Pompa Single, Seri, Dan Paralel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I Pendahuluan



1.1



Tujuan Percobaan  Menghitung karakteristik dari pompa sentrifugal head/flowrate characteristic dari pompa sentrifugal single pump, series pump, dan paralel pump  Menghitung effisiensi dari pompa single pump, series pump, dan paralel pump



1.2



Dasar Teori 1.2.1 Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan, perbedaan ketinggian, atau hambatan gesek. 1.2.2 Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan gaya sentrifugal, pompa sentrifugal terdiri dari sebuah impeller yang berputar di dalam sebuah rumah pompa (Casing). Pada rumah pompa dihubungkan dengan saluran hisap dan saluran keluar. Sedangkan impeller terdiri dari sebuah cakram dan terdapat sudut-sudut, arah putaran sudut-sudut itu biasanya dibelokkan ke belakang terhadap arah putaran. Gambar pompa sentrifugal diperlihatkan pada gambar 1.1.



Gambar 1.1 Pompa Sentrifugal



Keterangan : 1. Casing 2. Impeller 3. Shaft Seal 4. Bearing Housing 5. Shaft 6. Lubricating Reservoir 7. Eye of Impeller 1.2.3 Fungsi dan Nama Bagian-bagian Utama Pompa Sentrifugal Secara umum bagian-bagian utama pompa sentrifugal dapat dilihat pada gambar 1.2



Gambar 1.2 Bagian Utama Pompa Sentrifugal Fungsi dari bagian-bagian pompa sentrifugal adalah sebagai berikut : 1. Vane adalah sudut impeller yang berfungsi sebagai tempat berlalunya cairan pada impeller. 2. Packing digunakan untuk mencegah dan mengurangi kebocoran cairan dari casing pompa yang berhubungan dengan poros, biasanya terbuat dari asbes atau teflon.



3. Shaft atau Poros berfungsi untuk meneruskan momen puntir dari penggerak selama beroperasi dan tempat tumpuan impeller dan bagian-bagian lain yang berputar. 4. Discharge nozzle adalah bagian dari pompa yang berfungsi sebagai tempat keluarnya fluida hasil pemompaan. 5. Casing merupakan bagian paling luar dari pompa yang berfungsi sebagai pelindung elemen di dalamnya. 6. Impeller berfungsi untuk mengubah energi mekanis dari pompa menjadi energi kecepatan pada cairan yang dipompakan secara kontinyu, sehingga cairan pada sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan dari cairan yang masuk sebelumnya. 7. Bearing atau bantalan berfungsi untuk menumpu atau menahan beban dari poros agar dapat berputar. Bearing juga berfungsi untuk memperlancar putaran poros dan menahan poros agar tetap pada tempatnya, sehingga kerugian gesek dapat diperkecil. 8. Eye of impeller adalah bagian masuk pada arah hisap impeller. 1.2.4 Cara Kerja Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal mempunyai impeller untuk mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi. Daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk memutarkan impeller di dalam zat cair, maka zat cair yang ada di dalam impeller, oleh dorongan sudu-sudu ikut berputar. Karena timbul gaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah-tengah impeller ke luar melalui saluran di antara sudut-sudut. Di sini head tekan zat cair menjadi lebih tinggi, demikian pula head kecepatannya bertambah besar karena zat cair mengalami percepatan. Jadi, impeller pompa berfungsi memberikan kerja kepada zat cair sehingga energi yang dikandungnya menjadi bertambah besar. Selisih energi per satuan berat atau head total zat cair antara saluran hisap dan saluran keluar pompa disebut head total pompa. Dari uraian di atas jelas bahwa pompa sentrifugal dapat mengubah energi mekanik dalam bentuk kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah yang



