Proposal Meditasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENGABIDAN MASYARAKAT



PENGARUH MEDITASI TERHADAP GANGGUAN KECEMASAN



DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO GORONTALO 2022



PRAKATA Kegiatan Penyuluhan Dosen Program Studi Ners untuk pengabdian masyarakat dengan tema “Pengaruh Meditasi Terhadap Gangguan Kecemasan” adalah pengabdian Dosen Program Studi Ners kepada masyarakat yang dikemas dalam model paket pengabdian yang mengintegrasikan antara pengabdian pada masyarakat. Laporan ini dibuat sebagai bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan kegiatan dimaksud, bahan monitoring dan evaluasi keseluruhan proses di lapangan serta sebagai dokumentasi dari proses yang telah dijalani. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 15 juli 2022, dengan target luaran utama dapat dilihat pada ringkasan pada bagian sebelumnya. Besar harapan kami agar kegiatan semacam ini dapat beroleh dukungan untuk tahapan selanjutnya. Gorontalo, 15 Juli 2022



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Kesehatan Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering kali sulit didefinisikan. Orang yang dianggap sehat apabila mereka mampu menjalankan peran dalam masyarakat, perilaku mereka pantas dan adaptif. Seseorang akan dianggap sakit jika tidak mampu menjalankan peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya yang tidak pantas. Masyarakat memiliki kebudayaan yang sangat mempengaruhi definisi sehat dan sakit. Kesehatan jiwa menjadi salah satu visi dalam pembangunan kesehatan Indonesia antar lain dengan menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk dapat hidup sehat, peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, monitoring dan informasi kesehatan serta meningkatkan pemberdayaan pada masyarakat. Masalah kesehatan jiwa secara tidak langsung dapat menurunkan produktifitas, apalagi jika gangguan jiwa dimulai sejak usia produktif. Untuk dapat mengantisipasi hal tersebut, maka diperlukan pelayanan kesehatan jiwa yang komprehensif, holistic dan paripurna. Kegiatan dapat dilakukan dengan menggerakkan dan memberdayakan seluruh protensi yang dimiliki masyarakat, yaitu warga masyarakat itu sendiri. Tokoh masyarakat, dan tenaga kesehatan. Masalah kesehatan jiwa memiliki ruang lingkup yang luas dan kompleks serta tidak dapat terpisahkan dari kesehatan terutama dalam mewujudkan kualitas hidup manusia. Perawat merupakan “Agent of change” yang mampu memberikan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan jiwa. Perawat yang selanjutnya disebut sebagai perawat Community Mental Health Nursing (CMHN) merupakan jendela utama dari setiap permasalahan kesehatan jiwa di komunitas yang memiliki kredibilitas sebagai professional di masyarakat. Melalui hubungan professional dengan klien, pemberdayaan proses keperawatan bersama masyarakat untuk menyelesaikan maslaah yang ada di sekitar seiring dengan kebijakan kesehatan dan upaya dalam pengembangan sumber penyembuhan masyarakat. Perkembangan individu terjadi antara dimensi fisik, kognitif, psikososial, moral dan spiritual. Masing-masing dimensi mempunyai peran yang sama penttingnya untuk membentuk kepribadian yang utuh. Gangguan jiwa menjadi salah satu masalah kesehatan dan masih banyak ditemukan pada masyarakat demikian di wilayah Telaga Biru.



