Proposal Poltek Gigi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT (OHI-S) PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB NEGERI KUALA TUNGKAL TAHUN 2019



PROPOSAL PENELITIAN



Oleh : Bunga Novita Sari PO. 71251190051



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN JAMBI ALIH JENJANG KEPERAWATAN GIGI



HALAMAN PERSETUJUAN



HASIL PENGESAHAN KELULUSAN



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas berkah rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini yang berjudul Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi Anak Dengan Status Kebersihan Gigi dan Mulut Pada Murid SLB Negeri Kuala Tungkal Tahun 2019. Serta tak lupa pula shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Bimbingan dan bantuan telah banyak diiberikan dalam penyusunan Proposal Penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis ucapkan banyak terima kasih kepada : 1. 2. 3. 4. 5. Penulis banyak menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan proposal skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan dan pengembangan lebih lanjut. Semoga Proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis ,



September 2019



Penulis



DAFTAR ISI



BAB I



A. LATAR BELAKANG Pembangunan



dibidang



kesehatan



gigi



merupakan



bagian



integral



pembangunan kesehatan nasional. Artinya dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pembangunan dibidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan, demikian juga sebaliknya, bila ingin melaksanakan kegiatan dibidang kesehatan gigi tidak boleh dilupkan kerangka yang lebih luas, yaitu, pembangunan dibidang kesehatan umumnya(Suwelo,1992) Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal yang sangat penting. Beberapa masalah gigi dan mulut bisa terjadi karena kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut misalnya karies atau lubang pada gigi, karies dapat mengenai siapa saja tanpa mengenal usia Anak merupakan usia rentan terhadap karies dan penyakit mulut lainnya karena masih memerlukan bantuan dari orang tua maupun keluarga untuk membimbing dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya begitu pula pada anak berkebutuhan khusus yang memiliki resiko yang sangat tinggi pada masalah kebersihan gigi dan mulutnya karena memiliki keterbatasan dalam dirinya. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki keterbatasan mental, fisik dan emosi yang berbeda dengan anak normal.(jurnal abk) Sesuai dengan UU RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang disebut Anak yaitu “Seseorang yang belum berusia 18 tahun (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan” perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan



martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak yang menyandang cacat adalah anak yang mengalamihambatan fisik dan/ atau mental sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan secara wajar. Pedoman Dasar Anak Bekebutuhan Khusus (Pedoman ABK) ,(DfES,2001) menyatakan bahwa anak anak dikatakan berkebutuhan khusus jika mereka memiliki kesulitan belajar sehingga menuntut dibuatnya ketentuan pendidikan khusus untuk mereka. Anak anak dikatakan memiliki kesulitan belajar jika mereka a. Memiliki kesulitan belajar yang jauh lebih besar dibandingkan kebanyakan anak di usia mereka; atau b. Meiliki ketidakmampuan yang menghambat atau menghalangi mereka dalam menggunakan fasilitas pendidikan yang umumnya disediakan untuk anak anak seusia mereka disekolah; c. Berada dalam usia wajib belajar dan memenuhi definisi (a) atau (b) diatas, atau akan memenuhi definisi tersebut jika ketentuan pendidikan khusus tidak dibuat untuk mereka. Anak anak tidak boleh dianggap memiliki kesulitan belajar semata mata karena bahasa atau ragam bahasa yang mereka gunakan dirumah berbeda dari bahasa yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Pedoman ABK (DfES, 2001) menunjukkan empat wilayah prinsip dari kebutuhan pendidikan khusus : 1. Komunikasi dan interaksi 2. Kognisi dan pembelajaran 3. Perkembangan tingkah laku, emosional dan social 4. Kebutuhan sensori dan/atau fisik.



