Pesal Perah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INDIVIDU



LAPORAN PRAKTEK LAPANG ILMU TERNAK PERAH



OLEH: NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN



: NURFAISAL : I011191247 : XVI (ENAM BELAS) : NI MADE DIASTRI



LABORATORIUM TERNAK PERAH FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021



PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu ternak yang produksi utamanya adalah susu. Usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif karena masih terdapat kesenjangan yang cukup besar antara ketersediaan dan permintaan susu. Bangsa sapi perah yang memiliki produksi susu paling tinggi diantara bangsa sapi lain adalah sapi Fries Holland (FH). Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya berkisar 6.000˗˗7.000 liter dalam satu masa laktasi. Produktivitas sapi FH di Indonesia masih rendah dengan produksi susu rata-rata 10 liter/ekor/hari atau kurang lebih 3.050 Kg/laktasi (Al-amin, dkk., 2017). Susu merupakan makanan kompleks dari berbagai komponen yang kemungkinan memberikan efek negatif atau efek positif terhadap kesehatan. Produksi susu segar nasional hanya mampu memenuhi kebutuhan susu nasional sebesar 20,07% saja, sedangkan sebanyak 79,93% dipenuhi dari impor. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu cair olahan perlu ditingkatkan agar terus memaksimalkan serapan produksi susu nasional. Saat ini produksi susu olahan segar cair, baik dalam bentuk UHT (Ultra High Temperature) maupun susu pasteurisasi masih sedikit. Industri pengolahan susu dalam negeri lebih suka memproduksi susu bubuk yang bahan bakunya lebih banyak dipasok dari impor (Wulandari, dkk., 2017). Pengolahan susu secara sederhana merupakan salah satu penanganan lepas panen yang perlu dikembangkan karena untuk memperluas pemasaran susu



sebagai usaha perbaikan gizi masyarakat disamping para peternak tidak terlalu tergantung pada Industri Pengolahan Susu. Penganekaragaman produk olahan susu sebagai salah satu upaya untuk mendapat nilai tambah produk susu. Produk susu olahan secara sederhana yang sudah dikembangkan diantaranya adalah susu pasteurisasi,



yoghurt



dan



dali



(Resnawati,



2020).



Hal



inilah



yang



melatarbelakangi diadakannya praktikum Ilmu Ternak Perah. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dilaksanakannya Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah di Desa Cendana, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang yaitu untuk mengetahui bangsa-bangsa dan tipe sapi perah, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia peternakan sapi perah, metode pemerahan, produksi dan kualitas susu dan pengolahan air susu. Kegunaan dilaksanakannya Praktek Lapang Ilmu Ternak Perah di Desa Cendana, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang yaitu sebagai informasi kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai bangsa-bangsa dan tipe sapi perah, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia peternakan sapi perah, metode pemerahan, produksi dan kualitas susu, dan pengolahan air susu.



TINJAUAN PUSTAKA A. Bangsa-Bangsa Sapi Perah Bangsa sapi perah dibagi menjadi dua yaitu Bos taurus dan Bos indicus. Bos taurus adalah bangsa sapi yang hidup didaerah subtropis atau daerah yang mempuyai empat musim (musim salju, panas, semi, dan gugur). Ciri utamanya adalah tidak memiliki punuk di punggungnya. Beberapa contoh yang termasuk kedalam bangsa Bos taurus adalah sapi Shorthorn (Inggris), Guernsey (Inggris), Friesian Holstein/ Fries Holland atau FH (Belanda), Ayshire (Scotlandia selatan), Red danish (Denmark), Droughtmaster (Australia), sapi Israeli (Israel). Sementara bangsa sapi Bos indicus adalah bangsa sapi yang hidup di daerah tropis atau beriklim panas. Ciri utamanya adalah mempunyai punuk di punggungnya. Beberapa contoh sapi perah yang termasuk ke dalam BOS indicus adalah sapi Zebu (India), Red Sindhi (India), Grati (persilangan antara FH dan sapi jawa atau Madura), serta sahiwal cross (persilangan sahiwal dengan FH (Ako, 2015). Bangsa-bangsa Sapi Tropis : a.



Sapi Sahiwal Sapi Sahiwal bersal dari India, ukuran badannya lebih besar dari Red



Sindhi.Tanda-tanda sapi ini adalah potongan tubuh besar, warna coklat kemerahan, bulu halus dan ambing besar bergantung. Sifat-sifat sapi proses kedewasaan lebih cepat yakni 20-25 bulan, lebih cepat dari Red Sindhi, Produksi susu rata-rata 2500-3000 L per masa laktasi, populasinya di Indonesia 2.000 ekor pada tahun 2017 (Akramatullah, dkk., 2014).



Gambar 1. Sapi



Sahiwal Sumber: Akramatullah, dkk (2014).



Sapi sahiwal berasal dari India dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Tubuh panjang, ambing besar, Dada dalam, sedikit berotot, kaki pendek, Bulu halus, warna cokelat kemerahan atau cokelat muda, Bobot badan betina dewasa rata-rata 550 kg, Ambing besar bergantung, produksi susu 2500-3000 liter per masa alaktasi (sekitar 7,5 liter/ekor/hari), Kadar lemak susu tinggi sekitar 4,36,5% (Akramatullah, dkk., 2014). b.



Sapi Red Shindi Asal sapi ini dari india di suatu daerah yang kering atau panas 50 0-



1070F.tanda-tandanya potongan tubuh kuat, kokoh dan berat, kaki pendek, warna merah-coklat, bulu lembut, ukuran ambing besar. Sifat-sifat sapi Red Shindi yaitu lambat dewasa, yakni sekitar 25 bulan, produksi susu 2000 L permasa laktasi. Berat badan sapi jantan 500 Kg, betina 350 Kg. Popilasinya di Indonesia kurang lebih 1.000 ekor (Akramatullah, dkk., 2014).



Gambar 2. Sapi Red Sindhi Sumber: Akramatullah, dkk (2014).



Asal sapi ini dari india di suatu daerah yang kering atau panas 50 01070F. Tanda-tandanya potongan tubuh kuat, kokoh dan berat, kaki pendek, warna merah-coklat, bulu lembut, ukuran ambing besar. Sifat-sifat sapi Red Shindi yaitu lambat dewasa, yakni sekitar 25 bulan, produksi susu 2000 L permasa laktasi dengan kadar lemak sekitar 4,5 - 4,9%. Berat badan sapi jantan 500 Kg, betina 350 Kg. Popilasinya di Indonesia kurang lebih 1.000 ekor (Akramatullah, dkk., 2014). c.



