Perkembangan Psikologi Pada Masa Dewasa [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ardi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I A. Pengertian psikologi perkembangan fase dewasa Pengertian psikologi menurut istilah (terminologi) memiliki pendapat berlainan yang dikemukakan banyak para ahli psikologi, namun secara garis besar Sartain dalam bukunya Psychology understanding Human Behavior serta Woodworth dan Marquis memiliki pendapat yang senada dengan M.Surya, Nana Syaodih dan Sarlito Wirawan Sarwono, yaitu “Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku atau kegiatan individu (manusia) dalam interaksi (hubungan) dengan lingkungannya. Menurut pendapat J.P Chaplin, 1979 dan Ross Vasta, dkk.,1992 dapat isimpukan bahwa psikologi perkembangan marupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati. Sedangkan istilah “dewasa” berasal dari kata latin yaitu adults yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan telah siap meneria kedudukan dalam masyarakat bersamaan dengan orang dewasa lainnya Jadi psikologi perkembangan fase dewasa yaitu salah satu bidang psikolog yang memfokuskan pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan pada fase dewasa. B. Pengertian Orang Dewasa Definisi Tentang Orang Dewasa Dilihat dari pandangan psikologis, maka istilah dewasa dicirikan dengan kematangan, baik kematangan kognitif, afektif maupun psikomotornya, yang mengacu kepada sikap bertanggung jawab. Freud (Bischof:1976), seseorang dikatakan dewasa apabila orang itu bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah



1



diikrarkan khususnya kepada pasangan pernikahan. Freud juga menjelaskan bahwa seseorang dikatakan dewasa apabila mau dan mampu bertanggung jawab terhadap segala tingkah laku, pekerjaan dan karir yang dilakukan sehari-hari. Dengan demikian orang dewasa dituntut untuk mempertanggung jawabkan semua yang dilakukan bekerja memenuhi kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga sebagai wujud cinta terhadapp istri dan anak-anaknya. Orang dewasa yang matang tidak takut terabaikan kepentingan dirinya sendiri dalam memproses mempertanggung jawabkan cinta yang diikrarkan. Periode kehidupan dewasa awal dimulai pada masa transisi dari masa remaja kepada masa dewasa awal. Memang sulit untuk menentukan kapan sebenarnya seseorang memasuki masa dewasa awal. Proses memasuki masa dewasa awal lebih lama dan lebih kompleks dari pada yang kita bayangkan. Menurut Levinson (1978) proses menjadi dewasa dimulai dari umur 17 dan terus berlangsung sampai umur 33 tahun. Dengan demikian seseorang muda memerlukan waktu 15 tahun untuk mendapatkan status yang tempat dalam kelompok orang dewasa dan memastikan dirinya berkehidupan yang stabil. Sehubungan dengan hal ini Rantrock (1967), scheer dan Unger (1994), menyatakan ciri-ciri seseorang yang mulai memasuki masa dewasa awal yaitu : -



Mulai mandiri secara ekonomi, walau kemandirian tersebut belum sempurna



-



Mulai menerima tanggung jawab terhadap tingkah lakunya. Oleh kaena itu jika terjadi kesalahan bertingkah laku atau melanggar aturan dan moral ia mau bertanggung jawab dan menerima sanksi.



-



Mandiri dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Misalnya, mengambil keputusan tentang teman dekat, jodoh yang akan dinikahi, karir yang akan ditekuni dan arah masa depan yang akan dilalui. -



Mampu menentukan sikap yang didasari pertimbangan keyakinan yang dijadikan filsafat hidup. - Mampu mambina hubungan dengan orang tua sebagai hubungan sesama dewasa.



2



Sedangkan seseorang yang matang menurut Anderson memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; 2. Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan¬kebiasaan kerja yang efisien; 3. Dapat mengendalikan perasaan pribadinya; 4. Mempunyai sikap yang obyektif; 5. Menerima kritik dan saran; 6. Bertanggung jawab; 7. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistik dan baru. Dari dua pandangan seperti dikemukakan tersebut, maka secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang dapat disebut dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan fisiknya dan mencapai kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama-sama orang dewasa lainnya. Umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40 - 45, dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40 - 45 sampai sekitar usia 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau. masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun sampai meninggal (Feldman, 1996). Karena panjangnya rentangan usia masa dewasa ini, maka para ahli lain membagibaginya lagi ke dalam beberapa fase. Hurlock (1980: 265) membagi menjadi tiga fase, yaitu: 1. Early Adulthood (fase dewasa awal): Sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai usia ± 40 tahun. 2. Middle Age (fase setengah baya):



3



Sejak usia 40 tahun sampai dengan usia 60 tahun. 3. Old Age (fase dewasa tua): Sejak usia 60 tahun sampai meninggal dunia. Ada juga membaginya menjadi empat fase, yaitu: 1.



Fase Iuventus



umur 25 – 40 tahun



2.



Fase Virilitas



umur 40 – 55 tahun



3.



Fase Frasenium



umur 55 – 65 tahun



4.



Fase Senium



umur 65 hingga tutup usia.



(Simandjuntak dan I. L. Pasaribu, 1984: 205 Pembagian yang terakhir ini menjadi empat fase namun pada hakikatnya juga tiga fase yang pokok, karena fase ketiga merupakan pendahulu dari fase ke empat (frasenium dan senium) jadi keduanya menyangkut keadaan orang-orang yang berusia enam puluhan (senium atau istilah snectus atau senescent). Oleh karena itu kita lebih cenderung menggunakan atau membaginya seperti pembagian yang dikemukakan Hurlock di atas, yaitu fase dewasa awal, setengah baya dan usia tua. Penggunaan kata "perkembangan" dalam menyebutkan perubahan-perubahan keadaan atau sifat dalam masa inipun ticlak dipakai lagi, karena mengingat beberapa aspek kehidupan individu dalam masa ini yang mengalami involusi (penurunan) maka kita pakai saja istilah perubahan.



Kehidupan yang khas pada peride dewasa awal



menurut Duvall (1989) adalah memiliki pasangan hidup, berkeluarga dan berkarir. Pada periode ini mulai diperoleh identitas pribadi dan kemampuan bekerja yang sangat produktif. Pencapaian dewasa awal ditandai oleh tercatatnya perubahan fisik dan perkembangan pribadi. Perubahan fisik dapat dilihat dari tingginya stamina dan kekuatan fisik serta kematangan biologis. Demikian pula keyakinan dan nilai pribadi makin mendalam. Minat pribadi makin terarah, dan lebih menyempit dibanding minat



4



pada periode perkembangan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari makin terarah minat terhadap lawan jenis, khususnya kepada seseorang yang akan dipilih menjadi pasangan hidup. Selain itu memilih pekerjaan yang cenderung tetap. Yang akan digeluti sepanjang hidup.



