PTS TK [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK ......



PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH



PTS Disusun Dalam Rangka Pengembangan Profesional keguruan



Disusun Oleh :



............................... NIP. ........................... UNIT KERJA PEMERINTAH KABUPATEN ....... DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN .................. TK ............................... Tahun ................



HALAMAN PENGESAHAN Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang berjudul :



UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI ............................... TAHUN ............................



Disusun oleh :



.................................. NIP. ..........................................



Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten ............



......................................................................



NIP. .............................................



BAB I PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi dalam



pengembangan sumber daya manusia dan



dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponenkomponen sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga kependidikan guru dan nonguru . Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponenkomponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan ( penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan).” Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.



Usaha-usaha



untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak



dilakukan. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya. Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut, perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk belajar dapat berkembang. Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan supervisi kepala sekolah. Pada pelaksanaan KTSP dan Kurikulum 2013 menuntut kemampuan baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien.



Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan-



pelayanan secara efisien kepada pengguna ( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab individual dan kelompok. Menurut pendapat peneliti kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas



pendidikan konsekuensinya, adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan ) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif”. Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Kegiatan Mingguan(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran dan lain sebagainya. RKM dan RKH memuat tingkat pencapaian perkembangan, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian. Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2) bangga



dengan



tugas



profesinya, ( 3) selalu menjaga dan



berupaya meningkatkan kompetensinya, (4) bekerja dengan



sungguh



tanpa



harus



diawasi, (5) menjaga



nama baik



profesinya, (6) bersyukur atas imbalan yang



diperoleh dari profesinya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Pendidikan menyatakan



standar



Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional



proses merupakan salah satu SNP untuk satuan



pendidikan dasar dan menengah yang mencakup: 1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses pembelajaran, 3) Penilaian hasil pembelajaran, 4) dan pengawasan proses pembelajaran. Silabus dan RKH dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan . Guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun silabus, RKM dan RKH secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru (baik di sekolah negeri maupun swasta) yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuat dengan alasan ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RKM dan RKH masih ditemukan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian, serta langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Pada komponen penilaian ( penskora) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di kepala. Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar guru khususnya di sekolah swasta



belum mendapatkan pelatihan pengembangan RKH. Selama ini guru-guru yang mengajar di sekolah swasta sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru dibandingkan sekolah negeri. Hal ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RKH secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RKH orang lain. Hal ini peneliti ketahui pada saat



mengadakan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) ke



sekolah binaan. Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan keadaan demikian, peneliti sebagai kepala sekolah



berusaha untuk



memberi bimbingan berkelanjutan pada guru di sekolah kami dalam menyusun RKM dan RKH secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan. Hal itu juga sesuai. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Program Pembelajaran, biasanya pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RKM dan RKH dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana Program Pembelajaran sangat penting bagi seorang guru karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.



B. Identifikasi Masalah



Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Guru banyak yang belum paham dan termotivasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap. 2. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan KTSP dan Kurikulum 2013. 3. Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RKM dan RKH yang dibuatnya dengan berbagai alasan. 4. RKM dan RKH yang dibuat guru komponennya belum lengkap/ tajam khususnya pada komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian. 5. Guru banyak yang mengadopsi RKM dan RKH orang lain.



C. Pembatasan Masalah Dari lima masalah yang diidentifikasikan di atas, masalahnya dibatasi menjadi: 1. Guru belum paham dalam menyusun RKM dan RKH. 2. RKM dan RKH yang dibuat guru belum lengkap. D. Rumusan Masalah



Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut. Apakah dengan bimbingan berkelanjutan akan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKM dan RKH di TK



Dharma Wanita Persatuan Meduran ? E. Pemecahan Masalah/Tindakan 1. Peneliti mencoba untuk mengambil tindakan dengan memberi penjelasan dan bimbingan berkelanjutan serta arahan kepada guru tentang pentingnya seorang guru membuat RKM dan RKH secara lengkap. Dengan bimbingan berkelanjutan diharapkan guru termotivasi dalam menyusun RKM dan RKH dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau panduan dalam mengajar, agar tingkat pencapaian perkembangan dapat tersampaikan semua karena sudah ada dalam RKM dan RKH yang dibuat oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada siklus pertama. 2. Peneliti mencoba untuk melihat proses peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RKM dan RKH melalui instrument proses yang telah dirancang yaitu berupa lembar observasi/pengamatan komponen RKM dan RKH yang memuat sebelas komponen yaitu: 1) identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, untuk melihat apakah guru sudah membuat RKH dengan lengkap. Hal itu nanti akan dibuktikan dengan melihat RKH yang dibuat oleh guru. Terjadi peningkatan atau tidak pada siklus ke-2.



F. Tujuan Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui bimbingan berkelanjutan di sekolah tempat peneliti bekerja. G. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini diharapkan dapat memberikan manfaat 1.      Manfaat bagi peneliti a.



Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah binaan peneliti.



b.      Meningkatkan kemampuan peneliti



dalam menyusun serta menulis



laporan dan artikel ilmiah. c.       Sebagai motivasi bagi peneliti dalam membuat karya tulis ilmiah. d.      Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti sebagai syarat untuk kenaikan golongan ke- IV b. e.       Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan bimbingan kepada teman-teman pengawas dan guru yang akan menulis.



f.       Hasil penelitian ini digunakan peneliti sebagai evaluasi terhadap guru dalam menyusun RKH yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pembinaan kepada guru. 2.      Manfaat bagi sekolah a. Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang lebih lengkap. b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sudah tersampaikan. 3.      Manfaat bagi guru a. Dapat meningkatkan kompetensi dalam membuat RKH dengan lengkap serta menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya. b. Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar sehingga apa yang diinginkan dalam standar isi dapat tersampaikan. 4.      Manfaat bagi siswa a. Adanya kesiapan belajar, keseriusan , keingintahuan, dan semangaat belajar tinggi terhadap pelajaran. b. Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercapai target kompetensinya.



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A.        Pengertian Guru Secara etimologi ( asal usul kata), istilah ”Guru” berasal dari bahasa India yang artinya ” orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara” Shambuan, Republika, ( dalam Suparlan 2005:11). Kemudian Rabindranath Tagore (dalam Suparlan 2005:11) menggunakan istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun spiritualitas anak-anak bangsa di India ( spiritual intelligence). Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily kinesthetic), seperti guru tari, guru olah raga, guru senam dan guru musik. Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Poerwadarminta ( dalam Suparlan 2005:13) menyatakan, “guru adalah orang yang kerjanya mengajar.” Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar.



Pengertian guru ini hanya menyebutkan satu sisi yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai pendidik dan pelatih. Selanjutnya Zakiyah Daradjat (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan,” guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak.” UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.



Selanjutnya UU No.20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sistem pendidikan nasional



menyatakan, ”pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas



merencanakan



dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,



melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.” PP



No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan,



”pendidik (guru) harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.



B. Standar Kompetensi Guru 1. Pengertian Standar Kompetensi Guru Depdiknas (2004:4) kompetensi diartikan, ”sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak” . “Secara sederhana kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangnya” (Nana Sudjana 2009:1). Nurhadi



(2004:15)



menyatakan,



“kompetensi



merupakan



pengetahuan,



keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Selanjutnya menurut para ahli pendidikan McAshan (dalam Nurhadi 2004:16) menyatakan, ”kompetensi diartikan Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku koqnitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.” Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Dalam Suparlan). Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang



dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kompetensi adalah sebagai suatu kecakapan untuk melakukan sesuatu pekerjaan berkat pengetahuan, keterampilan ataupun keahlian yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Undang-Undang Guru dan Dosan No.14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan, ” guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dari rumusan di atas jelas disebutkan pemilikan kompetensi oleh setiap guru merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi oleh guru. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Selanjutnya Pasal 10 menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh



guru



yakni



(1)



kompetensi



pedagogik, (2) kompetensi



kepribadian, (3)



kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. Berdasarkan beberapa definisi



di atas dapat disimpulkan



standar



Kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dalam bentuk penguasaan perangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Standar kompetensi guru dipilah ke dalam tiga komponen



yang



kait-



mengait, yakni: 1) pengelolaan pembelajaran, 2)



pengembangan profesi, dan 3)



penguasaan akademik. Komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga memiliki dua kompetensi. Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara kompetensi dasar, yaitu: 1)



penyusunan



keseluruhan



meliputi



tujuh



rencana pembelajaran, 2) pelaksanaan



interaksi belajar mengajar, 3) penilaian prestasi belajar peserta didik, 4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, 5) pengembangan profesi, 6) pemahaman wawasan kependidikan, dan



7) penguasaan bahan kajian akademik



( sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan). Abdurrahman Mas’ud (dalam Suparlan 2005:99) menyebutkan tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yakni: (1) menguasai materi atau bahan ajar, (2) antusiasme, dan ( 3) penuh kasih sayang (loving) dalam mengajar dan mendidik. 2. Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi Guru Depdiknas (2004: 4) tujuan adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaikbaiknya sesuai bidang tugasnya. Adapun manfaat disusunnya standar kompetensi guru adalah sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acuan bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar dan sebagainya bagi tenaga kependidikan.



C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus RKM dan RKH. Silabus merupakan sebagian sub-sistem pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. Hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran adalah penjabaran tujuan yang disusun berdasarkan indikator yang ditetapkan. Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66 ) menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran secara sistematis. Analisis sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan yang akan mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat). Perencanaan program pembelajaran adalah hasil pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan . Selanjutnya



Oemar Hakim (dalam Kurniawati 2009:74) menyatakan,



”bahwa perencanaan program pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan program jangka pendek untuk memperkirakan suatu proyeksi tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran”.



Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan, “Rencana kegiatan harian (RKH) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.” Berdasarkan



pendapat



di



atas



dapat



disimpulkan



bahwa



perencanaan



pembelajaran adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah. Dalam KTSP, guru bersama warga sekolah berupaya menyusun kurikulum dan perencanaan program pembelajaran, meliputi: program tahunan, program semester, silabus, dan rencana peleksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. RKH merupakan acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk setiap KD. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RKH memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD. 2. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007, komponen RKH terdiri dari a). identitas



mata



pelajaran, (b) standar kompetensi, (c) kompetensi dasar, (d)



indikator pencapaian kompetensi, (e) tujuan pembelajaran, (f) materi ajar, (g) alokasi



waktu , (h) metode pembelajaran, (i) kegiatan pembelajaran meliputi: pendahuluan, inti, penutup. (j) sumber belajar, (k) penilaian hasil belajar. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 (2005 pasal 20) menyatakan bahwa,



”RKH minimal memuat sekurang-kurangnya lima komponen yang meliputi:



(1) tujuan pembelajaran, (2) materi ajar, (3) metode pengajaran, (4) sumber belajar, dan (5) penilaian hasil belajar.” 3. Prinsip-Prinsip Penyusunan RKH Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan



dalam menyusun rencana



pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: memperhatikan perbedaan individu



peserta



didik, b)



mendorong



a)



partisipasi



aktif peserta didik, c) mengembangkan budaya membaca dan menulis, d) memberikan umpan balik dan tindak lanjut, e) keterkaitan dan keterpaduan. 4. Langkah- langkah Menyusun RKH Langkah-langkah menyusun RKH adalah a) mengisi kolom identitas, b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan, c) Menentukan SK, KD, dan indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun, d) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD dan indikator yang telah ditentukan, e) mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus, materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran, f) menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan,



g) merumuskan langkah-langkah yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. h) menentukan alat/bahan/sumber belajar yang digunakan, i) menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran dan kunci jawaban



5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun RKH Dalam penyusunan RKH perlu memperhatikan hal sebagai berikut: (a) RKH disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih, b) tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang harus di capai oleh peserta didik sesuai dengan kompetenrsi dasar, c) tujuan pembelajaran dapat mencakupi sejumlah indikator, atau satu tujuan pembelajaran untuk beberapa indikator, yang penting tujuan pembelajaran harus mengacu pada pencapaian indikator,



d) Kegiatan



pembelajaran (langkah-langkah pembelajaran) dibuat setiap pertemuan, bila dalam satu RKH terdapat 3 kali pertemuan, maka dalam RKH tersebut terdapat 3 langkah pembelajaran, e). Bila terdapat lebih dari satu pertemuan untuk indikator yang sama, tidak perlu dibuatkan langkah kegiatan yang lengkap untuk setiap pertemuannya.



D. Bimbingan Berkelanjutan 1.      Pengertian Bimbingan dan berkelanjutan Frank Parson. 1951 (dalam RM Fatihah



http://eko13.wordpress.com)



menyatakan, “bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat



memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam



jabatan



yang



dipilihnya.”



Chiskon



1959



(dalam



RM



Fatihah



http://eko13.wordpress.com ) menyatakan, “bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang dirinya sendiri.” Berikutnya



Bernard dan Fullmer 1969



http://eko13.wordpress.com ) menyatakan,



(dalam RM Fatihah



”bahwa bimbingan dilakukan untuk



meningkatkan perwujudan diri individu.” Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, ”bimbingan



adalah



petunjuk



penjelasan cara



mengerjakan sesuatu, tuntutan.” Dari beberapa pengertian bimbingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan kepada individu secara



berkelanjutan dan



sistematis yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan



diri



dan



menyesuaikan



diri



dengan



lingkungan



untuk



dapat



mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, ”berkelanjutan adalah berlangsung terus menerus, berkesinambungan.” Berdasarkan pengertian bimbingan dan kesimpulan



bahwa bimbingan berkelanjutan



berkelanjutan dapat ditarik suatu adalah



pemberian bantuan



yang



diberikan seorang ahli kepada seseorang atau individu secara berkelanjutan berlangsung



secara terus menerus untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan mendapat kemajuan dalam bekerja.



BAB III METODE PENELITIAN



A.      Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian , jadwal penelitian, dan siklus PTS sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik berstatus swasta. Pemilihan guru



sekolah



tersebut



bertujuan untuk meningkatkan



kompetensi



dalam menyusun rencana perlaksanaan pembelajaran (RKH)



dengan



lengkap. 2. Waktu Penelitian PTS ini dilaksanakan pada semester satu / ganjil tahun pelajaran 2014-2-015 selama kurang lebih satu setengah bulan mulai Agustus sampai dengan Oktober 2014. 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian



Jadwal pelaksanaan penelitian seperti pada tabel berikut.



No . 1. 2. 3. 4. 5.



Kegiatan Membuat proposal Merevisi proposal Melaksanakan PTS Membuat laporan PTS Mempresentasikan hasil PTS



Waktu 25 s.d. 26 Agustus 2014 27 s.d. 28 Agustus 2014 30 Agustus s.d. 25 September 2014 26 s.d. 30 September 2014 4 s.d. 6 Oktober 2014



4. Siklus Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH&RKM ). B. Persiapan Penelitian Tindakan Sekolah Sebelum PTS dilaksanakan, dibuat berbagai input instrument yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi. C. Subjek Penelitian Yang menjadi subyek dalam PTS ini adalah guru TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik.



D. Sumber Data Sumber data dalam PTS ini adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dibuat guru. E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Teknik



pengumpulan



data dalam penelitian ini



adalah



wawancara,



observasi, dan diskusi. a. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru terhadap RKH. b. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap. c.



Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru.



2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut. a. Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki guru tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.



b. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen RKH yang telah dibuat dan yang belum dibuat oleh guru c. Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat antara



peneliti



dengan guru. F. Prosedur Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran . Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. ”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki



dengan



menggambarkan/melukiskan



keadaan



subjek/objek



penelitian



(seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/pengamatan, dan diskusi yang berupa persentase atau angka-angka. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru dalam menyusun RKH. Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha



guna



meningkatkan



kemampuan



guru



dalam



membuat



rencana



pelaksanaan



pembelajaran. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah, menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni: 1. Rencana



:



Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH secara lengkap. Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara dengan guru dengan menyiapkan lembar wawancara, b) Diskusi dalam suasana yang menyenangkan



dan c)



memberikan bimbingan dalam menyusun RKH secara lengkap. 2. Pelaksanaan: Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH yang lengkap yaitu dengan memberikan bimbingan berkelanjutan pada guru sekolah binaan . 3. Observasi: Peneliti melakukan pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat



untuk



memotret seberapa jauh kemampuan guru dalam menyusun RKH dengan lengkap, hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan oleh guru dalam mencapai sasaran. Selain itu juga peneliti mencatat hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. Rekaman dari pertemuan dan digunakan untuk analisis dan komentar kemudian.



wawancara akan



4. Refleksi:



Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau perbaikan terhadap RKH yang telah disusun



agar sesuai dengan rencana awal yang



mungkin saja masih bisa sesuai dengan yang peneliti inginkan. Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk. Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.”