Sapi Australia Milking Zebu Sapi Australia Milking Zebu merupakan hasil kawin silang antara sapi



sahiwal, sapi Red Sindhi dan sapi Jersey sapi ini berasal dari Australia. Sapi ini mengandung darah sapi zebu 20-40% dan Jersey 60-80%. Australia Milking Zebu mampu hidup di daerah beriklim sedang yang panas. Ciri sapi betina seperti sappi Jersey dengan warna bulu dominan kuning emas sampai coklat kemerah-merahan. Sapi jantan memiliki kelasa yang letaknya persis ditengah-tengah pundak (Sudono, dkk., 2012).



Gambar 3. Gambar Sapi Australia Milking Zebu Sumber: Setiawan, F (2019).



Produksi susu sapi Australia Milking Zebu rata-rata 7 liter/hari dengan kisaran produksi susu 1.445-2.647 kg/tahun. Selain itu, ada pula yang berproduksi hingga 4.585 kg/tahun atau 16 liter/hari. Sedangkan sapi hasil persilangan Australia Milking Zebu dengan sapi FH mampu menghasilkan produksi susu yang lebih tinggi. Kadar lemak pada sapi Australia Milking Zebu yaitu 3,5-4% (Susilorini, dkk., 2010). Bangsa-bangsa Sapi Subtropis : a.



Sapi Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan salah satu ternak sapi perah yang



dikenal sebagai sapi yang terbanyak memproduksi susu di peternakan susu, yang berasal dari Provinsi Friesland Barat dan Holland Utara yang beriklim sedanf dengan empat musim yaitu musim semi, musim oanas, musim gugur, dan musim dingin. Sifat sapi perah pada umumnya tenag, jinak mudah beradaptasi. Oleh karena itu, di Indonesia banyak dipelihara sapi FH baik skala perusahaan maupun peternakan kecil (Ratnasari dkk., 2019).



Gambar 4. Sapi Fresian Hosltein Sumber: Akramatullah, dkk (2014). Ciri-ciri jenis sapi FH diantaranya warna belang hitam putih,pada kaki bagian bawah dan juga ekornya berwarna putih, tanduknya pendek dan



menghadap ke depan, pada dahinya terdapat warna putih yang berbentuk segitiga. Sapi FH mempunyai tubuh tegap dan sifat jinak sehingga mudah dikuasai, tidak tahan panas, lambat dewasa, berat badan sapi jantan 850 kg dan sapi betina 625 kg, produksi susunya 4.500-5.000 liter per laktasi (Muljana, 1983) dalam (Akramatullah, dkk., 2014). b.



Sapi Peranakan Fries Holland (PFH) Asal sapi PFH ini adalah hasil persilangan antara sapi asli Indonesia



yakni antara sapi jawa dan Madura dengan sapi FH.Hasil persilangan tersebut popular dengan sebutan sapi Grati.Sapi PFH ini banyak di ternakkan di Jawa Timur terutama didaerah Grati. Tanda-tanda sapi ini menyerupai FH, Produksi relative lebih rendah dari pada FH, Sedangkan badannyapun lebih kecil, populasinya mencapai 5.000 ekor di Indonesia (Budi, 2011) dalam (Akramatullah, dkk., 2014).



Gambar 5. Sapi Grati/Fries Holland (PFH) Sumber: Akramatullah, dkk (2014). Sapi PFH memiliki kelebihan yaitu pertumbuhan cukup tinggi, persentase karkas dapat mencapai 55-60%, tenang dan jinak segingga mudah dikuasai, mudah beradaptasi di tempat baru, kadar lemak susu relative rendah sekitar 3.3-3.7%. kekurangan sapi FH yaitu pertumbuhan otot kurang bagus



dibandingankan sapi bangsa lain, lambat menjadi dewasa, potensi keguguran yang besar jika kekurangan pakan, berat badan lahir hanya mencapai 43 kg (Ako, 2012). c.



Sapi Yersey Bangsa sapi perah jersey dikembangkan dipulau jersey yang letaknya



berdekatan dengan pulau Guernsey. Sapi jersey dikembangkan untuk tujuan produksi lemak susu yang digunakan banyak untuk pembuatan mentega, suatu produk susu yang merupakan penghasilan utama pulau jersey. Bangsa sapi jersey sangat terkenal keseragamannya karena dalam perkembangannya hanya sapi-sapi yang bagus saja yang tetap dipelihara. Populasi sapi yersey di Indonesia yaitu sekitar 10.000 ekor. Sapi perah jersey memiliki warna coklat tua atau tanpa warna putih dengan ciri khas moncongnya bewarna hitam, bulu ekor juga bewarna hitam, sifat sapi ini agak pencemas dan cepat beraksi (Akramatullah, dkk., 2014).



Gambar 6. Sapi Jersey Sumber: Akramatullah, dkk (2014). Bangsa Sapi ini terbentuk di Pulau Jersey, Inggris selatan. Ciri-ciri umum sapi jersey yaitu warna bervariasi mulai kelabu-keputihan, cokelat muda, cokelat kekuningan, cokelat kemerahan sampai merah gelap, dan pada bagian tertentu ada warna putih, mulut berwarna hitam, jantan berwarna gelap dibanding dengan



betina, ukuran tanduk sedang, lebih panjang dari pada FH menjurus ke atas, produksi susu sekitar 2500 per masa laktasi, kadar lemak susu tinggi sekitar 4,85%, berat badan jantan 625 kg, betina 425 kg, agak tahan panas, tetapi tidak begitu jinak (Ako, 2015). d.



Sapi Brown Swiss Sapi ini berasal dari Swiss yang mulai dikembangkan tahun 1869.



ciri-cirinya, warna bulu bervariasi dari coklat keabu-abuan sampai hitam, sekeliling mulut pita yg berwarna putih dan sepanjang punggung merupakan suatu jalur yg putih. Tubuh sapi Brown Swis jantan 800-1.200 kg, betina 700-750 kg, besar berdaging, tidak berbentuk baji dan tulang dan kepala besar. Kemampuannya baik dan aktif di padang rumput, reproduksi baik, berat lahir 4550 kg, produksi susu 4.000 kg/laktasi, kl 4 % warna putih, butiran lemak kecil dan daging baik.Akibatnya sapi ini beradaptasi dengan lingkungannya serta menjadi sapi yang tahan terhadap keterbatasan pakan hijau dan tanah yang yidak subur sifat sapi Brown Swis tenang dan mudah dipelihara, populasinya hampir sama dengan Sapi Ayrshire yaitu sekitar 1.000 ekor (Sarifah, 2010).



