PRASAT PEMERIKSAAN PENGAMBILAN SPUTUM, FESES, DAN URINE Kelompok 1 (Idk2) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRASAT PEMERIKSAAN PENGAMBILAN SPUTUM, FESES, DAN URINE ILMU DASAR KEPERAWATAN II



DISUSUN OLEH ANTIKA ARIYANTI 2040703003 AYU LUSIANA 2040703029 AYU SARDILA



2040703011



DICKI ALDIANTO



2040703024



MIRA SEVIA



2040703006



MIRDA ANDRIANI



2040703007



MUTMAINAH



2040703012



SELLA ENJELA



2040703009



YUSNIA



2040703010



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN



UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN 2021



1. PEMERIKSAAN PENGAMBILAN SPUTUM A. Definisi Sputum adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut. Pemeriksaan sputum adalah termasuk dalam pemeriksaan bakteriologis yang bertujuan untuk melakukan identifikasi terhadap kuman atau bakteri dalam sputum penderita (Budiharjo & K. A. Purjanto, 2016). B. Tujuan Tujuan dari pemeriksaan sputum adalah untuk mengidentifikasi kuman atau bakteri yang terdapat dalam sputum untuk menegakan diagnosis. C. Indikasi Tujuan pemeriksaan mikroskopis sputum adalah -



Menegakkan diagnosis TB



-



Menentukan potensi penularan



-



Memantau hasil pengobatan pasien



D. Kontraindikasi Kesulitan pengambilan dahak pada pasien yang tidak kooperatif seperti anak-anak dan pasien lanjut usia, pasien penurunan kesadaran (dapat diukur menggunakan Glasgow Coma Scale) dan pasien yang terpasang intibasi. E. Persiapan Alat -



Pot sputum 3 buah



-



Kertas label 3 buah



-



Spidol hitam kecil 1 buah



-



Kantong plastik 3 buah



-



Masker 1 buah



-



Handscoen 1 pasang



-



Parafilm (selotip) 1 buah



-



Kotak plastik 1 buah



-



Cool box 1 buah



F. Persiapan Pasien -



Sapa pasien dengan ramah dan perkenalkan diri pada pasien



-



Persilahkan pasien untuk duduk



-



Berikan informasi kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan minta persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan.



-



Jelaskan kepada pasien bahwa sputum akan diambil sebanyak 3 kali (SPS), sesuai dengan jumlah tabung yang disiapkan.



-



Jelaskan kepada pasien untuk tidak makan, minum atau merokok sebelum sputum besok pagi (P) dibatukkan.



-



Jelaskan tentang kemungkinan hasil yang akan diperoleh.



G. Persiapan Lingkungan 1. Ciptakan ruangan yang bersih. 2. Atur pencahayaan yang cukup. H. Prosedur Kerja 1. Petugas mencuci tangan pertama kali saat kontak dengan pasien 2. Petugas menyiapkan alat yang diperlukan  Siapkan pot dahak steril. •



Beri identitas pada badan pot dahak : tulis identitas pasien dan tambahkan tulisan sewaktu pada pot dahak yang diambil sewaktu dan tambahkan tulisanpagi pada pot yang diambil dahaknya pada waktu pagi hari. Stiker/tulisan ditempelkan pada badan pot jangan pada tutup pot.







Tulis identitas pasien dan tanggal pengambilan dahak pada form TB 05/TB05 MDR.



3. Persiapan pasien •



Beritahu pasien tentang penting nyamen dapatkan dahak yang berkualitas untuk menentukan penyakitnya.







Anjurkan pasien untuk berdahak dalam keadaan perut kosong dan membersihkan rongga mulut dengan berkumur air bersih.







Dahak merupakan bahan infeksius maka anjurkan pasien untuk berhati-hati saat berdahak dan mencuci tangan dengan sabun.



4. Pengambilan dahak untuk diagnosis TB adalah 3 kali (S-P-S) yaitu SewaktuPagiSewaktu 5. Cara pengumpulan dahak yang baik : •



Kumur- kumur dengan air bersih sebelum mengeluarkan dahak.







Bila menggunakan gigi palsu dilepaskan terlebih dahulu.







Tarik napas dalam 2-3 kali.







