ProEdu Vol. 3 No. 2 April 2022 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Jurnal Ilmiah Kependidikan



ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan diterbitkan oleh Gerakan Guru Membaca dan Menulis (G2M2) bekerjasama dengan Pustaka Mahameru – Lumajang – Jawa Timur



i



Susunan Dewan Redaksi Penanggung Jawab Dr. Muhammad Dali, M. M. (Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau) Pemimpin Redaksi Teddy Fiktorius, M. Pd. (Pendiri Gerakan Guru Membaca dan Menulis-G2M2) Dewan Penyunting/Pengarah Dewan Redaksi Prof. Enok Maryani (Universitas Pendidikan Indonesia) Windy, M. Pd. (Universitas Widya Dharma Pontianak) Hendri Arulan, S. Pd. (Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam) Bakri Hasyim, S. Pd., M. M. Pub. (Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karimun) Muhd. Kudri, S. S., S. Pd. SD. (Ketua PGRI Kabupaten Karimun) Dra. Maria Widiani, M. A. Redaksi Pelaksana Dr. Muliawiwin, M. Pd. (Kepala SMP Negeri 11 Tanjungpinang) Drs. Edi Suwito (Kepala SMP Negeri 1 Senayang) Jamalis, S. Pd. (Kepala SMP Negeri 1 Kepulauan Posek) Sumini, S. Pd. (Kepala SD Negeri 007 Nongsa) Enang Munandar, M. Pd. (Kepala SD Negeri 024 Galang) Ria Murti, S. Pd. (Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah Bengkong) Anita Yusnita, M. Pd. (Ketua KKG Kecamatan Sungai Beduk, Batam) Aslinggawiyah Zulfah, S. Pd. (Kepala SDN 001 Bengkong) Marwiyah, S.Pd. SD. Nurmiati, S. S. Heny Harini, S. Pd. Ardelina, S. Pd. Mochamad Ridho Mulki Prapangasta, S. Pd. Erna Eliyana, S. Pd.



ii



Unit Produksi PUSTAKA MAHAMERU JL. Raya Kebonsari RT 10 RW 4 Yosowilangun – Lumajang – Jawa Timur Alamat Sekretariat G2M2 (Gerakan Guru Membaca dan Menulis) Jalan Meranti gang Meranti 7 nomor 11 RT/RW 001/015 Kelurahan Darat Sekip Kecamatan Pontianak Kota Kota Pontianak, Kalimantan Barat Kode pos 78117 HP 0852 4592 1881 ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan diterbitkan oleh Gerakan Guru Membaca dan Menulis (G2M2) 4 kali setahun, yakni setiap Januari, April, Juli, dan Oktober. ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan hasil pemikiran di bidang pendidikan.



iii



Kata Pengantar



Puji Syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas nikmat dan karunia-Nya kami dapat menerbitkan ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan tanpa ada kendala yang berarti. ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan merupakan jurnal yang dikelola oleh Gerakan Guru Membaca dan Menulis (G2M2) sebagai wadah bagi guru, praktisi, pemerhati, dan peneliti pendidikan dalam memberi sumbangsih terhadap khazanah intelektualitas dalam dunia pendidikan. ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan memuat hasil penelitian dan hasil pemikiran di bidang pendidikan. Tulisan-tulisan yang disajikan merupakan potret nyata persoalan dunia pendidikan di Indonesia yang tentunya dapat memperkaya telaah tentang dunia pendidikan berdasarkan sudut pandang para pemangku kepentingan. Seperti halnya jurnal-jurnal lainnya, kami memiliki harapan yang besar agar ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan menjadi sebuah wadah yang dapat memperluas cakrawala intelektualitas tentang pendidikan di tanah air. Pada tahap proses, kami menerima naskah beragaram topik dalam lingkup pendidikan. Selanjutnya, naskah-naskah tersebut dikaji oleh para pakar dan praktisi di bidang pendidikan. Hasil kajian disampaikan ke penulis untuk penyempurnaan lebih lanjut guna memastikan optimalisasi kualitas naskah. Kami mengucapkan selamat dan terima kasih kepada penulis yang artikelnya dapat diterbitkan pada edisi kali ini. Ucapan terima kasih juga kami arahkan kepada mitra bestari: 1. Bapak Windy (Universitas Widya Dharma Pontianak) 2. Ibu Anak Agung Putu Agung Mediastari (Universitas Hindu Indonesia) 3. Ibu Ni Ketut Erawati (Universitas PGRI Mahadewa Indonesia) 4. Ibu Della Amrina Yusra (UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi) 5. Bapak Beny Probolinggo (Universitas Islam Zainul Hasan Probolinggo) Akhir kata, kami menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan edisi kali ini yang tentunya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca yang budiman. Selamat membaca! Selamat berwisata literasi! Pemimpin Redaksi Teddy Fiktorius, M.Pd.