Gambar 7. Sapi Brown Swiss Sumber: Sarifah (2010).



Sapi Brown Swiss memiliki kelebihan yaitu kemampuannya baik dan aktif di padang rumput, reproduksi baik, produksi susu 4.000 kg/laktasi, kl 4 % warna putih, butiran lemak kecil dan daging baik.Akibatnya sapi ini beradaptasi dengan lingkungannya serta menjadi sapi yang tahan terhadap keterbatasan pakan hijau dan tanah yang tidak subur sifat sapi Brown Swis tenang dan mudah dipelihara. Kekurangan sapi jenis ini yaitu bobot lahir tidak begitu besar 45-50 kg, tidka begitu tahan terhadap panas (Sarifah, 2010). e.



Sapi Guernsey Sapi Guernsey berasal dari pulau Guernsey di Inggris Selatan. Bangsa



sapi guernsey lebih kuat dan besar bila dibandingkan dengan sapi yersey, tetapi bentuk tubuhnya menyerupai yersey. Sapi Guernsey berasal dari sapi liar subspecies Bos (Taurus) Typicus longifrous. Ciri-ciri fisik Guernsey, warnanya kuning tua sampai merah dengan belang-belang putih, umumnya pada bagian muka, sisi perut dan kaki, bulu kipas ekor dan flank, tanduk ukuran sedang (Leondro, 2009).



Gambar 8. Sapi Guernsey Sumber: Akramatullah, dkk (2014). . Pertamakali di import di Amerika Serikat pada tahun 1831. Secara fisik bangsa sapi ini kecil namun lebih awal mencapai dewasa kelamin.Susunya



mengandung lemak dan protein tinggi. Rata-rata produksi susunya 13.400 Ibs dan mengandung 4,5% lemak dan sangat cocok untuk pembuatan mentega. Populasinya di Indonesia kurang dari 1.000 ekor (Akramatullah, dkk., 2014). i.



Sapi Perah Milking Shorthorn Sapi Milking Shorthorn termasuk bangsa sapi tertua dan terbentuk di



Inggris bagian timur laut di lembah Sungai Thames. Nenek moyang sapi ini adalah bos (Taurus) Typicus Premigenius. Awal mulanya sapi ini dikenal sebagai bangsa sapi tipe dwiguna (perah dan pedaging). Pada tahun 1969 peternak pembibit di Amerika Serikat bangsa sapi ini hanya digunakan sebagai sapi perah. Warna bervariasi dari hampir putih sampai merah semua, dan ada yang bewarna campuran merah dan putih. Bobot badan ideal jantan 955 kg, berat pada saat lahir 34 kg, kadar lemak susunya 3,65%, produksi susunya 5.126 kg per laktasi. (Ako, 2012).



Gambar 9. Sapi perah Milking Shorthorn



Sumber. https://daulaykausar.com/bangsa-bangsa-sapi-perah/ Dairy Shorthorn adalah ras berukuran rata-rata, dengan sapi dewasa ratarata memiliki tinggi 140 cm (55 in) di bagian kepala ekor , dan berat 640 hingga 680 kg (1.410 hingga 1.500 lb). Warnanya merah, merah dengan tanda putih, putih, atau roan. Gen warna bulu merah dan putih pada ras Milking Shorthorns dominan bersama, menghasilkan pewarnaan roan dan pola warna unik yang terlihat pada ras. Produksi susu rata-rata untuk trah ini adalah sekitar 7.000 kg (15.000 lb) dalam laktasi tahunan selama 305 hari, dengan 3,8% lemak mentega dan 3,3% protein (Suriasih dkk, 2015). B. Potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia Peternakan Sapi Perah Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan, dan lainlain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya ketersediaan sumber daya tersebut akan berdampak sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini. Tanpa udara dan air misalnya, manusia tidak dapat hidup. Demikian pula sumber daya alam yang lain seperti hutan, ikan dan lainnya merupakan sumber daya yang tidak saja mencukupi kebutuhan hidup manusia, namun juga memberikan kontribusi yang cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. (Fauzi, 2014). Sumber daya alam sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup ternak. Jenis dan ketersediaan pakan harus diperhatikan dalam usaha peternakan di suatu daerah. Kualitas sumber daya manusia akan membantu pola peternakan yang akan terbentuk. Pendidikan, pengalaman, umur, dan pengetahuan yang baik dari peternak akan membawa usaha menuju kearah yang baik. Teknologi



peternakan yang sudah berkembang, harus dimanfaatkan untuk menunjang pengembangan usaha peternakan (Prawira dkk., 2015). Sumber Daya Manusia adalah suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan secara terpadu. (Sunyoto, 2013). Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang memiliki akal perasaan, keinginan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya (rasio, rasa dan karsa). Tanpa adanya unsur manusia dalam perusahaan, tidak mungkin perusahaan tersebut dapat bergerak dan berjalan menuju yang diinginkan. SDM perlu dikelola secara baik dan professional agar dapat tercipta keseimbangan antara kebutuhan SDM dengan tuntutan serta kemajuan bisnis perusahaan. (Firdaus, 2015). Keberhasilan usaha ternak sapi perah tergantung dari faktor sumber daya manusia dan sumber daya alam. Di samping itu juga, pengembangan usaha sapi perah dan peningkatan produksi susu memerlukan dorongan baik dari pihak pemerintah ataupun swasta seperti industri-industri persusuan dan sarana-sarana lain yang diperlukan dan prospek atau masa depan pengembangan usaha ternak sapi perah. Variasi produksi yang tinggi dan penurunan ini sangat dipengaruhi oleh pakan yang diberikan petani terutama yang berasal dari konsentrat. Petani yang tidak mampu membeli konsentrat mempunyai produksi susu yang rendah, demikian pula dengan penggantian komposisi dan peningkatan komponen lokal bahan  pakan menyebabkan penurunan produksi. Dengan demikian petani sangat