Gangguan emosi dan perilaku merupakan masalah yang serius dalam perkembngan dan menurunkan produktivitas serta kualitas hidup pada anak. Berbagai stressor psikososial seperti adanya penyakit fisik, pola asuh tidak adekuat, kekerasan dalam rumah tangga, hubungan dengan teman sebaya yang tidak adekuat, serta kemiskinan dapat mempengaruhi proses perkembangan kognitif anak sehingga terbentuk pandangan negative terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Menurut data yang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2021 mengungkapkan bahwa total penderita gangguan jiwa sebanyak 1479 orang, salah satunya yaitu Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 702 orang. Kecamatan Telaga Biru merupakan bagian dari Kabupaten Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah A. Konsep Meditasi Meditasi merupakan suatu teknik pelatihan pemusatan pikiran dan konsentrasi untuk mewujudkan keseimbangan energi positif dan energi negatif dalam diri manusia agar lebih waspada dan bijaksana (Merta Ada, 1999). Energi positif dalam pikiran muncul dan dibentuk oleh suatu kondisi yang mengarah pada hal-hal yang bersifat positif, seperti cinta kasih, keyakinan, kesadaran, ketenangan dan kebijaksanaan. Sementara itu, energi negatif dibangun dan diciptakan oleh kondisi pikiran yang selalu memunculkan rasa khawatir, sombong, keserakahan, ragu-ragu, putus asa, dan lain-lain. Oleh karena itu, kedua energi ini sangat mempengaruhi kondisi dan perilaku manusia. Berbeda dengan Merta Ada, Walters (1996) menjelaskan bahwa meditasi, pada dasarnya, dimulai pada saat pikiran dan emosi telah tenang. Suatu keadaan di mana kesadaran batin begitu intens, suatu keadaan di mana perhatian seseorang ridak lagi terikat pada parade kehidupan yang diwarnai masa lalu dan problema, melainkan sepenuhnya terikat pada pengalaman suprasadar (superconscious experience). Menurut Walters (1996:13), tingkatan kesadaran manusia tidak hanya sadar (conscious) dan di bawah sadar (subconscious), namun terdapat tingkatan kesadaran yang jauh lebih tinggi sebagai sumber dari semua kesadaran (1996:14). Meditasi juga bisa didefinisikan sebagai semua latihan yang tujuan utamanya adalah mencapai kesadaran suprasadar atau superconscious awareness (Walters, 1996:13). Cara



untuk untuk menyesuaikan diri dengan supra kesadaran (superconsciousness) adalah lewat meditasi. Meditasi adalah suatu proses untuk kembali ke pusat diri, yaitu proses belajar untuk berhubungan dengan hidup dan lingkungan di mana Anda berada, dan bukan dengan apa yang dijabarkan orang lain tentang Anda (Walters, 1996:16). B. Teknik Meditasi Untuk melakukan teknik meditasi yang baik dan benar, maka peserta meditasi dianjurkan untuk mengikuti prosedur sikap tubuh yang kondusif. Pada umumnya, terdapat empat jenis sikap tubuh yang dianjurkan, yaitu sebagai berikut : a. Menggunakan Kursi Posisi atau sikap tubuh ini adalah dengan cara duduk diatas sebuah kursi tanpa bersandar (kaki dibiarkan mengarah ke lantai) dan meletakkan (menyatukan) punggung telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri. b. Posisi Bunga Teratai Terbuka Posisi Bunga Teratai Terbuka adalah dengan sikap duduk bersila dan memasukkan lekukan kaki kiri ke arah dalam lekukan kaki kanan. Pada posisi ini, sikap telapak tangan sama dengan posisi sikap tubuh dengan menggunakan kursi (posisi a). c. Posisi Bunga Teratai Setengah Terbuka Posisi Bunga Teratai Setengah Terbuka hanya memiliki perbedaan sikap kaki dibandingkan Sikap Bunga Teratai Terbuka. Pada posisi ini, sikap kaki serupa dengan sikap kaki bersila pada umumnya, yaitu salah satu lekukan kaki berada dibawah lekukan kaki lainnya. Sikap atau posisi tangan sama dengan psoisi lainnya. d. Posisi Santai. Posisi ini merupakan posisi yang lebih rileks dari posisi bunga teratai setengah terbuka, yaitu salah satu lekukan kaki tidak dihimpit oleh lekukan kaki lainnya- salah satu kaki dibiarkan berselonjor ke arah depan. Empat posisi tubuh tersebut merupakan sikap tubuh yang kondusif untuk melakukan meditasi yang baik dan benar. Meskipun meditasi dapat dilakukan kapanpun, dalam bentuk atau posisi yang relatif bebas dan dimana saja, namun untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka sikap tubuh yang benar akan mempengaruhi hasil akhir yang diinginkan tersebut.



