Premenopause [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring



dengan



peningkatan



usia,



banyak



sekali



terjadi



proses



perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun pada saat perkembangan dan pertumbuhan itu akan berhenti pada suatu tahapan, sehingga berikutnya akan terjadi banyak perubahan yang terjadi pada fungsi tubuh manusia. Perubahan tersebut biasanya terjadi pada proses menua, serta paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase menopause, sebelum terjadi fase menopause didahului dengan fase premenopause (Proverawati, 2010). Premenopause adalah suatu kondisi fisiologis pada wanita yang telah memasuki masa penuaan yang ditandai dengan menurunnya kadar hormonal estrogen dari ovarium yang sangat berperan dalam reproduksi dan seksualitas, pada masa ini akan timbul perubahan fisiologis maupun psikologis akibat perubahan hormonal, gejalanya seperti perbedaan waktu saat menstruasi, bisa lebih cepat atau lebih lama, rentang waktu dari menstruasi kemenstruasi berikutnya yang relativa lebih panjang dari biasanya, hot flushes, sulit tidur, kelelahan, gangguan pada pencernaan, kekeringan pada vagina, dan kehilangan konsentrasi. Adapun gejala psikis seperti perubahan pada emosi, misalnya menjadi mudah tersinggung, marah, murung, cemas, bingung, gelisah, pelupadan lain-lain (Proverawati, 2010).



Perubahan



fisik



yang



terjadi



sehubungan



dengan



premenopause



mengandung arti yang lebih dalam bagi kehidupan wanita. Berhentinya siklus menstruasi dirasakan sebagai hilangnya sifat inti kewanitaannya karena sudah tidak dapat melahirkan anak lagi. Akibat yang lebih jauh lagi adalah timbulnya perasaan tidak berharga, tidak berarti dalam hidup sehingga muncul rasa khawatir akan adanya kemungkinan bahwa orang-orang yang dicintainya akan ber paling dan meninggalkannya (Varney, 2007). B. Anatomi Fisiologi Premeopause adalah masa sekitar usia 40 thn dengan dimulainya dengan siklus haid yang tidak teratur, memanjang, sedikit atau banyak, yang kadang kadang disertai dengan rasa nyeri. Pada beberapa wanita telah muncul keluhan vasomotorik atau keluhan sindrom prahaid. Dari hasil analisa hormonal dapat ditemukan kadar FSH dan estrogen yang tinggi atau normal. Kadar FSH yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya stimulasi ovarium yang berlebihan (hiperstimulas), sehingga kadang kadang dijumpai kadar estrogen yang tinggi. Keluhan yang muncul dapat disebabka karena hormon yang normal maupun tinggi. Sedangkan keluhan yang muncul pada masa pascamenopause disebabkan karena kadar hormon yang rendah (Muafira, 2018). Proses menjadi tua sudah mulai ada umur 40 tahun. Jumlah folikel ada ovarium sewaktu lahir ±750.000 buah; pada waktu menopause tinggal beberapa ribu buah. Tambahan pula folikel yang tersisa ini rupanya juga lebih resisten



terhadap rangsangan gonadotropin. Dengan demikian, siklus ovarium yang lambat laun terhenti. Pada wanita di atas 40 tahun siklus haid untuk 25% tidak disertai ovulasi, jadi bersifat ovulatoar. Sebelum haid terhenti, sebenarnya pada seorang wanita telah terjadi berbagai



perubahan



pada



ovarium



seperti



sklerosis



pembuluh



darah,



berkurangnya jumlah folikel, dan menurunnya sintesis steroid seks. Penurunan fungsi ovarium itu menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin itu, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH. Oleh karena itu, peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik. Secara endokrinologis, masa premenopause ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Gambaran klinis dari defisiensi estrogen dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatik dan gangguan siklus haid.



BAB II ANALISIS KEPUSTAKAAN BERDASARKAN KASUS A. Kerangka/Mind Mapping Teori B. Definisi Premenopause nama yang diberikan untuk waktu sebelum berhentinya menstruasi dengan terdapat penurunan kadar estrogen, insufiensi lutel, peningkatan gonadotropin dan gejala otonom. Fase premenopause adalah sebagai permulaan transisi klimakterik, yang dimulai (2-5) tahun sebelum menopause (Proverawati, 2010). Sedangkan menurut Kasdu (2004), fase premenopause adalah masa sebelum berlangsungnya perimenopause, yaitu mulai sejak masa reproduksinya mulai menurun sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Premenopause syndrome merupakan masalah yang timbul akibat pre menopause. Perubahan tersebut paling banyak terjadi pada wanita karena pada proses menua terjadi suatu fase yaitu fase menopouse. Sebelum terjadi fase menopouse biasanya didahului dengan fase premenopouse dimana pada fase premenopouse ini terjadi masa peralihan dari masa subur menuju masa tidak adanya pembuahan (anovalator). Sebagian besar wanita mengalami gejala premenopouse pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun yaitu terjadinya masa menopouse dimana pada masa menopouse ini wanita sudah tidak mengalami haid lagi (Pangestu, 2016).