 



. Rencana Pelaksanaan Rencana pelaksanaan dilakukan dalam dua siklus yaitu: 1. Siklus Pertama (Siklus I ) a).Peneliti merencanakan tindakan pada siklus I (membuat



format/instrumen



wawancara, penilaian RKH, rekapitulasi hasil penyusunan RKH).



b). Peneliti memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau hambatan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. b). Peneliti menjelaskan kepada guru tentang pentingnya RKH dibuat secara lengkap. c). Peneliti memberikan bimbingan dalam pengembangan RKH. d). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat guru. f). Peneliti melakukan revisi atau perbaikan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang lengkap. e). Peneliti dan guru melakukan refleksi. 2. Siklus Kedua (Siklus II) a). Peneiti merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada revisi/perbaikan pada siklus I, seperti menugasi guru menyusun RKH yang kedua, mengumpulkan, dan melakukan pembimbingan penyusunan RKH. b). Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada siklus II. c). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RKH yang telah dibuat d). Peneliti melakukan perbaikan atau revisi penyusunan RKH. e). Peneliti dan guru melakukan refleksi.



H. Indikator Pencapaian Hasil Peneliti mengharapkan secara rinci indikator pencapaian hasil paling rendah 78 % guru membuat kesebelas komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut. 1. Komponen identitas mata pelajaran diharapkan ketercapaiannya 100%. 2. Komponen standar kompetensi diharapkan ketercapaiannya 85%. 3. Komponen kompetensi dasar diharapkan ketercapaiannya 85%. 4. Komponen indikator pencapaian kompetensi diharapkan ketercapaiannya 75%. 5. Komponen tujuan pembelajaran diharapkan ketercapaiannya 75%. 6. Komponen materi pembelajaran diharapkan kecercapaian 75%. 7. Komponen alokasi waktu diharapkan ketercapaiannya 75%. 8. Komponen metode pembelajaran diharapkan kecercapaiannya 75%. 9. Komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran diharapkan ketercapaiannya 70%. 10. Komponen sumber belajar diharapkan ketercapaiannya 70%. 11. Komponen penilaian diharapkan ketercapaiannya 75%.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A.    Deskripsi Hasil Penelitian Dari hasil wawancara peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru belum tahu kerangka penyusunan RKH, hanya sekolah yang memiliki dokumen standar proses (satu buah), dua orang guru yang pernah mengikuti pelatihan pengembangan RKH tetap belum bisa maksimal, umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi RKH, kebanyakan guru tidak tahu dan tidak paham menyusun RKH secara lengkap, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan RKH dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan acuan/pedoman dalam proses pembelajaran. Selain itu, kebanyakan guru belum tahu dengan komponen-komponen RKH secara lengkap. Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap RKH yang dibuat guru (khusus pada siklus I), diperoleh informasi/data bahwa masih ada guru yang tidak melengkapi RKHnya dengan komponen dan sub-subkomponen RKH tertentu, misalnya komponen indikator dan penilaian hasil belajar (pedoman penskoran). Rumusan kegiatan siswa pada komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran masih kurang tajam, interaktif, inspiratif, menantang, dan sistematis. Dilihat dari segi kompetensi guru, terjadi peningkatan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari siklus ke siklus . Hal itu dapat dilihat pada lampiran Rekapitulasi Hasil Penyusunan RKH dari Siklus ke Siklus.



Siklus I (Pertama) Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi seperti berikut ini. 1. Perencanaan ( Planning ) a.       Membuat lembar wawancara b.      Membuat format/instrumen penilaian RKH c.       Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RKH siklus I dan II d.      Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RKH dari siklus ke siklus 2. Pelaksanaan (Acting) Pada saat awal siklus pertama indikator pencapaian hasil dari setiap komponen RKH belum sesuai/tercapai seperti rencana/keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan masih adanya komponen RKH yang belum dibuat oleh guru. Sebelas komponen RKH yakni: 1) identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, 9) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, 10) sumber belajar, 11) penilaiaan hasil belajar ( soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban). Hasil observasi pada siklus kesatu dapat dideskripsikan berikut ini: Observasi dilaksanakan Selasa, 31 Agustus 2014, terhadap semua guru. Semuanya menyusun RKH, tapi masih ada guru yang belum melengkapi RKH-nya baik dengan



komponen maupun sub-sub komponen RKH tertentu. Satu orang tidak melengkapi RKH-nya dengan komponen indikator pencapaian kompetensi. Untuk komponen penilaian hasil belajar, dapat dikemukakan sebagai berikut. -          Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik dan bentuk instrumen. -          Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik, bentuk instumen, soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban. -          Dua orang tidak melengkapinya dengan teknik, pedoman penskoran, dan kunci jawaban. -          Satu orang tidak melengkapinya dengan soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban. -          Satu orang tidak melengkapinya dengan pedoman penskoran dan kunci jawaban. Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya. Siklus II (Kedua) Siklus kedua juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Hasil observasi pada siklus kedua dapat dideskripsikan berikut ini: Observasi dilaksanakan Selasa, 23 September 2014, terhadap semua guru. Semuanya menyusun RKH, tapi masih ada guru yang keliru dalam menentukan kegiatan siswa dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan metode pembelajaran, serta tidak



memilah/ menguraikan materi pembelajaran dalam sub-sub materi. Untuk komponen penilaian hasil belajar, dapat dikemukakan sebagai berikut. -          Satu orang keliru dalam menentukan teknik dan bentuk instrumennya. -          Satu orang keliru dalam menentukan bentuk instrumen berdasarkan teknik penilaian yang dipilih. -          Dua orang kurang jelas dalam menentukan pedoman penskoran. -          Satu orang tidak menuliskan rumus perolehan nilai siswa. Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya.



B.       Pembahasan Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di TK Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik yang merupakan sekolah tempat peneliti bertugas sebagai kepala sekolah berstatus swasta, terdiri atas dua orang guru, dan dilaksanakan dalam dua siklus. kedua guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RKH dengan lengkap. Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan penyusunan RKH. Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RKH, terjadi peningkatan dari siklus ke siklus.



1.        Komponen Identitas Mata Pelajaran Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan identitas mata pelajaran). Jika dipersentasekan, 100% (sangat baik). Pada siklus kedua kedua guru tersebut mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RKH-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100% . 2.        Komponen Standar Kompetensi Pada siklus pertama semua guru mencantumkan standar kompetensi dalam RKHnya (melengkapi RKH-nya dengan standar kompetensi). Jika dipersentasekan, 100%. Masing-masing guru mendapat skor yang baik.. 3.        Komponen Kompetensi Dasar Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan kompetensi dasar). Jika dipersentasekan, 75%. Satu orang guru masing-masing mendapat skor 1, 2, dan 3 (kurang baik, cukup baik, dan baik). Satu orang guru yang lain mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kedelapan guru tersebut mencantumkan kompetensi dasar dalam RKH-nya. dua orang mendapat skor 4 (sangat baik).



Jika dipersentasekan, 100%, terjadi



peningkatan 25% dari siklus I. 4.



Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi



Pada siklus pertama saru orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan indikator pencapaian kompetensi). Sedangkan satu orang tidak mencantumkan/melengkapinya dari siklus I. 5.        Komponen Tujuan Pembelajaran Pada siklus pertama semua guru (delapan orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan tujuan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang guru mendapat skor 3 (baik. Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RKH-nya. Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I. 6.



Komponen Materi Ajar Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan materi ajar dalam RKHnya (melengkapi RKH-nya dengan materi ajar). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan materi ajar dalam RKH-nya. Keduanya orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.



7.



Komponen Alokasi Waktu Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan alokasi waktu dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan alokasi waktu). Semuanya mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan, 75%. Pada siklus kedua semua guru tersebut



mencantumkan alokasi waktu dalam RKH-nya. Dua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I. 8.



Komponen Metode Pembelajaran Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan metode pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan metode pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. dua orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran dalam RKH-nya. Semua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.



9.      Komponen Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pada siklus pertama semua guru (dua orang) mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan langkahlangkah kegiatan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 75%. Kedua guru tersebut orang



mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua, semua guru tersebut



mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RKH-nya. Sehingga kedua guru tersebut mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 25% dari siklus I.



10. Komponen Sumber Belajar Pada siklus pertama semua guru mencantumkan sumber belajar dalam RKH-nya (melengkapi RKH-nya dengan sumber belajar). Jika dipersentasekan, 100%. Baik pada siklus I maupun siklus II 11. Komponen Penilaian Hasil Belajar Pada siklus pertama semua guru mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RKHnya meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk instrumen), dan pedoman penskoran. Jika dipersentasekan, 62,50%. satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan satu orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua semua guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RKH-nya meskipun ada guru yang masih keliru dalam menentukan teknik dan bentuk penilaiannya. Satu



orang



mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 87,50%, terjadi peningkatan 12,50% dari siklus I. Berdasarkan pembahasan di atas terjadi peningkatan yang signifigan pada kompetensi guru dalam menyusun RKH. Oleh karen itu dari penelitian diatas dapat disimpulkan perlunya adanya pembinaan kepada guru dalam penyusunan RKH, RKM dan perangkat administrasi pembelajaran lainnya. Sehingga dengan adanya pembinaan tersebut guru-guru semakin lebih kompeten dalam menyusun administrasi pembelajarannya.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.      Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tinadakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.      Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RKH dengan lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun



RKH



apalagi



setelah



mendapatkan



bimbingan



pengembangan/penyusunan RKH dari peneliti. Informasi ini peneliti peroleh dari hasil



pengamatan



pada



saat



mengadakan



wawancara



dan



bimbingan



pengembangan/penyusunan RKH kepada para guru. 2.    Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Hal itu dapat dibuktikan



dari hasil observasi /pengamatan yang



memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RKH dari siklus ke siklus .



B.      Saran Telah terbukti bahwa dengan



bimbingan berkelanjutan



dapat meningkatkan



motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RKH. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1.  Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RKH hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan . 2.    RKH yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RKH secara lengkap dan baik karena RKH merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. 3.    Dokumen



RKH hendaknya dibuat



minimal dua rangkap, satu untuk arsip



sekolah dan satunya lagi untuk pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.



DAFTAR PUSTAKA Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang. Dewi, Kurniawati Eni . 2009. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan Pendekatan Tematis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.



Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. 2005. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. 2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas. 2008. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Depdiknas. 2009. Petunjuk Teknis Pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis Ilmiah Dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta.



Fatihah, RM . 2008. Pengertian konseling (Http://eko13.wordpress.com, diakses 19 Maret 2009).



Imron, Ali. 2000. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.



Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta. 2010. Supervisi Akademik. Jakarta. Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi (http://massofa.wordpress.com diakses 10 Agustus 2009).



Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Pidarta, Made . 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.



Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan Indikator. Jakarta : Binamitra Publishing.



Suharjono. 2003. Menyusun Usulan Penelitian. Jakarta: Makalah Disajikan pada Kegiatan Pelatihan Tehnis Tenaga Fungsional Pengawas.



Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.



2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.



Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua



LAMPIRAN - LAMPIRAN



Mutu pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya Mendiknas, Bapak Abdul Malik Fadjar “ (Republika, 2003). Untuk membangun pendidikan yang bermutu, yang paling penting bukan membangun gedung sekolah atau sarana dan prasarananya, melainkan harus dengan upaya peningkatan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan. Kesemuanya itu hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu. Lembar Wawancara kepada Guru



Ada beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada guru yang berhubungan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 1.        Apakah Ibu mengetahui kerangka dalam menyusun RKH ? 2.        Apakah Ibu memiliki dokumen Standar Proses ? 3.        Apakah Ibu ada membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ? 4.        Jika ada, apakah ibu menyusunnya sendiri atau mengadopsi RKH atau mengadaptasi RKH yang dibuat oleh orang lain ?



5.        Kalau tidak mengapa ? Jelaskan ! 6.        Bagaimanakah



pendapat Ibu jika seorang guru mengajar tanpa menggunakan



Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM)? 7.        Apakah ada kendala dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ? 8.        Apakah Ibu setuju guru mengajar menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RKH dan RKM) ? 9.        Apakah Ibu tahu komponen-komponen yang harus ada pada RKH?



Lampiran 1



ANGKET YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI



NAMA GURU



:



ASAL SEKOLAH



:



ALAMAT SEKOLAH



:



1.        Guru wajib memiliki Standar proses dan standar penilaian a.Sangat setuju



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



2.        Guru berkewajiban membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran a.Sangat setuju



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



3.        Rencana Pelaksanaan pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam mengajar a.Sangat setuju



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



4.        Dalam penyusunan RKH paling sedikit memuat lima komponen yaitu tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar a.Sangat setuju



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



5.        Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik



a.Sangat setuju



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



6.        Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsif dan prosedur yang relevan a.Sangat setuju



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



7.        Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran a.Sangat setuju



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



8.        Sumber belajar didasarkan pada SK, KD, Materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi a.Sangat setuju



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



9.        Penilaian hasil belajar mengacu kepada standar penilaian a.Sangat setuju



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



10.    RKH yang sudah dibuat perlu direvisi apabila tidak dapat dilaksanakan di kelas a.Sangat setuju



KETERANGAN :



b. Setuju



c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju



Kolom komponen/aspek motivasi diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut : STS



=



Sangat tidak setuju, skor



TS



=



Tidak setuju skor



S



=



Setuju skor 3



ST



=



Sangat setuju skor



2



4



1



PEDOMAN PENILAIAN RKH NAMA



:…………………………………………………………..



NIG/NUPTK



:………………………………………………………….



No



Komponen 1



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



2



NILAI 3



Mencantumkan Identitas Mencantumkan Indikator Mencantumkan Tujuan Pembelajaran Mencantumkan Materi Pembelajaran Mencantumkan Metode Pembelajaran Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran Mencantumkan Sumber Belajar Mencantumkan Penilaian Jumlah



Keterangan 4



Total =



Catatan : Skor 1 : Tidak Mencantumkan Skor 2 : Mencantumkan tapi tidak sinkron Skor 3 : Mencantumkan secara singkat Skor 4 : Mencantumkan secara lengkap dan sinkron



Saran : ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ………………………



Perbaikan : ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………… …………………..



Diposting oleh...................



UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG MENGGUNAKAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI KELOMPOK B TK .......................



PENELITIAN TINDAKAN KELAS Disusun Dalam Rangka Pengembangan Profesional keguruan



 



Disusun Oleh :



......................... Unit Kerja Pemerintah Kabupaten ............... Dinas Pendidikan Kabupaten ............... TK ......................................... Tahun ...........................



BAB I PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masa lima sampai enam tahun pertama kehidupan anak sebagaimana yang tertera pada modul yang diterbitkan oleh Depdiknas (2009:1), anak TK merupakan masa di mana perkembangan kognitif, motorik, intelektual, emosional, bahasa dan sosial berlangsung dengan sangat cepat sehingga menentukan masa depan anak. Di masa inilah semua perkembangan anak mulai terbentuk dan cenderung menetap sampai usia dewasa. Dengan demikian betapa pentingnya pendidikan awal bagi anak TK yang memberikan bekal untuk mempersiapkan diri menerima pengajaran bagi kehidupan selanjutnya.