menyebabkan pertambahan head tekanan, head kecepatan, dan head potensial pada zat cair yang mengalir secara kontinyu. 1.2.5 Efisiensi Pompa Pompa tidak dapat mengubah seluruh energi kinetik menjadi energi tekanan karena ada sebagian energi kinetik yang hilang dalam bentuk losis. Efisiensi pompa adalah suatu faktor yang dipergunakan untuk menghitung losis ini. Efisiensi pompa terdiri dari : 1. Efisiensi hidrolisis, memperhitungkan losis akibat gesekan antara cairan dengan impeller dan losis akibat perubahan arah yang tiba-tiba pada impeller. 2. Efisiensi volumetris, memperhitungkan losis akibat resirkulasi pada ring, bush, dll. Efisiensi pompa merupakan perbandingan antara output dan input atau antara daya hidrolisis pompa dengan daya poros pompa. Harga efisiensi yang tertinggi sama dengan satu harga efisiensi pompa yang didapat dari pabrik pembuatannya. Rumus efisiensi dapat dilihat sebagai berikut : 𝐸𝑓𝑓 =



𝑊𝑠 × 100% 𝑊𝑝



Keterangan : Ws = Tenaga yang diterima fluida Wp = Tenaga yang diberikan fluida 1.2.6 Bilangan Reynold Bilangan Reynold adalah bilangan tanpa dimensi yang nilainya bergantung pada kekasaran dan kehalusan pipa sehingga dapat menentukan jenis aliran dalam pipa. Professor asborne Reynolds menyatakan bahwa ada 2 tipe aliran yang ada didalam suatu pipa yaitu : 



Aliran laminar pada kecepatan rendah dimana berlaku H α V







Aliran turbulen pada kecepatan tinggi dimana berlaku H α Vn



Dalam penelitiannya Reynolds mempelajari kondisi dimana satu jeni saliran berubah menjadi jenis aliran lain. Dan bahwa kecepatan kritis dimana aliran laminar berubah menjadi aliran turbulen. Keadaan ini bergantung pada 4 buah besaran yaitu : diameter tabung, viskositas, densitas dan kecepatan linear rata-rata zatcair. Pengelompokkan variable menurut penemuann yaitu adalah : 𝑁𝑅𝑒 =



Dv. ρ µ



Dimana : D = Diameter pipa (m) V = Kecepatan rata-rata zat cair (m/s) µ = Viskositaszatcair (kg/m.s) ρ = Densitaszatcair (kg/m3)



Gugus variable tanpa dimensi yang didefinisikan oleh persamaan diatas dinamakan angka Reynold. Aliran laminar selalu ditemukan pada angka Reynold dibawah 2100 tetapi bias didapat pada angka Reynold sampai beberapa ribu yaitu dalam kondisi khusus dimana lubang pipa masuk sangat baik kebundarannya dan zat cair didalamnya sangat tenang. Pada kondisi aliran biasa aliran itu turbulen pada angka Reynold kira-kira diatas 4000. Berdasarkan pengaruh tekanan terhadap volume, fluida dapat digolongkan menjadi 2, yaitu : 



Fluida tak termampatkan (incompressible), pada kondisi ini fluida tidak mengalami perubahan dengan adanya perubahan tekanan, sehingga fluida tak termampatkan.







Fluida termampatkan (compressible) pada keadaan ini fluida mengalami perubahan volume dengan adanya perubahan tekanan.



1.2.7 Tipe Aliran Fluida 



Aliran Leminer Aliran fluida dengan kecepatan rendah. Partikel-partikel fluida mengalir secara teratur dengan sumbu pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran leminer berlaku bilangan Reynold, NRE < 2100. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan head loss berbanding lurus dengan kecepatan linear fluida atau h α v.







Aliran Turbulen Aliran fluida dengan kecepatan tinggi. Partikel-partikel fluida mengalir secara tidak teratur atau acak didalam pipa. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran fluida turbulen berlaku bilangan Reynold, NRE < 4000. Pada keadaan ini juga berlaku hubungan head loss berbanding lurus dengan kecepatan linear berpangkat n, atau h α vn.







