi.



Balik lagi ke Indonesia, misalnya sarapan kita makan bubur ayam, lontong sayur, dan nasi uduk. Makan siang nasi padang, nasi rames, ketoprak, gado-gado, dan lain-lain. Begitu juga makan malam yang biasanya lauknya tidak begitu beda jauh dengan makan siang. Hanya saja, kadang ditambahkan lagi sama cemilan extra, seperti martabak telor/manis.



Keadaan ini justru sangat berbeda dengan sarapan, makan siang, dan makan malam di Jerman. Umumnya warga Jerman suka menyantap menu dingin/kaltes essen (Müsli dan susu, Roti dan keju/selai + kopi) ketika sarapan.



Untuk makan siangnya baru deh makan yang hangat/warmes essen (Kentang goreng dan sosis, ikan goreng di tepung roti (Panierte Fisch) pakai kentang rebus, sauerkraut, dan roast pork knuckle, dan lainlain)



Sangat berbeda dengan kita, untuk makan malam, sebagian besar orang Jerman makan roti atau lebih dikenal dengan nama Abendbrot. Jam makan malam pun lebih 'pagi' dari kita, yaitu pukul 18:00 ke atas.



Dan setelah makan malam ini biasanya gak ada tuh cemal-cemil macam gorengan, es krim, pizza, atau martabak ketika terang bulan sampai waktu sarapan tiba.



Pasti aneh banget untuk kita yang biasa makan roti pakai selai di pagi hari untuk sarapan atau sandwich untuk makan siang. Sama seperti Masdit, pertanyaan yang muncul pertama kali waktu denger soal Abendbrot adalah: "Kenapa malah makan roti untuk makan malam? Bukannya kalau malam justru lebih enak makan yang lebih mengenyangkan, biar enak tidurnya? Lagian kan kalau malam lebih banyak waktu untuk nyiapin menu makanan?"



Ternyata Abendbrot atau roti untuk makan malam ini bisa dibilang adalah tradisi di kalangan orang Jerman. Hal ini karena pengaruh budaya dan juga iklim. Berbeda dengan iklim di Indonesia dan negara sub tropis lainnya. Makanan yang dibiarkan terlalu lama/tidak dihangatkan akan menjadi basi.



Di Jerman, karena udaranya cukup dingin dan kelembapan udaranya pun rendah, maka ketika makanan tidak dihangatkan pun tidak akan cepat basi di musim dingin, gugur, dan semi.



Roti makan malam pun praktis yaitu roti dan beberapa topping di atasnya yang sebenarnya makanan yang bisa bertahan lama kalau pun tidak disimpan di dalam kulkas.



Selai misalnya, karena campuran gulanya yang cukup banyak dan dimasak dalam jangka waktu lama tentunya tidak akan cepat basi. Daging kering (salami)/asap, karena kandungan airnya yang lebih sedikit dari daging normal pastinya akan bisa bertahan lebih lama. Foto: Gambar pilihan topping lainnya. Dok. Pribadi.



Sauerkraut/asinan kol mengalami proses fermentasi, maka pastinya akan bertahan lebih lama. Rotinya pun berbahan dasar gandum dan bertekstur lebih keras karena menggunakan lebih sedikit air agar tidak mudah berjamur.



Mungkin karena zaman dulu di Jerman belum ada kulkas, jadi mereka menggunakan teknik ini agar bisa melewati musim dingin yang panjang.



Ilustrasi Sauerkraut/Asinan Kol Ilustrasi Sauerkraut/Asinan Kol (Foto: Dok: Masdit (Moinblog)) Mungkin untuk anak mudanya sekarang sudah banyak yang beralih ke makanan yang lebih enak kalau disajikan hangat seperti pasta, tumis sayuran dengan nasi, atau sosis goreng, dan salad.