5



BAB II A.Perkembangan Psikologi Dewasa Awal 1. PERKEMBANGAN SEPUTAR DEWASA AWAL Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis. Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang lain). Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun samapi kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically



6



trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition). Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya. Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah. 2. Ciri Perkembangan Dewasa Awal Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson (dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:



7



a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi. b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya. c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaanperasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain. d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya. f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya. g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.



8



Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Ciri-ciri perkembangan dewasa awal adalah: a. Usia reproduktif (Reproductive Age) Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan membentuk rumah tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan memulai karir mereka dalam suatu lapangan tertentu. b. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age) Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembangan pola hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut, dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang yang bersangkutan. Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. c. Usia Banyak Masalah (Problem age) Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya.



9



d. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension) Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini pada umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan. e. Masa keterasingan sosial Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan yang populerpun, akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut krisis ketersingan (Erikson:34). f. Masa komitmen Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggungajwab yang trrlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai gelar



10



doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”. g. Masa Ketergantungan Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka. h. Masa perubahan nilai Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa. i. Masa Kreatif Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas. B.HASIL – HASIL PENELITIAN PSIKOLOGI DEWASA AWAL Hasil penelitian dewasa awal lebih banyak mengarah pada hubungan sosial, dan perkembangan intelektual, pekerjaan dan perkawinan di usia dewasa awal, dan pengoptimalan perkembangan dewasa awal serta perilaku penghayatan keagamaan. Beberapa hasil penelitian, diantaranya: 1. Persepsi seks maya pada dewasa awal



11



Hasil penelitian oleh Ida Ayu Putu Sri Andini, menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita memiliki sikap yang negatif terhadap seks maya. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan istiadat budaya timur, dimana manusia harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di dalam bersikap dan berperilaku. Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998) kebudayaan yang berkembang dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan pengaruh yang kuat dalam sikap seseorang terhadap berbagai macam hal. 2. Penundaan usia perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia Perkwaninan Dari hasil penelitian didapatkan hubungan yang positif dan sangat signifikan antara sikap terhadap penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia. Hal ini berarti mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penundaan usia perkawinan akan memberikan keuntungan bagi mereka, baik keuntungan dari segi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. Penundaan perkawinan akan memberikan waktu lebih banyak bagi mereka untuk membentuk identitas pribadi sebagai individu yang matang secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi. 3. Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja Adanya ketakutan menghadapi krisis pernikahan dan berujung perceraian merupakan hal/kondisi yang membuat wanita bekerja ragu tentang kesiapan menikah mereka. Ditambah lagi maraknya perceraian yang dipublikasikan di media massa saat ini sehingga dianggap menjadi menjadi fenomena biasa. Salah satu penyebab wanita yang bekerja memutuskan untuk menunda pernikahan adalah keraguan dapat berbagi secara mental dan emosional dengan pasangannya. Ketidaksiapan menikah yang dimiliki wanita bekerja termanifestasi dengan adanya ketakutan menghadapi krisis perkawinan serta ragu tentang kemampuan mereka berbagi secar mosional dengan pasangannya kelak. Selain kesiapan psikis juga ketidak siapan fisik. Individu yang



12



merasa memiliki kondisi kesehatan yang tidak prima (sakit, misal DM) cenderung ragu melangkah menuju jenjang pernikahan. Untuk mengetahui apakah seseorang siap menikah atau tidak, ada beberapa criteria yang perlu diperhatikan:   



Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri. Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak. Bersedia dan mampu menjadi pasangan menjadi pasangan dalam hubungan



      



seksual. Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim. Memiliki kelembutan dan kasih saying kepada orang lain. Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain. Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan. Bersedia berbagi rencana dengan orang lain. Bersedia menerima keterbatasan orang lain. Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang







berhubungan dengan ekonomi. Bersedia menjadi suami isteri yang bertanggung jawab. Individu yang memiliki kematangan emosi akan memiliki kesiapan menikah



yang lebih baik, artinya mereka mampu mengatasi perubahan-perubahan dan beradaptasi setelah memasuki pernikahan. 4. Kemandirian Dewasa Awal Penelitian dengan judul “Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Ditinjau dari Kesadaran Gender”ini, membuktikan bahwa bahwa perbedaan perlakuan yang diterima anak laki-laki dan perempuan sejak lahir akan mempengaruhi tingkat kemandirian. Semakin tinggi kesadaran gender maka semakin tinggi kemandirian pada Mahasiswa UIN Suska Riau. Dengan makin tingginya kesadaran gender yang dimiliki mahasiswi UIN Suska Riau lebih mandiri dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak memiliki kesadaran gender atau memiliki kesadaran gender yang rendah. Mahasiswi yang



13



memiliki kemandirian tinggi akan lebih mudah menghadapi kehidupan, tantangan yang dihadapinya, serta menjalin hubungan yang mantap dalam kehidupan sosialnya. 5. Perilaku Perkembangan penghayatan Identitas dan Nilai-Nilai Agama dalam Kehidupan Sehari-Hari a. Perkembangan Identitas Diri dalam Area Agama Penelitian dengan judul “Perkembangan Identitas Diri Dalam Area Agama pada Remaja Akhir”ini adalah studi deskriptif pada mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN Suska Riau, dengan usia sample 18 – 22 tahun Menurut Hurlock, usia ini sudah memasuki usia Dewasa Awal. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa remaja akhir yang berstatus sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi berada pada status identitas diri yang ideal. b. Perilaku Penghayatan Nilai-Nilai Agama Penelitian dengan judul “Hubungan Antara Sikap Terhadap Aspek Kehalalan dengan perilaku Membeli produk Makanan dan Minuman Halal pada Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN SUSQA Pekanbaru”, membuktikan bahwa semakin positif sikap terhadap aspek kehalalan, maka semakin meningkat perilaku membeli produk makanan dan minuman halal. Subjek memiliki pengetahuan tantang masalah kehalalan, sehingga subjek memiliki persepsi dan keyakinan bahwa kehalalan adalah hal yang mendasar dalam kaitannya dengan produk makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Subjek meyakini bahwa bahan yang terkandung dan proses yang dilalui dalam pembuatan produk tersebut memiliki titik kritis untuk kehalalan pangan. Subjek juga membentuk afek yang mendukung keyakinan tersebut, serta reaksi fisiologis yang sesuai dengan kepercayan dan keyakinan yang dimilikinya. Selanjutnya juga muncul keinginan dan kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang selaras dengan kepercayaan dan perasaan tersebut.