mengharapkan adanya pembinaan menyangkut perbaikan pakan tersebut. Adanya permasalahan-permasalahan yang dihadapi peternak merupakan faktor kurangnya kesadaran dalam memanfaatkan sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada ( Nurani, 2011). C. Sistem Perkandangan Sapi Perah Kandang merupakan tempat kediaman ternak hingga terhindar dari lingkungan luar dan dari kandang ternak memperoleh manfaat. Selain itu, kandang merupakan kebutuhan utama dalam usaha peternakan sapi perah maupun sapi potong. Fungsi kandang pada dasarnya adalah tempat untuk melindungi sapi dari terpaan panas dan hujan, serta mengoptimalkan proses pemelihaan. Selain itu dengan adanya kandang pemberian pakan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuan serta membatasi gerak sapi (Rahmat dan Harianto, 2012). Sistem perkandangan merupakan salah satu faktor penentu yang mempengaruhi produktivitas ternak sapi perah. Sapi perah



akan berproduksi



secara optimal apabila berada pada zona nyaman (Comfort zone). Sistem Perkandangan sapi perah merupakan hal yang penting dalam suatu pemeliharaan, dikarenakan perkandangan sebagai prasarana penunjang kelengkapan dalam suatu peternakan. Umumnya, sistem perkandangan sapi perah di Indonesia masih sederhana karena terbuat dari kayu dengan lantai menggunakan semen dan beratapkan genting. Kandang dibuat sejajar dengan rata-rata 2 m2 per ekor dengan kemiringan lantai 2-5 derajat. Namun ada beberapa kontruksi kandang yang tidak memperhatikan ukuran ternak dan lantai kandang yang masih rata (Maharani dkk., 2020).



Kandang sapi perah secara umum yang ada di masyarakat dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu: 1. Kandang Tipe Tunggal Kandang tipe tunggal penempatan sapi-sapi dilakukan pada satu baris atau jajaran. Kandang tunggal/individual adalah kandang yang hanya terdiri dari satu ruangan atau satu bangunan. Kandang ini hanya diisi untuk memelihara satu ekor sapi saja. Kondisi kandang yakni terbuka di semua sisi. Jika jumlah sapi yang dipelihara cukup banyak, maka kandang individual dibangun berderet-deret membentuk sebuah kumpulan (Alif, 2017).



Gambar 10. Kandang Tunggal Sumber: Alif, S. M (2017). 2. Kandang Tipe Ganda Tipe kandang ganda biasa disebut tipe kandang koloni atau kelompok. Sapi dewasa dan pedet digabung dalam satu kandang. Dengan tipe kandang yang seperti ini membuat peternak lebih mudah dalam memelihara ternaknya. Karena sebagian aktivitas yang dilakukan ternak dapat diawasi langsung oleh peternaknya. Kandang tipe ganda penempatan sapi-sapi dilakukan pada dua baris atau jajaran yang bisa saling berhadapan atau saling membelakangi. Diantara



kedua baris atau jajaran sapi tersebut dibuat jalur untuk jalan. Apabila jumlah sapi lebih dari 10 ekor sebaiknya gunakan kandang tipe ganda. Kandang tipe ganda dan saling bertolak belakang merupakan tipe kandang yang paling efisien dalam penggunaan tenaga kerja (Siregar, 2013).



Gambar 11. Kandang Ganda Sumber: Wibowo, H (2019). 3. Kandang tipe Paddock Kandang paddock dibuat atau dirancang dengan luasan tertentu, masingmasing paddock dibatasi dengan pagar. Panjang satu paddock menampung sejumlah 10-15 sapi dalam posisi diikat berjajar menghadap ke satu arah tertentu. Sementara lebar paddock disesuaikan dengan panjang badan ternak yaitu sekitar 2,4 meter. Ternak sapi diberikan tempat yang cukup sehingga tidak berdesakdesakan. Pagar/railing pembatas antar paddock dibuat dari pipa dengan ketinggian 1,5 meter. Pada setiap baris paddock diberikan passageway dengan lebar sesuai dengan ketentuan, yang berfungsi untuk jalur keluar/masuk ternak ketika proses bongkar muat, maupun tempat lewat peternak yang merawat hewan (Siswanti dan Muhammad, 2019).



Gambar 12. Gambar Kandang Tipe Paddock Sumber: Jelantik dkk (2019). . Pada kandang tipe tungga, sapi ditempatkan dua satu baris. Sementara pada tipe ganda, sapi ditempatkan dua baris dan saling berhadapakan atau saling bertolak belakang. Loose housing membutuhkan lahan yang luas karena mempermudah ternak dalam bergerak dan mendapatkan udara segar dan sinar matahari yang cukup. Menurut Albiantoro (2016), menyatakan bahwa apabila dilihat dari peruntukannya, kandang sapi perah dapat dibagi menjadi 5 jenis kandang, yakni: 1. Kandang Sapi Laktasi Sapi yang telah berproduksi dikelompokkan dalam satu kandang. Pangelompokkan ini sebaiknya berdasarkan tingkat produksi susu sehingga sapi yang berproduksi tinggi tidak bercampur dengan sapi yang produksinya rendah. Dengan pengelompokkan seperti ini manajemen atau tatalaksana pemberian pakan dapat dilakukan secara optimal.



Gambar 13. Kandang Laktasi Sumber : https://www.google.di\uniasapi.com 2. Kandang Sapi Dara Kandang sapi dara dapat dibuat dengan sistem koloni agar memudahkan pengontrolan saat birahi. Namun jika kandang khus sapi dara ini tidak ada, sapi dara dapat ditempatkan pada kandang sapi dewasa.



Gambar 14. Gambar Kandang Sapi Dara Sumber: Susilorini dkk (2018). 3. Kandang Sapi Pejantan Sapi pejantan pada umumnya dipelihara secara khusus, agar kondisinya selalu dalam kondisi prima. Kandang untuk pejantan harus disediakan secara



khusus, dengan ukuran lebih luas dibandingkan kandang induk dan konstruksinya lebih kuat.



Gambar 15. Gambar Kandang Sapi Pejantan Sumber: Susilorini dkk (2018). 4. Kandang Isolasi Kandang isolasi adalah kandnag yang khusus untuk sapi-sapi yang menderita sakit. Kandang isolasi diletakkan harus terpisah jauh dari kandangkandang sapi yang sehat. Tujuan kandang isolasi adalah agar infeksi penyakit yang diderita tidak menular pada kelompok sapi yang sehat.