iv



Daftar Isi



Susunan Dewan Redaksi ~ ii Kata Pengantar ~ iv Daftar Isi ~ v SUPERVISI AKADEMIK KOLABORATIF DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGODIK GURU H. Muhammad Aspihani (POKJAWASMAD HST, Kalimantan Selatan) ~ 1 PENGGUNAAN SISTA DALAM PEMBELAJARAN ARAH GAYA LORENTZ PADA MATA PELAJARAN FISIKA Tutik Sujiyati (MAN 1 Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) ~ 8 PENGGUNAAN MEDIA KARTU DOMINO UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI I Gusti Ayu Kadek Widiari (SMA Negeri 1 Kuta Selatan, Bali) ~ 15 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK BERKIRIM SALAM DAN SOAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Endang Setianingsih (SMP Negeri 26 Batam, Kepulauan Riau) ~ 22 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR HANDSTAND DALAM PEMBELAJARAN PJOK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL I Wayan Sudana (SMAN 1 Kuta Selatan, Bali) ~ 31



MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI SURAT LAMARAN PEKERJAAN DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM



SOLVING I Ketut Tunik (SMA Negeri 1 Kuta Selatan, Bali) ~ 38 MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA ARAB MELALUI METODE IMLA M. Subhan (MTsN 3 Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan) ~ 45 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PEMBELAJARAN EKSPLORATIF BERBASIS GEOGEBRA Komang Mardini (SMA Negeri 1 Kuta Selatan, Bali) ~ 53



MATEMATIKA



MELALUI



PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DAN KEAKTIFAN SISWA Aryani Delawati (SD Negeri 002 Nongsa, Batam, Kepulauan Riau) ~ 60 MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA TENTANG PERAMBATAN BUNYI MELALUI ZAT PADAT DENGAN MEDIA TELEPON MAINAN Haridah (SDN 005 Batu Aji, Kepulauan Riau) ~ 67



v



MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR BAGIAN TUMBUHAN DENGAN FUNGSINYA MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Ayustiningsih (SDN 003 Meral Karimun, Kepulauan Riau) ~ 72



PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL SEBAGAI SARANA PEMASARAN NUGGET BEKATUL (R. bran) DAN KACANG TUNGGAK (V. unguiculata) DALAM UPAYA PENINGKATAN PROTEIN MASYARAKAT INDONESIA Rina Restanti (SMA Negeri 3 Taruna Angkasa Madiun, Jawa Timur) ~ 81 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM



BASED LEARNING Usda Hevi (SD Negeri 001 Ungar, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau) ~ 87 MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MEMANFAATKAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR MELALUI TUTOR SEBAYA Hj. Mery Sandra (Kepala SMA Negeri 5 Karimun) ~ 93 PENERAPAN MEDIA VIDEO DENGAN MODEL E-LEARNING (DARING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEMATIK Ahmad Durjani (MI NU 33 Johorejo, Jawa Tengah) ~ 100



Pedoman Pengajuan ~ 106 Profil ProEdu Jurnal Ilmiah Kependidikan ~ 120 Surat Keterangan Penerbitan ISSN dari LIPI ~ 121



