PR Analisa Diri Perawat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ANALISA DIRI PERAWAT PENGERTIAN            Analisa diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspel-aspek yang dimiliki di dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara terapeutik kepada klien.             Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif terhadap stres yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik. Instrumen utama yang dipakai adalah diri perawat sendiri. Jadi, analisa diri sendiri merupakan dasar utama untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.             Fokus analisa diri yang penting adalah kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksplorasi perasaan, kemampuan menjadi model, altruisme dan rasa tanggung jawab. Khususnya dalam berhubungan dengan klien anak, perawat perlu mengkaji pengalaman masa kanakkanaknya karena dapat mempengaruhi interaksi. Dengan mengetahui sifat diri sendiri diharapkan perawat dapat memakai dirinya secara terapeutik untuk menolong klien tanpa merusak integritas diri. ASPEK-ASPEK ANALISA KESADARAN DIRI PERAWAT A.    Kesadaran Diri             Helper yang efektif adalah mampu menjawab pertanyaan, siapa saya? Perawat adalah orang yang care akan kebutuhan pasien baik biologi, psikologik dan sosiokultural dengan melihat rata-rata penampilan yang dimilikinya. Perawat belajar tentang kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan dalam membantu pasien terhadap kontinyu sehat dan sakit.             Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perawat perlu menjawab pertanyaan “siapa saya”. Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi dan perilakunya secara pribadi maupun sebagai pemberi perawatan. Kesadaran diri akan membuat perawat menerima perbedaan dan keunikan klien.           Campbell (1980) mendefenisikan kesadaran diri menurut model keperawatan secara holistik meliputi komponen psikologik, fisik, lingkungan dan pilosopi : 1.      Komponen psikologi  Termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri dan personaliti. 2.      Komponen fisik Adalah pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga termasuk sensasi tubuh, gambaran diri dan potensial fisik. 3.      Komponen lingkungan Berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain, dan pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan alam. 4.      Komponen pilosopi



Adalah perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa tentang kehidupan dan kematian baik yang disadari maupun tidak disadaritermasuk kemampuan superior, tetapi juga meliputi tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata.           Kesemua komponen merupakan model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran diri dan perkembangan diri perawat dan pasien untuk mengerti akan dirinya. Kesadaran diri dan perkembangan diri perawat perlu ditingkatkan agar penggunaan diri secara terapeutik dapat lebih efektif. Johari Window (Stuart dan Sunden. 1987, h.98) menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang melalui gambar berikut: 1 Diketahui oleh diri sendiri dan orang lain 3 Hanya diketahui oleh diri sendiri



2 Hanya diketahui oleh orang lain 4 Tidak diketahui oleh siapapun



Kuadran 1 adalah kuadran yang terdiri dari perilaku, pikiran dan perasaan yang diketahui oleh individu dan orang lain disekitarnya. Kuadran 2sering disebut kuadran buta karena hanya diketahui oleh orang lain. Kuadran 3 disebut rahasia karena hanya diketahui oleh individu. Ada 3 prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu : 1.      Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain. 2.      Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya kurang. 3.      Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara (Stuart dan Sundeen, 1987,h.98 – 99) yaitu : 1.      Mempelajari diri sendiri. Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku, termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan hubungan interpersonal dan kebutuhan pribadi. Caranya meningkatkan pengetahuan diri, diperlukan dengan belajar tentang diri sendiri. Individu perlu menampilkan keikhlasan dalam menampilkan emosinya, identifikasi kebutuhan dan kemampuan personal, dan penampilan bentuk tubuh terhadap kebebasan, kegembiraan, dan spontan. Yang termasuk penampilan personal meliputi pikiran, perasaan, memori dan rangsangan. 2.      Belajar dari orang lain. Belajar dan mendengar orang lain. Pengetahuan tentang diri tidak bisa diketahui oleh diri sendiri. Juga berhubungan dengan orang lain, individu mempelajari diri sendiri, juga belajar untuk mendengar secara aktif dan terbuka menerima umpan balik



dari orang lain. Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan pengetahuan tentang diri sendiri.  Aspek yang negatif memberi kesadaran bagi individu untuk memperbaikinya sehingga individu akan selalu berkembang setiap menerima umpan balik. 3.      Membuka diri. Keterbukaan merupakan salah satu kriteria kepribadian yang sehat. Untuk ini harus ada teman intim yang dapat dipercaya tempat menceritakan hal yang merupakan rahasia. Proses peningkatan kesadaran diri sering menyakitkan dan tidak mudah khususnya jika ditemukan konflik dengan ideal diri. Tetapi merupakan tantangan untuk berubah dan tumbuh. B.     Klarifikasi Nilai Perawat harus mampu menjawab, apa yang penting untuk saya? Kesadaran membantu perawat untuk sayang dan tidak menjauhi pasien dan membantu sesuai dengan kebutuhannya. Walaupun hubungan perawat – klien merupakan hubungan timbal balik, tetapi kebutuhan klien selalu di utamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dan keamanannya. Jika perawat mempunyai konflik, ketidakpuasan, sebaiknya perawat menyadari dan mengklarifikasi agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan perawat – klien. Dengan menyadari sistem nilai yang dimiliki perawat, misalnya kepercayaan, seksual, ikatan keluarga, perawat akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistem nilai yang dimiliki. C.     Eksplorasi Perasaan Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapat menggunakan dirinya secara terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1987,h.102). Jika perawat terbuka pada perasaannya maka ia mendapatkan dua informasi penting yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien. Sewaktu berbicara dengan klien, perawat harus menyadari responnya dan mengontrol penampilannya. D.    Kemampuan Menjadi Model (Role Model) Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat, hubungan interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien (Stuart dan Sundeen, 1987, h.102)



Perawat mungkin menolak dan mengatakan ia dapat memisahkan hubungan profesional dengan kehidupan pribadi. Hal ini tidak mungkin pada asuhan kesehatan jiwa karena perawat memakai dirinya secara terapeutik dalam menolong klien. Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan pribadi serta tidak didominasi oleh konflik, distres atau pengingkaran dan memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung jawab atas perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya. Ciri perawat yang dapat menjadi role model 1.      Puas akan hidupnya 2.      Tidak didominasi oleh stres 3.      Mampu kembangkan kemampuan 4.      Adaptif E.    Altruisme Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain? helper yang baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai dari manusia tersebut. Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan kepuasan dan penyelesaian dari kerja yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan keseimbangan antara kedua kebutuhan tersebut. Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri 



Efektif “helper”







Interes pada orang lain







Membantu dengan tulus dan cinta kasih







Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain



Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara altruistik diri juga tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau pengingkaran secara praktis atau pengorbanan diri. Akhirnya, altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya adalah semua profesional harus dapat membantu orang lain dalam pemberian pelayanan dan mengembangkan kemampuan sosial. Secara legitimasi diperlukan peran perawat dalam melakukan pekerjaannya untuk mengadakan perubahan struktur yang besar dan proses perubahan sosial dalam meningkatkan kesehatan individu dan kemampuan dirinya.