Usia prasekolah merupakan usia yang sangat strategis untuk menerima rangsangan-rangsangan dari luar, melalui pemberian rangsangan-rangsangan positif untuk pertumbuhan dan perkembang anak menjadi maksimal. Kematangan kognitif pada anak prasekolah, secara garis besar, Piaget (dalamSuparno, 2001:24-25), mengelompokkan menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor  (0-2 tahun), tahap praoperasi (2-7 tahun), tahap operasi konkret (7-11 tahun) dan tahap operasi formal (11 tahun - dewasa). Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawi. Tahap praopcrasi diwarnai dengan mulai digunakannya simbol-simbol untuk menghadirkan suatu benda atau pemikiran khususnya penggunaan bahasa. Tahap operasi konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis dan jelas. Tahap operasi formal dicirikan dengan pemikiran abstrak, hipotesis, deduktif serta induktif. Tahap-tahap tersebut saling berkaitan. Urutan tahap-tahap tidak dapat ditukar atau dibalik, karena tahap sesudahnya mengandaikan terbentuknya tahap sebelumnya. Lebih lanjut Piaget (dalam Suparno,2001: 24-25), menegaskan bahwa kemampuan anak menggunakan simbol-simbol untuk  menghadirkan suatu benda atau pemikiran, dilakukan melalui



penggunaan bilangan yang dapat menggantikan obyek, peristiwa, dan kegiatan,



misalnya dengan aktivitas menghitung dari 1-20. Kemudian berhitung mundur. Aktivitas ini mampu meningkatkan kepekaan dan kemampuan anak untuk mengamati pola-pola logis numerik (bilangan) serta kemampuan untuk berpikir rasional/logis. Pengembangan kemampuan berhitung 1-20 pada anak merupakan salah satu kemampuan dasar yang dipersiapkan, bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macama alternatif pemecahan masalah, pengembangan kemampuan logika matematika,



pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan, dan persiapan pengembangan kemampuan berpikir teliti. Mengingat efek penting dari materi pengembangan kemampuan berhitung 1-20 sejak dini, maka dari itu, sangat perlu kiranya diberikan rangsangan, dorongan dan dukungan berapa program pembelajaran yang terencana, bermanfaat dan menyenangkan. Di sinilah peran guru sangat diperlukan, untuk itu sebagai guru TK harus dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan pengembangan pembelajaran kemampuan berhitung 1-20 di sekolah sesuai dengan kreativitasnya, sejauh tidak bertentangan dengan prinsip dan asas pembelajaran di TK. Pada kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyaknya permasalahan yang merujuk pada ketidakmampuan anak  dalam hal berhitung 1-20. Kondisi rendahnya kemampuan berhitung 1-20 pada anak kelompok B, salah satu penyebabnya diakibatkan oleh faktor guru, yakni guru kurang mampu menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Mengarah pada alternatif pemecahan permasalahan yang ada pada anak yaitu meningkatkan kemampuan berhitung 1-20, menuntut guru TK untuk mampu mengelola proses pembelajaran dengan menerapkan permainan. Pada hakikatnya melalui permainan dalam mempelajari sesuatu, anak tidak akan merasa sedang belajar. Sehingga anak akan lebih



merasa nyaman dalam mengikuti aktivitas yang ada. Model pembelajaran yang



menggunakan teknik permainan akan membantu memudahkan mereka untuk mempelajari sesuatu tanpa merasa sedang belajar. Dengan demikian, teknik  permainan dapat dikembangkan untuk  membantu penguasaan anak-anak terhadap aspek-aspek khusus, termasuk dalam mengembangkan kemampuan berhitung pada anak. Salah satu contoh permainan yang akan



digunakan sebagai bahan kajian analisis penelitian, terkait dengan rendahnya kemampuan berhitung pada anak kelompok B, yakni dengan permainan ular tangga. Maka



berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis



mengambil judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Menggunakan Permainan Ular Tangga di Kelompok B TK ..................................



B.     Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah penerapan permainan ular tangga dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B TK ...........................................



C.    Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan permainan ular tangga dalam meningkatkan kemampuan berhitung anak kelompok B di TK ................



D.    Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.      Manfaat Teoritis a.       Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua dan guru.



b.      Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak. 2.      Manfaat Praktis a.  Bagi anak didik 1)        Membantu anak menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit. 2)        Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung. 3)        Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung. 4)        Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang. b.      Bagi guru 1)      Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran berhitung. 2)      Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran. c.       Bagi sekolah 1)      Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien. 2)      Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran. 3)      Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A.    Hakikat Perkembangan Kognitif Pada Usia Dini Pengertian kognitif yang diadaptasi dari pendapat Kurrien (2004: 8), adalah suatu proses



berpikir



yang



berupa



kemampuan



untuk menghubungkan,



menilai



dan



mempertimbangkan sesuatu. Dapat juga dimaknai sebagaikemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan. Pernyatan di atas relevan dengan pendapat dari Patmonodewo (1994: 39), yang mengemukakan bahwa, kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh



pengetahuan atau yang dibutuhkan untuk



menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif menunujukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan. Konsep dasar kemampuan kognitif  pada istilah anak, meliputi konsep tentang warna, bentuk, ukuran, tekstur, bau. Pada saat yang sama, aktivitas-aktivitas tersebut dirancang untuk membantu anak  mengembangkan lima proses mental atau keterampilan berpikir, yaitu 1) menjodohkan; 2) mengklasifikasikan / mengelompokkan.; 3) memahami pola, 4) memahami hubungan, 5) pemecahan masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak hanya membentuk dan memperbaiki konsep-konsep yang pernah diperoleh sebelumnya, tetapi juga sebagai dasar yang sangat berharga untuk membangun kemampuan-kemampuan mental yang akan dibutuhkan nanti di Sekolah Dasar dan di sekolah yang lebih tinggi (Kurrien, 2004: 11). Kemampuan kognitif



merupakan salah satu dari pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru untuk meningkatkan kemampuan anak sesuai dengan tahap perkembangannya, agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan logika matematika dan persiapan pengembangan berpikir teliti.



B.     Tahapan Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini Piaget (dalam modul Diknas, 2007: 3),membagi 4 tingkat perkembangan kemampuan otak untuk berpikir mengembangkan pengetahuan (kognitif), yaitu tahapan sensorik motorik (018 atau 24 bulan), tahap pra-operasional (2 tahun-7 tahun), operasional konkrit  (7tahun11tahun), dan operasional formal (mulai 11 tahun). Anak usia dini berada pada tahapan pra operasional (2-7 tahun), dalam arti pada tahap ini anak telah mampu menggunakan logika pada tempatnya. Secara rinci Rahayu (2002:221), menerangakan tahapan kognitif anak usia dini yang berada pada tahapan pra operasional (2-7tahun). Perkembangan pra operasional dimulai dengan penguasaan bahasa yang



sistematis, permainan simbolis, imitasi (tidak



langsung),yang memungkinkan anak berpikir dan menyimpulkan eksistensi sebuah benda atau kejadian tertentu walaupun benda atau



kejadian itu berada di luar pandangan,



pendengaran, atau  jangkauan tangannya. Sebagai contoh pada masa ini anak masih belum mampu berpikir secara terbalik (ir-reversable) misalnya Totok mengambil 2 donat ibu, sedang ani mengambil 3, sisa donat ibu tinggal 5, berapa mula-mula donat ibu?. Perkembangan kognitif anak TK dipengaruhi salah satunya oleh kematangan dan belajar, maka guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga



kebutuhan anak dapat terpenuhi dan



tersalurkan



dengan sebaik-baiknya menuju



perkembangan kemampuan dasar kognitif yang optimal.



C.    Klasifikasi Pengembangan Kognitif Klasifikasi pengembangan kognitif  yang dimaksud, sebagaimana yang tercantum pada modul yang diterbitkan dari Diknas (2007:6), adalah cara untuk mempermudah guru dalam menstimulasi kemampuan kognitif anak, sehingga tercapai optimalisasi potensi pada masing-masing anak. Lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut: 1)             Pengembangan Auditory (PA) Berhubungan dengan bunyi atau indera pendengaran anak. 2)      Pengembangan Visual (PV) Kemampuan ini berhubungan dengan penglihatan, pengamatan, perhatian, tanggapan dan persepsi anak terhadap lingkungan sekitar. 3)      Pengembangan Taktil (PT) Kemampuan ini berhubangan dengan pengembangan tekstur (indera peraba) 4)      Pengembangan Kinestetik (PK) Kemampuan ini yang berhubungan dengan kelancaran gerak tangan/keterampilan tangan atau motorik halus yang mempengaruhi perkembangan kognitif .



5)      Pengembangan Aritmatika (PAr) Kemampuan ini yang berhubungan dengan kemampuan yang diarahkan untuk kemampuan berhitung atau konsep berhitung permulaan. Kemampuan yang dikembangkan, antara lain, mengenali atau membilang angka, menyebut urutan bilangan, menghitung benda, mengenal himpunan dengan nilai bilangan, dan mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan, dan pengurangan, dengan menggunakan konsep dari konkrit keabstrak. 6)      Pengembangan Geometri Kemamapuan geometri berhubungan dengan pengembangan konsep bentuk bangun geometri.



D.    Hakikat Pengembangan Kemampuan Berhitung Anak Usia Dini Berhitung merupakan bagian dari komponen mengenai konsep bilangan, lambang bilangan. Anak diharapkan mengenal konsep bilangan, lambang bilangan sehingga mampu untuk berhitung dengan benar. Berhitung sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari di sekitar anak, baik di rumah, lingkungan sekitar tempat tinggal, sekolah, tempat umum, dan di manasaja (Griffith, 1992: 25). Kesenangan anak  dalam penguasaan konsep berhitung dapat dimulai dari diri sendiri ataupun rangsangan dari luar seperti permainan- permainan dalam pesona matematika. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung, sebagaimana pendapat dari Susanto (2011:98), adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan



kemampuannya, sesuai dengan karakteristik perkembangan kemampuannya yang dimulai dari lingkungan terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuan anak dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai lambang bilangan, jumlah, yaitu yang berhubungan dengan jumlah dan pengurangan.



E.     Tahapan Kemampuan Berhitung Anak Taman Kanak-kanak Penguasaan kemampuan berhitung pada anak usia Taman Kanak-Kanak (TK) menurut pendapat dari Susanto (2011:100), akan melalui tahapan sebagai berikut: 1.              Tahap konsep / pengertian Pada tahap ini anak berekspresi untuk  menghitung segala macam benda-benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihat. 2.      Tahap transmisi/peralihan Tahap transmisi merupakan masa peralihan dari yang konkret ke lambang. Tahap ini adalah saat anak mulai benar-benar memahami jumlah benda ke dalam lambang bilangan. 3.      Tahap lambang Tahap ini di mana anak sudah mulai diberi kesempatan menulis sendiri tanpa paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, sebagai jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung.



Ketiga tingkat penguasaan tahapan ini dimulai dari memahami konsep berhitung, kemudian menghubungkan benda-benda nyata dengan lambang bilangan, selanjutnya anak memahami lambang bilangan. Untuk mengembaangkan tahapan demi tahapan penguasaan kemampuan berhitung pada anak salah satunya dikenalkan melalui permainan.



F.     Hakikat Bermain dan Permainan Bermain dan permainan merupakan satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran yang sangat diperlukan untuk menumbuh kembangkan keterampilan anak seoptimal mungkin, maupun kesiapan anak untuk mengikuti pendidikan dasar. Pada usia kanak-kanak, bermain mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan anak, menurut (Kartono 2007:116). Bermain adalah kesibukan yang dipilih anak untuk  menyalurkan kelebihan tenaga yang terdapat pada dirinya dan dorongan belajar guna melatih semua fungsi jasmani dan rohani. Lebih jauh Kartono menegaskan bahwa bermain adalah suatu proses yang diperlukan baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Bermain merupakan proses pembelajaran yang melibatkan pikiran, persepsi, konsep, kelahiran sosial dan fisik. Selain itu bermain juga dikaitkan dengan ganjaran intrinsik dan kegembiraan. Dengan demikian bermain merupakan aktifitas yang natural bagi anak-anak yang memberi peluang kepada mereka untuk mencipta, menjelajah dan mengenal dunia mereka sendiri. Menurut Spencer (dalam Kartono,2007:118), bermain adalah suatu upaya anak untuk mencari kepuasan, melarikan diri ke alam fantasi dengan melepaskan segala keinginannya yang tidak dapat tersalurkan dengan permainan maka energi yang tidak tersalurkan tersebut akan mencair, teori ini biasanya disebut teori pemunggahan.



Bermain sebagai kegiatan mempunyai nilai praktis. Menurut Hurlock, bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk  kesenangan. Di samping itu bermain bagi anak adalah upaya yang menyalurkan energi yang berlebihan dan dapat menghindari negatif yang diakibatkan dari tenaga yang berlebihan (Syaodih www.kangzusi.com) Bermain adalah pekerjaan anak-anak  dan anak-anak sangat gemar bermain. Dalam bermain anak mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dengan mencoba berbagai cara dengan mengerjakan sesuatu dan memilih dan menentukan cara yang paling tepat. Dalam bermain anak-anak menggunakan bahasa untuk membawakan aktivitasnya, memperluas dan menyaring bahasa mereka dengan berbicara dan mendengar anak lain. Ketika bermain mereka belajar memahami orang lain dengan cara mensepakati komitmen yang mereka buat dari berbagai aturan dan menilai pekerjaan secara bersama-sama. Bermain mematangkan perkembangan anak anak dalam semua area, intelektual, sosial, berhitung , dan fisik. Bermain bagi anak adalah apa yang mereka lakukan sepanjang hari, bermain adalah kehidupan dan kehidupan adalah bermain. Anak-anak tidak membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak adalah pemain alami, mereka menikmati bermain dan dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama untuk  sebuah keterampilan. Bermain merupakan motivasi interinsik bagi anak dan tidak ada seorangpun yang dapat mengatakan apa yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. 1.              Hakikat Permainan Permainan berdasarkan pendapat dariMartuti (2008:57), merupakan kepentingan dan kebutuhan anak dalam lingkup hidupnya, lewat permainan ia belajar keahlian untuk bertahan dan menemukan pola dalam kehidupannya, Permainan merupakan tujuan dasar dari belajar pada masa kanak-kanak, anak-anak secara bertahap mengembangkan konsep



dari hubungan yang wajar, kemampuan untuk membedakan,



untuk menilai,



untuk menganalisis dan mengambil intisari, untuk membayangkan. Ismail



(dalam Susanto, 2011:129), mendefinisikan



permainan sebagai suatu



aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan berhitung . Menurut beberapa pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan definisi permainan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh beberapa anak  untuk mencari kesenangan yang dapat membentuk proses kepribadian anak dan membantu anak mencapai perkembangan fisik, intelektual, sosial, moral dan berhitung . Menurut Kohnstam seorang sarjana Belanda, yang mengembangkan teori fonemonologis dalam padagogik teoritisnya menyatakan, bahwa permainan merupakan satu fonemena atau gejala yang nyata, yang mengandung unsur suasana permainan (Kartono, 2007:120). Dalam permaianan mengajarkan pendidikan rohani, moral, jasmani, berenang, pemahaman gender, melatih indera anak, kebebasan bermain, pengamatan, pengalaman, bahasa asing, menyanyi, menggambar pada anak usia dini melalui pengenalan alam sekitar dimana anak  berada. (http://www.fai.umj.ac.id) Permainan anak-anak merupakan wadah dasar dan indikator pengembangan mental. Dari permainan memungkinkan anak-anak untuk memajukan perkembangannya seperti sensori motor, intelegensi pada bayi, mulai dari operasional sampai operasional konkrit pada anak pra sekolah juga mengembangkan kognitif, khususnya kemampuan berhitung. Selain itu permainan merupakan kegiatan menyenangkan yang dilakukan oleh anak, dengan permainan anak dapat melakukan banyak hal, salah satunya adalah meningkatkan kemampuan berhitung. Mengenalkan konsep berhitung di jalur matematika pada anak usia TK merupakan masa yang sangat strategis, hal ini dikarenakan usia TK sangat peka terhadap



rangsangan yang diterima dari lingkungan. Rasa ingin tahu yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi/rangsangan yang sesuai dengan tugas perkembangannya, misalnya melalui berbagai macam/jenis permainan. 2.              Jenis-jenis Permainan Usia dini/pra sekolah merupakan usia yang efektif untuk mengembangakan berbagai potensi yang dimiliki anak. Upaya pengembangan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara termasuk melalui permainan. Kebanyakan anak lebih menyukai jenis permainan aktif dari pada permainan pasif. 1)      Permainan Aktif Permainan aktif menurut pendapat Montolalu (2010:6.15), didasarkan pada tinggi rendahnya keterlibatan anggota tubuh, kegiatan bermain aktif merupakan kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri, kegiatan ini dapat diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh. Kegiatan permainan ini terjadi, apabila anak bermain bersama temannya dalam kegiatan sosial secara aktif, dan mengikuti aturan permainan. Salah satu kegiatan bermain yang termasuk adalah permainan ular tangga. Pada kegiatan permainan ular tangga ini anak saling mengikuti aturan yang mereka anggap baik, walaupun tidak ada yang menjadi pemimpin atau yang mengatur arah permainan secara resmi. 2)      Permainan Pasif



Hiburan merupakan satu bentuk bermain pasif.



Dalam hal ini anak



memperoleh kesenangan bukan berdasarkan kegiatan yang dilakukan sendiri. Misalnya menonton film, membaca, mendengarkan musik, mendengarkan radio. Salah satu contoh bentuk permainan yang dapat mengembangkan kemampuan berhitung pada anak usia dini adalah permainan ular tangga. Permainan ular tangga ini merupakan permainan yang mengarah pada penguasaan kemampuan berhitung anak. Hal ini dikarenakan dalam permainan ular tangga terdapat konsep-konsep urutan angka/bilangan yang harus dikuasai oleh anak.