Lebih dari itu, substansi meditasi adalah mengajarkan tentang bagaimana memperkuat konsentrasi, kewaspadaan dan kebijaksanaan pikiran agar kesehatan dan keharmonisan aspek psikis dapat tercipta. Kemudian kualitas pikiran harmonis ini yang akan digunakan dan ditransfer kedalam tubuh untuk menciptakan kondisi tubuh yang sehat pula (Merta Ada, 1999:3). Luh Ketut Suryani (2001) mengatakan bahwa meditasi adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dengan cara memusatkan perhatian yang banyak ini menjadi satu perhatian sehingga atma, atau spirit, atau roh akan berfungsi dan mengambil alih fungsi mental, atau pikiran, atau logika, dan memfungsikan tubuh semaksimum mungkin untuk melaksanakan tugasnya dalam kehidupan di dunia ini (Suryani, 2001: 44). Menurut Suryani, parameter berhasil melakukan latihan meditasi Pada dasarnya kecemasan mempunyai fungsi yang positif dalam diri seseorang, antara lain sebagai kesiapan bertindak menghadapi bahaya dan meningkatkan motivasi dalam kompetisi. Akan tetapi, apabila intensitas kecemasan melebihi batas normal, maka muncullah apa yang disebut anxiety disorders, yaitu gangguan kecemasan (neurosa) dalam diri individu. Secara umum, bentuk-bentuk gangguan kecemasan dan gejala-gejalanya adalah sebagai berikut (Supratiknya, 1995:34). 1. Phabic Disorders Dikenal dengan istilah phobia, yaitu ketakutan yang tetap dan irrasional terhadap objek, aktifitas atau situasi tertentu yang bagi orang normal tidak berbahaya. Penderita menyadari bahwa ketakutannya tersebut irasional, akan tetapi ia tidak dapat menghindar kecuali ia berusaha menjauhi sumber ketakutan tersebut. Beberapa contoh phobia adalah: a. Agoraphobia, adalah ketakutan pada situasi atau tempat umum yang tidak begitu dikenal oleh penderita. Misalnya: di pasar, di jalan atau di tempat umum. b. Social



Phobia,



adalah



ketakutan



yang



irrasional



pada



situasi



sosial.



Misalnya:takut berbicara,diperhatikan dan memperlihatkan diri pada orang lain. c. Simple Phobia, adalah ketakutan selain pada tempat umum dan situasi sosial. Misalnya: takut akan ketinggian, pada binatang tertentu. Contoh phobia terhadap binatang, yaitu: -



Arachnophobia, adalah ketakutan pada laba-laba.



-



Ornithophobia, adalah ketakutan pada hewan berbulu, misalnya burung, kucing.



2. Generalized Anxiety Disorders Merupakan gangguan kecemasan terhadap situasi umum. Simptom-simptom gangguan kecemasan umum adalah sebagai berikut : a. Ketegangan otot sehingga menjadi gemetar. b. Sering tergesa-gesa c. Mudah lelah d. Mudah merasa tertekan e. Merasa sakit f. Jantung berdebar g. Nafas tidak teratur h. Diare i. Sering buang air besar j. Mulut kering k. Mudah tersinggung l. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan 3. Panic Disorders Adalah individu yakin sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Gejala-gejalanya adalah sebagai berikut : a. Jantung berdebar b. Kehabisan nafas c. Berkeringat d. Pusing e. Tidak seimbang 4. Obsessive Compulsive Disorders Yaitu perilaku abnormal berupa dorongan untuk melakukan suatu aktifitas tertentu secara berulang-ulang karena obsesi yang tidak bisa ditahan (perfeksionis). 5. Post Traumatic Stress Disorders