F.    Etik dan Tanggung Jawab           Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa kesadaran akan petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat umumnya menampilkan penguatan nilai hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian pelayanan yang merupakan rujukan untuk semua perawat dalam memberikan penguatan untuk kesejahteraan pasien dan tanggung jawab sosial. Pilihan etik bertanggung jawab dalam menentukan pertanggung jawaban, risiko, komitmen dan keadilan.             Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab untuk merubah perilaku. Dimana harus diketahui batasan dan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Juga dilakukan oleh anggota tim kesehatan, perawat yang setiap waktu siap untuk menggali pengetahuan dan kemampuan dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan guna dipertanggung jawabkan. Diposkan oleh teman sejawat di 10:10 PM  http://linadjafar.blogspot.co.id/2011/04/analisa-diri-perawat.html



KONSEP KOMUNIKASI KEPERAWATAN



A.    Analisa Diri dan Sikap Komunikasi Terapeutik Dalam melakukan proses keperawatan, perawat perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif dan bertujuan. Perawat perlu memahami mengenai komunikasi terpeutik. Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat dan klien yang selama interaksi berlangsung perawat berfokus pada kebutuhan klien untuk peningkatan pertukaran informasi yang efektif antara perawat dan klien (Sheila L Videbeck, 2008) Dalam melakukan komunikasi terapeutik perawat sebelumnya perlu memahami tentang analisa diri. Analisa diri pada perawat adalah proses stimulasi untuk menentukan keberhasilan setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat. Analisa diri dilakukan oleh perawat yang sehari-harinya berhubungan langsung dengan klien. Dalam masalah ini ketidakmampuan dalam berkomunikasi dengan efektif mempengaruhi kemampuan klien untuk mengekspresikan kebutruhan atau bereaksi dengan lingkungan.  Analisa diri terbagi 6 aspek diantaranya kesadaran diri, klarifikasi nilai, ekplorasi keadaan, role model, altruisme( efektif dalam membantu), etik dan tanggung jawab (Mustikasari, 2009). Suatu alat yang bermanfaat dalam mempelajari lebih banyak tentang diri sendiri ialah jendela Johari (Luft, 1970. Dikutip dari Sheilla L Vedebeck, 2008). Empat area yang di evaluasi adalah : a.      Kuadaran I      : Pribadi yang umum, terbuka : Individu mengetahui kualitas dirinya sendiri  dan orang lain                                juga mengetahuinya. b.      Kuadran II      : Pribadi yang buta/tidak sadar : Kualitas hanya diketahui oleh orang lain. c.       Kuadaran III   : Pribadi yang tersembunyi/tersendiri : Kualitas hanya diketahui oleh diri sendiri d.    Kuadran IV      : Tidak diketahui: Kuadran kosong yang menunjukkan kualitas yang sampai saat ini tidak                               diketahui oleh diri sendiri dan orang lain.



Teknik dalam berkomunikasi terapeutik meliputi :



a.       Mendengarkan secara aktif Memusatkan perhatian secara verbal dan nonverbal yang disampaikan klien. Menggunakan rasio 2;1 (2 telinga:1 mulut). Menurut Crouch 2002 dalam Potter&Perry 2009.Mendengarkan secara aktif menggunakan akronim SOLER (Sitting facing the client, Observe and open posture, Learn toward the client, Establish and maintain intermitten, eye contact, Rilex)



b.      Berbagi hasil observasi dengan klien Berbagi hasil observasi berbeda dengan asumsi. Saat berbagi observasi, perawat menggunakan bahasa yang lebih halus dan tidak menyinggung perasaan klien. Contoh. Ketika klien tampak tidak rapih, perawat tidak langsung menyimpulkan bahwa dia malas menjalani harinya, perawat menggunakan kata –kata yang lebih halus seperti “anda tampak lelah”, “Anda tampak berbeda hari ini”, atau “saya lihat anda belum makan apapun hari ini, apa yang anda rasakan”



c.       Berbagi emphatik Kemampuan untuk memahami dan menerima realita seseorang,merasakan perasaan dengan tepat. Contoh. Perawat berkata pada klien yang marah dan menderita gangguan mobilisasi ringan pasca stroke “pasti sulit rasanya mengetahui apa yang anda inginkan tetapi tidak dapat melakukannya”



d.      Berbagi harapan. Contoh. Perawat berkata kepada klien yang murung tentang prognosisnya yang buruk “saya yakin anda akan menemukan jalan untuk menghdapi situasi ini, karena saya melihat keberanian dan kreativitas anda sebelumnya”.



e.       Berbagi perasaan Perawat membantu klien mengekspresikan emosi dengan melakukan opservasi, mengetahui perasaan, mendorong komunikasi, mengijinkan pengekspresian perasaan “negatif”, dan member contoh ekspresi emosional diri yang sehat Contoh. Perawat bertanya pada pasien yang sedang murung



f.       Berbagi menggunakan sentuhan Sentuhan menyampaikan pesan seperti perhatian, dukungan, dorongan,kelembutan, dan perhatian pribadi Contoh. Sentuhan kenyamanan misalnya memang bahu klien.



g.      Diam Sikap diam berguna saat individu berhadapan dengan keputusan yang membutuhkan banyak pertimbangan. Contoh. Keheningan akan membantu klien mencapai keyakinan yang dibutuhkan untuk berbagi keputusan dalam menolak suatu tindakan medis.



h.      Mengklarifikasikan Tujuannya untuk memastikan telah terbentuknya pemahaman klien. contoh. “saya kurang mengerti maksud ‘lebih sakit dari biasanya’ apa yang terasa berbeda bagi anda?”



i.        Fokus       Fokus diperlukan untuk memfokuskan perhatian dari unsur penting suatu pesan. Perawat menggunakan tehnik pemfokusan untuk membimbing arah percakapan kebidang yang penting, misalnya “kita telah membahas banyak tentang obat anda, tetapi mari kita lihat masalah yang anda hadapi untuk mengkonsumsinya tepat waktu”.