G.    Permainan Ular Tangga Bagi Anak Usia Dini Permainan ular tangga walaupun selama ini masih dianggap sebagai permainan yang murah, praktis, dan mudah untuk dibuat, namun permainan ular tangga ini, diyakini dapat menarik perhatian anak. Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil, didalam kotak tersebut tergambar sejumlah“tangga” atau “ular” yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini diciptakan pada tahun 1870. Tidak ada papan permainan standar



dalam ular tangga,



setiap orang dapat menciptakan papan mereka sendiri



dengan jumlah kotak, ular dan tangga yang berlainan. Sriningsih (2008:95) mengungkapkan secara umum bahwa media permainan ular tangga dapat diberikan untuk anak usia 5-6 tahun dalam rangka menstimulasi berbagai bidang pengembangan seperti kognitif, bahasa dan sosial. Keterampilan berbahasa yang dapat distimulasi melalui permainan ini misalnya kosa kata naik-turun, maju mundur, ke atas- kebawah, dan lain sebagainya. Keterampilan sosial yang dilatih dalam permainan



ini diantaranya kemauan mengikuti dan mematuhi aturan permainan, bermain secara bergiliran. Keterampilan kognitif matematika yang terstimulasi yaitu menyebutkan urutan bilangan, mengenal lambang bilangan dan konsep berhitung.



BAB III METODE PENELITIAN



A.    Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.



B.     Tempat Dan Waktu Penelitian   Penelitian yang dilakukan penulis mengambil lokasi di Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Persatuan Meduran Manyar Gresik Adapun penelitian dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2014 – 2015.



C.    Subjek Penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok B TK ..........................



D.    Rancangan Penelitian Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu : 1.      Menyusun rencana tindakan 2.      Melaksanakan tindakan 3.      Melakukan observasi 4.      Membuat analisis dilanjutkan refleksi Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah guru kelas kelompok B sebagai peneliti bersama-sama dengan guru kelompok A yang bertindak sebagai observer SIKLUS – 1 1.      Penyusunan rencana tindakan 1 Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan dengan tujuan untuk kemampuan berhitung yang meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkahlangkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai pokok



bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan. 2.      Pemberian tindakan 1 Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan permainan ular tangga sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan tanya jawab tentang kondisi anak ataupun dengan benda-benda di sekitar anak yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan, siswa beri tugas untuk mengamati dan melihat media yang telah disediakan, kemudian siswa diminta untuk melakukan permainan ular tangga. 3.      Melakukan observasi Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok B yang bertindak sebagai peneliti bersama guru kelompok A melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak lanjut. 4.      Pembuatan analisis dan refleksi Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersamasama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada.



SIKLUS – 2 1.      Penyusunan rencana tindakan 2 Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1. 2.      Pembelajaran tindakan 2 Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada siklus 1. Diharapkan pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung dapat teratasi. 3.      Pelaksanaan observasi Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok B yang bertindak sebagai peneliti bersama guru kelompok A melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak lanjut. 4.      Pembuatan analisis dan refleksi



Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.



E.     Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan atau pemberian tugas. 1. Observasi Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap/perilaku guru dan anak. Tujuannya adalah mengamati peristiwa yang dirasakan subjek dan untuk mengembangkan pemahaman tentang kognitif ( berhitung )  secara kompleks yang dimiliki anak. Tabel 3.1 Format Observasi. No



Observasi Guru



1 2 3 4



Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan



5



kegiatan yang dilakukan Penguasaan materi Siswa



1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



SB



B



C



K



                        Keterangan:                         SB       : Sangan baik               C         : Cukup                         B         : Baik.                          K         : Kurang     2.      Penugasan atau pemberian tugas Suatu penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak. Pemberian  tugas dapat dilakukan secara kelompok atau individu. Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti proses  belajar mengajar atau menerima materi. Tabel 3.2 Aspek Penilaian dalam permainan ular tangga No 1 2



Tahapan Peralatan / media Membilang angka 1- 20 Permainan ular tangga Menunjukkan lambang bilangan



3 4



1-20 Membuat urutan bilangan 1-20 Menghitung hasil penambahan 120



      F.     Sumber Data



Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah : 1.



Data yang didapat dari kegiatan anak yang diamati selama proses kegiatan berlangsung dilakukan melalui observasi atau pengamatan langsung yang mana hasilnya ditulis dalam lembaran observasi.



2.



Data dari hasil kegiatan anak dapat dilihat dalam proses kegiatan anak berlangsung yakni ketika anak bermain ular tangga.



G.    Teknik Analisis Data Penulis menggunakan tanda penilaian berupa angka yang memiliki kriteria sebagai berikut:



                           



1).      Nilai 4: sangat baik



                           



2).      Nilai 3: baik



                           



3).      Nilai 2: cukup baik



                           



4).      Nilai 1: kurang baik



Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data dihasilkan dari menggunakan rumus (Suharsimi Arikunto,1998)



Keterangan: x = nilai rata-rata n = jumlah jawaban N = jumlah anak 1, 2, 3, 4 = bobot atau skor jawaban Prosentase keseluruhan analisis data dari penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus (Fuad Amsyari)



Keterangan: X = nilai rata-rata



= presentase masing-masing kriteria



N = jumlah anak Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penguasaan lebih dari 75% dan belum mencapai ketuntasan apabila taraf penguasaan kurang dari 75%



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.    Deskripsi Siklus I 1.      Perencanaan a.       Membuat rencana penelitian pembelajaran b.      Membuat media pembelajaran anak c.       Membuat lembar observasi atau pengamatan 2.      Hasil Pengamatan Pada pelaksanaan pertama diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model permainan ular tangga. Tabel 4.1 Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran No 1 2 3 4



Observasi Guru Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan yang dilakukan



SB



B √ √ √ √



C



K



5



Penguasaan materi



√ Siswa



1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



√ √ √



Tabel 4.2 Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan Ular Tangga Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran No



Nama



Membilang 1-20



Menunjuk lambang bilangan 1-20



Membuat urutan bilangan 1-20



Menghitung hasil penjumlahan 1-20



1



Achmad Taajul Irfani



3



3



3



2



2



Ach. Sandy Sirajul Wijaya



2



2



2



1



3



Anugrah Risky Sugiarto



3



3



3



2



4



Awwanda Zayyinatus S.



2



2



3



2



5



Asnu Habbibul Hafazy



3



3



3



2



6



Hilda Attaya Fitri



3



2



3



3



7



M. Farel Danu Apriya



3



3



3



2



8



M. Iqbal Fadilah Jauhar



2



2



3



2



9



Ireina Yunalita Putri



3



3



3



2



10



M. Ilham Al Faruq



3



3



3



2



11



Mustika Oktavia Syafitri



2



3



3



2



12



M. Ilham Adinugroho



3



3



2



1



13



Nadhira Firnanda



3



3



3



2



14



Sabrina Viera Ramadhani



2



2



3



3



15



Siti Nurfadhilah Ramadhani



2



3



2



2



16



Rakha Satya Waranggana



3



3



3



2



Jumlah



42



43



45



32



Prosentase



65.63



67.19



70.31



50.00



rata-rata



63.28



Hasil penilaian belajar anak dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung dengan menggunakan permainan ular tangga yakni pada aspek penilaian membilang angka 1 - 20, hasil prosentasenya adalah sebesar 65,63%. Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek menunjuk bilangan/angka 1-20 pada kegiatan permainan ular tangga ini, hasilnya yaitu sebesar 67,19%. Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek membuat urutan bilangan 1-20 pada kegiatan ular tangga ini, hasilnya sebesar 70,31%. Sedangkan untuk aspek penilaian pada permainan ular tangga berdasarkan pada menghitung hasil penjumlahan 1 – 20 yakni sebesar 50%. Prosentase keseluruhan dari hasil kegiatan permainan ular tangga diatas, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:= 63,28 % Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus pertama, penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan ular tangga dikategorikan belum mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 63,28%



B.     Deskripsi Siklus II 1.      Perencanaan a.       Membuat rencana penelitian pembelajaran b.      Membuat media pembelajaran anak c.       Membuat lembar observasi atau pengamatan 2.      Hasil Pengamatan Pada siklus 2 ini diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model permainan.



Tabel 4.3 Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran No



Observasi Guru



SB



B



1 2 3 4



Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan



√ √ √ √



5



kegiatan yang dilakukan Penguasaan materi







1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



Siswa √ √ √



C



K



Tabel 4.4 Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan Ular Tangga Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran No



Nama



Membilang 1-20



Menunjuk lambang bilangan 1-20



Membuat urutan bilangan 1-20



Menghitung hasil penjumlahan 1-20



1



Achmad Taajul Irfani



4



3



3



3



2



Ach. Sandy Sirajul Wijaya



3



3



3



2



3



Anugrah Risky Sugiarto



4



4



3



4



4



Awwanda Zayyinatus S.



3



3



3



3



5



Asnu Habbibul Hafazy



4



3



3



3



6



Hilda Attaya Fitri



3



3



4



4



7



M. Farel Danu Apriya



3



4



4



3



8



M. Iqbal Fadilah Jauhar



3



3



3



3



9



Ireina Yunalita Putri



4



3



4



3



10



M. Ilham Al Faruq



3



3



3



3



11



Mustika Oktavia Syafitri



3



3



3



3



12



M. Ilham Adinugroho



3



3



3



3



13



Nadhira Firnanda



4



3



3



3



14



Sabrina Viera Ramadhani



3



3



3



3



15



Siti Nurfadhilah Ramadhani



3



3



3



3



16



Rakha Satya Waranggana



4



4



4



4



Jumlah



54



51



52



50



Prosentase



84.38



79.69



81.25



78.13



rata-rata



80.86



Pada siklus kedua ini, hasil penilaian belajar anak dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung dengan menggunakan permainan ular tangga yakni pada aspek penilaian membilang angka 1 - 20, hasil prosentasenya adalah sebesar 84,38%. Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek menunjuk bilangan/angka 1-20 pada kegiatan permainan ular tangga ini, hasilnya yaitu sebesar 79,69%. Untuk aspek penilaian berdasarkan pada aspek membuat urutan bilangan 1-20 pada kegiatan ular tangga ini, hasilnya sebesar 81,25%. Sedangkan untuk aspek penilaian pada permainan ular tangga berdasarkan pada menghitung hasil penjumlahan 1 – 20 yakni sebesar 78,13%. Prosentase keseluruhan dari hasil kegiatan permainan ular tangga diatas, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:= 80,86 % Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus kedua, penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan ular tangga dikategorikan sudah mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 80,86%



C.    Pembahasan Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Siklus 2 berisi tentang perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran siklus 1. Pembelajaran



dalam siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 2 Desember 2014 dan pembelajaran dalam siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 9 Desember 2014. Pada siklus 1, pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung yang meliputi kemampuan membilang 1-20 dengan benar, menunjukkan angka 1-20, membuat urutan angka 1-20, menghitung hasil penjumlahan 1-20 menunjukkan prosentase hasil sebesar 63,28% maka hasil demikain pembelajaran belum mencapai ketuntasan. Sehingga masih perlu dilakukan perbaikan pada siklus 2 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pada siklus kedua dilakukan perbaikan sehingga hasil kemampuan anak dalam berhitung dengan menggunakan permainan ular tangga mengalami peningkatan, yakni sebesar 80,86%. Dari hasil tersebut maka pembelajaran dengan menggunakan permainan ini dikatakan tuntas. Aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran berlangsung cukup baik.



BAB V PENUTUP A.    Simpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung di Kelompok B TK ........................... maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan pembelajaran melalui permainan ular tangga dalam kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak. Ini diketahui dari hasil analisis siklus I sebesar 63,28% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 80,86%. 2. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.



B.     Saran Dari hasil pelaksanaan penelitian kegiatan pembelajaran melalui permainan ular tangga ini terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yakni :



1.



Bagi anak TK agar memotivasi diri untuk berani melakukan dan mencoba sendiri dirumah hal-hal yang dipelajarinya ditaman kanak-kanak. Hal ini untuk lebih melatih kemampuan anak dalam berhitung.



2. Bagi guru TK disarankan hendaknya menciptakan sebuah bentuk tugas yang menyenangkan bagi anak. 3. Bagi kepala sekolah TK disarankan agar dapat memperhatikan, mendukung dan memberikan



fasilitas



perkembangan anak.



untuk



membantu



upaya



guru



dalam



membantu



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dkk., 2008, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional, 2000, Permainan Berhitung Di Taman Kanak-Kanak  , Jakarta: DirjenDikdasmen Direktorat Dikdas. http://id.wikipedia.org/pembelajarankognitif,diakses 19 Maret 2012 Suparno, Paul, 2001, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget, Yogyakarta: Kanisius. Suharsimi, Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: PT Rineka Cipta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2004, Bandung: Citra Umbara. _____, 2004, Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudlatul Athfal, Jakarta, Dirjen Manajemen Dikdasmen, Direktorat Pembinaan TKdan SD. _____, 2007, Pedoman Pembelajaran Kognitif  Di Taman Kanak-Kanak , Jakarta, Dirjen Manajemen Dikdas



Lampiran 1



Persiapan Tindakan Pada Siklus 1 Pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga dalam upaya meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung



Bidang Pengembangan Indikator         Judul Kegiatan         Hasil Belajar                



: Kemampuan Kognitif : Mengenal angka 1-20 : Permainan ular tangga :         Anak dapat membilang angka 1 – 20 dengan baik        



Anak menunjukkan angka 1-20 dengan



benar        



Anak dapat membuat urutang angka 1-20



dengan benar        



Pelaksanaan         Alat yang digunakan        



Media papan ular tangga



Anak



dapat



menunjukkan



penjumlahan 1-20 dengan benar : Selasa, 2 Desember 2014 : Papan ular tangga dan dadu



hasil



        Langkah Pelaksanaan : 1.      Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi 2.      Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan 3.      Guru menyiapkan media papan ular tangga 4.      Guru menjelaskan cara melakukan permainan ular tangga 5.      Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok sebelum melakukan permainan ini. 6.      Anak-anak melakukan permainan ular tangga secara bergantian 7.      Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini 8.      Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.



Satuan Kegiatan Harian



Indikator



2



Semester



: I (Satu)



Minggu



: …………..



Tema



: ……………



Kegiatan Pembelajaran



Metode



Kegiatan Awal         Bernyanyi berdo’a, salam         Tanya jawab         Melakukan Tanya jawab tentang        Bercakap-cakap kondisi siswa dan tanya jawab        demontrasi yang berhubungan dengan tugas hari ini Mengenal angka 1-20



Kegiatan Inti         Melakukan permainan ular tangga Istirahat         Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan         Do’a makan         Bermain Kegiatan Akhir         Diskusi kegiatan sehari         Do’a pulang, salam



Alat Sumber Belajar



Penilaian Perkembangan An Alat Hasil



Papan ular tangga beserta dadu



Pemberian tugas dan Tanya jawab



       



Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran



No



Observasi Guru



SB



B



1 2 3 4



Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan



√ √ √ √



5



kegiatan yang dilakukan Penguasaan materi







1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



C



K



Siswa √ √ √



Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan Ular Tangga



Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran No



Nama



Membilang 1-20



Menunjuk lambang bilangan 1-20



Membuat urutan bilangan 1-20



Menghitung hasil penjumlahan 1-20



1



Achmad Taajul Irfani



3



3



3



2



2



Ach. Sandy Sirajul Wijaya



2



2



2



1



3



Anugrah Risky Sugiarto



3



3



3



2



4



Awwanda Zayyinatus S.



2



2



3



2



5



Asnu Habbibul Hafazy



3



3



3



2



6



Hilda Attaya Fitri



3



2



3



3



7



M. Farel Danu Apriya



3



3



3



2



8



M. Iqbal Fadilah Jauhar



2



2



3



2



9



Ireina Yunalita Putri



3



3



3



2



10



M. Ilham Al Faruq



3



3



3



2



11



Mustika Oktavia Syafitri



2



3



3



2



12



M. Ilham Adinugroho



3



3



2



1



13



Nadhira Firnanda



3



3



3



2



14



Sabrina Viera Ramadhani



2



2



3



3



15



Siti Nurfadhilah Ramadhani



2



3



2



2



16



Rakha Satya Waranggana



3



3



3



2



Jumlah



42



43



45



32



Prosentase



65.63



67.19



70.31



50.00



rata-rata



63.28



Lampiran 2 Persiapan Tindakan pada siklus 2 Pembelajaran dengan menggunakan permainan ular tangga dalam upaya meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung



Bidang Pengembangan Indikator         Judul Kegiatan         Hasil Belajar                



: Kemampuan Kognitif : Mengenal angka 1-20 : Permainan ular tangga :         Anak dapat membilang angka 1 – 20 dengan baik        



Anak menunjukkan angka 1-20 dengan



benar        



Anak dapat membuat urutang angka 1-20



dengan benar        



               



Pelaksanaan Alat yang digunakan



Media papan ular tangga



Anak



dapat



menunjukkan



penjumlahan 1-20 dengan benar : Selasa, 9 Desember 2014 : Papan ular tangga dan dadu



hasil



        Langkah Pelaksanaan : 1.      Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi 2.      Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan 3.      Guru menyiapkan media papan ular tangga 4.      Guru menjelaskan cara melakukan permainan ular tangga 5.      Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok sebelum melakukan permainan ini. 6.      Anak-anak melakukan permainan ular tangga secara bergantian 7.      Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini 8.      Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.