Aliran Transisi Aliran fluida dengan kecepatan diantara kecepatan linear dan kecepTn turbulen. Aliran ini berbentuk leminer atau turbulen sangta bergantung oleh pipa dan perlengkapannya. Reynold menunjukkan bahwa untuk aliran transisi berlaku hubungan bilangan Reynold 2100 < NRE < 4000.



1.2.8 Persamaan Bernoulli Persamaan bernouli adalah persamaan yang menghubungkan perubahan tinggi kecepatan, tinggi tekanan, dan tinggi letak dari fluida. Persamaan bernouli dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : 2



2



P1 v P v  1  Z1  F  w  2  2  Z 2  .g 2 g  .g 2 g 1.2.9 Operasi Single, Seri, dan Paralel Pump Jika head atau kapasitas yang diperlukan tidak dapat dicapai dengan satu pompa saja, maka dapat digunakan dua pompa atau lebih yang disusun secara seri atau paralel. 



Susunan Tunggal



Gambar 1.3 Susunan Tunggal Pompa yang digunakan hanya satu pompa karena head dan kapasitas yang diperlukan sudah terpenuhi. Pada susunan tunggal hanya terdapat satu saluran discharge/input dan satu saluran output.







Susunan Seri



Gambar 1.4 Susunan Seri Bila head yang diperlukan besar dan tidak dapat dilayani oleh satu pompa, maka dapat digunakan lebih dari satu pompa yang disusun secara seri. Pada susunan seri hanya terdapat satu saluran discharge/input dan satu saluran output. 



Susunan Paralel



Gambar 1.5 Susunan Paralel Susunan paralel dapat digunakan bila diperlukan kapasitas yang besar yang tidak dapat dihandle oleh satu pompa saja, atau bila diperlukan pompa cadangan yang akan dipergunakan bila pompa utama rusak/diperbaiki sehingga digunakan dua pompa yang disusun paralel. Pada susunan paralel terdapat dua saluran discharge/input dan satu saluran output.



BAB II Metodologi



2.1



Alat dan Bahan 2.1.1



Alat yang digunakan :  Pompa Sentrifugal  Watt Meter  Stopwatch  Hydraulic Bench



2.1.2



Bahan yang digunakan :  Air



2.2



Prosedur Percobaan 2.2.1 Diagram Flow Pompa



2.2.2 Pengoperasian Pompa 1 1. Memastikan pompa 1 telah terhubung pada arus listrik 2. Mengatur bukaan valve : V1



: Buka



V2



: Buka



V3



: Buka



V4



: Tutup



V5



: Tutup



V6



: Buka



3. Membuka control valve pada discharge control manifold yang divariasikan yaitu 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 4. Mengaktifkan pompa 1 5. Mencatat watt meter, inlet head, dan outlet head pada pressure gauge 6. Mengukur volume dan menghitung waktunya dengan stopwatch sehingga diperoleh nilai laju alir 2.2.2 Pengoperasian Pompa 2 1. Memastikan pompa 2 telah terhubung pada arus listrik 2. Mengatur bukaan valve : V1



: Tutup



V2



: Tutup



V3



: Tutup



V4



: Buka



V5



: Buka



V6



: Buka



3. Membuka control valve pada discharge control manifold yang divariasikan yaitu 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 4. Mengaktifkan pompa 2 5. Mencatat watt meter, inlet head, dan outlet head pada pressure gauge 6. Mengukur volume dan menghitung waktunya dengan stopwatch sehingga diperoleh nilai laju alir