vi



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



SUPERVISI AKADEMIK KOLABORATIF DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGODIK GURU H. Muhammad Aspihani POKJAWASMAD HST, Kalimantan Selatan [email protected] Abstrak Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan silabus pembelajaran sesuai tugas pokoknya masing-masing melalui supervisi akademik kolaboratif guru. Desain penelitian mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin (McNiff, 1992), yakni adanya perencanaan ( planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) yang dilakukan secara bersiklus. Subjek penelitian adalah 13 orang guru yang terdiri dari 8 orang guru kelas, 3 orang guru PAI, 1 orang guru bahasa Arab, dan 1 orang guru PJOK. Kegiatan dilaksanakan di MIN 22 Hulu Sungai Tengah sebagai tempat guru mengajar. Data dikumpulkan secara partisipatif (participative observation). Pada siklus pertama, supervisi akademik kolaboratif diberikan dalam bentuk pemberian informasi teoretis tentang pengembangan silabus. Hasil dari kegiatan siklus pertama masih belum dapat dikatakan berhasil. Hal ini disebabkan perolehan rata-rata skor para guru masih di bawah standar atau kurang. Pada siklus kedua, supervisi akademik kolaboratif ditindaklanjuti dengan memberikan bantuan praktis, di mana peneliti dan peserta secara kolaboratif mengembangkan silabus. Pada siklus kedua, hasil pengembangan silabus mata pelajaran yang disusun oleh guru meningkat tajam. Hal ini dibuktikan dengan perolehan rata-rata skor penguasaan para guru sebesar 100% atau amat baik. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan silabus. Kata Kunci: kompetensi pedagogik, silabus, supervisi akademik kolaboratif Abstract The purpose of this action research was to improve the pedagogic competence of teachers in developing learning syllabus according to their respective main tasks through collaborative academic supervision of teachers. The research design referred to the model developed by Kurt Lewin (McNiff, 1992), namely planning, acting, observing, and reflecting which was done cyclically. The research subjects were 13 teachers consisting of 8 classroom teachers, 3 PAI teachers, 1 Arabic teacher, and 1 PE teacher. The activity was carried out at MIN 22 Hulu Sungai Tengah as a place for teachers to teach. Data were collected in a participatory way (participative observation). In the first cycle, collaborative academic supervision was provided in the form of providing theoretical information about syllabus development. The results of the first cycle activities still could not be said to be successful. This was because the average score of the teachers was still below the standard. In the second cycle, collaborative academic supervision was followed up by providing practical assistance, where the researcher and participants collaboratively developed a syllabus. In the second cycle, the results of the development of the syllabus of subjects prepared by the teacher increased sharply. This was evidenced by the acquisition of an average mastery score of 100% or very good. From the results of the study, it could be concluded that there was an increase in the pedagogic competence of teachers in developing the syllabus. Keywords: pedagogic competence, syllabus, collaborative academic supervision



-1-



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



PENDAHULUAN Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah telah menetapkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut memuat dua puluh dua bab, tujuh puluh pasal, dan penjelasannya. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa setiap pembaruan sistem pendidikan nasional untuk memperbarui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi pendidikan nasional di antaranya adalah (1) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia, (2) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar, (3) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral, (4) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global, dan (5) memperdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jika mencermati visi pendidikan tersebut, semuanya mengarah pada mutu pendidikan yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Mutu pendidikan ternyata dipengaruhi oleh banyak komponen. Menurut Syamsudin (2006), ada tiga komponen utama yang saling berkaitan dan memiliki kedudukan strategis dalam kegiatan belajar-mengajar. Ketiga komponen tersebut adalah kurikulum, guru, dan siswa. Guru menduduki posisi sentral sebab peranannya harus mampu menerjemahkan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum secara optimal. Walaupun sistem pembelajaran sekarang sudah tidak berpusat pada guru lagi, seorang guru harus tetap memegang peranan yang penting dalam membimbing siswa. Bahkan, menurut Undang-undang Guru pasal 1 ayat 1 (2006), guru adalah pendidik professional dengan tugas utama, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan hal itu, seorang guru harus mempunyai pengetahuan yang memadai baik di bidang akademik mapun pedagogik. Seorang guru harus selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya, pengetahuan, sikap, dan keterampilannya secara terus-menerus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk paradigma baru pendidikan yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah/madrasah/Madrasah (MBS/M) dan Kurikulum 2013. Menurut Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (2004), seorang guru harus memenuhi tiga standar kompetensi, di antaranya: (1) kompetensi pengelolaan pembelajaran dan wawasan kependidikan, (2) kompetensi akademik/vokasional sesuai materi pembelajaran, dan (3) pengembangan profesi. Ketiga komptensi tersebut bertujuan agar guru bermutu menjadikan pembelajaran bermutu juga, yang akhirnya meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Untuk mencapai tiga kompetensi tersebut, sekolah/madrasah harus melaksanakan pembinaan terhadap guru baik melalui workshop, KKG, diskusi, dan supervisi baik yang -2-