Gambar 16. Gambar Kandang Sapi Isolasi Sumber: Kuswati dan Susilawati (2016). 5. Kandang Sapi Melahirkan Keberadaan kandang untuk sapi yang akan beranak atau kandang kering kandang sangat penting. Hal ini disebabkan karena sapi yang akan beranak



memerlukan exercise atau latihan persipan melahirkan untuk merangsang kelahiran normal.



Gambar 17. Gambar Kandang Sapi Melahirkan Sumber: Susilorini dkk (2008). Menurut AAK (2010) kandang harus memperhatikan beberapa syarat-syarat, yaitu: a.



Ventilasi Ventilasi harus berfungsi dengan baik sehingga keluar masuknya udara



dari dalam dan luar kandang berjalan sempurna. Ventilasi kandang untuk sapi perah di daerah tropis cukup vertilasi alami, yang pengadaanya erat sekali dengan perlengkapan dinding terbuka atau semi terbuka. b.



Dinding Dinding pada kandang sapi perah dibedakan antara dinding pembatas



sekeliling kandang dan dinding penyekat. Bagi sapi-sapi yang dipelihara secara intensif pada umumnya selalu dipakai suatu kontruksi dinding pembatas disekelillingnya dan dinding penyekat yang memisahkan sapi yang satu dengan yang lain. c.



Dekat dengan Peternak



Kandang yang baik dibangun dekat peternak atau mudah di akses sehingga akan mempermudah dan memperlancar jalannya pengawasan kesehatan, keamanan dan tatalaksana. d.



Higienis Faktor higienis lingkungan sekitar kandang sapi sangat penting bagi sapi



perah. Hal ini dikarenakan susu sapi perah sangat mudah terkena mikroorganisme. D. Metode Pemerahan Metode Pemerahan merupakan suatu cara untuk memerah sapi dengan baik dan benar. Secara umum persiapan sebelum pemerahan sudah dilakukan oleh peternak sesuai dengan prosedur, seperti membersihkan kandang, persiapan alat untuk pemerahan, membersihkan sapi yang kotor dan pemerah sendiri dalam keadaan bersih (Jamilah dkk., 2016). Menurut Pramesti (2017) persiapan sebelum pemerahan dapat dilakukan dengan memperhatikan :



1. Membersihkan Kandang Kebersihan kandang berkaitan erat dengan kualitas susu, apabila kebersihan kandang tidak baik maka kualitas susu yang dihasilkan akan menurun dan sebaliknya. Jumlah bakteri pada susu dapat meningkat dengan pesat apabila kandang yang digunakan untuk tempat tinggal ternak dan tempat pemerahan susu tidak bersih dan sehat.



2. Memandikan Sapi



Memandikan spai sebelum pemerahan terutama dibagian ambing, bagian belakang disekitar lipatan paha bagian dalam menggunakan kain lap yang dibasahi air bersih hangat



3. Persiapan Peralatan Serta Wadah Penampungan Sementara Penyimpanan peralatan/wadah dalam keadaan bersih tapi disimpan dalam keadaan terbuka. Peralatan pemerahan dibersihkan sebelum dan sesudah pemerahan dengan menggunakan air dan sabun.



4. Bagi petugas diusahkan memakai pakaian khusus yang bersih. Pada saat pemerahan posisi pemerah harus berada disebelah kanan sapi sehingga tangan kiri berfungsi sebagai penahan apabila ada tendagan kaki sapi, sedangkan tangan kanan untuk menjaga ember susu.



5. Melakukan Pemerahan Baik Menggunakan Alat Maupun Manual 6. Kemudian Melakukan Penyaringan Selain



menggunakan



tangan,



pemerahan



juga



dapat



dilakukan



menggunakan mesin. Pemerahan menggunakan mesin yaitu pemerahan yang dilakukan secara otomatis. Pemerahan dapat dilakukan lebih dari 2 kali jika produksi susu tinggi, misal sapi dengan produksi 18 - 20/hari dapat diperah 3 kali sehari, jika produksi mencapai 21 - 25liter/hari dapat diperah 4 kali dalam sehari. Tekanan vakum pada mesin perah yaitu 40 Kpa sehingga setiap puting memiliki tekanan 10Kpa. Normal lama pemerahan tidak lebih dari 10 menit (Muti’ah, 2017).



Gambar 18. Pemerahan Menggunakan Mesin Sumber : https://www.elysetiawan..co.id Menurut Shafira (2016) pada pemerahan menggunakan mesih perah terdapat kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut: Kelebihan menggunakan mesin perah 



Hasil pemerahan lebih optimal karena pada saat pemerahan susu tidak tercecer kemana-mana.







Waktu yang dibutuhkan lebih efisien dan relatif cepat.







Pekerja tidak terllau berat dalam memerah.







Jika waktu pemerahan lebih cepat, maka dampak tercemarnya mikroba lebih kecil.



Kekurangan menggunakan mesin perah 



Biaya membeli mesin mahal







Membutuhkan listrik yang besar Menurut Utami (2013) teknik pemerahan secara alami dengan tangan



dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan cara pemerahan dengan dua jari (stripping) dan lima jari (full hand).



a) Menggunakan dua jari (stripping). Caranya dengan memegang pangkal puting susu antara ibu jari dan jari tengah. Kedua jari ditekankan secara



sedikit ditarik kebawah, sehingga susu terpancar mengalir keluar. Teknik semacam ini dilakukan bagi sapi-sapi yang memiliki puting pendek.



Gambar 19. Pemerahan Dua Jari Sumber: http://dictio.id/ b) Menggunakan kelima jari (full hand). Cara kerja teknik ini puting dipegang antara ibu jari dan keempat jari diawali dari jari yang paling atas kemudian diikuti oleh jari lain yang ada dibawahnya. Begitu seterusnya sampai air susu dalam ambing habis.