Satuan Kegiatan Harian



Indikator



9



Semester



: I (Satu)



Minggu



: …………..



Tema



: ……………



Kegiatan Pembelajaran



Metode



Awal berdo’a, salam         Tanya jawab         Melakukan Tanya jawab tentang        Bercakap-cakap kondisi siswa dan tanya jawab        demontrasi yang berhubungan dengan tugas hari ini



Alat Sumber Belajar



Penilaian Perkembangan An Alat Hasil



Papan ular tangga beserta dadu



Pemberian tugas dan Tanya jawab



         Kegiatan



        Bernyanyi



Mengenal angka 1-20



         Kegiatan



Inti Melakukan permainan ular tangga        Istirahat         Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan         Do’a makan         Bermain          Kegiatan Akhir         Diskusi kegiatan sehari         Do’a pulang, salam        



       



Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran



No



Observasi Guru



SB



B



1 2 3 4



Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan



√ √ √ √



5



kegiatan yang dilakukan Penguasaan materi







1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



Siswa √ √ √



C



K



Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Dengan Menggunakan Permainan Ular Tangga



Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran No



Nama



Membilang 1-20



Menunjuk lambang bilangan 1-20



Membuat urutan bilangan 1-20



Menghitung hasil penjumlahan 1-20



1



Achmad Taajul Irfani



4



3



3



3



2



Ach. Sandy Sirajul Wijaya



3



3



3



2



3



Anugrah Risky Sugiarto



4



4



3



4



4



Awwanda Zayyinatus S.



3



3



3



3



5



Asnu Habbibul Hafazy



4



3



3



3



6



Hilda Attaya Fitri



3



3



4



4



7



M. Farel Danu Apriya



3



4



4



3



8



M. Iqbal Fadilah Jauhar



3



3



3



3



9



Ireina Yunalita Putri



4



3



4



3



10



M. Ilham Al Faruq



3



3



3



3



11



Mustika Oktavia Syafitri



3



3



3



3



12



M. Ilham Adinugroho



3



3



3



3



13



Nadhira Firnanda



4



3



3



3



14



Sabrina Viera Ramadhani



3



3



3



3



15



Siti Nurfadhilah Ramadhani



3



3



3



3



16



Rakha Satya Waranggana



4



4



4



4



Jumlah



54



51



52



50



Prosentase



84.38



79.69



81.25



78.13



rata-rata



80.86



UPAYA MENINGKATKAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN PERMAINAN STICK ANGKA DI KELOMPOK A TK..................................



PENELITIAN TINDAKAN KELAS Disusun Dalam Rangka Pengembangan Profesional keguruan



 



Disusun Oleh :



............................ NIP. ...................................



Unit Kerja Pemerintah Kabupaten .................. Dinas Pendidikan Kabupaten .......................... TK ........................ Tahun ................



BAB I PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Program pendidikan untuk anak merupakan salah satu unsur atau komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaam program ini sangat penting sebab melalui program inilah semua rencana, pelaksanaan, pengembangan, penilaian dikendalikan. Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan yang dinaungi oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu TK (Taman Kanak-kanak) juga ikut serta menyukseskan program pendidikan anak usia dini.



Pembelajaran di TK haruslah menarik, salah satu contohnya adalah dengan bermain, karena bermain identik dengan anak-anak. Pembelajaran dengan bermain tidak hanya membuat anak senang tetapi secara tidak disadari ada pembelajaran yang dilakukan. Penggunaan media juga sangat penting dalam pembelajaran anak di TK. Media yang digunakan dalam pembelajaran haruslah menarik sehingga dapat menarik minat anak untuk belajar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran di tingkat TK seringkali kurang menarik bagi anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya adalah bahasa tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan alat peraga yang sangat minim. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guru dan anak didik kurang begitu semangat anak cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekkan pelajaran akibatnya proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terhambat dan kurang maksimal. Minimnya penggunaan alat peraga di TK juga mempengaruhi kegiatan belajar terutama untuk pembelajaran berhitung. Mengajarkan anak usia TK materi berhitung dimulai dari yang konkret terlebih dahulu sehingga media sangat penting untuk digunakan.



Sehingga penggunaan media sangat mempengaruhi tingkat



belajar, semangat dan kemampuan anak dalam pembelajaran berhitung. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Berhitung Permulaan Menggunakan Permainan Stick Angka di Kelompok A TK .................................”.



B.     Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah menggunakan permainan stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok A TK ........................



C.    Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya meningkatkan berhitung



permulaan



menggunakan



permainan



stick



angka



di



kelompok



A................... D.    Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.      Manfaat Teoritis a.       Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua dan guru. b.      Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak. 2.      Manfaat Praktis a.  Bagi anak didik 1)        Membantu anak menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit. 2)        Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung. 3)        Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.



4)        Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang. b.      Bagi guru 1)      Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran berhitung. 2)      Guru dapat menerapkan pelajaran berhitung dengan menggunakan strategi bermain stick angka. 3)      Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran. c.       Bagi sekolah 1)      Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien. 2)      Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran. 3)      Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A.    Hakikat Berhitung Permulaan Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambanglambang matematika, sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes. Metode tes adalah serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini adalah metode-metode eksperimental antara lain : a.       Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang diamati dengan menggunakan pedoman observasi. b.      Metode survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang sulit dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara. c.       Metode klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilakuperilaku



dan



pernyataan-pernyataannya



paedagogis atau medis.



yang



spontan



dengan



tujuan



d.      Metode angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum. e.       Metode wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi. f.       Metode sejarah kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara tentang masa lalu subjek. g.      Metode tes (pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ, kepribadian, arah minat, kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik. Minat penelitian ilmiah tentang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan orang dewasa kecil. Pandangan ini diterima oleh muridmuridnya yang tidak lama kemudian diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan. Berikut beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di taman kanak-kanak sebagai berikut : a.       Tingkat perkembangan mental anak



Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebgai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan. Anak usia TK berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan bendabenda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri). b.      Masa peka berhitung pada anak Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal. Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi / rangsangan / motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. c.       Perkembangan awal menentukan perkembangan anak selanjutnya Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik



maupun psikis di awal perkembangannya diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya. Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanakkanak merupakan gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”. Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidup. Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa banyak diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan keluarga mereka menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.



B.     Hakikat Matematika Usia Dini



Dalam pembelajaran matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak didik. Namun, bagi usia dini khususnya anak TK, keterampilan matematika yang dapat diajarkan pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas usianya. Adapun keterampilan yang dapat dilatih bagi anak-anak TK antara lain : 1. Mencacah Mencacah merupakan dasar bagi semua pekerjaan yang berkaitan dengan bilangan. Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan mencacah, yaitu : a.       Anak-anak perlu belajar mengetahui nama bilangan satu, dua, tiga, empat dan seterusnya. b.      Anak-anak harus belajar bahwa kita mencacah satu bilangan untuk setiap benda tanpa boleh ada yang ketinggalan atau tercacah lebih dari sekali. c.       Jawaban terhadap pertanyaan “Ada berapa ?” atau “Berapa banyaknya?” adalah satu bilangan : misalnya tiga, bukan satu, dua, tiga. d.      Banyaknya bilangan tetap sama, tidak berubah, darimana kita mulai mencacah dan bagaimanapun benda-benda itu tersusun. Cara terbaik mencacah benda adalah dengan menunjukkan ke benda tersebut atau memegang dan memindahkannya. Kegiatan mencacah menggunakan buku, maka anak dapat diminta mencoret setiap benda yang sudah dicacah atau menutupinya dengan sesuatu, untuk menjamin bahwa setiap benda dicacah tepat sekali. (Yulvia Sari, 2006).



2. Membuat Pola Pola merupakan urutan dari warna, bentuk, benda, suara atau gerakangerakan yang dilakukan berulang kali. Adapun beberapa macam pola, diantaranya : a.       Pola Visual Pola visual merupakan pola yang tampak atau jelas dilihat oleh mata. Pola visual biasanya terdapat pada bahan-bahan atau kain-kain. b.      Pola Auditori Pola auditori atau pendengaran biasanya ditemukan dalam melodi musik, tepuk tangan dan pengulangan bahasa atau suara-suara dari cerita atau permainan jari dan suara binatang seperti kucing, kambing dan yang lainnya. c.       Pola Physic Pola physic atau gerak terdapat dalam tarian, dan gerakan-gerakan yang berurutan. Belajar dengan macam pola juga dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir seperti menganalisa (menguraikan) dan membuat sintesis (paduan beberapa pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa matematika. Hal-hal yang perlu diingat dalam belajar tentang pola adalah dimulai dengan 2 pola yang sederhana seperti AB. Setelah pola sederhana tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola yang lebih sulit seperti ABC, AAB, AABB. Selain itu suatu pola juga dapat diperoleh melalui identifikasi (tanda kenal atau



penentu identitas benda atau sesuatu), mencocokan, menyalin dan menciptakan pola. 3. Menyortir dan Mengelompokkan Menyortir atau memilih dan mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang dilakukan oleh berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda yang dapat disortir dan dikelompokkan adalah berbagai 4. Membandingkan Kegiatan membandingkan yang biasa dilakukan oleh anak adalah membandingkan ukuran, tekstur, warna dan kecepatan yang pada akhirnya mengarah pada kualitas atau banyaknya sesuatu. 5. Konsep Angka Pembelajaran konsep angka berkaitan dengan pemikiran tentang “Berapa banyak” suatu benda. Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung. Satu per satu dan yang paling penting adalah memahami angka yang dipelajari. Belajar memahami angka merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi anak yang melakukan kegiatan yang bertalian dengan angka. Pembelajaran berhitung berkaitan dengan pembelajaran urutan nama angka yang digunakan untuk menamakan jumlah dari suatu benda. Berbicara tentang konsep angka. Disini terdapat perbedaan antara angka dan bilangan. Angka diartikan sebagai simbul (5). Sedangkan bilangan merupakan arti yang sesungguhnya dari angka atau simbul 5. 6. Pemecahan Masalah



Problem solving atau pemecahan masalah merupakan suatu proses penyelesaian masalah yang berkaitan dengan keterampilan matematika dan konsep. Problem solving dapat dilakukan di berbagai tempat dan situasi seperti waktu makan atau snack, waktu berkumpul dalam lingkaran (Circle time), diberbagai sudut atau area, di halaman bermain dan lain-lain. Manfaat pemecahan masalah bagi anak adalah memberikan pengalaman berbagai pikiran atau pendapat dengan anak-anak yang lain. Dan kemampuan anak dan memecahkan suatu masalah akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak tersebut. 7. Ukuran dan Perkiraan Dalam mempelajari keterampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu, hendaklah menggunakan benda kongkret. Dalam kegiatan ini anak dilibatkan untuk mengukur dan memperkirakan sesuatu jangan hanya menjadi pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat digunakan untuk kegiatan mengukur adalah jam mengukur waktu, thermometer mengukur temperature atau suhu, gelas mengukur kuantitas, skala mengukur luas dan lain-lain. 8. Waktu Hal ini terasa sulit karena waktu merupakan konsep yang abstrak. Konsep waktu yang dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu sekarang, kemarin dan besok. Adapun waktu yang dapat dibaca melalui jam atau kalender dapat dipahami anak setelah mereka memakai konsep kemarin dan besok.



Cara yang dapat digunakan dalam mengenal konsep waktu adalah dengan menggunakan jadwal kegiatan anak sehingga mereka mengetahui urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.



C.    Hakikat Strategi Bermain di TK 1.      Pengertian dan Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar. Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu (1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan aspek kognitif, aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah pembelajaran itu bertujuan untuk mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan estetika; (2) karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun kemampuannya; (3) karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan; (4) karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak;



dan (5) karakteristik pola kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung, semi kreatif atau kreatif. Semua kriteria ini memberikan implikasi bagi guru untuk memilih stratgei pembelajaran yang paling tepat digunakan di Taman Kanak-kanak.



2.      Karakteristik Cara Belajar Anak Anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik cara belajar anak itu antara lain (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4) anak belajar paling baik jika yang dipelajarinya menyeluruh, bermakna, menarik, dan fungsional. Bermain sebagai salah satu cara belajar anak memiliki ciri-ciri simbolik, bermakna, aktif, menyenangkan, suka rela, ditentukan oleh aturan, dan episodik. Para ahli teori konstruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu bahwa anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi sosial dan pembelajaran dengan orang dewasa.



Lingkungan yang diciptakan secara kondusif akan mengundang anak untuk belajar secara alamiah tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak dari lingkungannya adalah hal-hal yang benar-benar bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh.



3.      Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Di Taman Kanak-Kanak Ada beberapa jenis strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak. Strategi pembelajaran tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam belajar, namun, tidak berarti peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam proses belajar. Jenis-jenis strategi pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan indra, (2) mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding, (5) praktik terbimbing, (6) undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan, (8) refleksi kata-kata, (9) contoh atau modelling, (10) penghargaan efektif), (11) menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13) tantangan, (14) pertanyaan, dan (15) kesenyapan. Strategi-strategi



pembelajaran



tersebut



dapat



diintegrasikan



atau



digabungkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.



Strategi Pembelajaran Khusus di Taman Kanak-kanak terdapat beberapa jenis strategi pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di Taman Kanak-kanak. Penerapan strategi pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan strategi pembelajaran umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan, karakteristik anak dan cara belajarnya, karakteristik tempat yang akan digunakan, dan pola kegiatan. Jenis-jenis strategi pembelajaran khusus tersebut adalah (1) kegiatan eeksploratori, (2) Penemuan Terbimbing, (3) Pemecahan Masalah, (4) Diskusi, (5) Belajar Kooperatif, (6) Demonstrasi, dan (7) Pengajaran Langsung. Di samping strategi pembelajaran di atas, guru Taman Kanak-kanak dituntut untuk dapat menggunakan strategi pembelajaran lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik. 4.      Penerapan Strategi Pembelajaran yang Berpusat Pada Anak Anak pada hakikatnya memiliki potensi untuk aktif dan berkembang. Pembelajaran yang berpusat pada anak banyak diwarnai paham konstruktivis yang dimotori Piaget dan Vigotsky. Anak membangun



adalah



pembangun



pengetahuannya



aktif



ketika



pengetahuannya



berinteraksi



dengan



lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.



sendiri. objek,



Mereka benda,



Yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak adalah pendekatan perkembangan dan pendekatan belajar aktif. Belajar aktif merupakan proses dimana anak usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui mengamati, meneliti, menyimak, menggerakkan badan mereka menyentuh, mencium, meraba dan membuat sesuatu terjadi dengan objekobjek di sekitar mereka. Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) prakarsa kegiatan tumbuh dari minat dan keinginan anak, 2) Anakanak memilh bahan dan memutuskan apa yang ingin ia kerjakan, 3) Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh indranya, 4) Anak menemukan



sebab



akibat



melalui



pengalaman



langsung,



5)



Anak



mentransformasikan dan menggabungkan bahan-bahan, 6) Anak menggunakan otot kasarnya, 7) Anak menceritakan pengalamannya. Pembelajaran yang berpusat pada anak harus direncanakan dan diupayakan dengan matang. Upaya yang dilakukan adalah dengan merencanakan dan menyediakan bahan/peralatan yang dapat mendukung perkembangan dan belajar anak secara komprehensif. Untuk itu perlu disediakan area-area yang memungkinkan berbagai kegiatan sesuai pilihannya. Area- area tersebut meliputi: a.       Area Pasir dan Air.



b.      Area Balok. c.       Area Rumah dan Bermain Drama. d.      Area Seni. e.       Area agama. f.       Area bahasa dan baca tulis. g.      Area pertukangan atau kerja Kayu. h.      Area musik dan gerak. i.        Area masak. j.        Area bermain di luar ruangan. Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada anak meliputi: tahap perencanaan, tahap bekerja dan tahap melaporkan kembali. Contoh Penerapan Pembelajaran yang Berpusat pada Anak Plan Do Review, merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dalam pendekatan ini anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat dan keinginannya, mulai dari membuat perencanaan, (Plan), mengerjakan (Do), dan melaporkan kembali (Review). Prosedur pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut: a.       Tahap merencanakan (Planning Time).



Pada tahap ini anak diberi kesempatan untuk membuat rencana dari kegiatan yang akan mereka lakukan selanjutnya. b.      Tahap Bekerja (Work Time). Tahap ini adalah tahap dimana anak bermain dan memecahkan masalah. Anak mentransformasikan rencana ke dalam tindakan. c.       Tahap Review (Recall). Tahap ini merupakan tahap memperlihatkan apa yang telah dilakukan anak pada tahap bekerja.



