13 0 149 KB
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI: PERILAKU KEKERASAN SESI 3: MENCEGAH PERILAKU KEKERASAN DENGAN CARA INTERAKSI SOSIAL ASERTIF (CARA VERBAL ) PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA DI WISMA MERPATI RSJ PROF. HB. SA’ANIN PADANG
OLEH HAMDANI MR, S.Kep 2041319005 AZZIMATURRAHMA, S.Kep 2041312053 DARA DESTRI W.N, S.Kep 2041312109 RAHAYU MAYA SARI, S.Kep 2041319009
PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2021
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Topik
: TAK Stimulasi Persepsi: Perilaku Kekerasan
Sesi ke
: III / Mencegah Perilaku Kekerasan Dengan Cara Interaksi Sosial Asertif (Cara Verbal)
Terapis
: 4 orang mahasiswa Fakultas Keperawatan UNAND
Sasaran
: 7 orang klien RSJ Prof. HB. Saanin Padang
A.
TUJUAN 1. Tujuan Umum Klien mampu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. 2. Tujuan Khusus a) Klien dapat menyebutkan keuntungan mengontrol prilaku kekerasan dengan cara asertif (cara verbal). b) Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian jika tidak dapat mengontrol prilaku kekerasan yang dialaminya. c) Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol prilaku kekerasan dengan cara asertif (cara verbal).
B.
LANDASAN TEORI Kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung (Homans, 2011). Anggota kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik (Boner, 2018). Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Terapi aktivitas kelompok adalah suatu
psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh seorang terapis atau petugas yang telah terlatih. Terapi Aktifitas Kelompok berdasarkan masalah keperawatan jiwa yang paling banyak ditemukan dikelompok sebagai berikut : a) TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehat secara fisik). b) TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori). c) TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah mengontrol halusinasinya, klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita dan sehat secara fisik). d) TAK stimulasi persepsi : halusinasi (untuk klien dengan halusinasi) e) TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan HDR) f) TAK penyaluran energy (untuk klien perilaku kekerasan yang telah dapat mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien menarik diri yang dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap dan sehat secara fisik). Setiap orang dapat bertindak keras tetapi ada kelompok tertentu yang memiliki resiko tinggi yaitu pria berusia 15-25 tahun, orang kota, kulit hitam, atau subgroup dengan budaya kekerasan, peminum alkohol (Tomb, 2003 dalamPurba, dkk, 2008). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individulain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purbadkk, 2018). Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi: perilaku kekerasan adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah. Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, mencegah perilaku kekerasan dengan latihan fisik : nafas dalam dan memukul bantal/kasur,
mencegah perilaku kekerasan dengan mengonsumsi obat yang benar,
mencegah perilaku kekerasan secara sosial dan mencegah perilaku kekerasan secara spiritual. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari terdiri dari ; a) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 1: mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan b) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 2: mencegah perilaku kekerasan dengan latihan fisik : nafas dalam dan memukul bantal/kasur
c) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 3:mencegah perilaku kekerasan sosial d) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 4:mencegah perilaku kekerasan secara spiritual e) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi, Sesi 5 :mencegah perilaku kekerasan dengan mengkonsumsi obat yang benar C.
KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK TAK 1. Klien dengan diagnose Perilaku Kekerasan 2. Klien yang telah mendapat SP PK I-IV 3. Klien yang bias kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok 4. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
5. Klien dapat diajak bekerja sama D.
PROSES SELEKSI 1. Anggota kelompok dipilih berdasarkan masalah yang sama dan sesuai dengan kriteria 2. Klien diseleksi berdasarkan hasil pengkajian 3. Tingkat kemampuan berfikir, melihat, mendengar, dan pemahaman relative setara 4. Klien yang telah dilakukan kontrak sebelumnya
E.