14



C.OPTIMALISASI PERKEMBANGAN DEWASA AWAL Dewasa awal adalah masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada puncak perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa yang memiliki rentang waktu antara 20 – 40 tahun adalah masa-masa pengoptimalan potensi yang ada pada diri individu. Jika masa ini bermasalah, akan mempengaruhi bahkan kemungkinan individu mengalami masalah yang paling serius pada masa selanjutnya. Menurut Vailant (1998), membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, yaitu masa pembentukan (20 – 30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua, membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan persahabatan. Masa konsolidasi (30 – 40 tahun), yaitu masa konsolidasi karir dan memperkuat ikatan perkawinan. Masa transisisi (sekitar usia 40 tahun), merupakan masa meninggalkan kesibukan pekerjan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh. 1.Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal Optimalisasi



perkembangan



dewasa



awal



mengacu



pada



tugas-tugas



perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havighurst (1953), telah mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut: a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri) Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku



15



bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda. b. Belajar hidup bersama dengan suami istri Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi bersama. c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak. d. Mengelolah rumah tangga Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah tangganya. Dia akan berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing.



16



Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain. e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. f. Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti:



17



(1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik. g. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian. 2.Masalah Perkembangan pada Dewasa Awal Dengan bertambahnya usia, semakin bertambahpula masalah-masalah yang menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, kemasa yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain:



18



a. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas. b. Kemandirian vs tidak mandiri c. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir. d. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah) e. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri Dalam menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi penghambat perkembangan. Khusus dalam masa dewasa awal, diantara penghambat yang sangat penting sehingga menyukarkan penguasaan tugas-tugas perkembangan, diantranya: 



Latihan yang tidak berkesinambungan (discontinuities); sebagai salah satu penghambat penguasaan tugas-tugas perkembangan dewasa awal, berhubungan







erat dengan pengalaman-pengalaman belajar dan latihan masa lalu. Perlindungan yang berlebihan (over protectiveness); Bersangkutan dengan pola







asuh orangtua yng pernah dialami dalam masa kanak-kanak. Perpanjangan pengaruh-pengaruh peer-group (prolongation of peer-group influences); Satu diantara penghambat bagi orang dewasa awal dalam menguasai tugas-tugas perkembangan. Disini akan terlihat pengaruh kelompok-kelompok







khusus bagi perkembangan dewasa awal. Inspirasi-inspirasi yang tidak realistis (unrealistic aspiration); Kesukarankesukaran dewasa awal, dapat ditimbulkan oleh konsep-konsep yang tidak



19



realistis dalam benak pada dewasa awal (yang baru meninggalkan masa remaja) tentang apa yang diharapkan dengan apa yang dapat dicapai. D.PERIODESISASI PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membukukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. ‘Segala urusan ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil maupun yang gagal dalam menghadapi suatu masalah akan dapat dijadikan pelajaran berharga guna mem-bentuk seorang pribadi yang matang, tangguh, dan bertanggung jawab terhadap masa depannya. Secara fisik, seorang dewasa muda {young adulthood) menampil-kan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition^ transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).



20



1.PERKEMBANGAN FISIK DEWASA MUDA AWAL 1. Dewasa Muda sebagai Masa Transisi a. Transisi Fisik Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-kenakan aturanaturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulubulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi. b. Transisi Intelektual Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999; Papalia, Olds, & Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner & Helms, 1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke perguruan tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka yang



21



bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya. c. Transisi Peran Sosial Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya (dating), untuk segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang bam, yakni ter-pisah dari kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing-masing pihak baik laki-laki maupun wanita dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknyal Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa me-, ninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja Namun demikian, l tak sedikit seorang wanita mau meninggalkan kariernya untuk • menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga (domestic tasks), agar dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial, misalnya dalam kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW. 2. Aspek-aspek Perkembangan Fisik Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi: a) Kekuatan dan Energi Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembang-kan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali me-nyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-



22



benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah hams rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya. b) Ketekunan Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically established), seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya, mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya dengan baik, Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan. Karier yang cemerlang akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga yang baik pula; sebaliknya bila karier yang suram (gagal), kehidupan ekonomi seseorang pun suram. Namun, tak sedikit seorang individu yang belum cocok dengan pekerjaan dan penghasilan yang diperoleh, tak segan-segan mereka segera pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya dilakukan mereka yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka telah menikah, umumnya akan menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih pas-pasan, dengan alasan sulimya mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut dibayangi kegagalan. c) Motivasi Maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain, motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang yang merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan eksternal, arSnya seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupuri memperoleh hambatan atau rintang-an dari lingkungan eksternal.



23



3. Kesehatan Dewasa Muda a. Pengertian Kesehatan Organisasi bangsa-bangsa yang mengurusi masalah kesehatan dunia (WHOM^or/t/ Health Organization), memberi definisi mengenai kesehatan. Menurut WHO yang dimaksud dengan sehat (healthy) adalah kondisi sehat sejahtera baik secara fisik, mental maupirn sosial yang ditandai dengan u’dak adanya gangguan-gangguan atau simtom-simtom penyakit, seperti keluh-an sakit fisik, keluhan emosional (Papalia, Olds, dan Feldman, 1998; Sarafino, 1994). Kondisi kesehatan seseorang berhubungan erat dengan beberapa kebiasaan perilaku individu yang bersangkutan. Untuk mencapai kehidupan yang sehat, diperlukan kebiasaan-kebiasaan perilaku yang sehat pula. Ada beberapa perilaku sehat yang dapat menopang kesehatan seseorang, di antaranya; 1. makan secara teratur (tiga kali: sarapan, makan siang, dan makan malam, tidak termasuk snack); 2. perlu mengonsumsi makan-makanan yang sehat (mengandung gizi, nutrisi, protein, vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi), misalnya empat sehat lima sempuma; 3. melakukan aktivitas secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar dengan kegiatan olahraga; 4. pola tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam; 5. membiasakan diri untuk tidak merokok; 6. membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi narkoba (narkotik, alkohol, dan obat7.



obatan); tidak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi {daging sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi). Individu yang secara tekun mengikuti kebiasaan-kebiasaan tersebut, umumnya



akan memiliki taraf kondisi kesehatan yang baik daripada individu yang tidak melakukannya. Para tokoh terkenal di dunia (dalam Liwijaya-Kuntaraf & Kuntaraf, 1995), yang hidup sehat dan berumur panjang, di antaranya Mahataia Gandhi (tokoh



24



kemerdekaan India), Benyamin Franklin (tokoh keinerdekaan Amerika Serikat), Albert Einstein (penemu teori relativitas sehingga memunculkan bom atom), Martin Luther (reformator Gereja Protestan), Leonardo da Vinci (pelukis dan pemahat abad ke-13), Isac Newton (ilmuwan flsika dari higgris}, Charles Darwin (tokoh penemu teori evolusi), dan Francis Voltaire (filsuf dari Francis), umumnya menjalankan rahasia hidup sehat dengan membiasakan diri untuk mengonsumsi makan sayur-mayur (vegetarian) dan menghindari makan-makanan dari daging-dagingan. b. Perilaku dan Status Kesehatan Status kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan perilaku orang tersebut Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb (dalam Sarafino, 1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi suatu penyakit dan menipertahankan taraf kesehatan, yakni: · Health behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang diyakini akan dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi ganggu-an penyakitnya. · Illness behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang sakit, guna memperoleh informasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar dirinya sehat kembali. · Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk proses penyembuhan dari rasa sakitnya.