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah atau pengawas. Hal itu harus dilakukan secara periodik agar kompetensi dan wawasan guru, khususnya guru MI di wilayah Kaupaten Hulu Sungai Tengah dapat meningkat setiap saat sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Pada umumnya, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya kompetensi dan wawasan guru saat ini, yaitu: (1) rendahnya kesadaran guru untuk belajar, (2) kurangnya kesempatan guru mengikuti pelatihan, baik secara regional mapun nasional, dan (3) kurang efektifnya KKG/KKMI. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk menyelidiki apakah melalui supervisi akademik kolaboratif, guru MIN 22 Hulu Sungai Tengah dapat meningkatkan kompetensi pedagodiknya dalam mengembangkan silabus pembelajaran sesuai tugas pokoknya masing-masing. Tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan silabus pembelajaran sesuai tugas pokoknya masing-masing melalui supervisi akademik kolaboratif guru. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan. Desain penelitian mengacu pada model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin (McNiff, 1992), yakni: adanya perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) yang dilakukan secara bersiklus. Subjek penelitian adalah 13 orang guru yang terdiri dari 8 orang guru kelas, 3 orang guru PAI, 1 orang guru bahasa Arab, dan 1 orang guru PJOK. Kegiatan dilaksanakan di MIN 22 Hulu Sungai Tengah sebagai tempat guru mengajar. Data dikumpulkan secara partisipatif (participative observation). Teknik ini merupakan bagian dari kegiatan observasi, di mana peserta dan peneliti ikut berpartisipasi menangkap gejala alamiah yang terjadi. Observasi dilakukan baik secara sistematis (systematic observation) yang sudah dirancang sejak awal penelitian maupun secara tidak sistematis (nonsystematic observation) yang diperoleh tanpa sengaja. Sedangkan instrumen yang digunakan adalah instrumen pengawasan akademik untuk pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan pengawas dalam kegiatan supervisi. Instrumen terdiri dari kolom aspek yang dinilai, indikator operasional, dan penilaian. Untuk memberikan penilaian tentang keberhasilan tindakan pada masing-masing siklus penelitian, peneliti memerlukan kriteria keberhasilan. Menurut Popham (1995), kriteria untuk mengambil keputusan dapat dikembangkan sendiri atau atas kesepakatan bersama sesuai dengan teori-teori yang mendukung. Berdasarkan hasil kesepakatan dengan peserta penelitian, kriteria keberhasilan ditetapkan sesuai dengan kriteria penilaian kinerja guru sesuai dengan Bab VII pasal 15 ayat 2 permenpan nomor 16 tentang jabatan fungsional guru dan angka kredit, sebagaimana berikut ini. Nilai 91 sampai dengan 100 disebut amat baik; nilai 76 sampai dengan 90 disebut baik; nilai 61 sampai dengan 75 disebut cukup; nilai 51 sampai dengan 60 disebut sedang; dan nilai sampai dengan 50 disebut kurang.



-3-



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



HASIL PENELITIAN Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti mengadakan pengumpulan data dengan cara observasi dari kondisi awal yang akan diberi tindakan. Pengetahuan awal ini perlu diketahui agar kiranya penelitian ini sesuai dengan apa yang diharapkan oleh peneliti, apakah benar kelas ini perlu diberi tindakan yang sesuai dengan strategi pembinaan yang direncanakan. Untuk mendapatkan data mengenai kondisi nyata, pengawas melakukan langkahlangkah sebagai berikut. (1) Perencanaan. Untuk mengetahui kondisi awal, peneliti merencanakan melakukan pengamatan pembelajaran secara langsung. Observasi pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan untuk mengetahui strategi supervisi akademik kolaboratif yang peneliti gunakan dalam memberi materi tentang penyusunan Silabus. (2) Pelaksanaan. Pelaksanaan untuk mengukur kemampuan awal guru dilaksanakan pada saat kunjungan rutin pengawas ke madrasah binaan. Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti melakukan pengumpulan data pendahuluan terhadap kerja guru dalam menyusun silabus sehingga keakuratan data dari hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. (3) Pengamatan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan bahwa pada kegiatan penyusunan silabus yang dilakukan, guru masih belum mengerti sepenuhnya cara menyusun silabus. Pada kegiatan tersebut, terlihat masih ada guru yang bingung untuk membuat silabus karena selama ini mereka hanya melakukan copy paste dari internet. Setelah hasil kerja penyusunan silabus dikumpulkan dan peneliti langsung mengoreksinya, maka didapatkan hasil yang kurang memuaskan. Dari hasil koreksi awal, masih banyak guru yang belum mengetahui bagaimana cara menyusun silabus. Hanya 23,07 % guru yang mengetahui cara penyusunan silabus. (4) Refleksi. Dari kondisi awal yang ada tersebut, perlu diadakan suatu tindakan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun silabus di MIN 22 Hulu Sungai Tengah. Bertolak dari kondisi awal tersebut, peneliti merencanakan tindakan penelitian dengan menerapkan strategi supervisi akademik kolaboratif pada pemberian materi penyusunan silabus. Pada siklus I, di tahap perencanaan, peneliti beserta guru pengajar merencanakan tindakan yang meliputi memberikan informasi umum tentang tugas pokok guru dalam menyiapkan adminstrasi pembelajaran dalam hal ini adalah penyusunan silabus, meminta guru mempedomani prosedur penyusunan silabus yang sudah disiapkan, meminta guru menyiapkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Kalender Pendidikan, program tahunan dan program semester, meminta guru menyusun silabus berdasarkan tugas pokoknya masing-masing mempresentasikan hasil kerja masing-masing guru dalam menyusun silabus, dan memberikan umpan balik terhadap hasil kerja guru. Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kegiatan sesuai dengan apa yang telah direncanakan, dimulai dengan penjelasan pada guru tentang kegiatan yang harus dilakukan. Selanjutnya, peneliti membagikan lembar kerja yang telah dirancang oleh peneliti untuk diselesaikan guru secara keseluruhan dan selama 1 bulan. Peneliti selalu memantau