2.2.3 Pengoperasian Pompa Seri 1. Memastikan pompa 1 & 2 telah terhubung pada arus listrik 2. Mengatur bukaan valve : V1



: Buka



V2



: Tutup



V3



: Buka



V4



: Buka



V5



: Tutup



V6



: Buka



3. Membuka control valve pada discharge control manifold yang divariasikan yaitu 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 4. Mengaktifkan pompa 1 & 2 5. Mencatat watt meter, inlet head, dan outlet head pada pressure gauge 6. Mengukur volume dan menghitung waktunya dengan stopwatch sehingga diperoleh nilai laju alir 2.2.4 Pengoperasian Pompa Paralel 1. Memastikan pompa 1 & 2 telah terhubung pada arus listrik 2. Mengatur bukaan valve : V1



: Buka



V2



: Buka



V3



: Tutup



V4



: Buka



V5



: Buka



V6



: Buka



3. Membuka control valve pada discharge control manifold yang divariasikan yaitu 0, 2, 4, 6, 8, dan 10 4. Mengaktifkan pompa 1 & 2 5. Mencatat watt meter, inlet head, dan outlet head pada pressure gauge 6. Mengukur volume dan menghitung waktunya dengan stopwatch sehingga diperoleh nilai laju alir



BAB III Hasil dan Pembahasan



3.1



Data Pengamatan Tabel 3.1 Perhitungan Debit (Q)



Rangkaian



Pompa 1



Pompa 2



Pompa Seri



Pompa Paralel



Pz



P1 (mH2O)



P2 (mH2O)



WA



0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10



2 5 6 8 9 11 -3 -2.5 -2.1 -2 -1.8 -1.2 -7.2 -7.1 -7 -6.1 -4.1 -3 -3 -2 -2 -2 -1 -1



0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 9 10 12 14 16 12 13 13 14 16 17



225 223 220 204 202 200 328 327 326 325 324 322 480 480 480 500 502 502 510 504 500 490 480 475



Waktu (Sekon)



WB



Volume (m3)



t1



t2



t Rata-rata



90 88 85 84 82 80 133 132 131 130 129 127 180 180 180 200 210 210 210 204 200 196 194 190



0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005 0.005



9.75 12.37 15.76 21.23 37.25 91.87 4.33 4.51 4.61 4.91 5.04 5.78 6.41 6.43 6.51 6.52 7.16 8.31 3.28 4.09 4.1 4.4 4.86 5.74



8.48 13.1 14.96 21.44 36.05 91.66 3.54 4.02 4.05 4.6 4.8 5.42 6.03 6.09 6.24 6.26 6.61 7.83 3.52 3.77 4.08 4.68 5.18 5.55



9.12 12.74 15.36 21.34 36.65 91.77 3.94 4.27 4.33 4.76 4.92 5.60 6.22 6.26 6.38 6.39 6.89 8.07 3.40 3.93 4.09 4.54 5.02 5.65



Q (m3/s) × 10−4 5.49 3.93 3.26 2.34 1.36 0.54 12.71 11.72 11.55 10.52 10.16 8.93 8.04 7.99 7.84 7.82 7.26 6.20 14.71 12.72 12.22 11.01 9.96 8.86



Tabel 3.2 Perhitungan NRe



Rangkaian



Pompa 1



Pompa 2



Pompa Seri



Pompa Paralel



Densitas (kg/m3) 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996 996



Viskositas (kg/m.s) × 10−4 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8 8.8



Diameter (m)



Q (m3/s) × 10−4



Luas Permukaan (m2)



Kecepatan Linear (m/s)



NRe



0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093 0.02093



5.49 3.93 3.26 2.34 1.36 0.54 12.71 11.72 11.55 10.52 10.16 8.93 8.04 7.99 7.84 7.82 7.26 6.20 14.71 12.72 12.22 11.01 9.96 8.86



0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387 0.00034387



1.60 1.14 0.95 0.68 0.40 0.16 3.70 3.41 3.36 3.06 2.96 2.60 2.34 2.32 2.28 2.28 2.11 1.80 4.28 3.70 3.56 3.20 2.90 2.58