Ketika sekolah mulai diwajibkan pada tahun 1870, anak anak dengan disabilitas dilihat sebagai individu yang tidak cocok untuk ditemaptkan di sekolah umum dan menjadi tanggung jawab otoritas kesehatan. Hal ini menyebabkan anak anak dengan disabilitas tidak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan melakukan aktivitas yang tersedia disekolah umum. Anak anak ini dipandandang kurang sempurna sehingga mereka kerap diasingkan dan ditolak oleh masyarakat. Model disabilitas ini adalah “model medis” yang menyiratkan bahwa individu disabilitas didefinisikan secara spesifik berdasarkan kondisi kesehatannya. Model ini berdasarkan pandangan bahwa individu disabilitas bergabtung sepenuhnya pada petugas medis dan model lebih ini lebih berfokus pada penyakit daripada kesehatan. Inti dari pendekatan ini adalah pandangan bahwa ABK dianggap “cacat”. (Clough dan Corbett,2000,hal 12) Tahun 1988 merupakan titik balik dan awal kemunculan `model social` disabilitas di Inggris dengan diperkenalkannya Undang Undang Reformasi Pendidikan. Undang Undang ini memaparkan syarat syarat yang dibutuhkan agar setiap anak memiliki hak untuk mengakses “kurikulumyang seimbang dan menyeluruh, yang relevan dengan kebutuhan individu anak` (OPSI) (Office of Public Sector Information, 2008). Pedoman ini disambut baik oleh orang tua karena pedoman tersebut menegaskan bahwa orang tua memliki hak untuk memilih sekolah umum bagi ABK. Dan, jika pilihan ini diambil, dinas pendidikan memiliki kewajiban untuk melakukan segala hal yang mungkin guna menyediakan dukungan yang dibutuhkan agar anak anak tersebut dapat meng akses pendidikan umum (GovernorNet, 2008).



SLB Negeri Kuala Tungkal adalah salah satu sekolah milik Pemerintah Daerah Kabaupaten Tanjung Jabung Barat yang berdiri sejak tahun1983. SLB Negeri Kuala Tungakal belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya.



B. RUMUSAN MASALAH Bagaimanakah hubungan pengetahuan dan kebersihan gigi dan mulut pada anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Kuala Tungkal pada tahun 2019?



C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan dan kebersihan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Kuala Tungkal Tahun 2019 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pengetahuan anak berkebutuhan Khusus pada SLB Negeri Kuala Tungkal Tahun 2019 b. Mengetahui hubungan pengetahuan dan kebersihan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Kuala Tungkal Tahun 2019



D. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi pihak SLB Negeri Kuala Tungkal untuk mengetahui tentang Kesehatan gigi dan Mulut peserta didiknya. 2. Anak berkebutuhan khusus di SLB negeri Kuala Tungkal mampu menyikat gigi sendiri dengan baik dan benar secara mandiri



3. Dengan hasil penelitian ini puskesmas dapat mengetahui keadaan kebersihan gigi dan mulut anak berkebutuhan khusus di SLB Negeri Kuala Tungkal Tahun2019 4. Bagi pembaca dapat meningkatkan pengetahuan dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Kebersihan Gigi dan Mulut (OHI-S)



1. Debris a. Penegertian debris Debris adalah endapan lunak yang terjadi karena adanya endapan sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi. Debris indeks adalah skor (nilai) dari endapan lunak yang terjadi karena adanya sisa makanan yang melekat pada gigi penentu ( Depkes,1995). b. Cara pemeriksaan debris Pemeriksaan debris dilakukan dengan menggunakan sonde. Sonde diletakkan mendatar pada permukaan gigi dimulai dari 1/3 incisial atau oklusal, jika tidak ada debris maka dilanjutkan pemeriksaan pada 1/3 tengah, apabila bagian ini juga tidak ada debris maka dilanjutkan pemeriksaan pada 1/3 servikal (Herijulianti dkk,2002). c. Kriteria penilaian debris indeks Menurut Herijulianti dkk (2002), kriteria penilaian debris indeks dan menghitung debris indeks adalah sebagai berikut :



Table 1 Krieteria Penilaian Debris Indeks Nilai (Skor) 0 1



Kriteria Penilaian Pada permukaan gigi tidak ada debis atau pewarnaan ekstrinsik Ada debris menutupi tak lebih 1/3 permukaan gigi, atau Tak ada debris



tetapi ada pewarnaan ekstinsik tak tergantung luasnya pada permukaan gigi 2



Debris menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi.



3



Debris menutupi lebih dari 2/3 permukaan gii atau seluruh permukaan gigi (Sumber : Herijulianti dkk,2002)



Rumus debris indeks Debris Indeks = jumlah penilaian debris Jumlah gigi yang diperiksa



2. Kalkulus a. Pengertian Kalkulus Kalkulus Indeks adalah skor (nilai) dari endapan keras (karang gigi) yang terjadi karena debris yang mengalami pengapuran yang melekat pada gigi penentu (Depkes,1995) b. Macam kalkulus Berdasarkan letaknya kalkulus dibedakan menjadi 2 macam bagian : 1. Kalkulus Supragingival yaitu kalkulus yang terletak ditepi gingival margin. 2. Kalkulus subgingival yaitu calculus yang terletak dipermukaan gigi dibawah gingiva (Herijulianti dkk,2002). c. Cara pemeriksaan kalkulus Pemeriksaan kalkulus dengan menggunakan ujung sonde (Depkes,1995). Sonde diletakakan pada permukaan gigi dimulai dari 1/3 insisal atau oklusal lalu ditarik dari distal ke mesial, jika tidak ada karang gigi maka dilanjutkan



pemeriksaan pada 1/3 servikal. Perlu diperhatikan adanya kalkulus subgingival, selalu harus diperiksa pada 1/3 permukaan gigi bagian sevikal (Nio, 1987). d. Kriteria penilaian kalkulus Menurut Herijulianti dkk (2002), kriteria penilaian kalkulus indeks dan menghitung kalkulus indeks adalah sebagai berikut : Tabel 2 Kriteria Penilaian Kalkulus Indeks Nilai (Skor) 0 1 2