-4-



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



cara kerja guru serta membantu guru yang mengalami masalah dalam menyelesaikan lembar kerja yang dibagikan serta mengarahkan agar selalu berkolaborasi dengan teman. Pada tahap pengamatan, peneliti bertanya kepada para guru yang menjadi subjek penelitian tentang hasil peyusunan lembar kerja untuk mendapatkan masukan dari peneliti. Selain itu, peneliti juga mencatat guru-guru yang aktif dan mampu dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh peneliti. Peneliti memerintahkan pada guru yang telah mampu memecahkan masalah yang masih menjadi masalah pada sebagian besar guru , untuk dijelaskan pada temannya cara memecahkan masalah tersebut. Dari hasil evaluasi yang diberikan setelah dikoreksi oleh peneliti, didapatkan hasil sebagai berikut. Dari 13 guru yang ada, 4 guru mendapatkan nilai kurang dari 50, sedangkan 9 guru telah mendapatkan nilai di atas batas tuntas. Hal ini berarti 69,23 % guru telah mampu menyusun silabus dengan benar. Pada tahap refleksi, dengan melihat titik lemah yang terjadi pada sebagian guru berkenaan konsep penyusunan silabus, maka perlu diadakan penjelasan yang mendasar pada guru yang mengalami hambatan dalam memahami konsep penyusunan silabus. Pada siklus II, di tahap perencanaan, peneliti merencanakan tindakan untuk meminta guru mempedomani prosedur penyusunan silabus dengan saksama serta mengisi lembar kerja yang dipergunakan sesuai dengan prosedur yang telah diberikan. Pada tahap pelaksanaan tindakan, seperti yang telah direncanakan, peneliti melaksanaan tindakan siklus II dengan memberikan supervisi akademik kolaboratif yang diawali dengan penjelasan kepada guru di madrasah binaan masing-masing tentang prosedur pelaksanaan. Pada tahap pengamatan, tampak sekali bahwa guru sudah mulai mengerti langkahlangkah dalam menyelesaikan lembar kerja yang diberikan peneliti. Berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan setelah dikoreksi, didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria pencapaian hasil yang diharapkan karena dari 13 guru yang ada semuanya mendapatkan nilai di atas batas ketuntasan minimal sehingga semua guru sudah mampu menyusun silabus dengan persentase100%. Pada tahap refleksi, diketahui bahwa 13 orang guru telah mampu mendapatkan nilai di atas batas kriteria walaupun masih ada guru yang belum mengerti sepenuhnya istilahistilah yang ada dalam silabus. Akan tetapi, keaktifan dari guru secara keseluruhan telah sesuai yang diharapkan oleh peneliti dibuktikan dalam mengerjakan lembar kerja secara kelompok ini 100% telah aktif melakukan pembahasan lembar kerja yang diberikan dalam menyusun silabus dengan benar. PEMBAHASAN Pada siklus I, peneliti cenderung membantu dalam bentuk teoretis, guru pengamat pasif karena hampir semua guru belum mengerti bagaimana cara menyusun silabus dengan benar. Bagi guru yang telah membuat silabus, mereka cenderung melakukan cara copy paste atau mencontoh dari guru di sekolah/madrasah lain. Sedangkan pada siklus II, peneliti dengan melakukan supervisi akademik kolaboratif bersama guru menyusun silabus dengan benar. Guru diminta untuk lebih aktif dan serius (bukan asal copy paste). -5-