37788.94 27047.24 22424.91 16144.68 9398.29 3753.57 87534.02 80761.17 79548.79 72438.79 70009.41 61508.27 55377.26 55023.38 54030.82 53904.00 50028.49 42682.35 101307.74 87645.41 84216.72 75869.27 68614.82 61017.99



Pembahasan Praktikum ini bertujuan untuk menghitung karakteristik dari pompa sentrifugal head/flowrate karakteristik dari pompa sentrifugal, single, seri, dan paralel pump dengan mengguakan Reynold Number dan menghitung effisiensi dari single pump, seri pump, dan paralel pump dengan bantuan persamaan Bernoullie. Jenis pompa yang digunakan pada praktikum ini ialah jenis pompa sentrifugal, dimana jenis pompa ini memiliki kecepatan putaran motor konstan sekitar 1750 put/menit. Berdasarkan Tabel 3.1 pada single pump 1, Pz divariasikan dari 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan memiliki Q (m3/s) sebesar 0,000548546; 0,000392619; 0,000325521; 0,000234357; 0,000136426; 0,000054487. Pada single pump 2, Pz divariasikan dari 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan memiliki Q (m3/s) sebesar 0,001270648; 0,001172333; 0,001154734; 0,001051525; 0,00101626; 0,000892857. Pada pompa seri, Pz divariasikan dari 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan memiliki Q (m3/s) sebesar 0,000803859; 0,000798722; 0,000784314; 0,000782473; 0,000726216; 0,000619579. Pada pompa paralel, Pz divariasikan dari 0, 2, 4, 6, 8, 10 dan memiliki Q (m3/s) sebesar 0,001470588; 0,001272265; 0,001222494; 0,001101322; 0,000996016; 0,00088574. Jika 2 pompa digabung baik disusun seri maupun paralel maka seharusnya menghasilkan tenaga 2 kali lipat. Tetapi pada praktikum ini penggabungan 2 pompa tidak menghasilkan tenaga 2 kali lipat. Hal ini berhubungan dengan pressure, selalu terdapat perbedaan pressure dan aliran di head, sehingga pressure yang lebih besar akan tetap mengalir dan pressure yang lebih kecil tidak mengalir atau lebih sedikit mengalir.



Q vs f 0.012 0.01 0.008



f



3.2



Single Pump 1



0.006



Single Pump 2



0.004



Pompa Seri



0.002



Pompa Paralel



0 0



0.0005



0.001



0.0015



0.002



Q (m3/s)



Grafik 3.1 Hubungan Q melawan f



Berdasarkan Grafik 3.1 Hubungan Q melawan f pada single pump 1, single pump 2, pompa seri, dan pompa paralel menunjukan pola yang sama dikeempatnya. Pada single pump 1 debit air (Q) yang keluar adalah 0,000548546; 0,000392619; 0,000325521; 0,000234357; 0,000136426; 0,000054487 dan memiliki f sebesar 0,0054; 0,006, 0,0061; 0,007; 0,0072; 0,011. Pada single pump 2 debit air (Q) yang keluar adalah 0,001270648; 0,001172333; 0,001154734; 0,001051525; 0,00101626; 0,000892857 dan memiliki f sebesar 0,00457; 0,00459; 0,00466; 0,00468; 0,00469; 0,0049. Pada pompa seri debit air (Q) yang keluar adalah 0,000803859; 0,000798722; 0,000784314; 0,000782473; 0,000726216; 0,000619579 dan memiliki f sebesar 0,005; 0,00501; 0,00503; 0,00504; 0,0051; 0,0053. Pada pompa seri debit air (Q) yang keluar adalah 0,001470588; 0,001272265; 0,001222494; 0,001101322; 0,000996016; 0,00088574 dan memiliki f sebesar 0,0044; 0,00457; 0,00458; 0,00468; 0,0048; 0,00492. Hal Ini menandakan bahwa respon yang didapat yaitu semakin besar debit air (Q) yang keluar pada pipa maka semakin kecil friksi (f) yang dihasilkan.



