Proposal Tak - Halusinasi Sesi 4 Bercakap-Cakap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UNIVERSITAS INDONESIA



PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK HALUSINASI SESI 4: BERCAKAP-CAKAP RUANG ARIMBI RS. DR. MARZOEKI MAHDI BOGOR



FANNY ANWAR FAUZIANI 1506689963



FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS DEPOK 2019



LAPORAN PENDAHULUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI SESI 4: BERCAKAP - CAKAP



A. Topik Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi: halusinasi sesi 4 yaitu bercakapcakap.



B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum TAK stimulasi persepsi halusinasi adalah klien memiliki kemampuan untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan anggota kelompok. 2. Tujuan Khusus a. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah munculnya halusinasi. b. Klien mampu bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.



C. Landasan Teori Halusinasi adalah gangguan persepsi yang terjadi pada respon neurobiologis maladaptif dari salah satu atau lebih pada kelima indera meskipun tidak adanya stimulus dari eksternal (Stuart, 2013 & Fortinash et al., 2012). Pasien mengalami distorsi sensorik sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Sebenarnya tidak ada stimulus yang didapatkan dari luar namun pasien meresponnya karena mengalami distorsi sensorik sebagai hal yang nyata. Halusinasi dapat muncul dari indera pendengaran, penglihatan, penciuman, gustatory, perabaan, kenestetik, dan kinestetik. Menurut Stuart (2013), faktor predisposisi halusinasi adalah: a. Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:



 Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.  Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.  Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem). b. Psikologis Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien. c. Sosial Budaya Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. Sedangkan faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi menurut Stuart (2013) adalah: a.



Biologis. Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.



b.



Stress lingkungan. Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.



c.



Sumber koping. Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.



Tanda dan gejala halusinasi didapatkan sesuai dengan jenis halusinasi yang dirasakan pasien. Pada halusinasi dengar/suara dapat ditemui pasien yang berbicara atau tertawa sendiri tanpa lawan bicara, marah-marah tanpa sebab, mencondongkan telinga ke arah tertentu, maupun menutup telinga. Pasien halusinasi juga sering menyatakan bahwa merasa mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap, maupun mendengar suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu yang berbahaya. Pada halusinasi penglihatan, pasien dapat menunjukkan tanda dan gejala menunjuk-nunjuk ke arah tertentu dan bisa menunjukkan ketakutan pada obyek tertentu. Pasien dapat melaporkan adanya penglihatan akan bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster. Data obyektif yang dapat ditemui pada halusinasi penghidu adalah adanya pasien yang menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu. Terdapat pula pasien yang menunjukkan adanya perilaku menutup hidung. Pasien yang mengalami halusinasi biasanya menyatakan adanya membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, dan kadang-kadang bau itu menyenangkan. Pada halusinasi pengecapan, pasien dapat menunjukkan tanda dan gejala sering meludah. Terdapat pula pasien yang muntah akibat halusinasi yang dirasakan. Pasien yang mengalami halusinasi pengecapan biasanya mengatakan adanya rasa darah, urin, atau feses yang dirasakan. Pada pasien yang mengalami halusinasi perabaan pasien nampak sering menggaruk-garuk permukaan kulit. Pasien biasa menyatakan adanya serangga di permukaan kulit. Terdapat juga pasien yang merasa seperti tersengat listrik. TAK stimulasi persepsi merupakan terapi aktivitas yang digunakan sebagai stimulus yang berhubungan dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah (Keliat, Wiyono, & Susanti, 2013). Tujuan dari TAK stimulasi persepsi yaitu agar klien dapat menyampaikan persepsinya terkait dengan stimulus yang dipaparkan dan dapat menyelesaikan masalah yang timbul (Keliat & Akemat, 2014).



D. Persiapan Peserta 1. Karakteristik/kriteria a. Klien dengan gangguan persepsi halusinasi yang sudah mulai mampu menginterpretasikan realitas terhadap diri sendiri maupun orang lain b. Klien dengan gangguan persepsi halusinasi yang sudah mulai mampu mengontrol halusinasinya c. Klien dapat diajak bekerjasama (kooperatif) d. Klien tidak disorientasi e. Klien tidak inkoheren



2. Proses Seleksi a. Pengkajian dan observasi oleh mahasiswa b. Penyeleksian masalah berdasarkan masalah keperawatan c. Tidak mengalami perubahan fungsi kognitif dan dapat memahami pesan yang diberikan d. Mengklarifikasi klien dan bekerja sama dengan perawat ruangan e. Mengadakan kontrak dengan klien, yaitu klien bersedia untuk mengikuti kegiatan berdasarkan kesepakatan mengenai kegiatan, tempat dan waktu



3. Jumlah Klien : 10 orang



E. Pengorganisasian 1. Waktu -



Hari/Tanggal : Kamis, 26 September 2019



-



Waktu



: 10.00 s.d 10.30 WIB (30 menit)



-



Tempat



: Tempat yang tenang dan kondusif yang memungkinkan untuk



dijadikan tempat diskusi di Ruangan Arimbi



2. Tim Terapis a. Leader: Fanny Anwar Fauziani Uraian Tugas: 1) Memimpin dan memastikan TAK berjalan sesuai dengan rencana 2) Menjelaskan tujuan pelaksanaan dan prosedur kegiatan TAK



3) Menjelaskan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulai 4) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok



b. Co Leader: Nurul Fatimah Uraian tugas: 1) Membantu leader mengatur jalannya acara 2) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang 3) Mengingatkan leader tentang waktu 4) Memastikan informasi sampai dari leader ke fasilitator



c. Fasilitator: -



Syifa Fauziatun



-



Gusyani Rahmawati



-



Silvy Tamara



-



Khanza Salsabiella



-



Nahla Savira Novelina



Uraian Tugas: 1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif 2) Membantu menjelaskan peraturan dan prosedur kepada klien 3) Berperan sebagai role model bagi klien selama kegiatan berlangsung 4) Mempertahankan kehadiran peserta



d. Observer: Putu Vineta Dofanny Putri Uraian Tugas: 1) Mengobservasi jalannya kegiatan 2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung 3) Membantu fasilitator dalam menjalankan tugasnya



3. Metode dan Media a. Metode yang digunakan, antara lain: -



Diskusi dan tanya jawab



b. Media -



Stiker nama untuk setiap peserta



-



Jadwal kegiatan harian klien



-



Pulpen



4. Setting Tempat Setting: Peserta duduk di kursi yang mengelilingi meja. Fasilitator berada di samping anggota kelompok, yang pembagiannya adalah satu fasilitator akan mendampingi dua anggota kelompok. CL



L



K



K



K



K



K



K



K



K



K



K



K



O



Keterangan : L CL K



Leader Co Leader



F O



Fasilitator Observer



Klien



F. Proses Pelaksanaan 1. Persiapan a. Memilih klien yang sudah kooperatif dan tidak memiliki gangguan kognitif b. Membuat kontrak dengan klien c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan



2. Orientasi



a. Salam terapeutik 1) Salam dari leader kepada klien 2) Perkenalkan nama dan panggilan leader (menggunakan papan nama) 3) Berdoa bersama



b. Evaluasi/validasi 1) Menanyakan kabar dan perasaan klien saat ini 2) Memacu semangat semua klien, fasilitator, dan observer



c. Kontrak 1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengontrol halusinasi yang dirasakan dengan bercakap-cakap 2) Menjelaskan peraturan TAK, sebagai berikut: -



Lama kegiatan 30 menit



-



Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai



-



Klien mengikuti instruksi dengan baik dan benar



-



Selama kegiatan berlangsung, peserta hanya boleh berbicara saat diberi kesempatan oleh terapis



-



Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada fasilitator yang mendampinginya



3. Tahap Kerja a. Menjelaskan mekanisme kegiatan yaitu seluruh peserta menepuk tangan teman yang ada di sebelah kanannya secara bergantian dengan diiringi lagu yang dinyanyikan bersama. b. Pada saat lagu usai dinyanyikan, anggota kelompok yang ditepuk tangannya terakhir kali mendapat giliran untuk memperagakan bagaimana caranya bercakapcakap. c. Leader memulai dengan memberikan contoh terlebih dahulu, yang dibantu oleh co-leader. Jika halusinasi muncul, maka klien harus mengajak teman atau orangorang disekitarnya untuk bercakap-cakap dengan mengatakan “Halo, nama saya ... saya sedang mendengar suara/melihat sesuatu, saya mau bercakap-cakap dengan kamu. Siapa nama kamu?” d. Ulangi sampai semua anggota kelompok mendapatkan giliran



e. Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan



4. Tahap Terminasi a. Evaluasi -



Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK



-



Menanyakan klien tentang cara mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.



-



Memberi pujian atas keberhasilan kelompok



b. Rencana tindak lanjut -



Menganjurkan setiap anggota kelompok untuk melakukan tiga cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap



-



Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian klien



c. Kontrak yang akan datang -



Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu melakukan TAK berikutnya untuk diagnosis: risiko perilaku kekerasan



-



Menyepakati waktu dan tempat



G. Evaluasi dan Dokumentasi 1. Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Kemampuan yang diharapkan adalah mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap. Kriteria Evaluasi a. Struktur: meliputi perencanaan TAK yaitu pembagian peran dalam TAK. b. Proses: - Kegiatan TAK kelompok halusinasi sesi 4 dilaksanakan pada hari Kamis, 26 September 2019 jam 10.00 WIB - 10.30 WIB di Ruangan Arimbi - Klien dapat bercakap-cakap dengan orang yang disebelahnya, klien yang mengikuti TAK adalah klien yang mengalami halusinasi. - Kegiatan dilaksanakan dengan tepat waktu



- Leader dan co-leader dapat mengarahkan peserta untuk aktif melaksanakan kegiatan TAK. - Fasilitator dapat melakukan perannya dengan baik - Observer dapat melakukan perannya dengan baik



c. Hasil - 80% klien yang mengikuti kegiatan dapat memperlihatkan kemampuan non verbal: kontak mata, duduk tegak, menggunakan bahasa tubuh yang sesuai dan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir - 80% klien yang mengikuti kegiatan dapat memperlihatkan kemampuan verbal: menyebutkan nama, mengajak berkenalan, dan menyebutkan tiga cara mengontrol halusinasi 1. Dokumentasi Dokumentasikan hasil evaluasi yaitu kemampuan yang dimiliki oleh setiap peserta serta respon peserta saat TAK pada catatan proses keperawatan setiap klien. Misalnya kemampuan dalam bercakap-cakap dengan teman sebelahnya.



STRATEGI PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK HALUSINASI SESI 4: BERCAKAP-CAKAP



A. Orientasi Salam terapeutik: “Selamat pagi Bapak-Bapak. Perkenalkan nama saya Fanny, bisa dipanggil suster Fanny. Pada sesi kali ini, saya berperan dalam memimpin kegiatannya ya dan akan dibantu oleh teman-teman saya. Ayo yang lain coba perkenalkan namanya terlebih dahulu.”



Evalusi validasi: “Bagaimana perasaannya hari ini, Bapak-Bapak? Masih tetap semangat?” “Masih ingatkah TAK sebelumnya tentang apa? Bagus sekali dapat mengingatnya dengan baik.”



Kontrak: “Pagi ini kita akan melakukan TAK tentang bercakap-cakap, yang bertujuan untuk membantu Bapak-Bapak dalam mengontrol halusinasi. TAK akan kita lakukan di tempat ini selama 30 menit. Diharapkan semua dapat mengikuti TAK dari awal sampai selesai, jika ada yang ingin BAK atau minum dapat mengangkat tangan dan meminta izin pada saya atau suster yang di dekatnya terlebih dulu.”



B. Kerja “Baiklah, Suster akan jelaskan terlebih dahulu mengenai mekanisme/cara mainnya ya. Jadi nanti kita akan memperagakan cara bercakap-cakap apabila halusinasi muncul, lalu kalian memperagakan sendiri sevara bergantian. Nah, bagaimana? Bisa ya?” “Nah untuk memilih siapa yang mendapat giliran untuk memperagakannya, kita akan menggunakan cara dengan bermain games.” “Coba semua tangannya ditaruh di meja, dengan posisi tangan kanan di atas tangan kiri temannya, begitu sebaliknya dengan tangan kiri.” “Nah, nanti Bapak-Bapak menepuk tangan kiri temannya dengan menggunakan tangan kanan sambil kita menyanyikan sebuah lagu. Ketika lagunya sudah selesai, orang yang ditepuk tangannya terakhir kali itu adalah orang yang mendapat giliran pertama kali. Bagaimana, mengerti?” “Nah, Bapak ... mendapat giliran pertama kali ya/”



“Sebelumnya saya akan peragakan terlebih dahulu bagaimana cara bercakap-cakap saat halusinasi muncul ya, dibantu dengan teman saya.” “Halo, nama saya ... saya sedang mendengar suara/melihat sesuatu, saya mau bercakapcakap dengan kamu. Siapa nama kamu?” “Coba sekarang Bapak peragakan kembali.” ”Bagus sekali Bapak sudah bersedia memperagakan, dan sudah mencoba dengan baik.” “Ya, sekarang coba yang lainnya juga ikut memperagakan.” “Nah, semuanya sudah mencoba dengan baik ya. Mari kita semua beri tepuk tangan untuk keberhasilan kita.”



C. Terminasi Evaluasi: “Bagaimana perasaannya setelah mengikuti TAK tadi?” “Bagus sekali karena bapak-bapak bisa mengikuti dan aktif dalam TAK hari ini. Adakah yang mau menjelaskan apa yang kita pelajari tadi? Adakah yang bersedia untuk memperagakan cara barcakap-cakap jika halusinasi muncul? “Coba, karena ini sesi terakhir saya mau bertanya jadi ada berapa cara untuk mengontrol halusinasi, apa saja?”



Rencana tindak lanjut: “Baiklah, saya berharap Bapak dapat lebih mudah mengontrol halusinasinya ya, bisa dengan cara menghardik, melakukan kegiatan dan bercakap-cakap yang sebelumnya sudah dilatih dan dimasukkan ke dalam jadwal harian.”



Kontrak yang akan datang: “Bapak-bapak, kita akan kembali melakukan TAK tentang mengontrol risiko perilaku kekerasan yang akan dilaksanakan di hari Sabtu tanggal 28 September 2019, di jam 09.00 di sini lagi ya.”



FORMAT PENILAIAN KLIEN TAK : HALUSINASI SESI 4 BERKENALAN DENGAN ANGGOTA KELOMPOK



a. Kemampuan verbal



No



Nama klien Aspek yang dinilai



1



Menyebutkan nama dengan jelas



2



Mengajak teman untuk bercakapcakap



3.



Menyebutkan



tiga



cara



mengontrol halusinasi Jumlah



b. Kemampuan Non Verbal No



Nama klien Aspek yang dinilai



1



Kontak mata



2



Duduk tegak



3



Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai



4



Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir Jumlah



Petunjuk : 1.



Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien



2. Beri tanda checklist √ untuk klien yang melakukan, dan X jika klien tidak melakukan



3. Jumlahkan kemampuan klien. Nilai 1 berarti : Klien belum mampu, Nilai 2 : Klien mampu



DAFTAR PUSTAKA



Keliat, B.A., Akemat, Helena., Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: Basic course. 2nd ed. Jakarta: EGC Keliat, B.A., Akemat. (2014). Keperawatan jiwa: Terapi aktivitas kelompok. 2nd ed. Jakarta: EGC Stuart, G. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing. 10th ed. Missouri: Mosby