4. Perkembangan Kognitif Dewasa Muda Awal



25



Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka beriomba dan bersaing dengan orang lain guna mem-buktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain. Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya. a. Teori Perkembangan Mental Menurut Turner dan Helms Para ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms (1995) mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu: (1) dimensi perkembangan mental kualitatif (qualitative mental dimensions] dan (2) dimensi perkembangan mental kuantitatif (quantitative mental dimensions}.



· Dimensi Mental Kualitatif (Qualitative Mental Dimensions)



26



Untuk mengetahui sejauh mana kualitas perkembangan mental yang dicapai seorang dewasa muda, perlu diperbandingkan dengan taraf mental yang dicapai individu yang berada pada tahap remaja atau anak-anak. Walaupun Piaget mengatakan bahwa remaja ataupun dewasa muda sama-sama berada pada tahap operasi formal, yang membedakan adalah bagaimana kemampu-an individu dalam memecahkan suatu masalah. Bagi remaja, kadang kala masih mengalami hambatan, terutama cara memahami suatu persoalan masih bersifat harfiah, artinya individu memahami suatu permasalahan yang tersurat pada tuHsan dan belum memahami sesuatu yang tersirat dalam masalah tersebut. Hal ini bisa dipahami karena sifat-sifat karakteristik kognitif ini merupakan kelanjutan dari tahap operasi konkret sebelumnya. Sementara itu, menurut Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya mencapai taraf operasi formal, nielainkan telah memasuki penalaran postformal (postformal reasoning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought], yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat, dan pemikiranpemikir-an yang saling kontradiktif (bertentangan) sehingga individu mampu menyintesiskan dalam pemikiran yang baru dan kreatif. Gisela Labouvie-Vief (dalam Turner dan Helms, 1995} setuju kalau operasi formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan dewasa muda mampu memahami masalah-masalan secara logis dan mampu mencari intisari dari hal-hal yang bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru. Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini.



a. Shifting gears



27



Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts reasoning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskanymenjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti, “This might work on paper but not in real life”. b. Multiple causality, multiple solutions Seorang individu mampu memahami suatu masalah u’dak disebabkan satu faktor, tetapi



berbagai



faktor



(multiple



factors).



Karena



itu,



untuk



dapat



menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi (divergent thinking). Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s try it your way, if that doesn’t work, we can try my way”. c. Pragmatism Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesai- an masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you want the most practical solution, do this. If you want the quickest solution, do that”.



d. Awareness of paradox



28



Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa sering kali ia me-nemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the end”. · Dimensi Mental Kuantltatif (Quantitative Mental Dimensions) Biasanya, menurut Turner dan Helms (1995), untuk menge-tahui kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf inteligensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun status social ekonomi (status of econo-sociafy. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun kemampuan intelektualnya secara kuann’tauf. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga intelektualnya terasah. Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin baik. b. Tipe-Tipe Intelektual



29



Sementara itu, setelah melakukan serangkaian penelitian jangka panjang, para ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Baltes}, menyimpulkan ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal (cristalized intelligence), fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility], fleksibilitas visuo-motor (visuomotor flexibility], dan visualisasi (visualization) (Turner dan Helms, 1995). 1. Inteligensi krista adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat teoretispraktis (text book thinking).



2. Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.



30



3. Fleksibilitas Visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit, yang memerlukan aspek kemampuan visual /motoric (penglihatan, pengamatan, dan keterampilan tangan). 4. Visualisasi yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual.misalnua,bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks. E. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA DEWASA ASAL 1.Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap hams memperhaukan orang tua yang makin tua. Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumnya. Havighurst (Turner dan Helms, 1995} mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya: (a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup (b) membina kehidupan rumah tangga (c) meniti karier dalam rangka rnemantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan



31



(d) menjadi warga negara yang bertanggung jawab. a) Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya,asalkan memenuhi persyaratan yang syah(perkawinan resmi) b) Membina Kehidupan Rumah Tangga Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umum-nya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau uni-versitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mem-persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga hams dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harm dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga hams dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara. c) Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga



32



Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat mem-bangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.



d) Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab



33



Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan baliagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri) (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan) (3) menjaga ketertiban dan ke-amanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak ter-cela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memper-baiki jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendu^ selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian, yaitu mencari pasangan hidup dan bagian B membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, bagian C dan D, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik. BAB III A.Perkembangan Psikologi Usia Dewasa Madya (setengah baya) Setengah baya/madya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja. Khusus usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan hal fisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara dua masa kehidupan itu.



34



Kalau posisi remaja merupakan masa peralihan, tak lagi dapat dikatakan kanakkanak dan belum lagi disebut dewasa, maka posisi usia setengah baya juga dalam peralihan, tidak muda dan bukan tua. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, demikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka pada masa setengah baya bersifat pemunduran. Tetapi yang lebih penting, perilaku dan perasaan yang menyertainya adalah sama yaitu “swalah tingkah”, canggung dan kadang-kadang bingung . 1.Karakteristik Usia Madya a. Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Oleh karena itu orang dewasa tidak akan mau mengakui bahwa mereka telah mencapai usia tersebut. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi kehidupan serta berbagai tekanan tentang pentingnya masa muda. Mereka ketakutan pada usia madya dalam kehidupan mereka, kebanyakan orang dewasa menjadi rindu pada masa muda, mereka dan berharap akan kembali ke masa itu.



b. Usia madya merupakan masa transisi Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam



35



kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Seperti yang telah diuraikan, bahwa periode ini merupakan masa dimana pria mengalami perubahan keperkasaan dan wanita daam kesuburan. Transisi senantiasa merupakan penyesuaian diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru. Pada usia madya, cepat atau lambat, semua orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan jasmani dan harus menyadari bahwa pola perilaku pada usia mudanya harus diperbaiki secara radikal mendasar. c. Usia madya adalah masa stress Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka. d. Usia madya adalah usia yang berbahaya Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.



e. Usia madya adalah usia canggung Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.