URAIAN STRUKTUR KEGIATAN 1. Hari/ Tanggal
: Jumat / 21 Mei 2021
2. Tempat kegiatan
: Wisma Merpati , RS. Jiwa HB. Saanin Padang
3. Waktu Kegiatan
: 10.00 s/d 10.45 WIB
4. Metode Kegiatan
: Dinamika kelompok, diskusi dan tanyajawab
5. Anggota TAK
: 1. Tn. Arif 2. Tn. Zaldi 3. Tn. Delvi 4. Tn. David 5. Tn. Sepriadi
6. Tn. Linus 7. Tn. Perwira
F.
No 1.
MEKANISME KEGIATAN TAK
Waktu 30
Kegiatan Terapis Pelaksanaan
menit
a. Orientasi
Kegiatan Peserta
1. Salam terapeutik Terapis mengucapkan salam
Menjawab salam
Terapis memperkenalkan diri dan pembimbing
Mendengarkan
Menanyakan nama dan pangilan semua klien (beri dan papan nama)
memperhatikan
2. Evaluasi/ validasi Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
Menjawab pertanyaan
Terapis menanyakan masalah yang dirasakan 3. Kontrak
Mendengarkan
Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal dan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
memperhatikan
“Tujuan dari kegiatan ini adalah agar bapak bias mengatahui
perilaku
kekerasan
yang
biasa
dilakukan.”
Mendengarkan
Menjelaskan aturan main berikut:
dan
”Sebelum kita mulai, saya jelaskan aturan memperhatikan mainnya ya pak: -
Jika ada bapak yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada saya,
-
Lama kegiatan 45 menit
-
Bapak-bapak mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.”
b. Kerja
1) Mendiskusikan
dengan klien cara bicara jika Mendengarkan
ingin meminta sesuatu dari orang lain.
dan
Tanyakan bagaimana cara klien meminta memperhatikan Mengikuti
sesuatu dari orang lain.
2) Terapis mendemonstrasikan cara meminta sesuatu kegiatan
sesuai
tanpa paksaan, yaitu “ Saya perlu/ingin/ minta ..., aturan main yang akan saya gunakan untuk…”. 3) Memilih
2
orang
klien
bergilir mempraktekkan
secara
mendemonstrasikan ulang cara pada point di atas. 4) Ulangi point di atas sampai semua klien beri
mencobanya.
reinforcement
5) Memberikan pujian pada peran serta klien.
6) Terapis mendemonstrasikan cara menolak dan mempraktekkan meyampaikan rasa sakit hati pada orang lain, yaitu “Saya tidak dapat melakukan …” atau “ Saya kesal dikatakan seperti itu …”. 7) Memilih
2
orang
klien
secara
bergilir mempraktekkan
mendemonstrasikan ulang cara pada point di atas. 8) Ulangi point di atas sampai semua klien beri
mencobanya. 3
15 menit
9) Memberikan pujian terkait peran serta klien. Terminasi
reinforcement
a. Evaluasi pencapaian tujuan Evaluasi Subjektif :
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti Mengungkapkan pendapat
TAK
Menanyakan kembali pada klien tentang Mengungkapkan jumlah
cara
pencegahan
perilaku pendapat
kekerasan yang telah dipelajari.
Memberikan reinforment positif terhadap perilaku klien positif.
Mendengar
dan
b. Rencana tindak lanjut
memperhatikan
Terapis menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi sosial asertif, kegiatan Mendengar ibadah,
dan
patuh
minum
obat
dan
untuk memperhatikan
mencegah perilaku kekerasan.
Memasukan cara asertif (cara verbal) pada jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati belajar cara baru pertemuan TAK
dengan
cara
mencegah
perilaku
kekerasan spiritual
Menyepakati waktu dan tempat berikutnya
Mendengar dan memperhatikan
G. PENGORGANISASIAN KELOMPOK Leader
: Azzimaturrahma, S.Kep
Peran Leader: -
Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
-
Memotivasi dan memfasilitasi anggota untuk mengekspresikan perasaan dan memberikan umpan balik
-
Sebagai role model
-
Menjelaskan jalannya permainan dan melakukan kontrak waktu
Co-Leader
: Hamdani MR, S.Kep
Peran Co-Leader: -
Membantu leader dalam menggorganisasikan kelompok
-
Menyampaikan informasi dari fasilitator kepada leader
-
Mengingatkan leader bila diskusi menyimpang
-
Membantu leader dalam mengorganisir peserta
Fasilitator
: Dara Destri WN, S.Kep
Peran Fasilitator: -
Membantu leader dalam memfasilitasi anggota kelompok untuk berperan aktif dan memotivasi anggota
-
Memfokuskan kegiatan
-
Membantu mengkoordinir anggota kelompok
-
Duduk di antara pasien
Observer
: Rahayu Maya Sari, S.Kep
Peran Observer: -
Mengobservasi semua respon klien
-
Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan prilaku klien
-
Memberikan umpan balik pada klien pada kelompok
-
Duduk tidak dilingkungan permainan/diluar
-
Mengevaluasi setiap keaktifan kelompok
-
Mengevaluasi tugas leader, co leader dan fasilitator
Perilaku Anggota Yang Diharapkan: Klien mengikuti kegiatan mencegah perilaku kekerasan dengan cara asertif (cara verbal) dari awal sampai akhir H. MEDIA DAN ALAT Nametag peserta TAK Buku catatan dan pulpen Jadwal kegiatan pasien
I. SETTING TEMPAT
Keterangan :
= Leader
= Fasilitator
= Co Leader
= Observer
= Peserta
= Pembimbing
J. PROSES EVALUASI 1.Evaluasi struktur Peserta 7 orang pasien Setting tempat duduk berbentuk lingkaran dengan suasana tertib tidak ada yang hilir mudik, dan peserta dan terapis duduk ditempat yang disediakan. Media dan alat tersedia dengan lengkap dan baik. Terapis datang tepat waktu. 2. Evaluasi proses Klien mengikuti proses dengan baik Terapis menjalankan peran sesuai dengan tugasnya masing-masing
3. Evaluasi hasil 6 dari 7 klien mampu menyebutkan keuntungan mengrontrol prilaku kekerasan dengan cara asertif (cara verbal). 6 dari 7 klien mampu menyebutkan kerugian prilaku kekerasan. 6 dari 7 klien mampu mendemonstrasikan cara aserif (cara verbal). K. Evaluasi dan Dokumentasi Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan Sesi 3, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui keuntungan mengontrol prilaku kekerasan dengan cara asertif (cara verbal), mengetahui akibat/kerugian tprilaku kekerasan, dan mendemonstrasikan cara asertif (cara verbal) dalam mengontrol prilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut : SESI III TAK STIMULASI PERSEPSI PERILAKU KEKERASAN Mencegah Prilaku Kekerasan dengan Cara Interaksi Sosial Asertif (cara verbal)
No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Petunjuk :
Nama Klien
Memperagakan cara meminta
Memperagakan cara menolak yang baik
Memperagakan cara mengungkapkan marah yang baik
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien. 2. Untuk tiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktekkan pencegahan prilaku kekerasan cara social: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu. Dokumentasi Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti Sesi 3, TAK stimulus persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu mempraktekkan pencegahan prilaku kekerasan cara social: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan kekesalan dengan baik. Anjurkan klien mempraktekkan di ruang rawat inap (buat jadwal). L. PENUTUP Demikian proposal ini kami buat, semoga dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Padang, 18 Mei 2021 Ketua Kelompok
HAMDANI MR ,S.Kep
Disetujui oleh
Pembimbing Akademik
(Ns.Bunga Pertama Wenny,S.Keo.M.Kep )
Pembimbing Klinik
(Ns.Basmanelly,M Kep.Sp. Kep J)