Tapi menurut teman Masdit yang orang Jerman, ketika di rumah orang tua mereka (Masdit ngomong ketika di rumah orang tua mereka, karena umumnya di sini ketika berumur sudah lebih dari 18 tahun mereka memilih tinggal sendiri/ngekos) atau pun berkunjung ke rumah kakek/nenek, sebagian besar makan Abendbrot. gambar Vollkornbrot/roti gandum



Roti yang disajikan pun bukan roti putih seperti sandwich pada umumnya. Tapi roti gandum hitam (Roggenbrot), roti gandum (Vollkornbrot), misalnya. Buat kalian yang biasa makan roti bertekstur lembut pasti gak akan suka dengan roti ini. Karena selain teksturnya yang keras, ngunyahnya juga cukup lama dan rasanya juga sedikit asam dari ragi. Bandingkan dengan roti putih yang biasa kita makan, teksturnya lembut dan rasanya manis karena penggunaan gula dan mentega yang cukup banyak di adonannya.



Untuk Abendbrot ini biasanya ditaruh selai, sosis yang bisa di spread seperti Leberwurst (sosis dari hati sapi/babi, kadang juga unggas), Jagdwurst, salami/daging yang dikeringkan, keju seperti tilsiter dan gouda, blackforest ham (salah satu makanan special dari wilayah Blackforest di Jerman, selain kue tartnya adalah daging ham-nya) dan sayuran mentah seperti timun dan tomat. Cara makannya pun beda, satu lembar roti lalu di atasnya ditaruh selai, keju lalu salami/daging ham. Foto: gambar roti, cream cheese dan daging salami. Dok. Pribadi.



Untuk daging salami ini biasanya terbuat dari daging babi/sapi/kalkun, tapi karena sekarang di Jerman sedang trend vegan dan vegetarian maka juga banyak tersedia salami dan keju pengganti yang terbuat dari tumbuhan. Sambil makan roti tidak lupa sebotol bir pilsner khas Jerman untuk menemani makan malam Kalau kalian kira-kira bisa gak makan cuman roti aja sama keju? Kalau Masdit sih anak pecel lele sama nasi goreng gerobak abang-abang kalo malam. Lagian sebagai anak kos dan rantau kadang kita lebih milih buat mikir tugas-tugas kampus/kerjaan kantor daripada makan malam. Seperti sebuah quote yang terkenal banget di Jerman dari Wolfgang Neuss, seorang aktor dan artis kabaret Jerman:



"Heut' mach ich mir kein Abendbrot, heut' mach ich mir Gedanken."



Artinya: "Hari ini aku tidak makan malam, hari ini aku lebih memilih untuk berfikir/merenung."



Jadi buat yang gak makan malam gak usah khawatir, lebih baik kita berfikir buat masa depan kita nanti. Semangat untuk para jiwa muda! Perbedaan Budaya Sarapan di Jerman dan Indonesia S__10338310.jpg Beberapa tahun Masdit tinggal di Jerman enggak lantas merubah lidah Masdit jadi lebih memilih sarapan nasi uduk daripada roti gandum. Sarapan ala Indonesia pastinya tetap jadi pilihan utama dibanding sarapan ala Jerman. Walaupun makin ke sini Masdit ngerasa sarapan Indonesia itu porsinya bunyak juga ya buat dimakan di pagi hari.



“Lho tapi bukannya orang Jerman makannya justru lebih banyak dibandingkan sama orang Indonesia Masdit?” betul banget! Tapi soal sarapan beda lagi ceritanya. Kali ini Masdit akan berbagi pengalaman tentang perbedaan sarapan orang Jerman dan Indonesia.



Hari Minggu pagi kemarin seperti Minggu pagi pada biasanya. Jam 7 pagi Masdit berangkat ke tempat kerja buat part time Mingguan di sebuah restoran. Minggu pagi adalah waktunya melakukan Mise en Place (atau bahasa Indonesia-nya menyiapkan bahan makanan, beberes dapur dan lain-lain sebelum restoran/dapur siap memasak makanan atau melakukan service) untuk weekdays.