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



Setelah melalui proses refleksi, sebagian besar guru telah berhasil meningkatkan kompetensinya dalam menyusun silabus dengan benar sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Guru dengan teliti dan seksama memilih dan memilah cara menyusun silabus dengan benar berdasarkan pedoman yang telah diberikan. Secara umum, pencapaian keberhasilan guru pada siklus keduanya telah mencapai nilai 100 atau baik sekali. KESIMPULAN Penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Pada siklus pertama, supervisi akademik kolaboratif diberikan dalam bentuk pemberian informasi teoretis tentang pengembangan silabus. Hasil dari kegiatan siklus pertama masih belum dapat dikatakan berhasil. Hal ini disebabkan perolehan rata-rata skor para guru masih di bawah standar atau kurang. Pada siklus kedua, supervisi akademik kolaboratif ditindaklanjuti dengan memberikan bantuan praktis, di mana peneliti dan peserta secara kolaboratif mengembangkan silabus. Pada siklus kedua, hasil pengembangan silabus mata pelajaran yang disusun oleh guru meningkat tajam. Hal ini dibuktikan dengan perolehan rata-rata skor penguasaan para guru sebesar 100% atau amat baik. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan silabus. Pada siklus pertama skor rata-rata kompetensi guru adalah 75% atau sedang, kemudian meningkat menjadi 100% atau amat baik. Artinya supervisi akademik kolaboratif memberikan dampak positif terhadap peningkatan kompetensi pedagogik guru dalam mengembangkan silabus. SARAN Berdasarkan kesimpulan penelitian, peneliti mengemukakan saran berikut ini. (1) Dalam mengembangkan silabus, guru sebagai administrator hendaknya selalu menggunakan pedoman pengembangan silabus yang dikeluarkan oleh pihak berwenang. (2) Diharapkan guru mendiskusikan hal-hal yang masih dirasakan menjadi ganjalan kepada berbagai pihak, misalnya kepala sekolah/madrasah dan teman sejawat. (3) Guru hendaknya mempersiapkan dan memperbaiki silabus sebelum dan sesudah proses pembelajaran dilaksanakan. (4) Pembuat kebijakan (decision makers), seperti kepala sekolah/madrasah dan kepala dinas pendidikan di daerah ataupun kepala kantor Kementerian Agama, hendaknya memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru mata pelajaran ataupun guru kelas untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan silabus. (5) Pengawas disarankan untuk menggunakan supervisi akademik kolaboratif dalam melaksanakan tugasnya karena terbukti penggunaan supervisi akademik kolaboratif dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru, khususnya dalam mengembangkan silabus pembelajaran sesuai dengan tugas pokoknya masing-masing.



-6-



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



DAFTAR PUSTAKA Majid, A. (2005). Perencanaan pembelajaran: Mengembangkan standar kompetensi guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Makmun, A. S. (2005). Psikologi kependidikan, perangkat sistem pengajaran modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Muhaimin (2004). Paradigma pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sagala, H. S. (2006). Administrasi pendidikan kontemporer. Bandung: Alfabeta. Sudjana, H. N. (2009). Penelitian tindakan kepengawasan, konsep dan aplikasinya bagi pengawas sekolah/madrasah. Jakarta: Binamitra Publishing. Surya, M. (2003). Psikologi pembelajaran dan pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya



-7-



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



PENGGUNAAN SISTA DALAM PEMBELAJARAN ARAH GAYA LORENTZ PADA MATA PELAJARAN FISIKA Tutik Sujiyati MAN 1 Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan [email protected] Abstrak Tujuan pelaksanaan praktik baik ini adalah sebagai berikut. (1) Peserta didik dapat memahami arah gaya Lorentz (Fl), arah medan magnetik (B), dan arah arus listrik (I) dan (2) peserta didik dapat mempraktikkan dan menentukan arah gaya Lorentz serta besaranbesaran yang terkait dengan gaya Lorentz. Setelah penggunaan Sista, dapat dilihat bahwa ada kenaikan hasil belajar dari pre-test dan post-test. Jumlah siswa yang tuntas pada pretest adalah 10 peserta didik meningkat menjadi 42 peserta didik. Nilai persentase ketuntasan belajar siswa dan nilai rata-rata kelas pada pre-test mengalami peningkatan persentase ketuntasan pada pre-test dari 23,81% meningkat menjadi 100%, sedangkan nilai rata-rata kelas dari 65,88 meningkat menjadi 85,35 dengan kategori hasil belajar siswa baik dengan ketuntasan klasikal mencapai100%. Berdasarkan hasil pemaparan praktik baik, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. (1) Pembelajaran menggunakan Sista dapat dengan mudah membantu peserta didik dalam mengamati, menentukan dan mengamati arah gaya Lorentz. (2) Penggunaan Sista sebagai alat peraga secara umum mempermudah guru dalam mengajarkan arah gaya Lorentz. (3) Sista sebagai alat peraga dapat diterapkan di sekolah manapun karena menggunakan bahan-bahan yang sederhana dan mudah diperoleh. (4) Pembelajaran menggunakan Sista dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Kata Kunci: gaya Lorentz, medan magnetik, arus listrik, Sista Abstract The objectives of implementing this good practice were as follows. (1) Students could understand the direction of the Lorentz force (Fl), the direction of the magnetic field (B), and the direction of electric current (I) and (2) students could practice and determine the direction of the Lorentz force and the quantities associated with the Lorentz force. After using Sista, it could be seen that there was an increase in learning outcomes from the pretest and post-test. The number of students who completed the pre-test was 10 students that increased to 42 students. The percentage value of student learning completeness and the class average score in the pre-test increased the percentage of completeness in the pre-test from 23.81% to 100%, while the class average score from 65.88 increased to 85.35 with the category ‘good’ with classical completeness reaching 100%. Based on the results of the presentation of good practice, the following conclusions could be drawn. (1) Learning using Sista could easily assist students in observing, determining and observing the direction of the Lorentz force. (2) The use of Sista as a teaching aid in general made it easier for teachers to teach the direction of the Lorentz style. (3) Sista as a teaching aid could be applied in any school because it used simple and easy-to-obtain materials. (4) Learning using Sista could increase student activity in learning. Keywords: Lorentz force, magnetic field, electric current, Sista PENDAHULUAN Pembelajaran berbasis keterampilan proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri pengetahuan yang didasarkan pada pengalaman -8-



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



belajar, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan generalisasi sehingga lebih memberikan kesempatan bagi berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik ini dilaksanakan untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi keterampilan akan bertahan lebih lama dari kompetensi pengetahuan, sedangkan yang akan terus melekat dan dibutuhkan oleh peserta didik adalah sikap. Adapun kompetensi dasar yang berkenaan dengan sikap spiritual adalah KI-1 dan individual-sosial adalah KI-2 dan kompetensi pengetahuan adalah KI-3 (Permendikbud, 2014). Sebagian besar siswa sekolah menengah menganggap fisika adalah mata pelajaran yang sulit dipahami. Dengan banyaknya rumus dan rangkaian peristiwa abstrak yang membutuhkan penalaran, minat siswa dalam belajar fisika tergolong rendah. Beberapa alasan yang sering diungkapkan antara lain adalah kurangnya pemahaman konsep, tidak hafalnya rumus dan lambang besaran, dan kurangnya pemahaman soal dan langkah penyelesaiannya. Akibatnya hasil penilaian fisika selalu rendah. Kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik salah satunya adalah aspek pengetahuan 3.3 dan aspek keterampilan 4.3 tentang gaya Lorentz dan fluks magnetik. Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh pesesrta didik adalah mampu menentukan, mengamati dan memahami arah gaya Lorentz serta menyebutkan arti dari besaran-besaran yang terkait materi gaya Lorentz. Permasalahan di MAN 1 Hulu Sungai Tengah di kelas XII MIPA 1 tahun ajaran 2019/2020 yang muncul ketika guru menjelaskan konsep gaya Lorentz adalah banyaknya peserta didik yang masih belum memahami tentang bagaimana menentukan arah gaya Lorentz (Fl), arah medan magnetik (B), dan arah arus listrik (I) serta mengapa arah gaya Lorentz bisa berubah-ubah. Banyak juga peserta didik yang kebingungan dan merasa kurang mampu untuk memahami baik secara teori maupun secara matematis tentang konsep gaya lorentz. Masalah lainnya untuk mata pelajaran fisika di MAN 1 HST adalah pertemuannya terbatas serta kurangnya minat belajar peserta didik ketika guru menjelaskan materi gaya lorentz dengan menggunakan buku pegangan peserta didik. Konsep gaya Lorentz ini bersifat abstrak sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang bersifat nyata/konkret. Untuk memecahkan masalah tersebut, maka dalam pembelajaran fisika dibutuhkan alat peraga. Alat peraga yang sudah dirancang sedemikian rupa diharapkan juga mampu meningkatkan minat belajar dan hasil belajar peserta didik yang lebih meningkat dibandingkan dengan metode ceramah yang dilakukan guru sebelumnya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik menggunakan Sista (Sistem Gaya Lorentz) yang telah dibuat dari bahan yang mudah didapat seperti kayu/balokan, mistar dan bahan lainnya untuk mengamati arah gaya Lorentz. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut. (1) Bagaimana peserta didik dapat memahami arah gaya Lorentz (Fl), arah medan magnetik (B), dan arah arus listrik (I)? dan (2) bagaimana peserta didik dapat mempraktikkan dan menentukan arah gaya Lorentz serta besaran-besaran yang terkait dengan gaya Lorentz? -9-