Buka tutup pot dekatkan kemulut, berdahak dengan kuat dan ludahkan kedalam pot .







Setelah selesai berdahak tutup rapat pot dahak tersebut.







Segera cuci tangan dengan air dan sabun.



6. Pasien melakukan pengumpulan dahak di ruangan pengumpulan dahak. 7. Apabila ternyata dahak tidak memenuhi syarat pemeriksaan seperti air liur atau volume kurang, pasiendiminta berdahak lagi. 8. Apabila pasien kesulitan mengeluarkan dahak, pasien dapat diberikan ekspektoran seperti OBH atau Gliserol Guayacolas sehari sebelum pengeluaran dahak dan anjurkan minum banyak. 9. Pasien dianjurkan olahraga ringan seperti lari kecil/petugas melakukan tepukan ringan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien selama 3-5 menit. 10. Selanjutnya pasien berdahak seperti butir 4 diatas. 11. Cara menilai dahak secara makroskopik : o Lakukan penilaian terhadap dahak pasien tanpa membuka tutup pot melalui dinding pot yang transparan. o Hal yang harus diamati adalah volume 3-5 ml. o Setelah menilai kualitas dahak segera mencuci tangan dengan air dan sabun. 12. Dahak dibawa untuk diperiksa di laboratorium disertai dengan TB 05/TB 05 MDR. 13. Petugas mencatat tindakan dalam rekam medis. 14. Petugas merapikan alat. 15. Setelah selesai tindakan, petugas harus mencuci tangan dengan air dan sabun. I. Evaluasi Sputum yang dikeluarkan oleh seseorang hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, bau, volume dan konsistensinya karena kondisi sputum memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.



J. Dokumentasi Mendokumentasikan



pengumpulan



spesimen



sputum



pada



catatan



klien.



Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer), adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tindakan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan sputum (misal drainase postural), jumlah sputum yang dihasilkan secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien



DAFTAR PUSTAKA



Budiharjo, T., & K. A. Purjanto. (2016). Pengaruh Penanganan Sputum Terhadap Kualitas Sputum Penderita TBC Secara Mikroskpis Bakteri Tahan Asam. Jurnal Riset Kesehatan, 5(1), 40–44. Putra, O. N., Hardiyono, & Pitaloka, E. D. P. (2021). Jurnal Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 8 No. 1 April 2021 38 Evaluasi. Konversi Sputum dan Faktor Korelasinya pada Pasien Tuberkulosis Paru Kategori I dengan Diabetes Melitus. 8(1), 38–45. Wahyuni, S. (2015). Manual Keterampilan. 1–7. Pertiwi, D. (n.d). Pemeriksaan dan interpretasinya. Bagian Mikrobiologi. (2017). Buku Panduan Pemeriksaan Sputum BTA. Utami, H. (2016). SOP PENGUMPULAN PEMERIKSAAN SPUTUM. 3,12-14.



2. PEMERIKSAAN PENGAMBILAN FESES A. Definisi Pemeriksaan feses adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lamadikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan feses diperlukan untuk menemukan adanya telur, larva, ookista , tropozoit dan kista dari parasit. Identifikasi parasit yang tepat memerlukan pengalaman dalam membedakan sifat sebagai spesies, parasit, kista, telur, larva, dan juga memerlukan pengetahuan tentang berbagai bentuk pseudoparasit dan artefak yang mungkin dikira suatu parasit. Identifikasi parasit juga bergantung pada persiapan bahan yang baik untuk pemeriksaan baik dalam keadaan hidup maupun sediaan yang telah di pulas. Bahan yang akan di periksa tergantung dari jenis parasitnya, untuk cacing atau protozoa usus maka bahan yang akan di periksa adalah feses, Agar parasit dalam cairan tubuh tadi dapat diidentifikasi dengan mudah, maka mereka tidak boleh berubah bentuk atau rusak(Dwinata et al., 2017). B. Tujuan 1. Untuk menegakkan diagnosis penyakit. 2. Melihat ada tidaknya darah. Pemeriksaan ini mudah dilakukan baik oleh perawat atau klien sendiri. Pemeriksaan ini menggunakan kertas tes Guaiac. analisa produk diet dan sekresi saluran cerna. Bila feses mengandung banyak lemak (disebut: steatorrhea), kemungkinan ada masalah dalam penyerapan lemak di usus halus. Bila ditemukan kadar empedu rendah, kemungkinan terjadi obstruksi pada hati dan kandung empedu. 3. Mendeteksi telur cacing dan parasit. Untuk pemeriksaan ini dilakukan tiga hari berturut-turut. 4. Mendeteksi virus dan bakteri. Untuk pemeriksaan ini diperlukan jumlah feses sedikit untuk dikultur.Pengambilan perlu hati-hati agar tidak terkontaminasi.Pada lembar pengantar perlu dituliskan antibiotik yang telah dikonsumsi. C. Indikasi -