D.    Bermain Stick Angka 1. Pengertian bermain Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain, yang harus diperhatikan orang tua, bermain haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Tidak boleh ada anak untuk perkembangan aspek tertentu walaupun kegiatan tersebut dapat menunjang perkembangan aspek tertentu. Parten, dalam Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi. Melalui bermain diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada seorang anak, siswa dan peserta didik



dalambereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak dapat mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Bettelheim (Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati:2011), bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai aturan lain, kecuali yang ditetapkan pemain sendiri, dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar. Menurut N. Murdiati Sulastomo (2002), kegiatan bermain yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif anak. Seorang anak harus diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya. Menurut dari beberapa ahli bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan suatu kebutuhan yang sudah ada (inheren) dalam diri anak. Dengan demikian anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa atau di paksa untuk mempelajarinya. Bermain mempunyai manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak. Sehingga anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.



2. Beberapa Ciri Bermain a.       Menyenangkan b.      Tidak memiliki tujuan, tidak boleh ada interfensi tujuan dari luar si anak yang memotifasi di lakukannya kegiatan bermain. c.       Bersifat spontan



d.      Bermain berarti anak aktif melakukan kegiatan e.       Memiliki hubungan yang sistematis dengan sesuatu yang bukan bermain seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan kognitif.



3. Jenis Bermain Jenis bermain berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai berikut : a.        Bermain aktif, seorang anak melakukan sendiri dalam sumber rasa senang yang diperoleh anak berasal dari apa yang dilakukan oleh anak itu sendiri. b.       Bermain pasif adalah anak melakukan kegiatan dengan sedikit menggunakan aktivitas fisik dan sumber rasa senangnya diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.



4. Manfaat Bermain a.       Perkembangan fisik motorik b.      Perkembangan kognitif dan bahasa c.       Perkembangan sosial-emosional



5. Tahap Perkembangan Bermain



Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya. a.        Jean Piaget Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut: 1)       Permainan Sersori Molorik (± ¾ bulan – ½ tahun) Bermain diambil pada periode perkembangan koguitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan



pengulangan



dari



hal-hal



sebelumnya,lni



disebut



reproductive assimilation. 2)       Permainan Simbolik (± 2 – 7 tahun) Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia2 – 7 tahun ditandai dengran bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dm menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka ruang, kuantitas dan sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar beranya, tidak terlalu momperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan



kertas sebagai uang dan lain-lain. Bermain simbolik juga berfungsi utuk mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya. 3)       Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8 – 11 tahun) Pada usia 8 – 11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan. 4)       Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas) Kegiatan bermain lain ymg memiliki aturan adalah olahraga. Kegialan bemain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik – baiknya. Jika dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang tadinya dilahirkan untuk keenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk basil tertentu seperti ingin menang memperoleh hasil kerja yang baik. b.       Hurlock Adapun tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut: 1)      Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)



Benda kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya. 2)      Tahapan Mainan (Toy stage) Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya. 3)      Tahap Bermain (Play stage) Biasanya terjadi bersamaan mulai masuk di sekolah dasar, pada masa ini jenis permainan semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa. 4)      Tahap Melamun (Daydream stage) Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal.  Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain. Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira tidak



memiliki tujuan ekstrinsi melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain (seperti perkembangan kreativitas) dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuai dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.



6. Stick Angka Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, stick diartikan sebagai kata benda yang berarti tongkat, batang,atau potongan. Sedangkan angka adalah simbol untuk hitungan dengan simbol pokok yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9.



BAB III METODE PENELITIAN



A.    Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.



B.     Tempat Dan Waktu Penelitian  



Penelitian



yang



dilakukan



penulis



mengambil



lokasi



di



TK ...................................... Adapun



penelitian



pelajaran ........................



dilaksanakan,



pada



semester



ganjil



tahun



C.    Subjek Penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelompok A TK .........................



D.    Rancangan Penelitian Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu : 1.      Menyusun rencana tindakan 2.      Melaksanakan tindakan 3.      Melakukan observasi 4.      Membuat analisis dilanjutkan refleksi Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah guru kelas kelompok A sebagai peneliti bersama-sama dengan guru kelompok B yang bertindak sebagai observer SIKLUS – 1 1.      Penyusunan rencana tindakan 1 Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu kemampuan berhitung yang meliputi



merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan. 2.      Pemberian tindakan 1 Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan permainan stick angka sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan tanya jawab tentang kondisi siswa. Tentang bendabenda di sekitar anak yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari, siswa beri tugas untuk mengamati dan melihat media yang telah disediakan, kemudian siswa diminta untuk membilang angka yang terdapat pada stick dan juga siswa diminta untuk menghitung banyak benda dan memasangkan dengan stick angka yang sesuai. 3.      Melakukan observasi Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak lanjut. 4.      Pembuatan analisis dan refleksi



Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersamasama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada.



SIKLUS – 2 1.      Penyusunan rencana tindakan 2 Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1. 2.      Pembelajaran tindakan 2 Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada siklus 1. Diharapkan pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung dengan menggunakan permainan stick angka dapat teratasi. 3.      Pelaksanaan observasi Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak lanjut.



4.      Pembuatan analisis dan refleksi Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.



E.     Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan atau pemberian tugas. 1. Observasi Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap/ perilaku guru dan anak. Tujuannya adalah mengamati peristiwa yang dirasakan subjek dan untuk mengembangkan pemahaman tentang kognitif ( berhitung )  secara kompleks yang dimiliki anak. Tabel 3.1 Format Observasi. No



Observasi Guru



1 2 3 4



Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan



5



kegiatan yang dilakukan Penguasaan materi Siswa



SB



B



C



K



1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



                        Keterangan:                         SB       : Sangan baik               C         : Cukup                         B         : Baik.                          K         : Kurang.     2.      Penugasan atau pemberian tugas Suatu penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak. Pemberian  tugas dapat dilakukan secara kelompok atau individu. Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti proses  belajar mengajar atau menerima materi. Tabel 3.2 Aspek Penilaian dalam Permainan dengan Menggunakan Stick Angka No 1 2



Aspek Penilaian Membilang angka 1- 10 Menghitung banyak benda 1 - 10



Peralatan Stick angka Macam Gambar



dan



stick es krim yang ada angkanya       F.     Sumber Data



Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah : 1.



Data yang didapat dari kegiatan anak yang diamati selama proses kegiatan berlangsung dilakukan melalui observasi atau pengamatan langsung yang mana hasilnya ditulis dalam lembaran observasi.



2.



Data dari hasil kegiatan anak dapat dilihat dalam proses kegiatan anak berlangsung yakni ketika anak bermain dengan stick angka.



G.    Teknik Analisis Data Penulis menggunakan tanda penilaian berupa angka yang memiliki kriteria sebagai berikut:



                           



1).      Nilai 4: sangat baik



                           



2).      Nilai 3: baik



                           



3).      Nilai 2: cukup baik



                           



4).      Nilai 1: kurang baik



Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data dihasilkan dari menggunakan rumus (Suharsimi Arikunto,1998)



Keterangan: x = nilai rata-rata n = jumlah jawaban N = jumlah anak 1, 2, 3, 4 = bobot atau skor jawaban Prosentase keseluruhan analisis data dari penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus (Fuad Amsyari)



Keterangan: X = nilai rata-rata



= presentase masing-masing kriteria



N = jumlah anak Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penguasaan lebih dari 75% dan belum mencapai ketuntasan apabila taraf penguasaan kurang dari 75%



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.    Deskripsi Siklus I 1.      Perencanaan a.       Membuat rencana penelitian pembelajaran b.      Membuat media pembelajaran anak c.       Membuat lembar observasi atau pengamatan 2.      Hasil Pengamatan Pada pelaksanaan pertama diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model permainan menggunakan stick angka. Tabel 4.1 Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran No



Observasi



SB



B



C



K



Guru 1 2 3 4



Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan



√ √ √ √



5



kegiatan yang dilakukan Penguasaan materi







1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



Siswa √ √ √



Tabel 4.2 Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka  Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran Menghitung banyak Membilang 1 - 10 benda 1 -10



No



Nama



1



Muhammad Maulana malik



2



3



2



Rangga Bhuana Kencana



3



3



3



Nisa Nur Fitri Yuliani



2



2



4



Alifatul Ifroh



2



3



5



M. Farid



4



4



6



Alvira Yuniar



3



3



7



Wachid Ahmadi



3



3



8



Abel Purwaningdya



2



3



9



Evelyn Dwi Ramadhani



3



3



10



M. Arif Satrio



4



3



11



Muhammad Ghatfan Arendra



3



3



Jumlah



31



33



Prosentase



70.45



75.00



Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar berhitung melalui permainan stik angka adalah sebagai berikut :



a. Perhitungan hasil belajar siswa dalam membilang angka 1 - 10 dengan menggunakan stick angka Hasil belajar siswa dalam membilang angka 1 – 10 dengan menggunakan stick angka prosentasenya sebesar 70,45%.. b. Penghitungan hasil pengumpulan data berdasarkan kemampuan menghitung banyak benda 1 - 10 Hasil perhitungan data berdasarkan kemampuan menghitung banyak benda 1 – 10, dalam kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 75%. Prosentase menggunakan rumus:



keseluruhan



dari



analisis



data



dapat



dihitung



dengan



= 72,72 % Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus pertama, penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran berhitung melalui permainan stick angka dikategorikan belum mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 72,72%



B.     Deskripsi Siklus II 1.      Perencanaan a.       Membuat rencana penelitian pembelajaran b.      Membuat media pembelajaran anak c.       Membuat lembar observasi atau pengamatan 2.      Hasil Pengamatan Pada siklus 2 ini diamati oleh pengamat dengan melakukan pencatatan pada lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model permainan. Tabel 4.3 Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran



No



Observasi Guru



SB



B



1 2 3 4



Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan



√ √ √ √



5



kegiatan yang dilakukan Penguasaan materi







C



K



Siswa 1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



√ √ √



Tabel 4.4 Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka



No



Nama



 Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran Menghitung banyak Membilang 1 - 10 benda 1 -10



1



Muhammad Maulana malik



3



3



2



Rangga Bhuana Kencana



3



4



3



Nisa Nur Fitri Yuliani



3



4



4



Alifatul Ifroh



3



3



5



M. Farid



4



4



6



Alvira Yuniar



4



4



7



Wachid Ahmadi



4



3



8



Abel Purwaningdya



4



4



9



Evelyn Dwi Ramadhani



3



3



10



M. Arif Satrio



4



4



11



Muhammad Ghatfan Arendra



3



4



Jumlah



38



40



Prosentase



86.36



90.91



Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar melalui permainan kartu huruf hijaiyah adalah sebagai berikut :



a. Perhitungan hasil belajar siswa dalam membilang angka 1 - 10 dengan menggunakan stick angka Hasil belajar siswa dalam membilang angka 1 – 10 dengan menggunakan stick angka prosentasenya sebesar 86,36%.. . b. Penghitungan hasil pengumpulan data berdasarkan kemampuan menghitung banyak benda 1 - 10 Hasil perhitungan data berdasarkan kemampuan menghitung banyak benda 1 – 10, dalam kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 90,91%. Prosentase



keseluruhan



menggunakan rumus:= 88,63 %



dari



analisis



data



dapat



dihitung



dengan



Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan dari siklus kedua. Penilaian anak dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berhitung melalui permainan stick angka dikategorikan tuntas dengan prosentase sebesar 88,63%



C.    Pembahasan Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Siklus 2 berisi tentang perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran siklus 1. Pembelajaran dalam siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 17 Nopember 2014 dan pembelajaran dalam siklus 2 dilaksanakan pada tanggal 24 Nopember 2014. Pada siklus 1, pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berhitung yang meliputi kemampuan membilang 1-10 dengan benar dan kemampuan menghitung banyak benda 1-10 sudah tuntas. Tetapi masih dilakukan perbaikan pada siklus 2 dengan tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Kemampuan anak dalam berhitung mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Pada siklus 1 kemampuan anak mencapai 72,72%, akan tetapi pada siklus 2 kemampuan anak mengalami peningkatan sebesar 88,63%. Aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran berlangsung cukup baik.



BAB V PENUTUP



A.    Simpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan stick angka dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung di Kelompok A TK ....................... maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan permainan stick angka ini, pembelajaran berlangsung dengan baik. 2. Dengan menggunakan pembelajaran melalui permainan stick angka dalam kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berhitung. Ini diketahui dari hasil analisis siklus I sebesar 72,72% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 88,63%. 3. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.



B.     Saran Dari hasil pelaksanaan penelitian kegiatan pembelajaran melalui permainan stick angka ini terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yakni : 1.



Bagi anak TK agar memotivasi diri untuk berani melakukan dan mencoba sendiri dirumah hal-hal yang dipelajarinya ditaman kanak-kanak. Hal ini untuk lebih melatih kemampuan anak dalam berhitung.



2. Bagi guru TK disarankan hendaknya menciptakan sebuah bentuk tugas yang menyenangkan bagi anak. 3. Bagi kepala sekolah TK disarankan agar dapat memperhatikan, mendukung dan memberikan



fasilitas



perkembangan anak.



untuk



membantu



upaya



guru



dalam



membantu



DAFTAR PUSTAKA



Hurlock B. Elisabeth. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Sari, Yulvia. 2001. Strategi pengembangan matematika anak usia dini. Semarang : IKIP Veteran Press Mujib, Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011. Metode Permainan-Permainan Edukatif Dalam Belajar Bahasa Arab. Jogjakarta: Diva Press www.masinosinaga.com/id/kamus/kamus-inggris-indonesia/terjemahan-dari-stick Departemen Pendidikan Nasional 2006, Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers and Cirles Time” (BCCT) dalam Pendidikan Usia Dini. Hurloock, E.B.,1999. Perkembangan Anak Julid 1 (edisi 6). Penerbit Erlangga: Jakarta. Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di Taman KanakKanak.Jakarta:Departement Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.  Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif.Jakarta : Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.



Lampiran 1



Persiapan Tindakan 1 (Siklus I) Pembelajaran dengan menggunakan permainan stick angka dalam upaya meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung



               



Bidang Pengembangan Indikator



: Kemampuan Kognitif : Menghubungkan/memasangkan



lambang



bilangan dengan benda-benda sampai 10



               



Judul Kegiatan Hasil Belajar



(anak tidak disuruh menulis) : Permainan Stick Angka :         Anak dapat membilang angka 1 – 10 dengan baik        



Pelaksanaan         Alat yang digunakan        



Media Stick Angka



Anak dapat menghitung benda 1-10



dengan benar : Senin, .......................... : Stick Angka



       Langkah Pelaksanaan : 1.      Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi 2.      Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan 3.      Guru menyiapkan media stick angka 4.      Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan 5.      Guru meletakkan semua stick angka diatas meja, kemudian menyuruh anak untuk membaca angka yang terdapat pada setiap stick 6.      Anak mencoba menyusun stick angka tersebut dimulai dari angka 1 – 10 (membilang angka 1-10) 7.      Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini 8.      Guru menyuruh anak untuk menghitung banyak benda yang telah disediakan kemudian memasangkan dengan stick angka yang sesuai dengan jumlah benda tersebut 9.      Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.



7



Satuan Kegiatan Harian



Indikator



Semester



: I (Satu)



Minggu



: …………..