36



f. Usia madya adalah masa berprestasi Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas/kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya. g. Usia madya adalah masa evaluasi Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat. h. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.



i. Usia madya merupakan masa sepi Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga



37



orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka. j. Usia madya merupakan masa jenuh Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh. 2.Bahaya Personal (Pribadi) dan Sosial bagi Orang Dewasa Madya Bahaya sosial dan pribadi yang paling besar bagi mereka yang berusia madya timbul karena kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang kebudayaan bahwa orang usia madya biasanya mulai gemuk dan botak. Karena kurangnya informasi ilmiah tentang usia madya, banyak kepercayaan tradisional dan budaya klise tetap dipegang. Akibatnya, perilaku mereka menjadi serius. Akan tetapi, selama penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial dapat menerima kepercayaan tradisional dan budaya yang klise tersebut, orang tidak semata-mata mengartikan hal tersebut sebagai bahaya saja. Beberapa bahaya sosial dan pribadi dianggap penting sehingga orang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri.



a. Bahaya Personal 1) Diterimanya kepercayaan tradisional



38



tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami menopause misalnya sering disebut sebagai masa kritis (critical period), kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu, seperti dikatakan oleh Parker (1980) Masa tersebut membawa implikasi yang berbahaya, karena mejadikan wanita merasa bahwa kesehatannya, kebahagiaanya, hidupnya merasa hancur dan merasa paling berbahaya. Tidak secara langsung hal itu mengatakan bahwa situasi menopause bukan saja masa kritis yang dapat dengan tiba-tiba menghilang, tetapi merupakan periode yang terasa amat panjang dengan jaminan keselamatan yang sangat minim, dimana setiap saat dapat jatuh ke dalam jurang kehancuran mental atau penyakit jiwa yang serius. 2) Idealisasi Anak Muda Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pengelompokan usia dalam pola perilaku umum. Seperti anak menjelang akil balik, mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya. Begitu juga orang berusia madya, mereka juga tidak mau dibatasi perilaku dan kegiatannya. Sikap memberontak berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi semacam ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius seperti yang dijelaskan oleh streincrohn (1992). Wanita yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri paling buruk adalah mereka yang sering terikat dengan pentingnya faktor penampilan yang keremajaremajaan dan mengagumi keperkasaan. Apabila mereka dipaksa untuk mengaca diri bahwa mereka tidak menarik seperti dulu lagi, sehingga mereka tidak lagi dapat menarik perhatian pria ungkin mereka berontak sebagai orang yang berusia madya.



39



Apabila penyesuian diri dalam usia madya tidak bagus, yang biasanya ditandai dengan keluhan dan penolakan yang terus menerus terhadap perubahan fisik yang tidak dapat dihindari karena faktor usia, maka orang secara intensif tertarik pada dandanan dan pakaian. Baimpria maupun wanita pada umumnya berkonsentrasi pada pemilihan pakaian yang dapat menimbulkan kesan bahwa ia nampak lebih muda dibandingkan sebelumnya. 3) Perubahan Peran Mengubah peran bukanlah masalah mudah, terutama setelah seseorang telah memainkan peran tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa terlalu berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit. Untuk dapat menyesuaikan dengan baik dengan peran yang baru, seseorang harus dapat berbuat seperti yang dikatakan oleh Havighurst : “menghilangkan emosi yang selama ini diterapkan dalam peran tertentu dan memanfaatkannya pada kesempatan yang lain”. 4) Perubahan Keinginan dan Minat Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik. Mereka mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai pengangganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan pada waktu mereka harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang begitu banyak.



40



5) Simbol status Kebanyakan dewasa madya memiliki respon yang besar terhadap simbol status, hal tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seorang untuk memperoleh symbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulkan percekcokan dengan keluarga, dan bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh. 6) Aspirasi yang tidak Realistis Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan social, apabila ia kelak menyadari bahwa ia tidak bias mencapai tujuan tersebut. Sikap tidak realistis ini sering merupakan faktor bawaan sejak masa remaja. Bahaya ini merupakan efek langsung bagi pria, sedangkan bagi kaun wanita merupakan efek tidak langsung apabila suaminya gagal atau tidak mampu untuk mencapai cita-cita yang diinginkan. Walaupun wanita cenderung mempunyai aspirasi yang lebih realistis dibanding pria, ia mungkin sadar bahwa tidak mungkin untuk mencapai cita-cita nya karena waktu yang berlalu begitu cepat. Kegagalanuntuk mencapai setiap cita-cita dan keinginan menimbulkan perasaan tidak enak dan rendah diri, yaitu perasaan yang biasanya dapat mengakibatkan kegagalan yang semakin parah. b.



Bahaya Sosial Ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian social pada masa



usia madya. Kondisi ini umumnya dibawa secara bertahap sejak seseorang masih muda, terutama pada waktu seseorang berusia remaja dan dewasa muda. Itulah sebabnya menyapa orang pada masa mudanya tidak memiliki kemampuan penyesuaian social dengan cara yang baik sehingga pada waktu ia berusia madya hasilnya akan sama saja. Penyesuaian sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan bahaya, karena semakin bertambah usia seseorang maka ia akan semakin bergantug pada orang lain, terutama orang yang suami atau isterinya telah meninggal, sedang anak-anaknya sibuk dengan keluarga masing-masing. Orang usia madya yang tidak dapat mengikuti perkembangan



41



penting untuk memegang tanggung jawab sosial dan tanggung jawab sebagai warga Negara di masa tuanya hidupnya akan terasa kesepian dan tidak bahagia sehingga mengakibatkan ia terlambat dalam proses penyesuian socialnya. 3.Tugas Perkembangan Masa Dewasa Madya Menurut Erikson Tugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat. Menurut Havighurst Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulita. Masa Usia Dewasa Madya 1. Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis 2. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu 3. Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia 4. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan 5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa 6. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh. 7. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.