Adalah gangguan stress setelah individu mengalami peristiwa/tragedi traumatis. Penyebabnya antara lain adalah peperangan, kecelakaan pesawat, gempa bumi, pemerkosaan. Simptomnya adalah sebagai berikut : a. Reexperiencing The Traumatic Event Mengalami kembali kejadian traumatic dalam ingatan. Misalnya berupa mimpi buruk. b. Avoidance Menghindari aktifitas/situasi yang mengingatkan kembali pada kejadian traumatis. c. Reduce Responsiveness Yaitu rendahnya respon terhadap dunia luar. d. Increased Arousal, anxiety, guilt Yaitu peningkatan kewaspadaan, merasa bersalah dan muncul kecemasan. Berdasarkan sekelumit penjelasan tentang gangguan kecemasan tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa gangguan kecemasan merupakan suatu reaksi psikologis individu yang merepresentasikan kondisi maladaptifnya terhadap suatu konflik. Reaksi psikologis tersebut tampak pada perilaku-perilaku yang destruktif, seperti perasaanperasaan ketakutan yang luar biasa, sulit mengambil keputusan, pola pikir, dan perilaku withdrawl. Penjabaran di atas juga menyimpulkan bahwa simtom-simtom psikosomatis termasuk bukti dari keterkaitan kecemasan dengan gangguan fisiologis. Hal itu tercermin pada gejala-gejala jantung yang berdebar-debar, ketegangan otot, berkeringat, diare, pusing dan hilangnya keseimbangan tubuh. Munculnya simtom-simtom tersebut, tentu saja memerlukan suatu pendekatan psikologis yang dapat menangani reaksi-reaksi psikofisis di atas agar terkendali dan lebih baik. Oleh karena itu, penulis berasumsi bahwa aspek kecermatan dan profesionalisme seorang terapis sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi jenis kecemasan, maupun penanganannya dengan menggunakan suatu pendekatan atau metode psikologis yang relevan.



C. Metode-Metode yang Mempengaruhi Penurunan Tingkat Kecemasan Seiring dengan penjelasan gangguan kecemasan pada bagian sebelumnya, maka perlu kiranya untuk mendeskripsikan metode-metode atau pendekatan-pendekatan psikologis yang dapat mempengaruhi penurunan tingkat kecemasan tersebut. Oleh karena itu, berikut ini penulis menyajikan beberapa pendekatan psikologis yang dapat diangggap representatif untuk menangani gangguan kecemasan. 1. Modifikasi Perilaku Metode modifikasi perilaku merupakan suatu teknik psikoterapi kontemporer yang menekankan pada perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dengan cara menggunakan teknik behavioral dan fungsi kognitif klien. Pada dasarnya, metode modifikasi perilaku ini berorientasi pada perubahan cara pandang yang irasional dan membiasakan jenis perilaku lainnya yang lebih efektif dalam menghadapi suatu masalah. Untuk menggunakan jenis metode ini, terapis diharapkan agar menguasai dasar-dasar asumsi teoritis dan teknik terapi behavioristik tentang pembiasaan perilaku baru, serta mengubah cara pandang kognitif klien ke arah yang lebih baik. Jadi, dengan aplikasi tersebut individu dapat lebih efektif untuk mengelola kecemasan yang muncul dari dalam dirinya. 2. Positive Thinking Pada dasarnya, metode positive thinking ini merupakan unsur parsial dari modifikasi perilaku. Namun metode ini lebih berorientasi pada unsur kognitif individu yang direkonstruksi untuk lebih rasional dan konstruktif dalam memandang suatu masalah. Aplikasi metode positive thinking adalah bagaimana individu dapat lebih baik dan sugestif dalam memandang suatu masalah, baik dalam menghadapi suatu masalah maupun merumuskan solusinya secara bertanggung-jawab. 3. Assosiasi Bebas (Free Association) Metode assosiasi bebas merupakan metode psikoterapi yang dikembangkan oleh Sigmeund Freud (psikoanalisis). Pada metode ini, klien diminta untuk menceritakan seluruh beban psikologis yang ia alami kepada psikolog atau terapis. Freud beranggapan bahwa beban psikologis yang tidak terpecahkan dan direpres ke alam asadar dalam rentang periode tertentu, mengakibatkan penimbunan masalah psikis sehingga menimbulkan perilaku regresi pada saat individu tidak mampu lagi



mengendalikan keseimbangan psikologisnya. Pada saat itu, perilaku yang muncul merupakan proyeksi regresif dari alam asadar. Oleh karena itu, individu harus menuangkannya dalam bentuk konseling yang dibantu dengan stimulasi-stimulasi dari konselor agar bentuk-bentuk abnormalitas dapat diketahui dengan pasti. Jadi, prosedural teknik terapi asosiasi bebas ini dianggap dapat mengungkap kecemasan dalam diri individu, khususnya tentang penyebab atau pembentuk neurotik dan kesadaran klien tentang kecemasan yang dialaminya. 4. Terapi Realitas Terapi realitas merupakan jenis metode atau pendekatan psikologis dari ahli eksistensial-humanistik. Mereka berpandangan bahwa eksistensi manusia adalah adanya kecenderungan untuk mengaktualisasikan dirinya. Disamping itu, individu tidak mungkin lari dari kebebasan menuju arah aktualisasi diri, sedangkan kebebasan dan tanggung-jawab merupakan dua elemen yang integratif. Menurut pandangan ahli eksistensial-humanistik kecemasan muncul sebagai akibat kesadaran terhadap kebebasan dan tanggung-jawab tersebut dan kesadaran akan keterbatasan individu yang dibatasi oleh peristiwa kematian yang tidak terelakkan. Terapi realitas menekankan pada peningkatan kesadaran dan pemahaman individu tentang eksistensi dan potensinya serta mengarahkan proses aktualisasi individu secara bertanggung-jawab. Pada jenis metode ini, terapis diharapkan dapat membangun hubungan friendship yang fleksibel dengan klien dan memberikan kebebasan penuh kepada klien untuk merefleksikan keberadaannya. Aspek fundamental dari proses terapi realita ini adalah mengelaborasi potensi klien kearah aktualisasi diri dengan membangkitkan pemahaman dan insight yang substansial tentang keberadaan kebebasan dan tanggung-jawab di masa sekarang dan masa yang akan datang. Jadi, dengan pemahaman itu klien dapat menangani masalah-masalah kecemasan yang timbul dalam proses menuju aktualisasi diri tersebut.



BAB II SOLUSI & TARGET 2.1. Solusi Solusi yang dialkukan adalah memberikan penyuluhan tentang “Pengaruh Meditasi Terhadap Gangguan Kecemasan ” di Universitas Muhammadiyah Gorontalo agar dapat memberikan pengetahuan dan antisipasi kepada masyarakat. dengan terhadap bahaya menurunkan kecemasan. 2.2. Target Target dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini, yaitu: 1. Masyarakat dapat mengetahui cara menurunkan kecemasan. 2. Masyarakat dapat memahami cara meditasi 3. Publikasi jurnal pengabdian masyarakat



BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Mekanisme pelaksanaan kegiatan penyuluhan meliputi tahapan berikut: 1. Konsultasi dengan preceptor 2. Menyiapkan alat dan bahan untuk kegiatan penyuluhan, seperti: a. Baliho b. Leaflet c. Music d. Konsumsi 3.2 Pelaksanaan Bentuk kegiatan yang akan dilaksnakan oleh dosen profesi ners adalah tentang “Pengaruh Meditasi Terhadap Gangguan Kecemasan ”. Metode kegiatan yang dilakukan pada kegiatan ini adalah penyuluhan edukasi dengan bantuan leaflet, ceramah, diskusi dan daftar hadir terlampir



DAFTAR PUSTAKA Ada, Merta. 1999. Meditasi Kesehatan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Atkinson, Rita, L & Atkinson, Richard, C & Smith, Edward, E & Bem, Daryl, J. Pengantar Psikologi (terjemahan). Jilid Dua. Batam: Interaksara. Azwar, Syaifuddin. 1999. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Caplin, J, P. 1999.Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Corey, Gerald. 1997. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Hall,Calvin & Lindzey,Gardner. 1993.Teori-Teori Psikodinamik.Yogyakarta: Kanisius Kartini, Kartono. 1989. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju. ----------------------. 2007. Meditasi dengan AlQuran. http://www.obedilleh.web.id Krishna, Anand. 2000. Meditasi Untuk Manajemen Stres & Neo Zen Reiki Untuk Kesehatan Jasmani dan Rohani. Jakarta: PT. Gramedia Psutaka Utama. Lubis, Bahril Hidayat. 2002. Dialektika Psikologi dan Pandangan Islam. Pekanbaru: UNRI Press Maramis, W, F. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. Notosoedirdjo, Moeljono & Latipun. 2001. Kesehatan Mental. Malang:Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. Partosuwido, Sri, Rahayu. 2000. Peran Psikologi di Indonesia (Psikologi Kesehatan). Yogyakarta: Yayasan Pembina Fakultas UGM Yogyakarta. Rahayu, Sri. 1998. Diktat Psikologi Konseling. Yogyakarta: Tidak diterbitkan. Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta:Kanisisus. Suryani, Luh, Ketut. 2001. Menemukan Jati Diri dengan Meditasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.



SATUAN ACARA PENYULUHAN 1. Materi : Dampak Gadget Untuk Proses Perkembangan Anak 2. Hari/tanggal : Kamis, 13 Januari 2022 3. Waktu : 09.00 Wita 4. Tempat : SDN 8 Telaga Biru 5.



Sasaran : Anak/siswa Sekolah



A. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah dilakukan penyuluhan, anak sekolah dasar mampu mengetahui dampaknya gadget untuk proses perkembangan anak . Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit, diharapkan klien dapat : a. Menyebutkan pengertian gagdet b. Menyebutkan jenis-jenis gadget c. Menyebutkan Durasi Penggunaan gadget d. Menyebutkan Tanda dan gejala kecanduan gadget pada anak e. Menyebutkan dampak penggunaan gadget pada anak-anak f. Menyebutkan dampak penggunaan gadget pada perkembangan anak B. Pelaksanaan Kegiatan 1. Pengertian gadget 2. Jenis-jenis gadget 3. Durasi Penggunaan gadget



4. Tanda dan gejala kecanduan gadget pada anak 5. Dampak penggunaan gadget pada anak-anak 6. Dampak penggunaan gadget pada perkembangan anak Materi Penyuluhan : 20 C. Metode 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab D. Media 1. Music 2. Leflate E. Pengorganisasian 1. Moderator : Mengendalikan jalannya penyuluhan 2. Pemateri : memaparkan materi 3. Fasilitator : memfasilitasi peserta penyuluhan F. Kegiatan Penyuluhan



NO



WAKTU



1.



5 Menit



KEGIATAN



KEGIATAN



PENYULUHAN



PESERTA



Pembukaan :



1. Menjawab



1. Mengucap salam



2. Mendegarkan



2. Memperkenalkan diri



3. memperhatikan



3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan 4. Menyebutkan materi yang akan diberikan



METODE Ceramah



5. Kontrak waktu 2.



15 menit



Isi :



1. Menyimak



Penyajian materi tentang :



2. Memperhatikan



Ceramah



1. Pengertian kesehatan mental 2. Penyebab kesehatan mental 3. Gejala kesehatan mental 4. Factor resiko kesehatan mental 5. Pencegahan kesehatan mental 6. Pengobatan kesehatan mental 3.