Tema



: ……………



Kegiatan Pembelajaran



Metode



Kegiatan Awal         Bernyanyi berdo’a, salam         Tanya jawab         Melakukan Tanya jawab tentang        Bercakap-cakap kondisi siswa dan tanya jawab        Pemberian tugas yang berhubungan dengan tugas hari ini Menghubungkan/memasangkan Kegiatan Inti lambang bilangan dengan        Membilang dengan stick angka benda-benda sampai 10 (anak 1-10 tidak disuruh menulis)         Menghitung banyak benda 1-10 Istirahat         Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan         Do’a makan         Bermain Kegiatan Akhir         Diskusi kegiatan sehari         Do’a pulang, salam



Alat Sumber Belajar         Stick



angka



Penilaian Perkembangan An Alat Hasil Pemberian tugas dan Tanya jawab



Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran



No



Observasi Guru



SB



B



1 2 3 4



Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan



√ √ √ √



5



kegiatan yang dilakukan Penguasaan materi







1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



C



K



Siswa √ √ √



Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka



No



Nama



 Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran Menghitung banyak Membilang 1 - 10 benda 1 -10



1



Muhammad Maulana malik



2



3



2



Rangga Bhuana Kencana



3



3



3



Nisa Nur Fitri Yuliani



2



2



4



Alifatul Ifroh



2



3



5



M. Farid



4



4



6



Alvira Yuniar



3



3



7



Wachid Ahmadi



3



3



8



Abel Purwaningdya



2



3



9



Evelyn Dwi Ramadhani



3



3



10



M. Arif Satrio



4



3



11



Muhammad Ghatfan Arendra



3



3



Jumlah



31



33



Prosentase



70.45



75.00



Lampiran 2 Persiapan Tindakan 2 (Siklus 2) Pembelajaran dengan menggunakan permainan stick angka dalam upaya meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung



               



Bidang Pengembangan Indikator



: Kemampuan Kognitif : Menghubungkan/memasangkan



lambang



bilangan dengan benda-benda sampai 10 Judul Kegiatan         Hasil Belajar        



(anak tidak disuruh menulis) : Permainan Stick Angka :         Anak dapat membilang angka 1 – 10 dengan baik        



Pelaksanaan         Alat yang digunakan        



Media Stick Angka



Anak dapat menghitung benda 1-10



dengan benar : Senin, 24 Nopember 2014 : Stick Angka



        Langkah Pelaksanaan : 1.      Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi 2.      Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan 3.      Guru menyiapkan media stick angka 4.      Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan 5.      Guru meletakkan semua stick angka diatas meja, kemudian menyuruh anak untuk membaca angka yang terdapat pada setiap stick 6.      Anak mencoba menyusun stick angka tersebut dimulai dari angka 1 – 10 (membilang angka 1-10) 7.      Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan kegiatan ini 8.      Guru menyuruh anak untuk menghitung banyak benda yang telah disediakan kemudian memasangkan dengan stick angka yang sesuai dengan jumlah benda tersebut 9.      Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.



Satuan Kegiatan Harian Semester



: I (Satu)



Minggu



: …………..



Tema



: ……………



Penilaian Perkembangan Anak Indikator



Kegiatan Pembelajaran



Metode



Alat Sumber Belajar Alat



         Kegiatan



Awal berdo’a, salam         Tanya jawab         Melakukan Tanya jawab tentang        Bercakap-cakap kondisi siswa dan tanya jawab        Pemberian tugas yang berhubungan dengan tugas hari ini Menghubungkan/memasangkan          Kegiatan Inti lambang bilangan dengan        Membilang dengan stick angka benda-benda sampai 10 (anak 1-10 tidak disuruh menulis)         Menghitung banyak benda 1-10        Istirahat         Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan         Do’a makan         Bermain          Kegiatan Akhir         Diskusi kegiatan sehari         Do’a pulang, salam         Bernyanyi



        Stick



angka



Pemberian tugas dan Tanya jawab



Hasil



Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran



No



Observasi Guru



SB



B



1 2 3 4



Kesiapan guru Membuat RKH Alat atau sarana  prasarana Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan



√ √ √ √



5



kegiatan yang dilakukan Penguasaan materi







1 2 3



Perilaku siswa Kreatifitas siswa Hasil belajar siswa



C



K



Siswa √ √ √



Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Dengan Menggunakan Stick Angka



No



Nama



 Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran Menghitung banyak Membilang 1 - 10 benda 1 -10



1



Muhammad Maulana malik



3



3



2



Rangga Bhuana Kencana



3



4



3



Nisa Nur Fitri Yuliani



3



4



4



Alifatul Ifroh



3



3



5



M. Farid



4



4



6



Alvira Yuniar



4



4



7



Wachid Ahmadi



4



3



8



Abel Purwaningdya



4



4



9



Evelyn Dwi Ramadhani



3



3



10



M. Arif Satrio



4



4



11



Muhammad Ghatfan Arendra



3



4



Jumlah



38



40



prosentase



86.36



90.91



  Diposting oleh ....................



PERMAINAN KARTU HURUF HIJAIYAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK MENGENAL HURUF HIJAIYAH DI KELOMPOK A TK DHARMA WANITA PERSATUAN MEDURAN MANYAR GRESIK



PENELITIAN TINDAKAN KELAS Disusun Dalam Rangka Pengembangan Profesional keguruan



 



Disusun Oleh :



............................ NIP. .............................



Unit Kerja Pemerintah Kabupaten .................. Dinas Pendidikan Kabupaten ............ TK ........................... Tahun ..............



BAB I PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di TK lebih ditujukan untuk mengembangkan sikap dan prilaku melalui



pembiasaan



dan mengembangkan



kemampuan



dasar



anak



mempersiapkan diri untuk masuk sekolah, kemampuannya dalam hal tersebut meliputi Nilai Agama Moral (NAM), Kognitif, Bahasa, Fisik Motorik, dan Sosial Emosional. Jadi, upaya pengembangan anak pada usia dini lebih ditujukan untuk mengembangkan anak secara utuh, menyeluruh, yaitu mengoptimalkan perkembangan sosial, intelektual, bahasa, emosi, dan fisik anak. Pembelajaran bahasa pada anak TK khususnya mengenal huruf hijaiyah dimulai dari kemampuan anak dalam mengenal huruf-huruf hijaiyyah. Tahap pertama belajar mambaca dan menulis



adalah



mengenal



huruf-huruf hijaiyyah,



berbeda



dengan belajar manggambar atau mewarnai, belajar mengenal huruf hijaiyyah dan membutuhkan daya ingat yang kuat, karena itu diperlukan media kartu huruf hijaiyyah dan metode yang tepat agar anak mudah mengingat setiap huruf-huruf khususnya huruf hijaiyyah. Untuk meningkatkan kemampuan anak mengenalkan huruf hijaiyyah guru mencoba menggunakan strategi pembelajaran melalui kartu huruf yang begitu disenangi oleh anak. Hal ini dapat menarik minat dan semangat belajar anak mengenal huruf-huruf hijaiyah, setiap huruf-huruf hijaiyah yang dipelajari, disertai gambar yang menarik. Anak menjadi terkesan dan semangat dalam belajar. Dengan demikian, anak mudah mengingat setiap huruf-huruf hijaiyah yang



dipelajari. Diharapkan



setelah



semua



huruf-huruf dikenalkan, memudahkan anak untuk membaca pada waktu yang akan datang. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berpendapat bahwa pengenalan huruf hijaiyyah sangatlah penting bagi perkembangan anak, maka peneliti merasa perlu mengadakan penelitian dengan judul “ Permainan Kartu Huruf Hijaiyah Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Anak Mengenal Huruf Hijaiyah di Kelompok A TK ........................



B.     Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana permainan kartu huruf Hijaiyah dalam upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah di Kelompok A TK ..........................



C.    Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permainan kartu huruf Hijaiyah dalam upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah di Kelompok A TK ..................................



D.    Manfaat Penelitian



Manfaat dari penelitian ini adalah untuk : 1.      Dapat membuka cakrawala dunia anak dan menambah pengetahuan dan wawasan sehingga termotivasi untuk menjadi guru yang inisiator 2.      Dapat memberikan kontribusi dalam mengembangkan dan memanfaatkan media dalam pembelajaran.



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A.    Pembelajaran Kemampuan Berbahasa di Taman Kanak-Kanak Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan berbahasa guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yang relevan, kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan dikelompokkan agar memudahkan guru yang identifikasi berbagai bentuk kemampuan yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak



dapat disusun dan



dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut : 1.      Kemampuan mendengar Kemampuan mendengar merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. Kemampuan ini berkaitan dengan kesanggupan anak-anak mengangkap isi pesan dari orang lain secara benar 2.      Kemampuan melihat dan memahami Kemampuan melihat merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan. Kemampuan ini berkaitan dengan bentuk kesanggupan anak melihat sesuatu benda atau peristiwa serta membahami hal-hal yang berkaitan dengan sesuatu tersebut.



3.      Kamampuan berbicara Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan ini memberikan gambaran tentang kesanggupan anak menyusun berbagai kosa kata yang telah dikuasai menjadi sesuatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur. 4.      Membaca gambar Kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu menggunakan gambar. Kemampuan ini sebagai tahap awat dalam membaca permulaan, indikator yang termasuk dalam kemampuan ini adalah. a.         Membuat gambar dan menceritakan isi gambar dengan beberapa coretan / tulisan yang sudah berbentuk huruf atau kata. (Bhs. 11) b.         Bercerita tentang gambar yang disediakan atau dibuat sendiri dengan urut dan berbahasa yang jelas. (Bhs. 13) c.         Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri (4 – 6 gambar). (Bhs. 14) d.        Membaca buku untuk bergambar yang memiliki kalimat sederhana dan menceritakan isi buku dengan menunjukkan beberapa kata yang dikenalnya. e.         Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya. (Bhs. 16)



Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak. (DepDikNas, 2000 : 31)



B.     Belajar Melalui Bermain Ahli pendidikan anak menyatakan bahwa cara belajar anak yang paling efektif adalah dengan bermain. Dalam bermain anak dapat mengembangkan otot besar maupun otot halusnya, meningkatkan penalaran, memahami lingkungan, membentuk daya imajinasi, dunia nyata, dan mengikuti tata tertib dan disiplin. Unsur kebebasan pada pendidikan prasekolah, adalah penting sifatnya. Hal ini berkaitan dengan tujuan pendidikan prasekolah yaitu mengembangkan potensi anak secara optimal. Kebebasan dalam pendidikan anak prasekolah dalam aplikasinya adalah bermain. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan kreativitasnya. Dengan bermain anak mendapat banyak informasi tentang peristiwa, orang, binatang, dan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Anak punya kesempatan bereksperimen, memahami konsep-konsep sesuai dengan perkembangan anak.



“Bermain bukan bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan sesuatu yang sungguh-sungguh, bermain bukan suatu kegiatan yang produktif; dan sebagainya, bekerjapun dapat diartikan bermain sementara, kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja, demikian pula anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan sebenarnya” (Soemartono, 2007:102). Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada hasil ahir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan, umur, dan kemampuan anak. Secara berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). (Depdikbud 1994 :11). Bermain sebagai bentuk belajar di Taman Kanak-kanak adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang pendidikan berikutnya. Oleh karena itu,dalam memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain atau alat Bantu, metode yang digunakan, serta waktu, tempat dan teman bermainya. Melalui



bermain,



memberikan



kesempatan



kepada



anak



untuk



mengembangkan potensi-potensi dan kemampuannya yang kreatif dan konstruksi



menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar. Berkaitan dengan itu, maka tugas guru adalah merencanakan dan memberi kesempatan dan pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat bantu permainan yang fungsional untuk perkembangan harmonis anak. Dalam tatanan pendidikan Taman Kanak-Kanak, bermain dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kasatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berahir pada bermain dengan diarahkan. Bermain bebas dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut. Bermain dengan bimbingan, model bermain dimana guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan konsep (pengertian tertentu). Bermain diarahkan, guru mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus. (Soemartono, 2007:103). Bermain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial nilai dan sikap hidup. Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak usia TK, menurut Hartley, Frank dan Goldenson (Gordon & Browne, 1985:268) ada 8 fungsi bermain bagi anak : 1.      Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya, meniru ibu memasak di dapur, dokter mengobati orang sakit dan sebagainya.



2.      Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar dikelas, sopir mengendarai bus, dan lain-lain. 3.      Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga alam pengalaman hidup yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, dan lain-lain. 4.      Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya. 5.      Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, dan lain-lain. 6.      Untuk kilas balik untuk peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, dan lain sebagainya. 7.      Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya dan lain-lain. 8.      Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghias ruangan dan lain-lain. Peran guru dalam kegiatan bermain dalam tatanan sekolah (Hibana, 1998) antara lain sebagai : 1. Pengamat, di mana guru melakukan observasi interaksi antar anak dan interaksi anak dengan benda di sekitarnya



2. Elaborator, di mana guru berperan sebagai penyedia alat-alat untuk bermain bagi anak. Alat tersebut dapat berupa benda maupun dirinya sebagai partner bermain bagi anak. 3. Evaluator, di mana guru melakukan penilaian atau evaluasi melalui pengamatan terhadap kegiatan bermain yang dilakukan anak. Apakah dalam kegiatan bermainnya anak belajar sesuatu mengembangkan aspek akademik, sosial, kecerdasan, dan jasmaninya atau tidak. Evaluasi kegiatan belajar harus dikaitkan dengan materi, lingkungan dan kegiatan yang telah dirancang dalam tujuan kurikulum; dan apabila diperlukan dapat diubah tatanannya. 4. Perencana, di mana guru harus dapat membuat rencana kegiatan belajar sambil bermain agar anak mendapatkan pengalaman baru yang dapat mendorong anak untuk mengembangkan minat mereka.



C.    Media Kartu Huruf Hijaiyyah Kartu huruf hijaiyyah yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga atau media yang digunakan untuk proses belajar mengajar dalam rangka mempermudah atau memperjelas penyampaian materi pelajaran. Kartu huruf hijaiyyah yang berfungsi untuk mempermudah anak dalam pemahaman suatu konsep sehingga prestasi pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih efektif. Rohani (Dalam Kartini 2011 :10), mengemukakan bahwa media atau alat peraga adalah sesuatu yang dapat diinderakan yang berfungsi sebagai perantara (Sarana atau alat untuk proses komunikasi / proses belajar mengajar). Kerumitan bahan pembelajaran



yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkritkan dengan bantuan alat peraga seperti kartu huruf. Dengan demikian anak didik dengan mudah mencerna bahan pembelajaran. Huruf - huruf yang digunakan sebagai dasar pembelajaran membaca AlQur’an. Dalam bahasa Indonesia, Huruf hijaiyyah sama dengan huruf-huruf alphabet



yang



menjadi



dasar pengenalan bagi mereka yang sedang belajar



membaca. Anak kesulitan dalam belajar menghafal huruf hijaiyyah kurang maksimal. Maka dari itu diperlukan media yang menarik dan metode belajar yang menyenangkan agar kesulitan anak dalam menghafal huruf hijaiyyah dapat teratasi dengan baik. Berbicara mengenai kemampuan membedakan, maka kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh anak didik. Piaget (Suparno,2001:119121), membagi pengetahuan menjadi tiga jenis yang berdasarkan sumber-sumber pengetahuan



pertama, pengetahuan fisik (Physical knowledge). Sumber dari



pengetahuan fisik beasal dari lingkungan fisik disekitar anak, berupa bentuk, warna, rasa, suara, gerak, dan sebagainya. Pengetahuan fisik dibangun pada saat anak menggunakan asosiasi antara benda dengan perlakuan yang diberikan kepada benda tersebut.



BAB III METODE PENELITIAN



A.    Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama pada penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.



B.     Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian



Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat TK ............................



2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun pelajaran ..................... 3. Subyek Penelitian Subyek



penelitian



adalah



siswa-siswi



Kelompok



A



TK



.....................................



C.    Rancangan Penelitian Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus kegiatan yaitu siklus 1 dan siklus 2. Masing-masing siklus terdiri 4 tahap kegiatan yaitu : 1.      Menyusun rencana tindakan 2.      Melaksanakan tindakan 3.      Melakukan observasi



4.      Membuat analisis dilanjutkan refleksi Pada penelitian ini yang melaksanakan kegiatan mengajar adalah guru kelas kelompok A sebagai peneliti bersama-sama dengan guru kelompok B yang bertindak sebagai observer SIKLUS – 1 1.      Penyusunan rencana tindakan 1 Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan dan tema yang akan diajarkan yaitu kemampuan mengenal huruf hijaiyyah yang meliputi merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun langkahlangkah pembelajaran, merencanakan alat peraga (media) apa yang sesuai pokok bahasan yang akan diajarkan dari bagaimana menggunakannya, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan tujuan. 2.      Pemberian tindakan 1 Guru melaksanakan pengajaran dengan menggunakan permainan kartu huruf hijaiyyah sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Pada kegiatan awal pembelajaran guru melakukan kegiatan tanya jawab tentang benda-benda di sekitar anak, tanya jawab yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari, siswa beri tugas untuk mengamati dan melihat media yang telah disediakan, kemudian siswa diminta untuk menyebutkkan huruf tersebut berulang-ulang baik secara berurutan maupun secara acak.



3.      Melakukan observasi Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak lanjut.



4.      Pembuatan analisis dan refleksi Dari hasil observasi dilakukan analisis pada tindakan 1 kemudian dilanjutkan dengan refleksi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan bersamasama ini, direncanakan perbaikan dengan melakukan tindakan 2 terhadap permasalahan-permasalahan yang masih ada.