3



Kriteria Penilaian Tidak ada karang gigi Ada karang gigi supra gingival menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi. a. Ada karang gigi supra gingival menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi kurang dari 2/3 permukaan gigi atau, b. Ada sedikit karang gigi subgingival pada servikal gigi atau ada keduanya. a. Ada karang gigi supra gingival menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi atau seluruh permukaan gigi atau, b. Ada karang gigi subgingival yang menutupi dan melingkari seluruh servikal gigi. (Sumber : Herijulianti dkk,2002)



Rumus kalkulus indeks Kalkulus indeks = Jumlah penilaian kalkulus Jumlah gigi yang diperiksa



3. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang digunakan Oral Hygiene Simplefied (OHI-S). OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan Debris Indeks dan Kalkulus Indeks (Green dan Vermilion,cit. Herijulianto ddk,2002). OHI-S = DI + CI Kriteria penilaian OHI-S adalah sebagai berikut :



a. Baik (good) apabila nilai berada diantara 0 – 1,2 b. Sedang (fair) apabila nilai berada diantara 1,3 – 3,0 c. Buruk (poor) apabila nilai berada diantara 3,1 – 6,0 Hal hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan OHI-S adalah : a. Gigi Indeks Menurut Herijulianti dkk (2002), gigi indeks yang diperiksa untuk pemeriksaan kalkulus dan debris adalah : Rahang atas yang diperiksa : 1) Gigi M1 kanan atas, pada permukaan bukal. 2) Gigi I1 kanan atas, pada permukaan labial 3) Gigi M1 kiri atas, pada pemukaan bukal Rahang bawah yang diperiksa : 1) Gigi M1 kiri bawah, permukaan lingual 2) Gigi I1 kiri bawah, pada permukaan labial 3) Gigi M1 kanan bawah, pada bagian lingual. b. Bila salah satu gigi indeks tidak ada, maka pemeriksaan dilakukan sebagai berikut: 1) Jika M1 tidak ada, maka pemeriksaan dilakukan pada M2 2) Jika M1 dan M2 tidak ada, maka pemeriksaan dilakukan pada M3 3) Jika M1,M2 dan M3 tidak ada, maka tidak dilakukan pemeriksaan 4) Jika I1 atas kanan tidak ada, maka pemeriksaan dilakukan pada I1 atas kiri 5) Jika I1 atas kanan dan kiri tidak ada, maka tidak dilakukan pemeriksaan 6) Jika I1 bawah kiri tidak ada, maka pemeriksaan dilakukan pada I1 kanan bawah kanan



7) Jika I1 bawah kanan dan kiri tidak ada, maka pemeriksaan tidak dilakukan c. Pemeriksaan OHI-S bisa dilakukan jika minimal masih ada dua gigi indeksnyang bisa dilakukan pemeriksaan.



B. Pengetahuan 1. Pengertian pengetahuan 2. Cara ukur pengetahuan C. SLB 1. Pengertian SLB 2. Jenis Jenis ABK D. Kerangka teori Berdasarakan kerangka teori



OHI-S



BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Karies adalah



B. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional C. Hipotesis Ada hubungan antara pengetahuan dengan kebersihan gigi dan mulut pada murid SLB Negeri Kuala Tungakal Tahun 2019 D. Desain Penelitian Survey Analitik desainer



E. Tempat dan Waktu Penelitian SLB Negeri Kuala Tungkal pada bulan desember 2019



F. Populasi dan Sampel Sampel murid minimal 30 responden, karena mempengaruhi nilai P, boleh dengan random sample. Melakukan kalibrasi, jika terjadi kesalahan pemeriksaan kembali ke teori



G. Instrumen Penelitian Uji Kuisioner dan diagnose Set, Formulir Pemeriksaan H. Uji Kuisioner



I. Teknik Pengumpulan Data Pemeriksaan OHI-S



J. Teknik Pengolahan Data K. Teknik Analisis Data



BAB IV HASIL PENELITIAN



BAB V PEMBAHASAN



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN