PREPARASI SAMPEL Dan Analisis GC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PREPARASI SAMPEL Teknik preparasi sampel dilakukan dengan tujuan khusus diantaranya untuk memisahkan analit dari matriks sampel yang sangat kompleks, memekatkan analit sehingga diperoleh analit dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari sebelumnya, mengubah analit menjadi senyawa lain. Adapun preparasi sampel secara umum pada alat kromatografi gas yaitu : 1. Menyiapkan sampel yang akan digunakan, dalam hal ini sampel sebisa mungkin berupa cairan, jika sampel berupa padatan dapat dilakukan pelarutan dengan pelarut yang sesuai terlebih dahulu 2. Sampel disaring menggunakan kertas saring 3. Di letakkan pada perangkat ultrasonic untuk membantu kelarutan karena adanya getaran dari gelombang ultrasonic serta untuk menghilangkan gelembung pada sampel 4. Sampel siap diinjeksikan. (Aurora,2014) Pemisahan dengan metode gas chromatography berdasarkan pada perbedaan koefisien partisi dari senyawa yang diuapkan antara fase cair dan fase gas yang dilewatkan dalam kolom dengan bantuan gas pembawa. Sampel yang sudah disiapkan dianalisis dengan kondisi GC-FID. Kondisi analisis yang dipergunakan yaitu laju alir gas helium 40 mL/menit, laju alir dari kolom yang terpilih adalah 0,7 mL/menit., laju alir nitrogen 50 mL/menit, dan laju udara pengoksida 450 mL/menit. Suhu injektor 250 °C, suhu detektor 300°C. Suhu injektor < suhu kolom < suhu detektor. Suhu injektor harus cukup tinggi untuk menguapkan analit dengan cepat sehingga tidak menghilangkan keefisienan yang disebabkan oleh cara penyuntikan. Sebaliknya, suhu injektor harus cukup rendah untuk mencegah peruraian akibat panas. Suhu kolom harus cukup tinggi dengan suhu injektor agar analisis dapat diselesaikan dalam waktu yang cukup layak dan pemisahan yang dikehendaki tercapai. Suhu detektor minimal harus 125 °C agar cuplikan tidak mengembun. Adanya pelebaran peak dan menghilangnya peak komponen merupakan ciri khas pengembunan. Sampel yang diinjeksikan menggunakan split rasio 1:50. Split injeksi dipilih karena sampel yang disuntikkan pada kolom kapiler terlalu kecil (trace analysis) sehingga dilakukan suatu cara untuk mengecilkan ukuran sampel setelah penyuntikan dengan teknik split. Sampel dimasukkan ke dalam aliran gas pembawa. Setelah melewati gas pembawa, 1 aliran akan masuk ke kolom dan aliran lainnya akan dibuang. Gas pembawa yang digunakan gas helium. Gas helium memenuhi syarat sebagai gas pembawa karena tidak reaktif dan murni. Selain itu, gas helium memberikan efisiensi kromatografi yang lebih baik (mengurangi pelebaran pita) (Rizalina,2018)



ANALISIS KUALITATIF Kromatografi gas merupakan teknik yang secara luas digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Kromatografi gas dapat digunakan untuk memisahkan dan mengukur senyawasenyawa organik yang mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian, yaitu antara 50˚C300˚ C. Senyawa yang sukar menguap atau tidak stabil juga dapat diukur tetapi harus melalui proses derivatisasi terlebih dahulu. Senyawa-senyawa yang memiliki gugus fungsi atom hidrogen aktif, seperti –COOH, -OH, -NH, dan –SH dapat mengalami ikatan hidrogen sehingga senyawanya sukar menguap. Tujuan utama kromatografi adalah memisahkan komponen komponen yang terdapat dalam suatu sampel. Dengan demikian, jumlah puncak yang terdapat dalam kromatogram menunjukkan jumlah komponen yang terdapat dalam suatu sampel. Selain digunakan untuk keperluan pemisahan, kromatografi juga sering kali digunakan dalam analisis kualitatif senyawa-senyawa yang mudah menguap. Untuk mengidentifikasi tiap puncak dalam kromatogram dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain: a. Membandingkan waktu retensi analit dengan waktu retensi standar. Waktu retensi suatu komponen pada suatu kolom dan kondisi kromatografi tertentu bersifat karakteristik bagi komponen tersebut. Jika waktu retensi suatu zat standar sama dengan waktu retensi suatu komponen tertentu maka dapat diduga bahwa kedua senyawa tersebut adalah sama. Oleh karena itu identifikasi suatu komponen dalam sampel dapat dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi komponen yang dianalisis dengan waktu retensi zat standar yang diinjeksikan ke dalam kolom dibawah kondisi kromatografi yang sama. b. Melakukan ko-kromatografi Analisa kualitatif berdasarkan perbandingan waktu retensi bukan merupakan analisa kualitatif yang baik, karena pada kromatografi gas, waktu retensi untuk satu komponen di dalam satu sampel saja, sangat sulit untuk mendapatkan waktu retensi yang sama persis pada pengulangan berikutnya. Hal inilah yang menjadikan waktu retensi tidak bisa dijadikan sebagai dasar yang baik dari analisa kualitatif pada kromatografi gas. Cara yang lebih teliti dengan melakukan ko-kromatografi. Standar ditambahkan pada sampel kemudian dilakukan pengukuran dengan kromatografi gas. Bila ada luas atau tinggi salah satu puncak bertambah maka analit yang mengalami pertambahan luasnya identik dengan standar. c. Menghubungkan kromatografi gas dengan detektor spektrometer massa atau IR. Metode spektrometri dapat digunakan untuk mengidentifikasi puncak kromatografi gas. Spektrometer massa atau spektrometer infra merah dapat langsung disambungkan ke kolom kromatografi gas. Ketika analit memasuki spektrometer massa maka molekul senyawa tersebut ditembaki dengan elektron berenergi tinggi. Molekul tersebut pecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dan terdeteksi berdasarkan massanya yang digambarkan sebagai spektra massa.



Contoh Analisis Kualitatif 



Aplikasi Kromatografi Gas dalam Biokimia Klinis. Nafas manusia, cairan tubuh, air kencing dan air liur terdiri dari berbagai senyawa organik volatil yang mengandung nutrisi penting, zat antara metabolisme dan produk samping, kontaminan lingkungan, serta zat dengan berat molekul rendah yang terlibat dalam berbagai proses metabolisme. Pengetahuan tentang komposisi campuran kompleks ini memberikan potensi yang cukup besar untuk pengenalan karakteristik sidik jari biokimia dari etiologi, patogenesis atau diagnosis penyakit. Penggunaan kromatografi gas dalam analisis biokimia klinis sangat banyak, diantaranya analisis alkana dalam sistem pernafasan manusia; metabolit volatile dalam plasma; asam organik dalam feses atau urin; serta asam amino, amina, gula, kolesterol, dan asam empedu dalam cairan tubuh. (Susanti,2010)







Aplikasi Kromatografi Gas dalam Analisis Toksikologi. Salah satu contoh analisis toksikologi yang banyak dilakukan adalah screening obat. Dalam screening obat, diperlukan teknik yang mampu mendeteksi analit sebanyak mungkin pada sampel yang sangat kecil, seperti plasma, serum, darah secara utuh, urin, vitreous humour, atau jaringan dengan sensitivitas yang tinggi. Penggunaan kromatografi gas dalam analisis screening obat sangat banyak, diantaranya analisis amphetamine, anticholinergic, anticonvulsant, antihistamine, barbiturate, benzodiazepine, cannabinoid, monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), narcotic analgesic, paracetamol, antidepressant, dan pesticides (organochlorine, organophosphate, dan carbamate). Dalam screening obat, fasa diam dengan berbagai tingkat polaritas dapat digunakan (Darmapatni,2016)



Pustaka : Aurora, Saurabh. 2014. Introduction to Gas Chormstography by Lab-Training.com. New Delhi: Kirti Nagar Industrial Area. Darmapatni, Komang Ari Gunapria , Achmad Basori dan Ni Made Suaniti.2016. Pengembangan Metode Gc-Ms Untuk Penetapan Kadar Acetaminophen Pada Spesimen Rambut Manusia. Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18 Rizalina, Hartias, Edy Cahyono,Bowo Nurcahyo ,dan Supartono.2018. Optimasi Penentuan Kadar Metanol dalam Darah Menggunakan Gas Chromatography. Indonesian Journal of Chemical Science.volume 7. No 3 Susanti, Ani, Yahdiana Harahap, Harmita.2010. Analisis Asam Valproat Dalam Plasma Secara Kromatografi Gas. Ilmu Kefarmasian. Vol 7.No 3