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



Berdasarkan permasalahan dalam pembelajaran gaya Lorentz maka tujuan pelaksanaan praktik baik ini adalah sebagai berikut. (1) Peserta didik dapat memahami arah gaya Lorentz (Fl), arah medan magnetik (B), dan arah arus listrik (I) dan (2) peserta didik dapat mempraktikkan dan menentukan arah gaya Lorentz serta besaran-besaran yang terkait dengan gaya Lorentz. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH Adapun strategi pemecahan masalah yang dilakukan oleh penulis adalah dengan merancang dan menggunakan alat peraga SISTA (Sistem Tiga Arah) yang telah dibuat dengan bahan yang mudah didapat. Sudjana (2009) berpendapat bahwa menggunakan alat peraga dapat menambah minat dan perhatian siswa untuk belajar serta memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada diri siswa. Dalam menggunakan Sista (Sistem tiga arah), penulis melakukan tahapan berikut. (1) Tahap persiapan yang meliputi guru memaparkan tujuan pembelajaran dari materi gaya Lorentz, guru memaparkan tahapan dari penggunaan Sista (Sistem tiga arah), dan guru memberikan contoh penggunaan Sista (Sistem tiga arah).



Gambar 1. Guru memberikan contoh penggunaan Sista Pada tahap pelaksanaan, langkah pembukaan mencakup kegiatan berupa siswa dibagi ke dalam 6 kelompok yang beranggotakan 5-7 orang, guru memberikan gambaran sekilas materi pembelajaran berkaitan dengan tujuan pembelajaran yang telah disampaikan sebelumnya, dan guru memaparkan tugas yang akan dikerjakan oleh peserta didik



Gambar 2. Penggunaan Sista dalam kelompok



- 10 -



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



Pada langkah penggunaan Sista, beberapa kegiatan berlangsung, yakni guru menunjuk seorang peserta didik untuk melakukan demonstrasi penggunaan Sista, guru memastikan seluruh peserta didik memperhatikan temannya yang sedang melakukan percobaan penggunaan Sista, dan seluruh peserta didik dalam kelompoknya masing-masing melaksanakan penggunaan Sista sesuai dengan petunjuk dan contoh yang ada.



Gambar 3. Siswa melakukan praktik penggunaan sisita dengan bantuan guru Langkah akhir penggunaan Sista meliputi kegiatan berupa peserta didik mengerjakan lembar aktivitas siswa (LAS), diadakan tes untuk mengetahui kemampuan peserta didik, dan guru memberikan kesimpulan akhir dari pembelajaran.



Gambar 4. Siswa menjawab lembar aktivitas siswa



HASIL YANG DICAPAI Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa dalam kelompok bekerja sama dan berinteraksi dengan temannya untuk menggunakan Sista agar dengan mudah dapat menentukan arah gaya Lorentz. Selain itu, dalam kelompok siswa aktif bertanya, menjawab dan menanggapi teman sekelompoknya tentang hasil dan pemecahan soal-soal yang diberikan oleh guru terhadap masing-masing kelompok. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa mencoba memvariasikan arah, di antaranya adalah arah gaya Lorentz (Fl), arah medan magnetik (B), dan arah arus listrik (I). Selain itu, siswa juga mencoba menghitung besaran yang bersangkutan dengan gaya Lorentz. Dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75, dapat disusun kategori atau predikat hasil belajar sebagai berikut.



- 11 -



PROEDU JURNAL ILMIAH KEPENDIDIKAN – ISSN 2716-0076 – VOL. 3 NO. 2 APRIL 2022



No. 1. 2. 3. 4.



Nilai Kategori 90-100 Amat Baik 83-89 Baik 75-82 Cukup