42



4.Dinamika Perkembangan Fisik Masa Dewasa Madya Menurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi daya tarik lawan jenis. Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana yang dikutip oleh Jhon F. Santrock (1995), menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya lebih memfokuskan perhatiannya pada daya tarik wajah dari pada perempuan yang lebih muda atau tua. Dalam penelitian ini, wanita dewasa madya lebih mungkin menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya. Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik atau bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan bahwa masa dewasa madya telah datang. Beberapa Perubahan Fisik yang Terjadi pada Masa Dewasa Madya antara lain: 1. Timbulnya Uban. 2. Kulit mulai keriput. 3. Gigi yang menguning. 4. Tubuh semakin lama semakin pendek karena otot-otot melemah. 5. Punggung orang dewasa melemah kerena piringan sendi di tulang belakang mengalami penurunan. 6. Tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dengan yang lainnya, misalnya, seorang laki-laki yang tingginya 5 kaki 10 inci pada usia 30 tahun barang kali akan menjadi 5 kaki 9 7/8 inci di usia 50 tahun, dan mungkin akan menjadi 5 kaki 9 1/4 pada usia 60 tahu. 7. Sulit melihat objek-objek yang dekat. Daya akomondasi mata, kemampuan untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina mengalami penurunan paling tajam pada usia 40 dan 59 tahun. 8. Penurunan pada sensitivitas pendengaran. 9. Menopause. pada usia dewasa madya ini mereka akan mengalami periode



43



menopaose, dimana pada periode ini haid dan kemampuan bereproduksi akan berhenti secara keseluruhan, sehingga dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan bagi wanita, seperti hot flushses, mual, letih, dan cepatya denyut jantung. hal ini disebabkan oleh menurunnya produksi hormon estrogen oleh indung telur. 10. Penurunan kebugaran fisik. masalah kesehatan utama pada masa dewasa madya antara lain penyakit kanker, kardivaskuler, dan obesita. 5.Perkembangan Kognitif Pada tahap Formal Operasional : Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini. Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi. Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut. Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya. Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapatpendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi. 6.Penyesuaian Diri Terhadap PerubahanFisik Masa Dewasa madya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik pada masa dewasa madya terasa agak



44



sulit. Hal ini dikarenakan adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun-tahun selanjutnya. Perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa madya yang menyebabkan individu perlu melakukan penyesusaian padanya, antara lain: 1. Perubahan dalam penampilan 2.Perubahan dalam kemampuan indra 3. Perubahan pada keberfungsian fisiologis 4.Perubahan pada kesehatan 5.Perubahan seksual



BAB IV A.Perkembangan Psikologi Dewasa Akhir



45



1.Pengertian Masa Dewasa Akhir Masa dewasa akhir merupakan periode penutup dimana seseorang individu telah mencapai kematangan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan berjalannya waktu. Masa ini dimulai saat seseorang mulai berusia 60 tahun ke atas. Saat seseorang mulai memasuki masa dewasa akhir, maka akan terlihat gejala penurunan fisik, psikologis, dan intelektual. Proses inilah yang disebut dengan istilah proses menua (lansia). Berikut beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pengertian masa dewasa akhir (masa tua) : 



Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995), masa tua adalah







suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Menurut Constantinides (1994), pada masa lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat







bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi Menurut Erik Erikson (1968), masa dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair, yaitu kemampuan perkembangan lansia dalam mengatasi masalah psikososialnya. Integritas (integrity) penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan



bahagia. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dan produktifitasnya yang puas. Lawannya adalah keputusasaan (despair), yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu singkat. Beberapa cara menghadapi krisis di masa dewasa akhir adalah tetap produktif dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik. Akibat perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan begitu, seseorang secara bertahap mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan inilah yang mengakibatkan interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Sehingga hal ini secara perlahan mulai mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam



46



berbagai hal, yaitu kehilangan peran di tengah masyarakat, hambatan kontak fisik, dan berkurangnya komitmen. Menurut Erikson, perkembangan psikososial pada masa dewasa akhir di tandai dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas. 2.Perkembangan Keintiman Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain dan berbagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir.



3.Perkembangan Generatif Generatifitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami individu selama masa dewasa menengah menurut Erikson. Ketika seseorang mendekati usia masa dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anakanak seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa. 4.Perkembangan Integritas Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial menurut Erikson yang terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, serta berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusasaan dalam menghadapi



47



perubahan-perubahan siklus kehidupan individu terhadap kondisi-kondisi sosial dan historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian. Tahap integritas ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun, dimana orang-orang yang tengah berada pada usia itu sering disebut sebagai usia tua atau orang lanjut usia. Usia ini banyak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun masih banyak waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau penyakit yang melemahkan telah membatasi kegiatan dan membuat orang tidak merasa berdaya. Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari keterlibatan sosial: •



Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari



peran dan aktifitas selama ini; •



Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu



memikirkan diri sendiri secara berlebihan; •



Orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh darinya; dan







Pada saat kematian semakin mendekat, orang seperti ingin membuang semua hal



yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi. B.Perkembangan Fisik Pada Masa Dewasa Akhir Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik yang lebih besar dibandingkan dengan periode-periode usia sebelumnya. Kita akan mencatat rentetan perubahan-perubahan dalam penurunan fisik yang terkait dengan penuaan dan penekanan pentingnya perkembangan-perkembangan baru. Berikut ini adalah beberapa penurunan dan hilangnya fungsi tubuh dalam hal fisiologis perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut yang kadangkala dapat diperbaiki. 1. Otak dan Sistem Saraf Saat kita tua, kita kehilangan sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem saraf. Beberapa peneliti memperkirakan kehilangan neuron mungkin sampai 50% selama tahun-tahun dewasa. Walaupun penelitian lain percaya bahwa kehilangan itu lebih sedikit dan penyelidikan yang tepat terhadap penelitian hilangnya neuron belum dibuat di dalam otak.



48



Barangkali penyelidikan yang lebih masuk akal adalah bahwa 5-10% dari neuron kita akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron akan lebih cepat. Aspek yang signifikan dari proses penuaan adalah bahwa neuronneuron itu tidak mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian, otak dapat cepat sembuh dan memperbaiki kemampuannya dan hanya kehilangan sebagian kecil dari kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa dewasa akhir. 2. Perkembangan Sensori Perubahan sensori fisik pada masa dewasa akhir melibatkan indera penglihatan, pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba. Pada masa dewasa akhir, penurunan indera penglihatan bisa mulai dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah. Adaptasi terhadap gelap lebih menjadi lambat, yang berarti bahwa orang-orang lanjut usia membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka ketika keluar dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap. Penurunan penglihatan ini biasanya dari pengurangan kualitas dan intensitas cahaya yang mencapai retina. Di puncak usia tua, perubahan ini mungkin disertai oleh perubahan-perubahan kemunduran dalam retina yang menyebabkan beberapa kesulitan dalam penglihatan. Meskipun pendengaran dapat dimulai pada masa dewasa tengah, hal itu biasanya tidak banyak membawa kesulitan sampai masa dewasa akhir. Pada saat itu, banyak sekali alat bantu pendengaran yang bisa dipakai untuk bantuan pendengaran. Tuli biasanya disebabkan oleh kemunduran selaput telinga, saraf penerima-penerima suara didalam telinga. Selain berkurangnya penglihatan dan pendengaran,orang pada masa dewasa akhir juga mengalami penurunan dalam kepekaan rasa dan bau. Kepekaan terhadap rasa pahit dan asam bertahan lebih lama dibandingkan dengan rasa manis dan asin. 3. Sitem Peredaran Darah Tidak lama berselang, terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat. Bagaimanapun juga, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangkan usia pada masa dewasa.