Enggak seperti hari kerja, hari Minggu di Jerman jalanan itu sepi banget! Yang buka paling beberapa bakery yang jual roti dan kopi untuk sarapan. Kalau di Jakarta biasanya yang bukan jam segini warung nasi uduk atau gerobak Kang bubur nih. Hehehe



Sampai di kitchen biar selalu berenergi sebelum kerja, Chef kepala akan ngajak buat sarapan bareng. Kali ini karena penasaran Masdit pingin tau lebih lanjut dari ahlinya dan sekalian sharing. Kenapa sih orang Jerman lebih suka makan roti gandum hitam dan Müsli (oatmeal yang dicampur dengan manisan buah) dibanding dengan nasi atau mie misalnya.



Masdit memulai dengan cerita soal budaya sarapan orang Indonesia. Mungkin Masdit kurang tahu di daerah lain, tapi selama tinggal di Jakarta kayaknya jenis sarapan utama yang gampang ditemui di pinggir jalan adalah: warung nasi uduk, lontong sayur, dan tukang bubur. Di mana karbohidratnya didominasi oleh nasi dan semuanya disajikan hangat. Roti mungkin bukan menjadi pilihan utama. Karena selain enggak ngenyangin karena menurut sebagian orang: “Belum makan nasi artinya cuman ngemil”. Harga makanan berbahan dasar beras jauh lebih murah dibandingkan roti.



"Oh tenyata beda ya dengan Jerman yang makanan utamanya adalah roti. Tapi rotinya pun bukan sembarang roti,” kata Chef Masdit. Hal ini menurut beliau ternyata karena letak geografis Jerman. Dibandingkan dengan negara tetangganya, Prancis, varian roti di Jerman jauh lebih sedikit. Pengaruh cuaca, jumlah pantai yang lebih sedikit, sinar matahari yang sedikit karena musim panas yang pendek dan musim dingin yang panjang menyebabkan tanah pertanian Jerman menjadi kurang begitu subur.



Oleh karena itu jenis tanaman yang bisa diproduksipun menjadi terbatas. Gandum hitam, soba/buckwheat, gandum putih menjadi komoditas utama pertanian Jerman. Buat menanam padi? Duh lupain aja deh, keburu terkubur salju nanti ladangnya.



IMG_5126.jpg Schwarzbrot (Roti hitam) khas Jerman Makanya roti jerman teksturnya lebih keras karena kebanyakan terbuat dari gandum hitam. Ada juga yang dari gandum putih dan khas Jerman banget, namanya Brötchen (roti kecil). Buat yang gak terbiasa bakal aneh sih rasanya, karena selain keras biasanya di sekitar roti juga diberi kacang-kacangan seperti biji bunga matahari dan biji wijen.



Tentunya beda banget dengan roti negara tetangganya, Prancis, di mana rotinya kebanyakan lebih empuk, seperti: Baguette, brioche, dan croissant. Tapi positifnya adalah roti ini ngenyangin banget! Jumlah lemaknya pun lebih sedikit dibandingkan nasi. Kalau 100 gram nasi mengandung 2 gram lemak, maka 100 gram roti gadum hanya mengandung 1 gram lemak. Dan lebih sehat juga karena mengandung protein lebih banyak. Tapi tetep, yang lebih sehat belum tentu lebih enak. Hehe. Nah biasanya untuk isi dalam rotinya orang Jerman menggunakan Marmalade (selai buah), Wurst (sosis), dan Käse (keju). Sosisnya pun banyak banget macamnya. Di Jerman sendiri ada lebih dari 1500++ jenis sosis dan yang buat sarapan ini bukan sosis panjang yang buat hotdog atau di-grilled itu ya. Sosis buat sarapan ini biasanya dipotong tipis-tipis. Saking sukanya orang Jerman sama sosis Masdit jadi ingat satu



ungkapan dalam bahasa Jerman: "Es is mir Würst" yang artinya "seperti sosis“ tapi makna sebenarnya adalah "it´s okay for me". Nah lho jauh banget kan?