Q vs Fs 40



35 30 Fs



25



Single Pump 1



20



Single Pump 2



15



Pompa Seri



10



Pompa Paralel



5 0 0



0.0005



0.001



0.0015



0.002



Q (m3/s)



Grafik 3.2 Hubungan Q melawan Fs Berdasarkan Grafik 3.2 Hubungan Q melawan Fs pada single pump 1, single pump 2, pompa seri, dan pompa paralel menunjukan pola yang sama dikeempatnya. Pada single pump 1 debit air (Q) yang keluar adalah 0,000548546; 0,000392619; 0,000325521; 0,000234357; 0,000136426; 0,000054487 dan memiliki Fs sebesar 3,358544; 1,752095, 1,20802; 0,643; 0,219166; 0,038807. Pada single pump 2 debit air (Q) yang keluar adalah



0,001270648; 0,001172333; 0,001154734; 0,001051525; 0,00101626; 0,000892857 dan memiliki Fs sebesar 17,56382; 14,96038; 14,54641; 12,06987; 11,2774; 8,761981. Pada pompa seri debit air (Q) yang keluar adalah 0,000803859; 0,000798722; 0,000784314; 0,000782473; 0,000726216; 0,000619579 dan memiliki Fs sebesar 10,53416; 10,40264; 10,03591; 9,991482; 8,61971; 6,306488. Pada pompa seri debit air (Q) yang keluar adalah 0,001470588; 0,001272265; 0,001222494; 0,001101322; 0,000996016; 0,00088574 dan memiliki Fs sebesar 37,20265; 27,95479; 25,81635; 21,00062; 17,22406; 13,65876. Hal ini menandakan bahwa respon yang didapat yaitu semakin besar debit air (Q) yang keluar pada pipa maka semakin besar Friction Losses (Fs) yang dihasilkan.



Q vs Ws 0 0



0.0005



0.001



0.0015



0.002



Ws (watt)



-10 -20



Single Pump 1



Single Pump 2



-30



Pompa Seri



-40



Pompa Paralel



-50 -60



Q (m3/s)



Grafik 3.3 Hubungan Q melawan Ws Berdasarkan Grafik 3.3 Hubungan Q melawan Ws pada single pump 1, single pump 2, pompa seri, dan pompa paralel menunjukan pola yang sama dikeempatnya. Pada single pump 1 debit air (Q) yang keluar adalah 0,000548546; 0,000392619; 0,000325521; 0,000234357; 0,000136426; 0,000054487 dan memiliki Ws sebesar -23,6856; -19,0653, 17,5167; -14,9424; -13,514; -11,3244. Pada single pump 2 debit air (Q) yang keluar adalah 0,001270648; 0,001172333; 0,001154734; 0,001051525; 0,00101626; 0,000892857 dan memiliki Ws sebesar -42,9139; -39,8081; -38,9923; -36,4153; -35,4219; -32,3038. Pada pompa seri debit air (Q) yang keluar adalah 0,000803859; 0,000798722; 0,000784314; 0,000782473; 0,000726216; 0,000619579 dan memiliki Ws sebesar -23,0253; -26,8117; 27,3492; -28,4097; -27,038; -25,6289. Pada pompa seri debit air (Q) yang keluar adalah



0,001470588; 0,001272265; 0,001222494; 0,001101322; 0,000996016; 0,00088574 dan memiliki Ws sebesar -52,5067; -43,2588; -41,1204; -37,3093; -34,5373; -31,9766. Hal Ini menandakan bahwa respon yang didapat yaitu semakin besar debit air (Q) yang keluar pada pipa maka semakin kecil kerja pompa (Ws) yang dihasilkan.



