Proses Pembentukan Susu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Paper Hiegene Proses pembentukan susu , Komposisi susu sapid an ternak lain, pemerahan susu yang baik dan benar



Disusun Oleh kelompok 4 Rizka Ayuni



1202101010023



Ayu Dwi Fitriani



1202101010020



Feni Rumana Putri 1202101010142



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM 2015



Proses pembentukan susu Ambing adalah suatu kelenjar kulit yang tertutup oleh bulu, kecuali pada putingnya. Ambing tampak sebagi kantung yang berbentuk persegi empat. Ambing terbagi menjadi dua bagian kiri dan kanan terpisahkan oleh satu lekukan yang memanjang, disebut intermammary groove. Kuarter belakang mertupakan bagian yang besar dan menghasilkan susu 60% dari total produksi. Sering dijumpai adanya puting tambaan (extra teat) di luar empat puting yang normal dari masing-masing kuarter. Puting tambahan biasanya berada dibelakang puting belakang atau kadang-kadang diantara puting depan dan belakang (Prihadi, 1997). Ambing seekor sapi betina terbagi menjadi empat kuartir yang terpisah. Dua kuartir bagian depan biasanya berukuran 20% lebih kecil dari kuartir bagian belakang dan kuartir-kuartir itu bebas satu sama lain. Sapi perah yang produksi susunya tinggi memiliki sistem mamae yang besar, ambing melekat mantap, putingnya terletak pada keempat sudut bujur sangkar uniform/ seragam, pembuluh venanya menonjol karena jumlah darah yang dibutuhkan untuk produksi serta bentuk dan ukuran puting kurang bagus (Blakely and Bade,1991). Proses pembentukan susu sapi sangat dipengaruhi oleh akivitas alveolus dalam kelenjar ambing sapi. Alveolus terdiri atas selapis sel epitel membentuk suatu lumen yang dibungkus oleh jaringan myoepitel dan dikelilingi oleh suatu membrane dasar yang terdiri atas jaringan ikat. Darah akan mengalir melalui stroma, yaitu ruang inter-alveolar yang terdiri atas jaringan fibroblast, leukosit, sel adipose, dan jaringan ikat lain. Setandan alveolus terdiri atas beberapa alveolus dinamakan lobuli. Beberapa lobuli akan membentuk satu lobus. Di lumen alveolus akan dibentuk susu yang diambil dari bahan-bahan asal dari darah. Susu masuk ke lumen alveoli untuk kemudian masuk ke dalam saluran-saluran halus. Saluran halus dari tiap - tiap lobuli berkumpul untuk membentuk saluran yang lebih besar dan akhirnya masuk ke dalam kisterna ambing. Kisterna ambing adalah suatu ruangan yang berada di bagian bawah kwartir. Selanjutnya susu dialirkan ke ruangan putting susu atau kisterna puting. Ruangan akhir penampung susu dihubungkan oleh sebuah saluran menuju lubang putting susu. Lubang putting susu memiliki otot-otot sirkuler yang berfungsi membuka dan menutup lubang puting. Adanya rangsangan syaraf dan tekanan dalam ambing mengakibatkan otot sirkuler mengendur dan susu dapat keluar. Tiap kisterna terpisah satu sama lain, sehingga kejadian peradangan hanya terbatas pada satu kwartir saja.



Alveolus tempat pembentukan susu akan mengambil cairan dan komponen darah dengan kemampuan daya selektif, yakni keistimewaan memilih bahan-bahan yang diperlukan serta mengubah bahan-bahan asal darah menjadi bahan yang lain bentuknya. Susu akan keluar dari selepitel untuk masuk ke dalam lumen alveoli dengan cara terjadi ruptura sel. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya tekanan osmotic sehingga susu dapat memasuki lumen alveol. Pembentukan satu liter susu dalam ambing baru dapat dipenuhi oleh aliran darah kurang lebih sebanyak 500 liter, atau ambing membutuhkan aliran darah sebanyak 6000 – 10000 liter per hari atau sekitar 300 liter per jam. Lubang puting susu menjadi terbuka akibat rangsangan syaraf atau tekanan sehingga air susu dari ruang kisterna dapat mengalir keluar. Gerakan menyusui dari pedet, usapan satu basuhan air hangat pada ambing merupakan rangsangan pada otak melalui jaringan syaraf. Selanjutnya otak akan mengeluarkan hormon oksitosin ke dalam darah. Hormon oksitosin menyebabkan otak-otak pada kelenjar susu bergerak dan lubang puting membuka sehingga air susu mengalir ke luar (Hidayat, dkk, 2002). Komposisi susu pada sapi dan ternak lain



Pemerahan susu yang baik dan benar Pemerahan adalah tindakan mengeluarkan susu dari ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga tahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca pemerahan (Syarief dan Sumoprastowo, 1990). Tujuan dari pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya, apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu cepat dan produksi total menjadi menurun (Putra, 2009). Alat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan .Bahan atau alat tersebut pada umumnya terbuat dari stainless atau aluminium . Peralatan yang dipergunakan dalam pemerahan sapi perah antara lain : a . Ember penampung waktu pemerahan susu



b. Tambang untuk pengikat kaki sapi c. Vaseline d . Milkcan e . Saringan susu atau kain bersih f. Bangku kecil g . Tester untuk pengetesan penyakit mastitis 1.



Fase Persiapan Sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan mengeringkannya,



kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran, tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang bersih (Muljana, 1985). Sebelum diperah sapi dimandikan terlebih dahulu, ekor diikat ke kakinya agar tidak mengibas-ibas ketika diperah, pemerah juga harus dalam keadaan sehat serta setiap puting dicek kesehatannya (Syarief dan Harianto, 2011), 2.