49



Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat, bukan menurun. 4. Sistem Pernafasan Kapasitas akan menurun pada usia 20-80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paruparu kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa akhir dapat memperbaiki fungsi paru-paru dengan latihan-latihan yang memperkuat diafragma. 5. Seksualitas Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas manusia, lebih banyak terjadi pada laki laki daripada perempuan. Orgasme menjadi lebih jarang pada laki laki yang terjadi dalam setiap 2-3 kali hubungan seksual, bukan setiap kali. Rangsangan yang lebih langsung biasanya dibutuhkan untuk ereksi. Sekalipun hubungan seksual terganggu oleh kelemahan, relasi lainnya harus dipertahankan diantara kedekatan sensualitas dan nilai sebagai seorang pria maupun wanita. C. Perkembangan Kognitif Pada Masa Dewasa Akhir Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah kemampuan kognitif orang dewasa seperti memori, kreativitas, intelegensi, dan kemampuan belajar, paralel dengan penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar, memori,



dan



intelegensi



mengalami



pemerosotan



bersamaan



dengan



terus



bertambahnya usia. Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir. Selain itu, orang-orang dewasa lanjut usia juga kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi secara perlahan-lahan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun faktor individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986) menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah, mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut usia melakukan aktifitas-aktifitas yang abstrak dan sederhana.



50



Ada tiga komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu berusia lanjut, antara lain sebagai berikut. 1.Pendidikan Fasilitas pendidikan semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan informasi atau ingatan (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993). Dinegara-negara maju, beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Alasanalasan yang dikemukakan antara lain: 1.



Ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya;



2.



Ingin mempelajari perubahan sosial dan teknologi yang dirasakan memengaruhi



kehidupannya; 3.



Ingin menemukan pengetahuan dan mempelajari keterampilan-keterampilan



yang relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan generasi sesudahnya; 4.



Ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk



mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya. 2.Pekerjaan Searah dengan kemajuan teknologi, biasanya orang-orang dewasa lanjut usia dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang belum mengarah ke orientasi kognitif seperti generasi sesudahnya. Hal ini mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut usia yang harus tersingkir dari dunia kerja karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya. 3.Kesehatan Dari hasil penelitian, kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti hasil penelitian yang menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya daya guna individu berusia di atas 60 tahun pada tes WAIS (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin



51



tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi, beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa lanjut usia sangat mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan kesehatan daripada faktor usia semata. Gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya. Pada satu penelitian, ditemukan bahwa ada hubungan antara aktifitas olahraga dengan kecakapan kognitif pada subyek pria dan wanita berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith & Hartley, 1989). Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran, ingatan, dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang atau tidak pernah berolahraga. Penelitian berikutnya, (Park, 1992; Stones & Kozman, 1989) menyetujui bahwa olahraga merupakan faktor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada orang dewasa lanjut usia. Yang harus diperhatikan dalam aktifitas berolahraga pada masa dewasa akhir adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani harus disesuaikan dengan usia subyek, dalam arti kondisi fisik individu tersebut. D. Perkembangan Sosioemosi Pada Masa Dewasa Akhir Pada masa lalu, diduga kerusakan mental yang tidak dapat dihindari juga diikuti oleh kerusakan fisik. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang kerusakan mental telah ditunjukan dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita berusia lanjut dapat meningkatkan kemampuan berpikir, mempelajari bahan baru, menghafal, mengingat, dan meningkatkan kemauan untuk mengeluarkan energi intelektual. Pada pihak lain, beberapa kondisi patologis seperti tekanan darah tinggi, mengarah pada hilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut meskipun menurut Wilkie dan Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan semacam itu bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal (Hurlock, 1980).



Teori-teori sosial mengenai penuaan menurut Santrock (2012) yang menonjol, yaitu: 1. Teori Pemisahan (disangagement theory)



52



Teori pemisahan menyatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut usia secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming & Henry (2002) dalam Santrock).Menurut teori ini, orang-orang dewasa lanjut atau lebih dikenal dengan masa lansia mengembangkan suatu kesibukan terhadap dirinya sendiri (self-preoccupation), mengurangi hubungan emosional dengan orang lain, dan menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan. Jadi, penurunan interaksi sosial dan peningkatan kesibukan terhadap dirinya sendiri dianggap mampu meningkatkan kepuasan hidup di kalangan orang-orang dewasa lanjut usia, rendahnya semangat juang akan mengiringi aktifitas yang tinggi, dan pemisahan tidak dapat dihindari bahkan dicari-cari oleh orang usia lanjut. Akan tetapi, serangkaian penelitian gagal mendukung penelitian ini (Maddox, 1968; Neugarten,Havighurst,& Tobin, 1968; Reichard, Levson,& Peterson, 1962). Ketika individu terus hidup secara aktif, energik, dan produktif sebagai orang dewasa lanjut usia, kepuasan hidup mereka tidak menurun dan sering kali tetap meningkat. 2. Teori Aktifitas (activity theory) Teori aktifitas menyatakan bahwa semakin orang-orang dewasa lanjut usia aktif dan terlibat dalam sesuatu, semakin kecil kemungkinan mereka merasa menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Menurut teori ini, individu-individu seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa tengahnya disepanjang masa dewasa akhir. Jika peran-peran itu diambil dari mereka seperti dalam PHK, penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang memelihara keaktifan dan keterlibatan mereka di dalam aktifitas-aktifitas kemasyarakatan. 3. Teori Rekonstruksi Gangguan Sosial (social breakdwown-reconstruction theory) Teori rekonstruksi gangguan sosial menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut usia yang tidak memadainya penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi dengan mengubah pandangan dunia sosial dari orang-orang pada masa dewasa akhir dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka. Gangguan sosial dimulai dengan