Q vs Effisiensi 14



Effisiensi (%)



12 10 8



Single Pump 1



6



Single Pump 2



4



Pompa Seri



2



Pompa Paralel



0



0



0.0005



0.001



0.0015



0.002



Q (m3/s)



Grafik 3.4 Hubungan Q melawan Effisiensi Berdasarkan Grafik 3.4 Hubungan Q melawan Effisiensi pada single pump 1, single pump 2, pompa seri, dan pompa paralel menunjukan pola yang sama dikeempatnya. Pada single pump 1 debit air (Q) yang keluar adalah 0,000548546; 0,000392619; 0,000325521; 0,000234357; 0,000136426; 0,000054487 dan memiliki effisiensi (%) sebesar 10,53; 8,55; 7,96; 7,32; 6,69; 5,66. Pada single pump 2 debit air (Q) yang keluar adalah 0,001270648; 0,001172333; 0,001154734; 0,001051525; 0,00101626; 0,000892857 dan memiliki effisiensi (%) sebesar 13,08; 12,17; 11,96; 11,20; 10,93; 10,03. Pada pompa seri debit air (Q) yang keluar adalah 0,000803859; 0,000798722; 0,000784314; 0,000782473; 0,000726216; 0,000619579 dan memiliki effisiensi (%) sebesar 5,70; 5,68; 5,59; 5,39; 5,11; 4,80. Pada pompa seri debit air (Q) yang keluar adalah 0,001470588; 0,001272265; 0,001222494; 0,001101322; 0,000996016; 0,00088574 dan memiliki effisiensi (%) sebesar 10,30; 8,58; 8,22; 7,61; 7,20; 6,73. Hal Ini menandakan bahwa respon yang didapat yaitu semakin besar debit air (Q) yang keluar pada pipa maka semakin besar effisiensi pompa.



BAB IV Kesimpulan



4.1



Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 



Semakin besar watt (daya listrik yang di gunakan) maka nilai Q yang didapat makin besar juga







Pada pump 1 nilai efisiensi yang didapat sebesar 10,53%







Pada pump 2 nilai efisiensi yang didapat sebesar 13,08%







Pada pump seri nilai efisiensi yang didapat sebesar 5,70%







Pada pump paralel nilai efisiensi yang didapat sebesar 10,30%



Daftar Pustaka



Anonim. 2005. Tekanan Fluida. http://www.gurumuda.com/tekanan-dalam-fluida/ (diakses pada tanggal 17 Februari 2018) Anonim.



2009.



Aliran



Fluida



dalam



Pipa.



http://valdvampire.wordpress.com/sharing/pipingsystem/bab-04-aliran-dalam-pipa/ (diakses pada tanggal 17 Februari 2018) Rudi. 2006. Getaran Akibat Aliran Fluida. rudiwd.files.wordpress.com/2006/11/flow-inducedvibration.pdf (diakses pada tanggal 18 Februari 2018)



LAMPIRAN



Q vs f 0.012 0.01



f



0.008 Single Pump 1



0.006



Single Pump 2 Pompa Seri



0.004



Pompa Paralel 0.002 0 0



0.0005



0.001 Q



0.0015



0.002



(m3/s)



Grafik 1 Hubungan Q melawan f



Q vs Fs 40 35 30



Fs



25 Single Pump 1



20



Single Pump 2



15



Pompa Seri



10



Pompa Paralel



5 0 0



0.0005



0.001 Q



0.0015



0.002



(m3/s)



Grafik 2 Hubuangan Q melawan Fs



Q vs Ws 0



0



0.0005



0.001



0.0015



0.002



-10



Ws (watt)



-20 Single Pump 1



Single Pump 2



-30



Pompa Seri -40



Pompa Paralel



-50



-60



Q (m3/s)



Grafik 3 Hubungan Q melawan Ws



Q vs Effisiensi 14 12



Effisiensi (%)



10 8



Single Pump 1



6



Single Pump 2 Pompa Seri



4



Pompa Paralel



2 0 0



0.0005



0.001



0.0015



0.002



Q (m3/s)



Grafik 4 Hubungan Q melawan Effisiensi