C. Etiologi D. Epidemiologi Menurut WHO premenopouse syndrome dialami oleh banyak wanita hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia. Sedangkan diIndonesia yang sebesar 240-250 juta pada 2010 hampir 100% telah mengalami menopause dengan gejala premenopause syndrome sebelumnya dimana 64% mengalami penurunan libido, 82,2% haid tidak teratur, 69% mengalami depresi dan gangguan psikis, dan 17% sebagaian tidak mengalami keluhan sama sekali karena haid yang tidak muncul lagi (Proverawati,2010). Berdasarkan hasil penelitian Departemen Epidemiologi dan Psikiatri, University of Pittsburg, O’hara menunjukkan 48,9% perempuan mengalami stress (tidak siap) di awal perimenopause, 20,9% di premenopause dan 30,2% pada postmenopause). Sedangkan jumlah wanita menopause di Asia pada tahun 2025 akan mencapai 373 juta jiwa, dan saat ini wanita Indonesia yang memasuki masa premenopause sudah sebanyak 7,4% dari populasi. E. Patomekanisme 1. Perubahan Hormonal Pada Masa Premenopause Sampai Pascamenopause Transisi



menopause



dikarakteristik



oleh



kadar



estrogen



yang



berfluktuasi, siklus menstruasi yang tidak regular, dan kadang-kadang terdapat gabungan manifestasi klinis kelebihan dan defisiensi estrogen. Karena itu, selama satu minggu wanita bisa mengeluh mastalgia dan perdarahan yang



parah dan minggu berikutnya, mengalami gejala klinis vasomotor, gangguan tidur dan kelelahan sebagai akibat dari insufisiensi estrogen. Perubahan hormonal ini memiliki dampak pada hasrat seksual wanita dan kapasitas untuk mencapai



orgasme.



Selama



masa



perimenopause,



wanita



biasanya



mengeluhkan kekeringan vagina berhubungan dengan aktifitas seksual. Tanda ini merupakan tanda dari kegagalan untuk orgasme dan lubrikasi, tetapi bukan karena insufisiensi estrogen. Kita ketahui bahwa pada saat premenopause terjadinya penurunan jumlah folikel ovarium, sehingga menyebabkan penurunan produksi estrogen. Terjadi peningkatan Serum Gonadotropin yang menyebabkan FSH dan LH meningkat juga. Peningkatan FSH ini akan terjad beberapa tahun sebelum terjadinya menopause. Peningkatan FSH akan menurunkan Inhibin B sehingga dapat menurunkan jumlah folikel di ovarium. Estrogen tidak akan hilang sampai akhir dari masa perimenopause dan hal ini merupakan suatu respon dari peningkatan konsentrasi FSH. Akibat dari fluktuatifnya hormon selama periode transisi ini, yaitu dari premenopause sampai menopause maka, pengukuran untuk FSH dan estradiol tidak memiliki nilai yang reliabel dalam pada penentuan status menopause. Berlawanan dengan penurunan estrogen selama masa menopause, kadar testosteron tidak berubah tiba-tiba selama masa transisi menopause, tetapi menurun secara progresif seiring dengan usia dari tahun pertengahan reproduksi. Setelah menopause hormon yang mengalami perubahan terdiri



dari empat, yaitu androgen, estrogen, progesteron dan gonadotropin. Sekitar 50% androstenedion yang beredar mengalami penurunan. Androgen adrenal akan berkurang sebanyak 60-80% sesuai dengan umur. Penurunan testosteron lebih minimal.10 Terjadi konversi dari androstenedion sebanyak 14%, tetapi mayoritas diproduksi oleh sel stroma hilar dan terluteinisasi di dalam ovarium yang berespon terhadap meningkatnya gonadotropin. Peningkatannya relatif terjadi pada testosteron dibandingkan androgen lain. Peningkatan relatif testosteron dibandingkan androgen lain mungkin menyebabkan berkurangnya garis rambut, suara serak dan rambut di wajah kadang-kadang dapat dilihat pada wanita-wanita yang lebih tua. Estron merupakan estrogen saat menopause, paling banyak diproduksi oleh adrenal- meskipun konversi perifer dari androstenedion meningkat dua kali. Sebagian estron dan testosteron secara perifer mengalami konversi menjadi estradiol. Hentinya ovulasi menyebabkan penurunan progesteron karena tidak adanya produksi dari korpus luteum lagi. F. Manifestasi Klinis G. Pemeriksaan dan Penegakan Diagnosis H. Diagnosis Banding I. Penatalaksanaan Fisioterapi J. Kerangka/ Mind Mapping Teknologi Fisioterapi