Diare



-



Disentri



-



Anemia



-



Gangguan pertumbuhan



-



Lesu



-



Nyeri kronis pada perut bawah



-



Gatal pada anus



D. Kontraindikasi Tidak ada kontraindikasi khusus pada pemeriksaan fases. Namun, beberapa keadaan yang dapat mempengaruhi hasi pemeriksaan yang perlu diperhatikan, misalnya pada wanita yang sedang menstruasi dan pasien yang baru saja menelan cairan barium. E. Persiapan alat 1. sarung tangan 2. Spatel steril 3. Hand scoon bersih 4. Gel 5. Lidi kapas steril 6. Pot tinja 7. Bengkok 8. Perlak pengalas 9. Tissue 10. Tempat bahan pemeriksaan 11. Sampiran F. Persiapan pasien -



Menjelaskan tujuan pemeriksaan, meminta persetujuan dan hak untuk menolak serta menjamin kerahasiaan data pasien.



-



Memperlihatkan sikap empati dan profesionalisme pada pasien



G. Persiapan lingkungan 1. Atur pencahayaan yang cukup. 2. Pasang sampiran atau pintu untuk menjaga privacy pasien. H. Prosedur kerja 1. Prosedur pengambilan feses pada pasien dewasa -



jelaskan prosedur pada pasien dan meminta persetujuan tindakan



-



menyiapkan alat yang diperlukan



-



Meminta pasien untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine



-



Cuci tangan dan pakai sarung tangan



-



Dengan alat pengambil feses, ambil feses ke dalam Wadah specimen kemudian tutup dan bungkus



-



Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel



-



Buang alat dengan benar



-



Cuci tangan



-



Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke laboratorium



-



Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai



2. Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri -



Mendekatkan alat



-



Jelaskan prosedur pada pasien dan meminta persetujuan tindakan



-



Mencuci tangan



-



Memasang perlak pengalas dan sampiran



-



Melepas pakaian bawah pasien



-



Mengatur posisi dorsal recumbent



-



Memakan hand scoon



-



telunjuk diberi gel lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja



-



Setelah dapat, dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.



-



Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.



-



Melepas hand scoon



-



Merapikan pasien



-



Mencuci tangan



3. Prosedur pengambilan feses pada bayi -



Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada bayinya



-



Menyiapkan alat yang diperlukan



-



Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine



-



Cuci tangan dan pakai sarung tangan



-



Dengan alat pengambil feses, ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup dan bungkus



-



Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel



-



Buang alat dengan benar



-



Cuci tangan



-



Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium



-



lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai



I. Evaluasi



dll.



1.



Mengevaluasi respon klien selama pelaksanaan prosedur.



2.



mengevaluasi warna, bau, konsistensi, jumlah, parasit, leukosit, eritrosit



3.



Mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui hasil test.



J. Dokumentasi •



Mencatat Mencatat jumlah, warna, bau dan konsistensi fases.







Mencatat waktu dan cara pengambilan sampel fases.







Mencatat respon klien selama prosedur.



DAFTAR PUSTAKA



Dwinata, I. M., Apsari, I. A. P., Suratma, N. A., & Oka, I. B. M. (2017). Modul Identifikasi Parasit Cacing. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Bali, 9–12. Sukma, A. J. (2015). Pemeriksaan feses. 1–2. Augustavania, A. (2015). Pengambilan Sampel Feses.



3. PEMERIKSAAN PENGAMBILAN URINE A. Definisi Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin untuk tujuan skrining, diagnosis evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. B. Tujuan 1. Untuk melakukan pemeriksaan urin sebagai acuan penerapan langkah-langkah adanya urobilinogen, bilirubine, ketone, eritrocit, leukosit, nitrite, glukosa, berat jenis dan pH. 2. Menetukan apakah terdapat kelainan urin yang di urai secara makroskopis (fisik), sedimen/endapan



(makroskopis-mikroskopis,



unsur organic-non



organic), kimiawi, bakterialogis, maupun imunologis. tergantung pada sampel atau jenis urin yang diperiksa. C. Indikasi 1. Mendapat keterangan penting dalam urine. 2. Untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit baik didalam maupun diluar ginjal-saluran kemih. D. Kontraindikasi 1. Wanita yang sedang menstruasi karena dapat menimbulkan bias hasil hematuria. 2. Pasien yang baru menjalani pemeriksaan radiokontras dalam 24 jam terakhir karena dapat menimbulkan proteinuria positif palsu. E. Persiapan alat -



Botol/bokal/wadah tempat sampel urin. o Botol/bokal/wadah steril untuk pemeriksaan urin kultur dan sensitivitas. o Botol/bokal/wadah bersih untuk pemeriksaan urin rutin atau urin lengkap.



-



Etiket.



-



Handscoon bersih.



-



Pot/urinal.



-



Nirbeken/bengkok.



-



Perlak/alas.



-



Formulir pemeriksaan.



-



Menurut cara pengambilan sampel urin : •



Melalui kateter : a. Spuit 10 cc bila kateter mempunyai port menggunakan jarum no. 21 G atau 22 G. b. Klem penjepit. c. Kapas alkohol 70 %







Dengan cara mid stream a. Baskom berisi air hangat, sabun, washlap dan handuk. b. Pinset steril dan kapas betadine.



F. Persiapan pasien Menjelaskan kepada pasien prosedur dan tujuan dilakukannya pengambilan sampel urine. G. Persiapan lingkungan 1. Atur pencahayaan yang cukup. 2. Pasang sampiran atau pintu untuk menjaga privacy pasien. H. Prosedur kerja 1. Memberi salam kepada pasien. 2. Menutup sampiran. 3. Mencuci tangan. 4. Memakai handscoon bersih. 5. Melakukan pengambilan sampel urine : a. Melalui kateter : •



Mengklem selang urine bag selama kurang lebih 30 menit.







Meletakkan perlak/pengalas dibawah tempat pengambilan urine.







Melakukan pengambilan urine.



b. Dengan cara mid stream •



Meletakkan perlak/pengalas dibawah bokong klien, lepaskan pakaian bawah klien dan atur posisi yang sama seperti saat membersihkan vulva/perineum (bila klien harus dibantu).







Membersihkan daerah perineum dan alat genitalia dengan menggunakan air hangat + sabun dan washlap, kemudian keringkan dengan handuk.







Membersihkan daerah meatus urethra eksternus dengan menggunakan kapas betadine dan pinset steril.







Menganjurkan kepada klien untuk berkemih dan tampung urine yang pertama keluar dalam pot/urinal, kemudian tampung urine yang keluar selanjutnya kedalam bokal/botol urine sampai 10 – 20 cc dan anjurkan klien untuk menuntaskan berkemihnya kedalam pot/urinal.







Menempatkan bokal/botol urine ditempat yang aman, setelah urine untuk pemeriksaan ditampung.







Menutup bokal/botol urine.







Merapihkan klien dan alat.







Melepaskan handscoen.







Menempelkan etiket pemeriksaan urine pada bokal/botol urine, dan buatkan formulir pemeriksaannya.







Membuat formulir pemeriksaan.







Membawa sampel urine beserta formulir pemeriksaannya ke laboratorium.



I. Evaluasi •



Mengevaluasi hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui hasil test.







Mengevaluasi respon klien selama pelaksanaan prosedur.







Mengobservasi karakteristik urine : warna, kepekatan dan bau.



J. Dokumentasi •



Mencatat jumlah, warna, bau dan konsistensi urine.







Mencatat waktu dan cara pengambilan sampel urine.







Mencatat respon klien selama prosedur.



DAFTAR PUSTAKA



Mangerangi, F. (2017). Sistem urogenitalia. Santhi, D. dkk. (2016). Penuntun Praktikum Kimia klinik Urinalisis dan Cairan Tubuh.