Gambar 20.Pemerahan dengan lima jari Sumber : https://www.agronet.co.id Kelebihan menggunakan mesih perah pada proses pemerahan yaitu cara ini dinilai lebih manusiawi karena tidak akan menyakiti sapi, dan sapi pun tidak akan stres yang  susu yang diambil tidak sampai habis (Setiawan, 2016). Kekurangan pemerahan menggunakan tangan pada pemerahan susu adalah menghendaki suatu pekerjaan yang teliti dan halus, sebab jika digunakan dengan



tekhnik kasar akan buruk pengaruhnya terhadap banyaknya susu yang dihasilkan, sapi akan stress dan mengalami penurunan produksi susu, maka dari itu diperlukan keahlian khusus untuk melakukan tekhnik ini . Selain itu, proses memerah sapi pun terbilang lama karena dikumpulkan dengan cara manual. Biasanya teknik memerah susu dengan cara manual ini dilakukan oleh petani dengan jumlah sapi perah yang tidak terlalu banyak (Setiawan, 2016). E. Produksi Susu dan Kualitas Air Susu Produksi susu sapi perah secara umum sangat tinggi, karena susu sebagai salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh semua kalangan khususnya generasi muda terutama usia sekolah. Diperkirakan kebutuhan susu untuk memenuhi konsumsi generasi usia wajib sekolah sebanyak 4,6 juta ton per tahun, sedangkan penyediaan susu baru dapat mencapai 2,1 juta ton. Hal ini merupakan indikas bahwa peluang untuk mengembangkan industri persusuan di masa mendatang cukup baik (Utomo, 2010). Produksi susu sapi di Indonesia



sebesar 90 persen dihasilkan oleh



peternak rakyat. Peranan kelembagaan untuk pengembangan agribisnis sapi perah dalam rangka membantu meningkatkan produktivitas para peternak kecil sangatlah penting. Salah satu bentuk kelembagaan yang memiliki peran strategis sebagai wadah pembinaan dan penyuluhan adalah koperasi (Purwono, 2013). Kualitas susu ditentukan berdasarkan komponen penyusun susu, yang terdiri atas kadar lemak protein, laktosa, vitamin, dan mineral atau disebut Total Solid (TS). Sementara Solid non fat (SNF) adalah komponen susu selain air dan lemak atau bahan kering tanpa lemak susu bergantung pada kadar protein, laktosa



dan lemak. Kadar lemak susu, protein susu berkorelasi negatif dengan produksi susu (Nugraha, 2016). Kualitas Susu dapat dilihat dengan beberapa hal, yaitu : Warna Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia betina. Susu adalah sumber gizi utama bagi bayi sebelum mereka dapat mencerna makanan padat. Susu binatang (biasanya sapi) dapat diolah menjadi berbagai produk seperti mentega, yogurt, es krim, keju, susu kental manis, susu bubuk dan lain-lainnya untuk konsumsi manusia (Irmawati, 2014). Susu yang berkualitas baik dan normal berwarna putih kekuning-kuningan yang merupakan konversi warna kuning dari dengan warna air susu yaitu putih. Beberapa contoh warna susu yang abnormal adalah biru yang menunjukkan bahwa susu tersebut telah tercampur oleh air, kuning yang berarti susu mengandung karoten, merah yang menunjukkan susu tercampur darah (Disa, 2016). Bau Susu segar yang normal mempunyai bau yang khas terutama karena adanya asamasam lemak. Bau tersebut dapat mengalami perubahan, misalnya menjadi asam karena adanya pertumbuhan mikroba didalam susu, atau bau lain yang menyimpang akibat terserapnya senyawa bau dari sekeliling oleh lemak susu. Bau pakan dan kotoran yang ada didekat wadah susu juga akan mudah mempengaruhi bau susu tersebut (Vinifera, 2016).



Faktor yang mempengaruhi bau dan rasa susu adalah pemberian pakan, macam bahan pakan yang diberikan, persiapan sapi yang akan diperah. Pada akhir masa laktasi, kadar protein dan mineral sangat tinggi, sehingga rasa susu yang dihasilkan sedikit asin (Navyanti dan Retno, 2015). Rasa Cita rasa susu berhubungan dengan keseimbangan rasa antara manis karena kandungan laktosa yang tinggidan rasa asin karena kadar klorida. Susu dengan kandungan laktosa rendah, tetapi kadar klorida tinggi menyebabkan cita rasa susu menjadi asin. Susu sapi yang dihasilkan pada masa akhir laktasi biasanya terasa asin (Nurliyani, 2012). Rasa asli susu hampir tidak dapat diterangkan, tetapi yang jelas menyenangkan dan agak manis. Rasa manis ini berasal dari laktosa sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam mineral lainnya. Rasa yang kurang normal mudah sekali berkembang di dalam susu dan hal ini mungkin merupakan akibat dari sebab fisiologis seperti rasa makanan sapi misalnya alfalfa, bawang merah, bawang putih, dan cita rasa alga yang akan masuk ke dalam susu jika bahan tersebut mencemari makanan dan air minum sapi (Navyanti dan Retno, 2015). Berat Jenis Susu Berat jenis susu tergantung dari kandungan lemak dan bahan padat susu. Kandungan lemak berpengaruh negatif terhadap berat jenissusu, karena berat jenis lemak lebih rendah dibandingkan berat jenis air ataupun plasma susu. Kadar



lemak susu berasal dari produksi asam asetat (bahan baku pembentuk asam lemak susu, yaitu butirat, oleat, palmitat dan stearat) (Zain, 2013). Interval pemerahan yang berbeda mempengaruhi nilai berat jenis susu, sehingga nilai BJ pada pemerahan pagi lebih tinggi dikarenakan lama jeda waktu pagi ke sore dan sore ke pagi hari. Faktor lain yang mempengaruhi berat jenis yaitu susunan susu dan temperatur. Susunan susu ialah kadar bahan kering pada susu semakin tinggi maka semakin tinggi pula berat jenisnya, sedangkan temperatur pada susu memiliki suhu 27,5̊C (suhu kamar) (Amrollah, dkk., 2018). Keasaman pH Susu normal memiliki pH adalah sekitar 6-7. Dalam skala pH 1 sampai 14, asam mempunyai skala yang lebih rendah antara 0 sampai 7 sedangkan basa mempunyai skala yang lebih tinggi antara 7 sampai 14, maka dari itu pH 7 dianggap netral. Normalnya pH pada susu dapat disebabkan karena adanya kasein, buffer, fosfat, dan sitrat. Selain itu, kenaikan dan penurunan pH ditimbulkan dari hasil konversi laktosa menjadi asam laktat oleh mikroorganisme aktivitas enzimatik (Diastri dan Kadek, 2015). Susu segar mempunyai sifat amfoter, artinya dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hidrogen (pH) susu segar yang normal terletak antara 6,5-6,8. Akan tetapi kolostrum maupun air susu dari sapi mastitis mencapai 7,3. Sebagian besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat (0,10-0,22%). Keasaman susu normal beragam, tergantung jumlah bahan kering tanpa lemak, juga keasaman



susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti senyawasenyawa fosfat kompleks, asam sitrat, asam-asam amino, dan karbondioksida yang larut dalam susu. Keasaman juga merupakan hasil penguraian laktosa menjadi asam laktat oleh fermentasi bakteri. Dapat dikatakan bahwa, makin lama air susu berada di dalam suhu kamar makin cepat asam (Sukmawati, 2014). Titik Beku dan Titik Cair Titik beku dan titik cair dari air susu yaitu titik beku air susu adalah – 0.500oC. Akan tetapi untuk Indonesia telah berubah menjadi –0.520oC. Titik beku air adalah 0oC. Apabila terdapat pemalsuan air susu dengan penambahan air, maka dengan mudah dapat dilakukan pengujian dengan uji penentuan titik beku. Karena campuran air susu dengan air akan memperlihatkan titik beku yang lebih besar dari air dan lebih kecil dari air susu. Titik didih airadalah 100°C dan air susu 100.16°C. Titik didih juga akan mengalami perubahan pada pemalsuan air susu dengan air (Alia, 2019). Kisaran titik beku susu yaitu -0,45̊C sampai -0,582̊C. Kisaran perbedaan nilai titik beku karena adanya pengaruh perlakuan yang diberikan pada ternak perah. Konsentrat fermentasi berpengaruh terhadap titik beku. Apabila air susu ditempatkan pada temperatur dibawah titik beku, maka akan menyebabkan air yang terkandung dalam susu menjadi membeku pada bagaian permukannya, sedangkan susu membeku pada bagian sisi permukaan dan susu cair ada pada bagian tengah. Komposisi nutrien susu mempunyai titik beku lebih rendah dibandingkan titik beku air. Titik beku susu dipengaruhi oleh komponenkomponen zat nutrien seperti protein, lemak, laktosa, vitamin, mineral.



Menurunnya titik beku terjadi jika terdapat penambahan garam (senyawa yang mengandung Na dan Cl) (Christi dan Ana, 2018). Daya Cerna Air Susu Daya cerna air susu yaitu air susu mengandung bahan/zat makanan yang secara totalitas dapat dicerna, diserap dan dimanfaatkan tubuh dengan sempurna atau 100%. Oleh karena itu air susu dinyatakan sangat baik sebagai bahan makanan. Tidak ada lagi bahan makanan baik dari hewani terlebih-lebih nabati yang sama daya cernanya dengan air susu (Hidayat, 2017). Susu sapi memiliki komposisi zat – zat gizi yang lengkap



sehingga



rasanya enak. Kelebihan lainnya adalah daya cerna susu yang sangat tinggi dibandingkan sumber pangan lain. Susus mempunyai kandungan gizi sempurna, sangat bermanfaat dan esensial untuk manusia, terutama dalam membantu pertumbuhan dan membangun kapasitas intelektual yang harus dibangun saat periode umur di bawah lima tahun (Nurtini dan Mujtahidah, 2014). Pengolahan Air Susu Susu segar merupakan bahan makanan yang bergizi tinggi karena mengandung berbagai zat makanan yang lengkap dan seimbang seperti protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Nilai gizi di dalam susu yang tinggi menyebabkan susu menjadi medium yang sangat disukai oleh mikroorganisme. Hal tersebut mendorong pertumbuhan dan perkembanganmikroorganisme sehingga dalam waktu yang sangat singkat susu menjadi tidak layak dikonsumsi bila tidak ditangani secara tepat dan benar (Wulandari dkk., 2016).



Menurut Syamsi (2020) cara penanganan sesudah pemerahan: 1. Melakukan teat dipping



2. Membilas kembali ambing dengan larutan desinfektan/ air bersih 3. Melakukan penyaringan dan pengukuran susu 4. Menyimpan susu dalam cooling unit (jika ada) atau mendistribusikan susu ke milk collecting center (MCC) segera setelah pemerahan selesai 5. Mencuci semua peralatan pemerahan dengan air bersih. Menurut Suriasih dkk (2015) yang dimaksud dengan produk olahan asal susu adalah produk yang dibuat dari susu atau produk-produk suatu perlakuan terhadap susu atau produk-produk yang dibuat dari hasil sisa keduanya. Adapun jenis-jenis pengolahan dari susu yaitu : Dangke Dangke merupakan produk olahan susu kerbau atau susu secara tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan. Dangke itu sendiri merupakan suatu produk olahan yang terbuat dari fermentasi susu kerbau yang dikerjakan secara tradisional melalui teknik penggumpalan melalui beberapa campuran bahan. Dangke merupakan produk sejenis keju lunak yang dibuat dengan cara dipanaskan dengan api kecil sampai mendidih, kemudian ditambahkan koagulan berupa getah papaya (papain) sehingga terjadi penggumpalan. Enzim secara alamiah akan mengubah susu sapi atau kerbau itu menjadi padat akibat terjadinya pemisahan protein dan air. Metode pengawetan yang biasa dilakukan oleh masyarakat adalah penambahan larutan garam dapur (Kesuma, 2013).



Gambar 21. Dangke Sumber : https://penguasadahsyat.com Cara pembuatan dangke sangat sederhana karena pengolah tinggal memasukkan susu segar ke dalam panci, kemudian dipanaskan dengan api kecil dengan suhu sekitar 70 – 80 0C sampai mendidih. Selanjutnya ditambahkan koagulan berupa getah papaya (enzim papain) sehingga terjadi penggumpalan. Setelah menggumpal kemudian dimasukkan ke dalam cetakan khusus yang terbuat dari tempurung kelapa, sambil ditekan sehingga cairannya terpisah. Konsentrasi (papain + air) yang digunakan lebih kurang ½ sendok makan untuk 1 liter susu, dan dari jumlah tersebut dapat dihasilkan 4 buah dangke. Selanjutnya dikemas dengan menggunakan daun pisang atau plastic (Rahman dan Rauf, 2013). Nugget dangke merupakan produk olahan susu yang sangat rentan mengalami kerusakan dan penurunan kualitas. Untuk mengatasi masalah ini perlu adanya penambahan bahan alami yang bersifat sebagai antioksidan. Salah satunya adalah menggunakan bawang putih (Murpiningrum dkk., 2018).