7 menit



Evaluasi :



1. Masyarakat bertanya



Ceramah



1. Menyimpulakan



2. Masyarakat



dan Tanya



penyuluhan 2. Menyampaikan secara



menjawab



jawab



pertanyaan



singkat materi 3. Memberikan kesempatan masyarakat bertanya kepada penyuluh 4. Penyuluh menanyakan kepada masyarakat tentang materi yang telah diberikan 4.



3 menit



Penutup :



1. Mendegarkan



1. Menyampaikan



2. Menjawab salam



kesimpulan



Ceramah



2. Mengucapkan



terima



kasih atas perhatikan masyarakat 3. Mengucapkan



terima



kasih atas peran serta masyarakat 4. Mengucapkan



salam



penutup.



G. Setting Tempat 1



2



2



2



Ket : 1. Penyuluh 2. Masyarakat H. Evaluasi 1. Evaluasi Sruktur a. Alat dan media sesuai rencana b. Peran dan fungsi masing-masing sesuai yang direncanakan 2. Evaluasi Proses a. Pelaksanaan preplening sesuai alokasi waktu b. Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif



c. Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal – hal yang diajukan oleh penyuluh pada saat evaluasi



MATERI PENYULUHAN PENGARUH MEDITASI TERHADAP GANGGUAN KECEMASAN A. Pengertian Meditasi Meditasi merupakan suatu teknik pelatihan pemusatan pikiran dan konsentrasi untuk mewujudkan keseimbangan energi positif dan energi negatif dalam diri manusia agar lebih waspada dan bijaksana (Merta Ada, 1999).



B. Teknik Meditasi Untuk melakukan teknik meditasi yang baik dan benar, maka peserta meditasi dianjurkan untuk mengikuti prosedur sikap tubuh yang kondusif. Pada umumnya, terdapat empat jenis sikap tubuh yang dianjurkan, yaitu sebagai berikut : e. Menggunakan Kursi Posisi atau sikap tubuh ini adalah dengan cara duduk diatas sebuah kursi tanpa bersandar (kaki dibiarkan mengarah ke lantai) dan meletakkan (menyatukan) punggung telapak tangan kanan diatas telapak tangan kiri. f. Posisi Bunga Teratai Terbuka Posisi Bunga Teratai Terbuka adalah dengan sikap duduk bersila dan memasukkan lekukan kaki kiri ke arah dalam lekukan kaki kanan. Pada posisi ini, sikap telapak tangan sama dengan posisi sikap tubuh dengan menggunakan kursi (posisi a). g. Posisi Bunga Teratai Setengah Terbuka Posisi Bunga Teratai Setengah Terbuka hanya memiliki perbedaan sikap kaki dibandingkan Sikap Bunga Teratai Terbuka. Pada posisi ini, sikap kaki serupa dengan sikap kaki bersila pada umumnya, yaitu salah satu lekukan kaki berada dibawah lekukan kaki lainnya. Sikap atau posisi tangan sama dengan psoisi lainnya. h. Posisi Santai. Posisi ini merupakan posisi yang lebih rileks dari posisi bunga teratai setengah terbuka, yaitu salah satu lekukan kaki tidak dihimpit oleh lekukan kaki lainnya— salah satu kaki dibiarkan berselonjor ke arah depan.



DAFTAR PUSTAKA Ada, Merta. 1999. Meditasi Kesehatan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Atkinson, Rita, L & Atkinson, Richard, C & Smith, Edward, E & Bem, Daryl, J. Pengantar Psikologi (terjemahan). Jilid Dua. Batam: Interaksara. Azwar, Syaifuddin. 1999. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Caplin, J, P. 1999.Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.



Corey, Gerald. 1997. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.