SIKLUS – 2 1.      Penyusunan rencana tindakan 2 Rencana tindakan 2 disusun berdasarkan hasil analisis dan refleksi selama siklus 1. 2.      Pembelajaran tindakan 2



Tindakan 2 ini dilakukan terhadap permasalahan yang masih ada pada siklus 1. Diharapkan pada akhir tindakan 2, permasalahan guru dan siswa dalam pembelajaran kemampuan mengenal huruf hijaiyyah melalui permainan kartu dapat diatasi. 3.      Pelaksanaan observasi Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, guru kelompok A yang bertindak sebagai peneliti bersama guru kelompok B melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang nantinya dapat bermanfaat untuk pengambilan keputusan apakah guru dapat menggunakan media dengan tepat atau perlu diadakan tindak lanjut. 4.      Pembuatan analisis dan refleksi Pada akhir tindakan 2 dilakukan analisis dan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Dan hasil analisis dan refleksi ini disusun kesimpulan dan saran dari seluruh kegiatan pada siklus 2.



D.    Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa catatan-catatan, rencana persiapan mengajar, hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran dan hasil tugas atau pekerjaan siswa. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah :



1.



Data yang didapat dari kegiatan anak yang diamati selama proses kegiatan berlangsung dilakukan melalui observasi atau pengamatan langsung yang mana hasilnya ditulis dalam lembaran observasi.



2.



Data dari hasil kegiatan anak dapat dilihat dalam proses kegiatan anak berlangsung yakni ketika anak bermain kartu huruf.



E.     Teknik Analisis Data Penulis menggunakan tanda penilaian berupa angka yang memiliki kriteria sebagai berikut:



                           



1).      Nilai 4: sangat baik



                           



2).      Nilai 3: baik



                           



3).      Nilai 2: cukup baik



                           



4).      Nilai 1: kurang baik



Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data dihasilkan dari menggunakan rumus (Suharsimi Arikunto,1998)



Keterangan: x = nilai rata-rata n = jumlah jawaban N = jumlah anak 1, 2, 3, 4 = bobot atau skor jawaban Prosentase keseluruhan analisis data dari penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus (Fuad Amsyari)



Keterangan: X = nilai rata-rata



= presentase masing-masing kriteria N = jumlah anak Seorang anak dikatakan mencapai ketuntasan jika taraf penguasaan lebih dari 75% dan belum mencapai ketuntasan apabila taraf penguasaan kurang dari 75%



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN



A.    Deskripsi Siklus I 1.      Perencanaan a.       Membuat rencana penelitian pembelajaran b.      Membuat media pembelajaran anak c.       Membuat lembar observasi atau pengamatan 2.      Hasil Pengamatan Pada pelaksanaan pertama diamati oleh pengamat dan teman dengan melakukan pencatatan pada lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model permainan kartu huruf hijaiyah. Tabel 4.1 Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran



No



Aspek Yang Diobservasi



Ada Ya



Tidak



1



Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan







2



Model pengembangan kegiatan untuk anak



3



Alat peraga edukatif yang digunakan







4



Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran







5



Pemberian motivasi







6



Kegiatan pembelajaran anak







7



Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran







8



Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran











Tabel 4.2 Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Melalui Permainan Kartu Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran No



Nama



Sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran



Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah (1-7)



1



Muhammad Maulana malik



2



3



2



Rangga Bhuana Kencana



2



2



3



Nisa Nur Fitri Yuliani



3



3



4



Alifatul Ifroh



2



2



5



M. Farid



4



4



6



Alvira Yuniar



3



3



7



Wachid Ahmadi



3



3



8



Abel Purwaningdya



3



2



9



Evelyn Dwi Ramadhani



3



3



10



M. Arif Satrio



4



4



11



Muhammad Ghatfan Arendra



3



3



Jumlah



32



32



prosentase



72.73



72.73



Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar mengenal huruf hijaiyah (1-7) melalui permainan kartu huruf hijaiyah adalah sebagai berikut :



Hasil perhitungan data berdasarkan sikap positif anak saat kegiatan pembelajaran berlangsung adalah prosentasenya sebesar 72,73%. Penghitungan



hasil



pengumpulan



data



berdasarkan



kemampuan



melafalkan huruf hijaiyah (1-7) baik secara berurutan maupun secara acak melalui permainan kartu huruf hijaiyah (1-7), dalam kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 72,73%. Prosentase



keseluruhan



dari



analisis



data



dapat



dihitung



dengan



menggunakan rumus:= 72,73 % Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan pada siklus pertama. Penilaian anak dalam kegiatan pembelajaran mengenal huruf hijaiyah melalui permainan kartu huruf hijaiyah dikategorikan belum mencapai ketuntasan dengan prosentase sebesar 72,73%



B.     Deskripsi Siklus II 1.      Perencanaan a.       Membuat rencana penelitian pembelajaran b.      Membuat media pembelajaran anak c.       Membuat lembar observasi atau pengamatan 2.      Hasil Pengamatan Pada siklus 2 ini diamati oleh pengamat dan teman dengan melakukan pencatatan pada lembar observasi yang disediakan. Untuk mengetahui perkembangan anak pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model permainan kartu huruf hijaiyah. Tabel 4.3 Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran



No



Aspek Yang Diobservasi



Ada Ya



1



Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan







2



Model pengembangan kegiatan untuk anak







3



Alat peraga edukatif yang digunakan







4



Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran







5



Pemberian motivasi







Tidak



6



Kegiatan pembelajaran anak







7



Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran







8



Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran







Tabel 4.4 Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyyah Melalui Perminan Kartu Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran  No



Nama



Sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran



Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah (1-7)



1



Muhammad Maulana malik



3



3



2



Rangga Bhuana Kencana



3



4



3



Nisa Nur Fitri Yuliani



3



4



4



Alifatul Ifroh



3



3



5



M. Farid



4



4



6



Alvira Yuniar



4



4



7



Wachid Ahmadi



4



3



8



Abel Purwaningdya



3



4



9



Evelyn Dwi Ramadhani



3



3



10



M. Arif Satrio



4



4



11



Muhammad Ghatfan Arendra



3



4



Jumlah



37



40



prosentase



84.09



90.91



Analisa data penilaian anak dalam kegiatan belajar melalui permainan kartu huruf hijaiyah adalah sebagai berikut :



Hasil perhitungan data berdasarkan sikap positif anak saat



kegiatan



pembelajaran berlangsung pada siklus 2 prosentasenya sebesar 84,09%. Penghitungan



hasil



pengumpulan



data



berdasarkan



kemampuan



melafalkan huruf hijaiyah (1-7) baik secara berurutan maupun secara acak melalui permainan kartu huruf hijaiyah (1-7), dalam kegiatan ini menunjukkan prosentase sebesar 90,91%. Prosentase



keseluruhan



dari



analisis



data



dapat



dihitung



dengan



menggunakan rumus:= 87,5 % Berdasarkan hasil analisis data keseluruhan dari siklus kedua. Penilaian anak dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah melalui permainan kartu huruf hijaiyah dikategorikan tuntas dengan prosentase sebesar 87,5%



C.    Pembahasan Dalam penelitian ini terdapat dua siklus, yakni siklus 1 dan siklus 2. Siklus 2 berisi tentang perbaikan – perbaikan dalam pembelajaran siklus 1. Pembelajaran dalam siklus 1 dilaksanakan pada tanggal .................. dan pembelajaran dalam siklus 2 dilaksanakan pada tanggal ............



Pada siklus 1, sikap postif anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran ini masih kurang atau kecil atau hanya 72,73 % tetapi pada siklus 2 mengalami peningkatan sebesar 84,09%. Hal ini terjadi dikarenakan pada siklus 1 model pembelajaran ini masih baru bagi anak akan tetapi pada siklus 2 anak-anak sudah mulai menyukai pembelajaran dengan permainan kartu huruf hijaiyah ini. Aktivitas yang dilakukan oleh guru maupun siswa selama proses pembelajaran berlangsung cukup baik. Kemampuan anak dalam mengenal huruf hijaiyah melalui permainan kartu huruf hijaiyah mengalami peningkatan. Pada siklus 1 kemampuan anak mencapai 72,73%, akan tetapi pada siklus 2 kemampuan anak mengalami peningkatan sebesar 90,91%.



BAB V PENUTUP A.    Simpulan Berdasarkan pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu huruf hijaiyyah dalam upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah di Kelompok A TK ....................... maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Dengan menggunakan permainan kartu huruf hijaiyah ini, sikap postif anak dalam kegiatan pembelajaran sangat baik 2. Dengan menggunakan pembelajaran melalui permainan kartu huruf hijaiyah dalam kegiatan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan mengenal huruf hijaiyah. Ini diketahui dari hasil analisis siklus I sebesar 72,73% dan pada siklus II menunjukkan peningkatan sebesar 90,91%. 3. Suasana kegiatan pembelajaran anak dari hasil observasi anak terlibat aktif dan guru mampu menciptakan proses kegiatan pembelajaran yang efektif dengan menggunakan media yang sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran.



B.     Saran Dari hasil pelaksanaan penelitian kegiatan pembelajaran melalui permainan kartu huruf hijaiyyah ini terdapat beberapa saran yang dapat diajukan yakni : 1.



Bagi anak TK agar memotivasi diri untuk berani melakukan dan mencoba sendiri dirumah hal-hal yang dipelajarinya ditaman kanak-kanak. Hal ini untuk lebih melatih anak mengenal huruf hijaiyyah agar bisa menulis dan membaca AlQur’an dengan baik.



2. Bagi guru TK disarankan hendaknya menciptakan sebuah bentuk tugas yang menyenangkan bagi anak. 3. Bagi kepala sekolah TK disarankan agar dapat memperhatikan, mendukung dan memberikan



fasilitas



untuk



membantu



upaya



perkembangan anak mengenal huruf-huruf hijaiyyah.



guru



dalam



membantu



4.



DAFTAR PUSTAKA



Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas. 2010. Kumpulan Pedoman Pembelajaran Taman Kanak-kanak. Jakarta : Ditjen Kemendiknas Freeman & Munandar. 1997. Bermain dan Belajar. Jakarta : PT Grasindo. Kartini. 2011. Peningkatan kemampuan anak mengenal huruf melalui metode bermain kartu kata. Moleong, Lekxy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bantung: PT Remaja Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Pendidikan Usia Dini. Jakarta : PT Grasindo. Sujana, Nana. 1997. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah (Makalah – Skripsi – Tesis – disertasi) Jakarta: Sinar Baru Algensindo. Sumartono, Sri Setiani. 2007. Permainan Kreatif untuk anak usia dini. Jakarta : Gramedia Majalah Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.



Lampiran 1



Persiapan Tindakan 1 (Siklus I) Pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu huruf Hijaiyah dalam upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah



Bidang Pengembangan Indikator         Judul Kegiatan         Hasil Belajar                



: : : :



Kemampuan Bahasa Melafalkan huruf Hijaiyah Permainan kartu huruf Hijaiyah Anak dapat melafalkan huruf hijaiyah (1 7) dengan baik dan benar baik secara



               



Pelaksanaan Alat yang digunakan



berurutan maupun secara acak : Selasa, 16 September 2014 : Kartu huruf Hijaiyah



Media kartu huruf Hijaiyah



        Langkah Pelaksanaan : 1.      Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi 2.      Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan 3.      Guru menyiapkan media kartu huruf Hijayiyah 4.      Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan 5.      Guru melaflkan satu persatu kartu huruf tersebut kemudian anak menirukannya 6.      Anak melaflkan huruf hijaiyah sesuai dengan kartu yang diberikan guru



7.      Permianan berlanjut, sampai semua anak mencoba permainan ini 8.      Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan permainan 9.      Guru memberikan tugas untuk mewarnai gambar huruf hijaiyah 10.  Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.



Satuan Kegiatan Harian



Semester



: I (Satu)



Minggu



: …………..



Tema



: ……………



Penilaian Perkembangan Anak Indikator



Kegiatan Pembelajaran



Metode



Alat Sumber Belajar Alat



Melaflkan Huruf Hijaiyah



Kegiatan Awal         Bernyanyi berdo’a, salam         Tanya jawab         Tanya jawab tentang kondisi        Bercakap-cakap siswa serta Tanya jawab yang        Pemberian tugas berhubungan dengan materi pembelajaran Kegiatan Inti         Tanya jawab melalui permainan kartu huruf Hijaiyah         Mewarnai huruf hijaiyah Istirahat         Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan         Do’a makan         Bermain Kegiatan Akhir         Diskusi kegiatan sehari         Do’a pulang, salam



        Kartu



huruf Hijaiyah



Pemberian tugas dan Tanya jawab



Hasil



Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran



No



Aspek Yang Diobservasi



Ada Ya



Tidak



1



Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan







2



Model pengembangan kegiatan untuk anak



3



Alat peraga edukatif yang digunakan







4



Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran







5



Pemberian motivasi







6



Kegiatan pembelajaran anak







7



Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran







8



Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran











Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah Melalui Permainan Kartu



Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran No



Nama



Sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran



Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah (1-7)



1



Muhammad Maulana malik



2



3



2



Rangga Bhuana Kencana



2



2



3



Nisa Nur Fitri Yuliani



3



3



4



Alifatul Ifroh



2



2



5



M. Farid



4



4



6



Alvira Yuniar



3



3



7



Wachid Ahmadi



3



3



8



Abel Purwaningdya



3



2



9



Evelyn Dwi Ramadhani



3



3



10



M. Arif Satrio



4



4



11



Muhammad Ghatfan Arendra



3



3



Jumlah



32



32



Lampiran 2 Persiapan Tindakan 2 (Siklus 2) Pembelajaran dengan menggunakan permainan kartu huruf Hijaiyah dalam upaya meningkatkan kemampuan anak mengenal huruf Hijaiyah



Bidang Pengembangan Indikator         Judul Kegiatan         Hasil Belajar                



: : : :



Kemampuan Bahasa Melafalkan huruf Hijaiyah Permainan kartu huruf Hijaiyah Anak dapat melafalkan huruf hijaiyah (1 7) dengan baik dan benar baik secara



Pelaksanaan         Alat yang digunakan        



berurutan maupun secara acak : Selasa, 23 September 2014 : Kartu huruf Hijaiyah



Media kartu huruf Hijaiyah



        Langkah Pelaksanaan : 1.      Guru memulai pelajaran dengan berdo’a dan dilanjutkan apersepsi 2.      Guru menyampaikan tujuan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan 3.      Guru menyiapkan media kartu huruf Hijayiyah 4.      Guru menjelaskan tugas-tugas yang akan dikerjakan 5.      Guru melaflkan satu persatu kartu huruf tersebut kemudian anak menirukannya 6.      Anak melaflkan huruf hijaiyah sesuai dengan kartu yang diberikan guru 7.      Permianan berlanjut, sampai semua anak mencoba permainan ini 8.      Guru melakukan pengamatan selama anak melakukan permainan 9.      Guru memberikan tugas untuk mewarnai gambar huruf hijaiyah



10.  Guru mengakhiri kegiatan ini dengan bernyanyi diteruskan dengan do’a.



,



Satuan Kegiatan Harian



Semester



: I (Satu)



Minggu



: …………..



Tema



: ……………



Indikator



Melaflkan Huruf Hijaiyah



Kegiatan Pembelajaran



Metode



Kegiatan Awal         Bernyanyi berdo’a, salam         Tanya jawab         Tanya jawab tentang kondisi        Bercakap-cakap siswa serta Tanya jawab yang        Pemberian tugas berhubungan dengan materi pembelajaran Kegiatan Inti         Tanya jawab melalui permainan kartu huruf Hijaiyah         Mewarnai huruf hijaiyah Istirahat         Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan         Do’a makan         Bermain Kegiatan Akhir         Diskusi kegiatan sehari         Do’a pulang, salam



Alat Sumber Belajar         Kartu



huruf Hijaiyah



Penilaian Perkembangan An Alat Hasil Pemberian tugas dan Tanya jawab



Lembar observasi dalam proses kegiatan pembelajaran



No



Aspek Yang Diobservasi



Ada Ya



1



Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan







2



Model pengembangan kegiatan untuk anak







3



Alat peraga edukatif yang digunakan







4



Penggunaan alat permainan dalam kegiatan pembelajaran







5



Pemberian motivasi







6



Kegiatan pembelajaran anak







7



Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran







8



Ketrampilan pendidik dalam kegiatan pembelajaran







Tidak



Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyyah Melalui Perminan Kartu



Penilaian Anak dalam Kegiatan Pembelajaran  No



Nama



Sikap positif terhadap kegiatan pembelajaran



Kemampuan Mengenal Huruf Hijaiyah (1-7)



1



Muhammad Maulana malik



3



3



2



Rangga Bhuana Kencana



3



4



3



Nisa Nur Fitri Yuliani



3



4



4



Alifatul Ifroh



3



3



5



M. Farid



4



4



6



Alvira Yuniar



4



4



7



Wachid Ahmadi



4



3



8



Abel Purwaningdya



3



4



9



Evelyn Dwi Ramadhani



3



3



10



M. Arif Satrio



4



4



11



Muhammad Ghatfan Arendra



3



4



Jumlah



37



40



prosentase



84.09



90.91



  Diposting oleh ....................................