Ice Cream Es krim merupakan makanan beku yang dibuat dari produk sapi perah seperti krim dan sejenisnya. Es krim adalah jenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau dari campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dengan atau tanpa bahan makanan lain dan bahan makanan yang diijinkan. Es krim mempunyai struktur berupa busa yaitu gas yang terdispersi dalam cairan, yang diawetkan dengan pendinginan sampai suhu beku (Hartatie, 2011).



Gambar 22. Ice Cream Sumber : https://www.britannia.com Kadar lemak ice cream minimal sebesar 5% Kadar lemak yang terkandung dalam produk es krim berasal dari susu full cream, kuning telur dan coklat bubuk yang digunakan. Kandungan lemak dalam susu yang digunakan dalam pembuatan es krim menjadi salah satu faktor yang berkontribusi dalam pembentukan tekstur dari es krim termasuk pemakaian stabilizer dan emulsifier (Mulyani dkk., 2017). Mentega Mentega adalah produk olahan susu yang bersifat plastis, diperoleh melalui proses pengocokan (Churning) sejumlah krim. Warna Nilai gizi mentega banyak tergantung pada kandungan lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam



lemak. Mentega merupakan sumber vitamin A yang sangat baik dan merupakan makanan yang berenergi tinggi (7-9 kalori/g), tidak mengandung laktosa dan mineral serta berprotein rendah (Widayanti, 2017).



Gambar 23. Mentega Sumber : https://tokopedia.com Mentega (butter) merupakan emulsi air dalam lemak kira-kira 18% air tersebut rata-rata dalam 80% lemak susu, sehingga jumlah protein bertindak zat pengemulsi dengan bau yang tajam dibandingkan margarin (Sintia dan Astuti, 2018). Keju Keju merupakan salah satu hasil olahan susu yang telah dikenal masyarakat, kebutuhan keju smapai sekarang didapat dari impor yang haeganya relatif mahal. Jumlah pemakaian keju oleh masyarakat cukup besar, yang ditandai dengan terus meningkatnya impor keju. Pada prosese pembuatan keju digunakan enzim rennet yang digunkan sebagai koagulan (Geantaresa dan Supriyanti, 2010).



Gambar 24. Keju Sumber : https://www.berwirausaha.net



Keju memiliki kandungan gizi 326 kal kalori, 22.30 g protein, 13.10 g lemak, 777,00 mg kalsium, 338 mg posfor, 2.00 mg zat besi, 750 mg vitamin A, 0.01 mg vitamin B1, 1.0 mg vitamin C dari setiap 100 g keju (Faridah dkk., 2017). Yogurt Yogurt merupakan salah satu jenis susu fermentasi yang telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Teknologi fermentasi susu berkembang cukup pesat dengan banyak memanfaatkan kultur murni secara tunggal maupun campuran serta penggunaan bakteri asam laktat lain yang dapat memberi mutu produk lebih baik (Kumalasari dkk, 2013).



Gambar 25. Yogurt Sumber : https://www.yogurtinnutrition.com Kadar lemak pada yogurt adalah sebesar maks. 3,5%. Kadar lemak yang terdapat pada yogurt bisa diakibatkan oleh bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan yogurt. Yogurt dengan bahan baku susu penuh akan memiliki kandugan lemak yang tinggi dibandingkan dengan yang berbahan baku susu skim. Kadar lemak pada yoghurt menurun bila dibandingkan dengan kadar lemak pada susu kambing sebelum difermentasi hal ini dikarenakan adanya peningkatan



aktivitas lipolitik pada BAL untuk mereduksi lemak susu, sehingga kadar lemak susu menurun akibat adanya aktivitas lipolysis (Nuraeni dkk., 2019).



DAFTAR PUSTAKA Ako. 2012. Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Makassar. Ako, A. 2015. Ilmu Ternak Perah Dasar Tropis. IPB Press : Bogor. Aak. 2010. Petunjuk Praktis Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius Akramatullah, M., Syalfiahti, W., Yulianti, Aswari, SD., dan Suherti, W. 2014.Bangsa-bangsa Sapi Perah. Fakultas Peternakan. Universitas Halu Uleo. Kendari. Jamilah, H. 2016. Evaluasi kondisi perkandangan dan tatalaksana pemerahan pada peternakan sapi perah rakyat di KPSBU Lembang. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Makin, M. 2011. Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu.Yogyakarta. Makin., dan Suharwanto. 2012. Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu.Yogyakarta. Mulyutha, Budiansah. A, Susilawati dan Septiani, RI. 2013. Teknik dan Cara Pemerahan. Fakultas Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Prawira, H.Y., Muhtaruddin., dan Rudy, S. 2015. Potensi pengembangan peternakan sapi potong di kecamatan Tanjung Bintang kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Prihanto.2009. Manajemen Pemeliharaan Induk Laktasi Di Peternakan Sapi Perah Cv. Mawar Mekar Farm Kabupaten Karanganyar.Tugas Akhir Program Diploma Iii Agribisnis Peternakan.Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pasaribu, A., Firmansyah, dan A. Idris. 2016. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di kabupaten karo provinsi sumatera utara. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 17(1): 28-35



Putranto. 2017. Sumber daya peternakan sapi perah di kecamatan Selo. Fakultas Peternakan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Rachmawati, M. 2014. Model Perkandangan Sapi Perah Yang Sesuai DenganKondisi di Indonesia. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran Sumedang. Ratya, N., E. Taufik, I. I. Arief. 2017. Karakteristik kimia, fisik dan mikrobiologis susu kambing peranakan etawa di Bogor. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. Bogor. Resnawati, Heti. 2014. Kualitas susu pada berbagai pengolahan dan penyimpanan. Jurnal.Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas. Bogor. Saleh, E. 2004. Dasar pengolahan susu dan hasil ikutan ternak. Medan: Universitas Sumatra Utara. Saleh, E. 2014.Teknologi Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak.Peneltian. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. Sarifah. 2010. Sapi Perah. Fakultas Peternakan. Universitas Sumatera Utara. Simamora, Henry. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia .Yogyakarta: STIE YKPN. Soetarno, T. 2013. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. Sudono, A. 2009.Ilmu Produksi Ternak Sapi Perah. Cetakan ke 1.Jurusan Ilmu. Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sulistyati, M., Hermawan., dan Anita,F. 2013. Potensi usaha peternakan sapi perah rakyat dalam menghadapi pasar global. Jurnal Ilmu Ternak. Syarief, M. dan Hariyanto. Yasaguna: Jakarta.



2011.



Ternak



Perah.



Edisi



Kedua.



CV