Pelaksanan Pemerahan Susu Proses pemerahan yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan dengan



kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, tengan menggunakan prosedur sanitasi, serta efisien dalam menggunaan tenaga kerja (Prihadi, 1996). Berusaha memperoleh hasil air susu sebanyak-banyaknya, merupakan tugas yang pokok dari keseluruhan pekerjaan bagi usaha ternak perah. Tugas kedua adalah menjaga agar sapi tetap sehat dan ambing tidak rusak. Pelaksanaan pemerahan yang kurang baik, mudah sekali menimbulkan kerusakan pada ambing dan puting karena infeksi mastitis, yang sangat merugikan hasil susu. Dengan menggunakan 2 teknik pemerahan yaitu teknik pemerahan menggunakan mesin perah (teknologi) dan teknik pemerahan manual/ tangan.



Teknik Pemerahan Sebelum melakukan pemerahan pada sapi, maka yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan adalah kebersihan kandang seperti kotoran sapi, air kencing, sisa-sisa rumput baik di dalam kandang maupun disekitar lokasi kandang. Kotoran-kotoran di atas lantai harus bersih yaitu dengan menyemprotkan air di permukaan lantai kandang sapi. Kemudian mandikan sapi-sapi tersebut dan disikat agar kotoran yang menempel pada badan sapi bersih . Tujuan membersihkan lantai dan memandikan sapi adalah untuk menghindari terjadinya pencemaran terhadap susu, disamping kualitas dan kesehatan susu akan terjamin . Perlu diketahui pula sebelum sapi diperah diberi makanan terutama makanan penguat atau konsentrat, sedangkan pemberian hijauan diberikan setelah pemerahan selesai . Usahakan pemberian makanan hijauan jangan yang mengandung bau seperti daun lobak, kol, silase dan lain sebagainya yang dapat menyerap bau-bauan, agar baunya tidak terserap oleh susu . Pada pemerahan sapi perah yang baru pertama kali diperah umumnya akan mengalami sedikit kesukaran . Lakukan pada sapi perah tersebut dengan penuh kasih sayang, seperti mengelus-elus badan sapi menjelang pemerahan . Ada beberapa hal penting yang harus dilakukan sebelum pemerahan antara lain a. Membersihkan kandang dan peralatan pemerahan b. Memandikan sapi, terutama pada bangian ambing, bagian belakang disekitar lipatan paha bagian dalam dengan menggunakan kain lap basah. Kemudian ambing di lap lagi dengan air hangat (37°C) untuk menghindari pencemaran bakteri dan juga untuk merangsang agar air susu dapat keluar dari kelenjar-kelenjar susu . Olesi puting susu dengan vasline agar puting susu tidak luka atau lecet. c. Bagi petugas pemerah diusahakan memakai pakaian khusus yang bersih . Pada waktu pemerahan posisi pemerah harus berada disebelah kanan sapi sehingga tangan kiri berfungsi sebagai penahan apabila ada tendangan kaki sapi, sedangkan tangan kanan untuk menjaga ember susu .



d . Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan sapi terjangkit mastitis atau radang ambing, maka perlu dilakukan pengetesan pada waktu pemerahan . Oleh karena itu disediakan wadah atau cangkir (strip cup) yang ditutup dengan kain hitam . Pemerahan pertama dan kedua air susu ditampung dalam cangkir tersebut kemudian amati susu tersebut apabila terdapat tanda-tanda susu bercampur dengan darah atau nanah, maka dipastikan sapi tersebut terjangkit mastitis, pemerahah selanjutnya harus dihentikan . Bila tidak terjangkit pemerahan dapat dilanjutkan . Sapi yang diduga terjangkit mastitis hendaknya segera dilakukan pemisahan dengan sapi-sapi lainnya untuk pengobatan selanjutnya . e . Lakukan pemerahan dengan baik dan benar agar puting susu sapi tidak terluka atau lecet . Pemerahan usahakan dengan menggunakan ke lima jari tangan dan jangan diperah secara dipijit atau ditarik karena putting susu lama kelamaan akan memenjang . Pemerahan hendaknya harus habis, yang bertujuan untuk merangsang kelenajr-kelenjar susu untuk memproduksi kembali air susu seara aktif . f. Selesai pemerahan, susu segera disaring dengan kain nilon yang halus kemudian diukur atau ditimbang . Setelah pemerahan selesai ambing puting dibilas dengan air bersih dan hangat kemudian puting susu dicelup dengan larutan biocid .



Daftar pustaka Blakely dan D.H Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gajah Madah University Press. Yogjakarta. Hidayat, A.m E. Pepen, F.A.Ali., P.Yadi., T.Kimiaki., dan S.Teruo. 2002. Buku Petunjuk Prakltis untuk Peternak Sapi Perah tentang Manajemen Kesehatan Pemerahan. Dinas Peternakan Jawa Barat. Lukman DW, Sudarwanto M, Sanjaya AW et al. 2009. Higiene Pangan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB Muljana, W. 1985.Pemeliharaan dan Ternak Kegunaan Sapi Perah. Aneka Ilmu. Semarang. Prihadi.1996. Tata Laksana dan Produksi Sapi Perah. Fakultas Peternakan Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta. Prihadi. S. 1997. Tata Laksana Dan produksi ternak Perah. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Ressang AA dan AM Nasution.1989. Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan IPB Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta. Syarif, E dan Harianto, B. 2011.Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah. Agromedia Pustaka, Jakarta.