j.        Para frase Menyatakan kembali suatu pesan dengan lebih singkat dan menggunakan kata-kata si penerima. Jika makna suatu pesan menjadi menyimpang setelah dilakukan paraphrase, maka komunikasi akan menjadi tidak efektif. Contoh. Seorang klien berkata, saya telah mengalami kelebihan berat badan sejak lama dan tidak pernah ada masalah. Saya tidak paham kenapa saya harus menjalani diet. Parafrase kalimat ini kedalam bentuk, “anda tidak perduli terhadap berat badan anda” merupakan cara yang salah. Akan lebih baik anda berkata, “Anda kurang yakin untuk menjalani diet karena anda selama ini tetap sehat”.



k.      Mengajukan pertanyaan yang relevan



Pertanyaan terbuka akan memberikan kesempatan bagi klien untuk memimpin percakapan dan memberikan informasi penting tentang suatu topik. Contoh. “ Apa masalah terbesar anda saat ini?”. Pertanyaan dengan focus digunakan jika dibutuhkan informasi spesifik pada bidang tertentu misalnya “Bagaimana pengaruh rasa nyeri tersebut pada kehidupan anda dirumah? ”. Pertanyaan tertutup menghasilkan respon Ya, tidak, atau jawaban satu kata. Contoh. “Berapa kali dalam sehari anda menggunakan obat anti nyeri?”, berikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan terbuka secara lengkap sebelum memberikan pertanyaan lain. Pertanyaan tertutup berguna pada saat pengkajian, tetapi kurang bermanfaat selama interaksi terapeutik.



l.        Menyimpulkan Memberikan kepuasan pada akhir percakapan dan sangat berguna pada fase terminasi dari hubungan perawat dan klien. Menyimpulkan adalah tinjauan singkat dari aspek penting suatu interaksi. Contoh: pada seorang perawat manejer yang bekerja dengan tenaga kerja yang tidak puas. “Anda telah memberitahu alasan anda tidak mnyukai pekerjaan ini. Kami telah menemukan beberapa cara untuk memperbaiki situasi dan anda telah setuju untuk mencobanya. Tolong beritahu saya jika cara tersebut berguna bagi anda.”



m.    Membuka diri Teknik membuka diri merupakan pengalaman pribadi yang nyata tentang diri sendiri yang diberikan secara sengaja kepada pihak lain. Ini menunjukkan bahwa perawat memahami pengalaman klien dan memperlihatkan bahwa pengalaman klien tidak hanya dialami sendiri. Contoh: hal yang menyedihkan itu juga pernah saya alami. Saya bertemu dengan pusat konseling dan hal itu sangat membantu. Bagaimana pendapat anda tentang menemui pihak konseling?”.



n.      Konfrontasi Tehnik ini meningkatkan kesadaran diri klien dan membantu klien mengenali pertumbuhan dan mengatasi masalah penting. Contoh: “Anda bilang Anda telah memutuskan tindakan yang akan diambil, tetapi Anda masih berbicara banyak tentang pilihan Anda?”.



B.     Analisa Proses Interaksi



1.      Pengertian Komunikasi terapeutik terjadi antara dua individu, perawat dan klien, dan menggambarkan kepribadian masing-masing individu. Analisa proses interaksi (API) (the interactional process analysis) merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.



a.      Tujuan Analisa Proses Interaksi 1.      Meningkatkan kemampuan mendengar 2.      Meningkatkan kemampuan berkomunikasi 3.     Memberi dasar belajar artinya berupa alat untuk mengkaji kemampuan perawat (mahasiswa) dalam berinteraksi dengan klien, dan data bagi CI / supervisor / pembimbing untuk memberi arahan 4.      Meningkatkan kepekaan perawat terhadap kebutuhan klien, serta mempermudah perkembangan dan perubahan pendekatan perawat 5.      Membantu perawat merencanakan tindakan keperawatan



b.      Komponen Analisa Proses Interaksi 1.        Komunikasi verbal dan non verbal perawat dan klien 2.    Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat dilakukan perawat 3.        Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien 4.        Analisa makna dan rasional dari komunikasi 5.        Kesan / evaluasi terhadap efektifitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai dengan 4 6.        Rencana lanjutan tindakan keperawatan



Pencatatan dan pelaporan merupakan alat komunikasi antar tim keperawatan dan tim kesehatan. Aspek yang penting dicatat dan dilaporkan dalam keperawatan jiwa adalah pola perilaku dan hubungan interpersonal perawat-klien.Ada 3 macam catatan : 1.      Catatan perkembangan (proses keperawatan) 2.      Catatan hubungan perawat-klien



3.      Catatan resume Catatan hubungan P-K adalah interaksi yang terjadi selama perawat berhubung individual klien, kelompok klien, pada terapi modalitas keperawatan.Catatan hubungan P-K secara verbal dapat berupa : 1.      Video tape; tape recording 2.      Catatan secara garis besar 3.      Catatan interaksi Analisa proses interaksi merupakan alat kerja yang dipakai perawat (mahasiswa) untuk memahami interaksi yang terjadi antara perawat dan klien.Semua pasien dapat dilakukan Analisa Proses Interaksi.



C.    Tahapan Analisa Proses Interaksi 1.      Tahap awal (orientasi), meliputi pertanyaan terbuka yang digunakan perawat untuk mendorong klien memilih topik dan identifikasi kalian. 2.      Tahap pertengahan (kerja), menggambarkan penggunaan teknik komunikasi terapeutik terfokus untuk memperoleh gambaran komprehensif tentang situasi dan pikiran, perasaan, kebutuhan dan hubungan yang terkait. 3.      Tahap akhir, meliputi tahap terminasi sementara atau terminasi akhir dalam hubungan perawat dan klien.



D.  Format Analisa Proses Interaksi Inisial Klien                                    : Status Interaksi Perawat-Klien      : Lingkungan                                    : Deskripsi Klien                               : Tujuan (Berorientasi pada Klien)   : Nama Mahasiswa/Perawat             : Tanggal                                           : Waktu                                             : Ruang                                             :



Komunikasi Verbal P …………………



Komunikasi Non Verbal P …………………



Analisa berpusat pada perawat



Analisa berpusat pada klien



P …………….



………



K ………………..



K …………………



K …………………..



K ………................



K …………………



P ………………..



P ……………..



P ……………….



P ………………..



P …………



K ……………….



Rasional



……….. K ………………



Dst …………….