Oiya, ada juga sosis yang terbuat dari hati babi/sapi yang direbus dan diblender kemudian diberi bumbu rempah.Cara makannya dioles semacam selai di atas roti. Selain itu ada juga scrambled egg yang dimakan bareng dengan roti panggang. Itu dari versi tradisionalnya.



Untuk yang versi lebih modern yang pasti ada di meja makan adalah Müsli. Müsli ini bisa dibilang serealnya orang Jerman. Isinya adalah gandum (kalau di Indonesia oatmeal), buah-buahan kering dan kacang-kacangan. Untuk versi yang lebih modern biasanya ditambah juga dengan cokelat. Untuk cara makannya bisa pakai plain yoghurt ataupun susu hangat. Ini salah satu favorit Masdit sih, praktis banget sebelum berangkat kuliah.



müsli.jpg Müsli coklat (yang lebih modern) dan yoghurt Untuk minuman, kopi merupakan minuman super wajib yang harus ada di meja sarapan, jus jeruk dan teh bisa jadi pilihan lain. Beliau juga bilang makanan eksotis sepeti nasi, mie, piza dan lain-lain baru mulai masuk sekitar tahun 70-an setelah perang dunia ke-2. Waktu itu terjadi "ledakan" turis mancanegara dan seiring itu juga mulai masuklah jenis-jenis sarapan baru ke Jerman.



Didominasi oleh sarapan ala Perancis dan Turki. Influence dari perang dunia ke-2 ini juga memberi pengaruh di cara memasak makanan di Jerman. Di Jerman Timur terpengaruh gaya masakan ala Rusia, Jerman barat masih menganut gaya memasak tradisional, sedangkan di utara dan selatan lebih ke American style dan banyak masakan Amerika yang dianut menjadi makanan Jerman salah satunya adalah pancake. Bedanya pancake untuk sarapan versi Jerman tidak memakai baking powder dan dimakan bersama bubur apel (Apfelmuß).



pancake jerman.jpg Pfannkuchen mit Apfelmuß (Pancake dengan bubur apel) Itulah tadi cerita-cerita sharing Masdit bersama chef tempat Masdit kerja soal sarapan di Jerman dan Indonesia. Menurut kami perbedaan paling mencolok adalah cara menyiapkan makanannya. Di Indonesia sebagian besar sarapan disajikan selagi hangat. Sedangakan di Jerman semua lauknya sebagian besar disajikan dingin.



Kami pun beranjak dari tempat duduk kami sambil menghabiskan kopi terahir dicangkir kami. Saatnya bekerja! Sampai jumpa dicerita-cerita berikutnya. Yang mau tanya-tanya boleh juga lho komentar di bawah.



Makan Siang Makan siang merupakan waktu makan utama yang memiliki menu berat layaknya seperti di Indonesia nasi beserta lauk pauknya. Hanya di Jerman makan siang selalu dihidangkan dalam keadaan panas dan fresh dan menu makanan yang disantap sering bervariasi. Seringkali menu yang ada terdiri dari menu masakan berbahan dasar daging, kentang serta sayur-sayuran. Gurkensalat salah satu kebiasaan makan orang Jerman adalah mengonsumsi gurkensalat. Gurkensalat ini renyah dan rendah kalori. (Foto: Shutterstock) Selain sauerkraut, kebiasaan makan orang Jerman lainnya adalah mengonsumsi gurkensalat atau selada mentimun. Gurkensalat ini populer di berbagai kalangan umur, terutama anak-anak. Renyah dan nikmat disantap sebagai teman makan, gurkensalat juga kaya akan vitamin. Mentimun mengandung 95% air, sehingga menyantap gurkensalat baik untuk menjaga hidrasi dan membuat perut kenyang lebih lama.