BAB III MANAJEMEN FISIOTERAPI A. Data Umum Pasien Nama



: Ny. B



Umur



: 47 Tahun



Vital Sign



: Tekanan Darah



: 120/90 mmHg



Denyut Nadi



: 80×/menit



Pernafasan



: 20×/menit



Suhu



: 36̊C



B. Pemeriksaan Fisioterapi Model CHARTS 1. Chief of Complain Terkadang nyeri perut tembus kebelakang dan haid tidak teratur 2. History Taking Nyeri perut sampai kebelakang dirasakan sejak menstruasi sudah tidak teratur yaitu sekitar ± 1 tahun yang lalu. Tidak ada riwayat jatuh ataupun gejala tersebut sebelumnya. Pola makan dan tidur baik. Terjadi perubahan mood seperti mudah tersinggung dan marah. Hasil USG normal. BAB dan BAK lancar. Ada riwayat penyakit hipertensi dan asam urat. Memiliki 4 orang anak dan ditemani oleh anaknya saat melakukan pengobatan. Tidak ada keluhan lain.



3. Assimetry a. Inspeksi Inspeksi Statis



: tampak raut wajah pasien cemas dan postur tubuh baik



Inspeksi Dinamis : pasien datang dengan berjalan normal b. Palpasi Suhu



: Normal



Oedem



: Tidak ada



Kontur kulit



: Normal



Tenderness



: Tidak ada



c. PFGD



: Tidak dilakukan



4. Restrictive a. Range of motion (ROM)



:-



b. Activity Daily Living (ADL)



: Gangguan keseimbangan



c. Pekerjaan



: Terbatas



d. Rekreasi



:-



5. Tissue Impairment and Psychological Prediction a. Psikogen



: Kecemasan terhadap penyakit yang diderita



b. Neurogen



:-



c. Musculotendinogen



:-



d. Osteoartrogen



:-



6. Spesific Test a. VAS



Nyeri Diam



:2



Nyeri Gerak



:4



Nyeri Tekan



:-



b. HRS-A Hasil



: 21



Interpretasi



: Kecemasan Sedang



c. Indeks Barthel Hasil



: 95



Interpretasi



: Ketergantungan ringan



d. Single Leg Stand Test Hasil



: 2 detik



Interpretasi



: Gangguan keseimbangan



C. Diagnosis Fisioterapi Adapun diagnosis fisioterapi yang dapat ditegakkan dari hasil proses pengukuran dan pemeriksaan tersebut, yaitu: “Gangguan Fungsional Berupa Nyeri, Kecemasan, Gangguan Keseimbangan e.c Premenopouse Syndrome Sejak 1 Tahun Yang Lalu”. D. Problem Fisioterapi Problem primer



: Kecemasan



Problem sekunder



: Nyeri



Problem kompleks



: Gangguan keseimbangan



E. Tujuan Penanganan Fisioterapi



1. Tujuan Jangka Pendek a. Mengatasi kecemasan b. Mengatasi nyeri c. Mengatasi gangguan keseimbangan 2. Tujuan Jangka Panjang Meminimalisir penurunan fungsi tubuh F. Rencana Intervensi Fisioterapi No.



PROBLEM FISIOTERAPI



MODALITAS FISIOTERAPI



1



Kecemasan



Komunikasi terapeutik



2



Relaksasi



Breathing Exrcise



3



Nyeri



Exercise Therapy



Exercise Therapy 4



Gangguan Keseimbangan Exercise Therapy



G. Home Program



DOSIS F: 1x/ setiap terapi I: pasien fokus T: interpersonal approach T: selama terapi F: 1x/ setiap terapi I: 3x repetisi T: diapragma breathing dan pursh lip breathing T: 1 menit F: 1x/ setiap terapi I: 3 set x 10 repetisi T: kegel exercise T: 5 menit F: 1x/ setiap terapi I: 8 hitunga, 3x repetisi T: Bridging exercise T: 5 menit F: 1x/ setiap terapi I: Toleransi pasien T: Single leg stand exc T: 5 menit



1. Pasien diberikan edukasi untuk melakukan breathing exercise untuk membuat lebih rileks dan tenang. 2. Pasien diberikan edukasi berupa bridging exercise dan single leg stand exc untuk mengatasi gangguan keseimbangan. 3. Pasien diberikan saran untuk melakukan liburan untuk mengatasi kecemasan yang dialami. H. Kemitraan Kemitraan dilakukan kepada dokter radiologi, dokter patologi klinik, dokter spesialis obgyn dan psikiatri.



DAFTAR PUSTAKA Kasdu, Dini. 2004. Kiat Sehat dan Bahgia di Usia Menopause. Jakarta: Puspa Swara. Mufira, Sitti. 2018. Kesiapan Ibu Menghadapi Masa Menopause Di Kelurahan Muliorejo Kecamatan Sunggal. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pangestu, Rizki. 2016. Perilaku Wanita Dalam Menghadapi Premenopause Syndrome. Program Studi D Iii Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Proverawati, Atikah. 2010. Menopause dan Sindrom Premenopause. Yogyakarta: Nuha media.