Keterangan : 1.    Inisial klien : tulis inisial bukan nama lengkap 2.    Status interaksi : pertemuan ke berapa dan fase berhubungan 3.    Lingkungan :          Tempat interaksi          Situasi tempat interaksi          Posisi mahasiwa dan klien 4.    Deskripsi klien : penampilan umum klien. 5.    Tujuan :          Tujuan yang akan dicapai dalam interaksi selama 20-30 menit          Tujuan ini berpusat pada klien          Tujuan terkait dengan proses keperawatan klien 6.    Komunikasi verbal : ucapan verbal perawat dan klien 7.    Komunikasi non verbal : non verbal klien dan perawat pada saat bicara atau saat mendengar 8.    Analisa berpusat pada perawat : Pusatkan analisa proses yang berhubungan dengan komponen sebagai berikut : a.       Perasaan sendiri



Perawat waspada tentang respon perasaan sendiri & menunjukkan peningkatan kemampuan untuk menjelaskan riwayat / latar belakang dan analisa, apa dan mengapa perasaan itu muncul. b.      Tingkah laku non verbal Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal diri sendiri c.       Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung Cari / kenali, bedakan dan diskusikan teknik komunikasi yang digunakan d.      Tujuan interaksi       Perawat berperan sebagai apa ? dan pasien sebagai apa ?       Apa anggapan perawat tentang kejadian yang telah terjadi ?       Bagaimana seharusnya mereka berinteraksi ?       Bagaimana proses ? 9.    Analisa berpusat pada klien : Pusatkan analisa proses interaksi pada komponen sebagai berikut : a.         Tingkah laku non verbal Cari / kenali, diskusikan dan analisa tingkah laku non verbal klien b.        Isi pembicaraan yang muncul dan terselubung (latent) Cari / kenali, bedakan dan diskusikan c.         Perasaan klien Temukan / cari arti tingkah laku klien, identifikasi dan diskusikan keadaan perasaan klien, bagaimana perasaan klien dipengaruhi oleh perawat d.        Kebutuhan klien Cari kebutuhan klien dengan menggunakan data dari interkasi yang baru terjadi, interaksi sebelumnya, riwayat klien dari teori.



10.    Alasan Teori (Rasional) Sintesa dan terapan teori pada interpersonal : berikan alasan teoritis intervensi anda atau intervensi lain dan tunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendiskusikan tingkah laku klien dalam rangka teori psikodinamika, teori adaptasi, setiap teori-teori lain yang dikenal.



ANALISA PROSES INTERAKSI PASIEN DENGAN DISTRES SPIRITUAL



Nama Klien                : Ny S Status interaksi            : Fase perkenalan Pertemuan ke              : 1 Kondisi klien               : Penampilan  terlihat kurang rapi,pakaian bersih,rambut panjang di ikat                                        kebelakang,ekspresi wajah tampak murung dan cemas. Kondisi lingkungan     : Klien duduk di tempat tidur berhadapan dengan perawat yang duduk dikursi samping                                   tempat tidur pasien. Tujuan                          : Klien dapat memahami penyebab kecemasannya dan  dapat melakukan kegiatan                                      ibadah yang masih bisa klien lakukan. Nama mahasiswa       : Mischa Waktu interaksi           : Pukul 09.00 -09.15 wib Tanggal                         : 13 November 2013 Ruang                            : Ruang Orchid RSSM



Komunikasi verbal



Komunikasi non verbal



Analisa berfokus pada perawat



Analisa berfokus pada klien



Rasional



P  : Selamat pagi bu



P : memandang ny S dan tersenyum



P : Merasa tenang dan siap untuk memulai interaksi dengan klien



K : Merasa  senang ada perawat yang datang



Salam adalah kalimat pembuka dalammemulai suatu percakapan dan juga merupakan satu cara membina hubungan saling percaya.



P : Memandang ny S dan tersenyum



 P : Merasa senang atas tanggapan Ny S



K : Merasa tenang



P :badan condong kea rah klien,memandang



 P : merasa tenang dan



K : merasa senang perawat



K : Tersenyum



K : Pagi suster



P :Saya suster ade



K : Tersenyum



Memperkenalkan diri dapat memperkuat



kurniah,biasany a dipanggil suster ade,ibu sukanya di panggil apa?



klien sambil tersenyum dan mengulurkan tangan.



K : panggil saja saya bu S , suster



K:tersenyum,memandan g perawat dan menerima jabatan tangan perawat.



K :tersenyum, memandang perawat dan menerima jabatan  tangan pe rawat.



P: tersenyumdan kontak mata



P : bagaimana perasaan ibu hari ini?



P :tersenyum dan kontak mata.



K : saya merasa sedih dengan penyakit yang saya alami,suster .



K ; wajah tampak sedih,mata berkacakaca.



P : ibu s tampak murung dan cemas,apa sebenarnya yang ibu rasakan



P :memandang klien,kontak mat



K : wajah berubah menunjukan kesedihan



P :kontak mata,tangan menyentuh tangan klien untuk menunjukan dukungan.



K: wajah tampak sedih,mata berkacakaca.



siap untuk membina hubungan saling percaya dengan klien



memperkenalka n dirinya



P : merasa merasa senang atas respon klien yang mau menerima perkenalan perawat.



K : merasa senang



P : ingin menggali perasaan ny s tentang apa ynag dirasakannya.



K : masih tampak murungtapi memperhatikan apa yang diucapkan perawat,kontak mata.



P: ingin menunjukan pada klien bahwa perawat care dengan yang dirasakan klien.



K : menunjukan kesedihan tentang penyakit yang klien alami.



 P : menunjukan hasil  observasi untuk menggali perasaan klien



K : Menunjukan kesedihan tentang penyakit yang klien alami



hubungan saling percaya antara perawat dank lien.



Pertanyaan terbuka  klienmember kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.



Mengatakan hasil observasi adalah teknik komunikasi yang dapat digunakan untuk mengggali perasaan klien lebih dalam.



lebih dalam



K : saya sedih dengan penyakit yang saya alami,Allah sepertinya tidak sayang sama saya memberi cobaan seberat ini



K : menundukan kepala,mata berkaca-kaca,nada suara rendah .



P : bagaimana kalau pagi ini kita berbincang-bincang tentang perasaaan ibu?mungkin sekitar 15 menit ?ibu maunya kita ngobrol dimana?



P :memandang ibuS,kontak mata.



K : boleh suster,tempatnya disini saja yah.



K : mengangkat kepala dan memandang perawat



P : menggengam tangan kontak mata,memandang klien.



K : mengangkat kepala dan memandang perawat.



P : menunjukan keseriusan untuk mendengarkan keluhan klien dan ingin memberikan dukungan.



 K : masih menunjukan kesedihan dan menyalahkan Tuhan



P : merasa tenang untukmembantu klien mengungkapkan perasaannya.



K : merasa tertarik dengan ajakan perawat,dan merasa perawat peduli dengan perassannya.



P : merasa senang atas respon yang ditnjukan ibu S



K : merasa senang perawat mau mendengarkan keluhannya.



P : merasa tenang menghadapi ibu S



K : merasa siap untuk bercerita pada perawat.