53



pandangan dunia sosial yang negatif dan diakhiri dengan identifikasi, serta pemberian label seseorang sebagai individu yang tidak mampu. Seberapa besar penurunan kemampuan mental pada masa dewasa akhir? Ada yang penting untuk diketahui bahwa menurunnya kemampuan mental yang berhubungan dengan usia lanjut mungkin tidak sepopuler yang diduga orang atau seperti yang dilaporkan oleh hasil studi terdahulu. Dalam beberapa hal, untuk penurunan mental yang kelihatan, ternyata menyertai pertambahan usia. Sebagai tambahan,selama diketahui bahwa kecepatan bergerak menurun secara bertahap sesuai dengan pertambahan usia, maka tes terhadap kemampuan mental yang menekankan pada elemen waktu dianggap tidak sesuai bagi orang dewasa lanjut usia. Karena adanya bukti-bukti yang saling bertentangan dengan dewasa ini tentang menurunnya kemampuan mental. Perubahan mental pada orang dewasa lanjut usia adalah sebagai berikut. 1. Belajar Orang yang berusia lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak untuk dapat mengintegrasikan jawaban mereka, kurang mampu mempelajari hal-hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu, dan hasilnya kurang tepat dibandingkan dengan orang yang lebih muda. 2. Kreatifitas Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir kreatif bagi orang dewasa lanjut usia cenderung berkurang. Dengan demikian, prestasi kreatifitas dalam menciptakan hal-hal penting dalam orang-orang berusia lanjut secara umum relatif berkurang dibandingkan dengan mereka yang lebih muda. 3. Berpikir dan Memberi Argumen Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik dalam alasan induktif maupun deduktif. Sebagian dari hal ini merupakan hasil dari sikap yang terlalu hati-hati dalam mengungkapkan alasan yang gradasinya cenderung meningkat dengan bertambahnya usia seseorang. 4. Rasa Humor



54



Pada umumnya, mereka kehilangan rasa humor. Pendapat ini benar karena dalam kemampuan mereka untuk membaca komik dan hal-hal lain yang menyenangkan berkurang, dan perhatian terhadap komik yang dapat mereka baca bertambah dengan bertambahnya usia. 5. Mengenang Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu meningkat. Semakin senang seseorang dalam menjalani masa dewasa akhir, semakin kecil waktu yang digunakan untuk mengenang masa lalu dan sebaliknya. 6. Ingatan Orang dewasa lanjut usia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat hal-hal baru yang baru dipelajari. Sebagian dari ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka tidak selalu termotivasi dengan kuat untuk mengingat-ingat sesuatu, sebagian disebabkan oleh kurangnya perhatian, dan juga pendengaran yang kurang jelas. 7. Mengingat Kembali Banyak dipengaruhi oleh faktor usia dibandingkan dengan pemahaman terhadap obyek yang ingin diungkapkan kembali. Banyak orang berusia lanjut yang menggunakan tanda-tanda, terutama simbol visual, suara, dan gerak (kinestetik) untuk membantu mereka untuk mengingat kembali. 8. Kekerasan Mental Kekerasan mental sangat tidak universal bagi orang dewasa lanjut usia. Orang yang pada masa dewasa akhir cenderung semakin tampak terjadi kekerasan mental seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut, mereka sudah lambat dan susah untuk belajar daripada yang sudah dikerjakan sebelumnya. Tidak ada usia tertentu yang dianggap sebagai awal mula terjadinya penurunan mental dan tidak ada pola khusus dalam penurunan mental yang berlaku untuk semua orang. Ketika orang-orang dewasa lanjut mengikuti pencarian stimulasi mental yang tepat, dan memiliki relasi dan dukungan sosial yang baik, maka perkembangan masa dewasa akhir mereka akan berhasil. Penuaan yang berhasil membutuhkan usaha dan keterampilan pemecahan masalah terjadi.



55



DAFTAR PUSTAKA Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.



56



Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga. Santrock.2007. Perkembangan Anak.Jilid 1.Jakarta: Erlangga Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta: Erlangga Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional Julius dkk. 1989. Melangkah Menuju Kedewasaan. Yogyakarta: Kanisius Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan Jenis Kelamin



pada



Dewasa



Awal.



Fakultas



Psikologi,



Universitas



Gunadarma:



[email protected] Qalbinur.



Periodesasi



Perkembangan



Masa



Dewasa



Awal.



http//qalbinur.wordpress/2009/03/27. Hubungan Sikap terhadap Penundaan Usia Perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia Perkawinan: http/www.averroes.or.id / 2009/03/21 Nurul. Dewasa Dini.http/www.nurul.or.id/2009/02/23 Sari Dewi, Ika. 2006.Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja. Medan: Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005 Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Desember 2005



57



Dikutif dari “Psikologi Orang Dewasa”oleh Andi Mappiare, hal 20 dan Psikologi Perkembangan oleh Elizabeth E. Hurlock. Hal 246-252 Ida Ayu Putri. Perbedaaan sikap terhadap perilaku seks maya berdasarkan jenis kelamin pada



dewasa



awal.



Fakultas



Psikologi



Universitas



Gunadarma



[email protected]. Jurnal. Hubungan Sikap Terhadap Penundaan Perkawinan Dengan Intensi Penundaan Usia Perkawinan. http//www.averroes.or.id.(03.12.2009) Dalam jurnal ”Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja”. Ika Sari Dewi. 2006: USU Jurnal. Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Riau Ditinjau dari Ksetaraan Gender. Oleh Hirmaningsih, S.Psi. Fakultas Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005 Ibid. Perkembangan Identitas Diri dalam Area Agama pada Remaja Akhir.Oleh Mukhlis. Fakultas Psikoogi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 2, Desember 2005 Ibid. Hubungan Antara Sikap Terhadap Aspek Kehalalan dengan perilaku Membeli produk Makanan dan Minuman Halal pada Mahasiswa Fakultas Syari’ah IAIN SUSQA Pekanbaru. Oleh Reni Susanti dkk, Fakultas Psikologi UIN Suka Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005 Dalam jurnal.Ibid. Dalam Op Cit. hal 31-32 Op Cit. Hal 36 Agoes Dariyo.2003, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda,Jakarta;PT.Gramedia Widiasarana Indonesia



58



Drs.Johan W Kandau.1991,Psikologi Umum,Jakarta;PT.Gramedia Pustaka Utama B.P Dwi Riyanti dan Hendro Prabowo.1998,Psikologi Umum,Jakarta;Universitas Gunadarma Press Elizabeth B. Hurlock;Psikologi Perkembangan. Hurlock, E.B. 2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Erlangga. https://coretanyessyazwarni.wordpress.com/2013/12/23makalah-psikologiperkembangan-peserta-didik-tentang-perkembangan-pada-masa-dewasa-madya/ Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya : Usaha Nasional. Santrock, J. W. 2002. Life Span Development, Jakarta : Erlangga. www.scribd.com/doc/6137587/PERKEMBANGAN-DEWASA-MIDLIFE - 110k diakses pada minggu, 27 April 2014. B. Hurlock, Elizabeth, 1987, Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga Papalia, Diane E., Old, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Duskin, 2008, Human Development (Psikologi Perkembangan), Jakarta : Kencana



59