P : merasa



K : merasa



P : memandang ibu S dan kontak mata P : Baik bu,jadi sebenarnya apa yang ibu rasakan



P : duduk menghadap klien ,memandang klien dan tersenyum. K : duduk ditempat tidur menghadap perawat,kontak mata .



 K : saya merasa Allah



K : memandang



Kontrak waktu,tempat dan topic akan mengarahkan pembicaraan terfokus pada tujuan yang hendak dicapai.



Pertanyaan terbuka memungkinkan klien ntuk menceritakan perasaannya secara mendalam.



tidak adil dan tidak sayang  sama saya ,saya  sudahberusaha hidup sehat tapi tetap dikasih sakit berat



perawat dan  kontak mata.



senang  ibu S mau bercerita



senang bisa menceritakan masalahnya ke perawat dengan harapan akan memdapat bantuan untuk menyelesaikan masalahnya.



P : oh jadi menurut ibu Allah tidak adil dan sayang sama ibu,maukah ibu menyebutkan pendapat ibu tentang ag ama yang ibu anut selama ini?



P : menatap ibu S dan kontak mata. K : memandang perawat berusaha meyakinkan pendapatnya.



P : menunjukan keseriusan mendengarkan keluhan ibu S dan berusaha mengklarifikasi untuk meyakinkan pemahaman perawat .



K :  merasa senang perawat menyimak keluhannya.



K : saya seorangmuslim dan beragama islam,tadinya saya selalu percaya agama saya yang terbaik tapi dengan sakit ini ,saya merasa ragu dengan agama saya.Allah memberi saya sakit yang beratdan saya merasa tidak sanggup menanggungnya



K : memandang perawat dan kontak mata,tampak keraguan dari nada suara yang diucapkan ibu S.



P : menunjukan ketenangan mendengarkan keluhan ibu S,tidak menyanggah atau membenarkan.



K : merasa yakin untuk menceritakan pendapatnya pada perawat.



P :menurut ibu, apakah agama yang ibu anut masih membawa ketenangan dan kedamaian dalam hidup ibu?



P : memandang ibu S dan menyentuh tangannya.



P : merasa tenang untuk menggali perasaan ibu S



 K : tampak bersemangat



P : memandang ibu S,



Klarifikasi adalah teknik komunikasi yang digunakan untuk menyamakan persepsi antara perawat dan kl



P : memandang dan tersenyum pada ibu S



K : memandang perawat dan kontak mata



Mengkaji pendapat ibu S tentang agamanya



K : sebenarnya sih dalam lubuk hati saya terdalam,saya masih percaya agama saya.



K : nada suara terdengar ragu, memandang perawat dan wajah masih tampak cemas.



P : merasa tenang mendengarkan keluhan ibu s



K : tampak bersemangat



P : mencoba mengklarifikasi ucapan ibu S.



K : menyimak pertanyaan perawat dengan sungguhsungguh.



P : menyimak perkataan ibu S dengan harapan dapat menemukan jalan keluar untuk masalah ibu S.



K : merasa bersemangat menceritakan masalahnya.



P : merasa senang klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang masih bisa klien lakukan.



K: tampaksenang atas tanggapan perawat.



P : menganggukanggukan kepala.



P :oh, jadi menurut ibu agama yang ibu yakini masih membawa kedamaian dihati ibu? Lalu kegiatan ibadah apa saja yang masih bisa ibu kerjakan dengan kondisi sakit ibu ini? Misalnya shalat atau dzikir?



P : memandang dan kontak mata dengan ibu S.



K : bila merasa sakit sekali waktu kemoterapi saya masih suka berdzikir menyebut nama Allah.



P: memandang,dan mengangukan kepala.



P :Baik bu, bagus sekali ibu s masih melakukan dzikir ketika ibu merasakan sakit karena kemoterapi.Bagaimana perasaan ibu setelah melaksanakan dzkir?



P : memandang ibu S sambil tersenyum dan mengajungkan jempol.



K : menganggukangukan kepala,sambil sesekali memamdang perawat.



K : memandang dan kontak mata dengan perawat.



K : memandang perawat dan



Klarifikasi merupakan teknik komunikasi untuk menyamakan persepsii antara perawat dank lien.



Reinforment positif  membuat seseorang senang sehingga tingkah laku tersebut dapat diulangi.



tersenyum juga. K : saya merasa lebih tenang sih suster,sakit yang saya rasakan rasanya berkurang.



K : memandang dan kontak mata.



K: merasa lebih rileks dan tenang



P: mempersiapkan diri untuk mengakhiri perbincangan.



K : merasa senang setelah bercerita pada perawat.



P : merasa senang karena ibu S merasa lebih baik setelah berbincangbincang dengan perawat.



K : merasa senang



P : merasa perlu untuk menegaskan kegiatan yang dapat dilakukan ibu S.



K : merasa senang menemukan kegiatan ibadah yang ternyata bermanfaat.



Menegaskan kembali tindakan yang dapat dilakukan ibu S.



P : merasa tenang mengakhiri interaksi sementara dan membuat kontrak selanjutnya.



K : merasa tenang dan setuju dengan kontrak yang dibuat perawat untuk pertemuan selanjutnya.



Kontrak yang akan datang akan menjadi lanjutan dari interaksi perawat dan klien.



P : memandang ibu S,dan tersenyum.



P : bagaimana perasaan P : menyentuh ibu setelah kita tangan klien dan berbincang-bincang? tersenyum. K : memandang perawat K : saya merasa lebih lega suster.



P : merasa tenang



K : ekspresi wajah lebih cerah,tersenyum dan memandang perawat. P : tersenyum dan memandang ibu S.



P : nah ibu S untuk selanjutnya bila ibu merasa cemas atau sakit terutama waktu kemoterapi ibu dapat berdzikir,jangan lupa yah bu



P : memandang ibu S dan kontak mata.



P :sampai disini dulu perbincangan kita yah bu, bagaimana kalau nanti siang waktu dhuhur suster kesini lagi untuk membicarakan cara ibadah yang lain yaitu sholat,bagaimana ibu setuju?suter pamit



P : memandang ibu S,mengulurkan tangan untuk pamitan sementara dengan ibu S.



K : tersenyum dan memandang perawat.



K : tersenyum dan menerima jabatan



Mengeksploitasi sejauh mana perasaan klien setelah berbincangbincang.



dulu.assalamualaikum



tangan suster.



E.     Strategi Komunikasi & Percakapan



Komunikasi terapeutik (Dewit, 2005) merupakan komunikasi yang berfokus pada kebutuhan klien dimana komunikasi ini meningkatkan pemahaman perawat klien. Sedangkan menurut (Potter & Perry, 2009) merupakan konsep spesifik yang mendorong ekspresi perasaan dan ide serta menyampaikan penerimaan dan penghargaan. Dalam proses komunikasi terapeutik dengan klien harus melalui 4 fase, yaitu: fase prainteraksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.



a.      Fase Prainteraksi Fase ini terjadi sebelum perawat bertemu dengan klien. Dalam hal ini perawat mengumpulkan informasi tentang klien dari status rekam medis klien, catatan perawat, atau diskusi antar perawat lainnya yang merawat klien. Dalam tahapan ini perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi, dan kekuatannya, menilik dirinya dengan cara mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan komunikasi dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Setelah hal ini dilakukan perawat merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien, tahap ini dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Strategi komunikasi yang harus dilakukan perawat dalam tahapan ini adalah: 1)      Mengeksplorasi perasaan, mendefinisikan harapan, dan mengidentifikasi kecemasan 2)      Menganalisis kekuatan dan kelemahan fisik 3)      Mengumpulkan data dan informasi 4)      Merencanakan pertemuan pertama dengan bersikap positif dan menghindari prasangka buruk terhadap klien dipertemuan pertama



b.      Fase Orientasi Fase ini dimulai saat perawat dan klien bertemu pertama kalinya dan sangat menentukan bagaimana hubungan perawat dengan klien. Selama pertemuan pertama perawat dan klien saling mengkaji satu sama lain, sehingga mereka dapat membuat kesimpulan dan penilaian atas tingkah laku masing-masing. Pada fase ini membina rasa saling percaya (bina trust) sangat diutamakan guna kelancaran komunikasi. Berikut adalah strategi komunikasi yang dapat digunakan oleh perawat pada fase ini,yaitu: 1)      Membina saling percaya 2)      Menetapkan kontrak (waktu, tempat, dan topic pembicaraan) 3)      Mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan perbuatan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya dilakukan dengan menggunakan tekhnik komunikasi (pertanyaan terbuka) 4)      Merumuskan tujuan interaksi dengan klien



5)      Menjaga privasi/kerahasiaan klien.



c.       Fase Kerja Pada fase ini terjalin kerjasama antara perawat dan klien dalam mengekspresikan perasaan dan mendiskusikan masalah yang telah ditemukan pada fase orientasi. Pada fase ini perawat mendorong ekspresi terbuka perasaan klien dengan sabar dan penuh pemahaman. Empati dan penghargaan perawat akan membantu menelusuri perasaan dan pikiran klien yang sesungguhnya. Strategi yang dapat diterapkan pada fase ini adalah: 1)      Berhadapan dengan lawan bicara 2)      Sikap tubuh terbuka, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi 3)      Menunduk/memposisikan tubuh ke arah/lebih dekat dengan lawan bicara 4)      Pertahankan kontak mata sejajar dan natural 5)      Bersikap tenang



d.      Fase Terminasi Fase ini merupakan fase akhir pertemuan antara perawat dengan klien.  Fase terminasi dibagi menjadi dua yaitu fase terminasi sementara dan fase terminasi akhir. Fase terminasi sementara terjadi saat berakhirnya masa kerja perawat (shift), sementara fase terminasi akhir terjadi saat akhir masa rawat klien. Dalam fase  ini ada beberapa tugas perawat yang harus dilakukan, yaitu: 1)      Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan (evaluasi objektif). 2)      Melakukan evaluasi subjektif dengan cara menanyakan klien setelah berinteraksi dengan perawat. 3)      Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. 4)      Merencanakan kontrak salanjutny (waktu, tempat, dan topik).



Contoh Aplikasi 1.      Fase Pra Interaksi a.       Mengeksplorasi perasaan, mendefinsikan harapan dan mengidentifikasi kecemasan. Contohnya “perasaan saya sebelum menghadapi pasien Tn. T, saya merasa cemas karena ini pertemuan pertama dengan pasien yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dibidang kesehatan, saya khawatir saya melakukan kesalahaan dalam berkomunikasi dan dalam melakukan intervensi. Saya berharap mampu melakukan interaksi yang baik dengan pasien sebagai perawat professional, membina hubungan saling  percaya dan mampu melakukan intervensi berdasarkan prosedur sesuai dengan ilmu keperawatan. Saya berusaha mengatasi kecemasan dan kekuatiran tersebut dengan relaksasi dan teknik



nafas dalam, mengingat kembali teori yang berkaitan dengan penyakit dan kondisi pasien, meyakinkan diri bahwa saya bisa menghadapi pasien Tn. T. b.         Menganalisis kekuatan dan kelemahan fisik Contohnya “Saya sudah menguasai teori-teori tentang komunikasi dan teori terkait penyakit pasien Tn.T, cara membina trust dengan pasien, namun saya merasa belum percaya diri untuk menghadapi pasien. Saya berharap dengan penguasaan teori akan mengurangi rasa tidak percaya diri saya. c.         Mengumpulkan data dan informasi dari catatan perawat, status rekam medis atau hasil diskusi dengan perawat lainnya yang merawat klien sebelumnya. d.        Merencanakan pertemuan pertama dengan bersikap positif dan menghindari prasangka buruk pada pertemuan pertama Contoh: “pada saat saya bertemu pasien pada pertemuan peratama, saya akan bersikap ramah, tersenyum, bersikap terbuka dan saya akan menganggap klien sebagai orang yang memerlukan bantuan keperawatan  Fase Orientasi Contoh: “selamat siang bapak perkenalkan nama saya Aris, pagi ini saya akan merawat bapak dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00 WIB. Kalu boleh saya tahu nama bapak siapa? Dan senang dipanggil apa? Apa yang bapak rasakan pagi ini? Bagaimana tidurnya semalam? Pagi ini program bapak adalah control gula darah dengan menggunakan alat ini, waktunya sekitar 5 menit dengan cara mengambil sample darah kira-kira satu tetes dari ujung jari bapak. Mungkin rasanya sedikit tidak nyaman. Bagaimana apakah bapak setuju? Baiklah saya akan menyiapkan alatnya terlebih dahulu.



3. Fase Kerja Contoh: “Baiklah bapak sesuai kesepakatan kita tadi bahwa saya akan mengambil sample untuk mengukur kadar gula darah bapak, sebelum saya lakukan apakah ada hal yang ditanyakan? Kemudian lakukan intervensi sesuai rencana dan standar prosedur.



4. Fase Terminasi “Hasil gula darah bapak pagi ini adalah 120 mg/dL” ‘Bagaimana perasaan bapak setelah dilakukan tindakan ini?” “Baiklah setelah bapak sarapan pagi, sekitar pukul 08.00 saya akan kembali ke kamar bapak untuk memberikan obat untuk bapak.



“Baiklah bapak, apabila memerlukan bantuan saya, bapak bisa memanggil saya berada di ruangperawat.” “Selamat Pagi”



 DAFTAR PUSTAKA



Potter & Perry .(2009). Fundamental Keperawatan. Buku 1.(Edisi 7). Edisi Terjemahan.  Jakarta: Salemba Medika



Potter & Perry.(2005).  Fundamental of Nursing.  Mouriss: Mosby



Videbeck. L.S.(2008).Buku Ajar Keperawatan Jiwa.  Edisi Terjemahan.  Jakarta : EGC



Dewit, Susan C. (2005). Fundamental Concep And Skills For Nursing.  Canada:Saunders



Azizah, Lilik . (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.  Yogyakarta : Graha Ilmu http://kalangkangmencrang.blogspot.co.id/2014/02/konsep-komunikasi-keperawatan.html



Oleh : Mustikasari, SKp.,MARS Pengertian Analisa diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspel-aspek yang dimiliki di dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara terapeutik kepada klien. Aspek-aspek Analisa Kesadaran Diri Perawat 1. Kesadaran Diri Helper yang efektif adalah mampu menjawab pertanyaan, siapa saya? Perawat adalah orang yang care akan kebutuhan pasien baik biologi, psikologik dan sosiokultural dengan melihat rata-rata penampilan yang dimilikinya. Perawat belajar tentang kecemasan, kemarahan, kesedihan dan kegembiraan dalam membantu pasien terhadap kontinyu sehat dan sakit. Kesadaran diri merupakan kunci penampilan perawat psikiatri. tujuannya agar perawat punya bukti otentik, komunikasi terbuka dan komunikasi diri. Perawat harus dapat mengerti tentang perasaan diri, tindakan dan reaksi. Juga dapat menerangkan kemampuan emosional (MacCulloch, 1998). Yang baik adalah perawat dapat mengerti dan menerima pasien dengan perbedaan dan keunikannya sesuai dengan pengetahuannya yang dimiliki.



Campbell (1980) mendefenisikan kesadaran diri menurut model keperawatan secara holistik meliputi komponen psikologik, fisik, lingkungan dan pilosopi :



Komponen psikologi  termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri dan personaliti. Komponen fisik adalah pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga termasuk sensasi tubuh, gambaran diri dan potensial fisik.



Komponen lingkungan berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain, dan pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan alam.    Komponen pilosopi adalah perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa tentang kehidupan dan kematian baik yang disadari maupun tidak disadaritermasuk kemampuan superior, tetapi juga meliputi tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata.



Kesemua komponen merupakan model yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran diri dan perkembangan diri perawat dan pasien untuk mengerti akan dirinya.



Peningkatan kesadaran diri.Bisa dilihat dari Johari window. Kuadran 1 adalah kuadran terbuka: perilaku, perasaan dan pikiran diketahui individu dan orang lain. kuadran 2 disebut kuadran buta sebab semuanya hanya diketahui oleh orang lain sedangkan individu tidak tahu. Kuadran 3 adalah kuadran rahasia yaitu berpikir tentang dirinya artinya hanya diketahui oleh individu itu sendiri. kuadran 4 adalah kuadran tidak diketahui yaitu aspek yang berisi tentang diri adalah tidak diketahui individu dan orang lain. keempat kuadran merupakan penampilan yang ada pada total diri individu. Berikut ini 3 prinsip yang membantu merencanakan bagaimana tentang diri yaitu: Perubahan satu kuadran memberikan efek pada semua kuadran lainnya Kuadran 1 kecil, komunikasinya buruk Belajar tentang ardi diri sendiri terhadap perubahan yang terjadi dari tempatnya, jika kuadran 1 lebih besar dan satu atau kuadran lainnya lebih kecil. Gambar A Gambar B Tujuan meningkatkan kesadaran diri dengan cara memperbesar kuadran 1 dan mengecilkan kuadran yang lainnya. Caranya meningkatkan pengetahuan diri, diperlukan dengan belajar tentang diri sendiri. individu perlu menampilkan keikhlasan dalam menampilkan emosinya, identifikasi kebutuhan dan kemampuan personal, dan penampilan bentuk tubuh terhadap kebebasan, kegembiraan, dam spontan. Yang termasuk penampilan personal meliputi pikiran, perasaan, memori dan rangsangan.



Tahap berikutnya dengan memperbaiki kuadran 2 yaitu belajar dan mendengar orang lain. pengetahuan tentang diri tidak bisa diketahui oleh diri sendiri. juga berhubungan dengan orang lain, individu mempelajari diri sendiri, juga belajar untuk mendengar secara aktif dan terbuka menerima umpan balik dari orang lain.



Step terakhir adalah dengan memperbaiki kuadran 3 yaitu membuka diri, atau bertukar pikiran dengan orang lain tentang aspek dirinya. Keterbukaan diri merupakan tanda individu sehat dan pencapaian kesehatan pribadi/diri.



Gambar A menunjukkan seseorang dengan kesadaran diri rendah, yaitu perilaku dan perasaannya rendah. Gambar B menampilkan individu dengan keterbukaan pada orang lain. B diartikan bahwa meningkatnya kapasitas kemampuan individu secara keseluruhan meliputi: rasa senang, pekerjaan, cinta dan memiliki. Seseorang juga menunjukkan kurangnya tingkat ketergantungan dan dapat berinteraksi secara spontan dan menunjukkan rasa cinta dengan orang lain.



Perawat dan perkembangan diri. Perawat membutuhkan waktu untuk menggali dan menjelaskan setiap bagian dari dirinya. Jika perawat dapat mempersepsikan, merasakan dan memikirkan, mahasiswa setiap waktu diajarkan untuk memperbaiki diri setiap waktu dan kesempatan yang diperoleh untuk menampilkan perilakunya. Hubungan secara autentik juga harus dipelajari dan perawat yang pertama kali menawarkan keterbukaan dan hubungan autentik bisa sebagai supervisor dan pembimbing. Mahasiswa dan pembimbing dapat berpartisipasi untuk membuat hubungan penerimaan dan respek terhadap perbedaan individual. Pembimbing membantu mahasiswa dalam memfasilitasi peningkatan kesadaran diri mahasiswa, meningkatkan fungsi setiap tingkatan yang dilalui, menstimulasi untuk lebih mengenal diri, dan meningkatkan kemampuan koping mahasiswa dalam menghadapi stressor.



2. Klarifikasi Nilai Perawat harus mampu menjawab, apa yang penting untuk saya? Kesadaran membantu perawat untuk sayang dan tidak menjauhi pasien dan membantu sesuai dengan kebutuhannya. Perawat menjauhi godaan yang menggunakan pasien untuk menjaga kepuasan atau keamanan diri pasien.



Sistem nilai. Nilai merupakan konsep yang dibentuk yang diakibatkan dari penampilan kehidupan keluarga, teman, budaya, pendidikan, pekerjaan dan istirahat. Nilai tergantung individumempersepsikannya. Nilai antara positif dan negatif sangat berbeda. Masyarakat lebih cenderung menyukai nilai yang berasal dari keyakinan agama, kedekatan keluarga, pandangan seksual, kelompok etnik lainnya, dan keyakinan akan peran jenis kelamin.



Sistem nilai memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan dan melaksanakan keputusan tersebut. Kesadaran akan sistem nilai, perawat harus dapat mengidentifikasi sistem nilai yang terjadi disaat timbulnya konflik.



Proses klarifikasi nilai. Mengerti akan nilai diri sendiri dapat mempermudah untuk melakukan klarifikasi nilai yang dimiliki. Individu dapat lebih mendalam mengenal nilai yang dimiliki melalui pengkajian, eksplorasi, dan mengartikan apa itu nilai dan membuat prioritas dalam melakukan proses pengambilan keputusan. Klarifikasi nilai lebih memfokuskan pada proses nilai yang terjadi, atau bagaimana masyarakat menjadi mempunyai nilai dan dapat dipergunakannya.



Ada 7 kriteria yang digunakan untuk mengartikan nilai.



Kehendak lebih pada kemampuan kognitif, penghargaan lebih menegaskan pada tingkat emosional dan afektif, dan tindakan lebih fokus pada perilaku.



Proses pendewasaan nilai. Proses nilai tergantung pada pendewasaan diri secara kompleks, dan pilihan adalah sangat membingungkan dan sulit. Tidak adanya jaminan dalam pilihan yang dibuat dapat mempengaruhi aktualisasi diri. Proses nilai tergantung pada kedewasaan diri dengan karakteristik sebagai berikut (Kirschenbaum & Simon, 1973): Berubah-ubah dan fleksibel, sebagai dasar dalam penentuan dan tingkat penentuan dari peningkatan, pengkayaan dan aktualisasi. Nilai bisa berubah secara kontinyu. Penampilan nilai selalu mengikat setiap waktu dan ditampilkan Penampilan diri memberikan informasi tentang nilai. Informasi dimulai dengan semua kejadian/data yang diperoleh dari sumber orang lain, kejadian luar yaitu tidak adanya kesamaan yang penting juga respon subjektif. Secara psikologi kedewasaan orang dewasa karena adanya kepercayaan diri dan kearifan/kebijaksanaan  Proses nilai seseorang dimulai dengan keterbukaan akan kesiapan penampilan, mencoba untuk merasakan dan klarifikasi semua nilai yang dimiliki. Kesiapan memberikan dampak terhadap penetuan yaitu warna yang ditampilkan dari yang lalu dan hubungannya dengan yang ke depan



3. Eksplorasi Perasaan Eksplorasi perasaan membantu seseorang untuk mempersipkan objektif secara komplit dan sikap yang sangat berpengaruh. Ini menggambarkan tentang ketidakbenaran. Objektif yang komplit dan sikap yang sangat berpengaruh dijabarkan sebagai seseorang adalah tidak responsif, kesalahan, mudah ditemui, tidak mengenai orang tertentu, dan menjauhkan dari diri sendiri, dimana mutu hubungan terapeutik. Perawat sangat terbuka, sadar, dan kontrol diri akan perasaannya dimana dapat membantu pasien.



Perasaan perawat merupakan tujuan penting dalam membantu pasien. Perasaan merupakan tolak ukur untuk umpan balik dan hubungan dengan orang lain. membantu orang lain, perawat akan menggunakan perasaannya; kurang memperhatikan kebutuhan pasien, tidak tepat janji sehingga pasien mengalami kemunduran, distres sehingga pasien tidak mau menurut, marah karena pasien banyak permintaan atau manipulasi, dan kekuatan karena pasien terlalu tergantung pada perawat.



Perawat harus terbuka akan perasaan dan bagaimana perawat mengerti akan pasien serta bagaimana pendekatan dengan pasien. Perasaan perawat adalah petunjuk tentang kemungkinan nilai dari maslah pasien.



4. Role Model Hasil penelitian menunjukkan kekuatan peran perawat merupakan model sosial dari rentang perilaku adaptif sampai dengan maladaptif. Perawat menggunakan diri untuk menjadi model yang adaptif dan perkembangan perilaku.



Role model tidak berhubungan dengan kemampuan total dari norma lokal masyarakat atau kebahagiaan hidup, isi sepenuhnya dalam kehidupan.efektifnya peran perawat dapat dilakukan dengan penuh dan kepuasan kehidupan diri yang tidak didominasi oleh konflik, distres atau pengingkaran dan juga pendekatan perawat dalam kehidupannya dalam mengembangkan kemampuan, harapan dan adaptasi.



5. Altruisme Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain? helper yang baik harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai dari manusia tersebut. Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan kepuasan dan penyelesaian dari kerja yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan keseimbangan antara kedua kebutuhan tersebut.



Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara altruistik diri juga tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau pengingkaran secara praktis atau pengorbanan diri.



Akhirnya, altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang dibuat untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya adalah semua profesional harus dapat membantu orang lain dalam pemberian pelayanan dan mengembangkan kemampuan sosial. Secara legitimasi diperlukan peran perawat dalam melakukan pekerjaannya untuk mengadakan perubahan struktur yang besar dan proses perubahan sosial dalam meningkatkan kesehatan individu dan kemampuan dirinya.



6. Etik dan Tanggung Jawab Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa kesadaran akan petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat umumnya menampilkan penguatan nilai hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian pelayanan yang merupakan rujukan untuk semua perawat dalam memberikan penguatan untuk kesejahteraan pasien dan tanggung jawab sosial. Pilihan etik bertanggung jawab dalam menentukan pertanggung jawaban, risiko, komitmen dan keadilan.



Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab untuk merubah perilaku. Dimana harus diketahui batasan dan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Juga dilakukan oleh anggota tim kesehatan, perawat yang setiap waktu siap untuk menggali pengetahuan dan kemampuan dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan guna dipertanggung jawabkan. disadur dari: http://mustikanurse.blogspot.com/ Daftar Pustaka : Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. Seventh edition. St. Louis: Mosby Inc.



Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis: Mosby Year Book.



Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Buku saku keperawatan jiwa. (edisi Indonesia). Jakarta: EGC.



Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second edition. Philadelphia: F.A. Davis Company. http://akperku.blogspot.co.id/2013/01/analisa-kesadaran-diri-perawat.html