Puisi Tuk Kedua Orang Tua [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Puisi tuk kedua Orang Tua Kulihat dari Garis kelopak Matanya yang sudah mulai berkerut dan aku tahu bahwa dia selalu memperhatikanku di waktu kecil hingga kini Kulihat dari Raut wajahnya yang sudah mulai berkerut dan aku tahu bahwa dia selalu menasehatiku di waktu kecil hingga Kini Ku lihat dari mahkota di atas kepalanya yang mulai memutih dan aku tahu bahwa dia selalu memikirkan keadaanku di waktu kecil hingga Kini Ya Rabb ku bersyukur pada Mu engkau menciptakan Orang tua sebagai pembimbing jiwa ini Ya Rabb ku bersyukur pada Mu engkau menciptakan Orang tua sebagai tempat Utama berbagi hati ini di kala Gundah ku ingin membahagiakannya hingga akhir menutup Mata ku ingin membahagiakannya hingga Senyum terakhirnya ku ingin membahagiakannya hingga Nasehat terakhirnya



ku berdiri mengenakan toga ini di sebuah jalan setapak yang gelap. Pandanganku tertuju pada dua orang di kejauhan sana, dengan senyuman yang tak asing di mataku. Dua orang yang sangat aku hargai, dua orang yang sangat aku hormati, aku cintai, dan aku sayangi. Iya.... Mereka papa dan mama ku Dengan disertai senyuman aku berjalan menghampiri mereka seiring dengan langkah, terlintas di benakku, atas apa yang telah mereka lakukan terhadap hidupku selama ini.



Mama, yang telah mengandungku selama sembilan bulan. Mama yang sudah memperjuangkan hidup dan matinya hingga aku dapat hadir di dunia ini. Mama juga yang telah merawatku dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.



Papa yang telah mendidikku. Papa yang rela bekerja banting tulang, ikhlas mengeluarkan keringatnya agar aku dapat menikmati hidup, detik demi detik, hari demi hari, bahkan tahun demi tahun. Apakah yang dapat kulakukan untuk membalas mereka? Sering aku tutup kuping ga mau dengerin nasihat mereka. Sering banget aku bohong kepada mereka untuk kepuasanku. Sering aku ngelawan jika mereka marah karena kenakalanku. Sering juga aku banting pintu di hadapan mereka jika mereka tidak mengabulkan permintaanku, dan bahkan sering aku mengeluarkan kata kata kasar, yang ga pantas mereka dengar dari bibirku. “dasar cerewet, kuno, kolot!” Tapi, apakah mereka memendam perasaan dendam terhadapku? TIDAK! TIDAK SAMA SEKALI! Mereka dapat tulus memaafkan kekhilafanku. Mereka tetap menyanyangiku dalam setiap hembusan nafas mereka. Bahkan mereka tetap menyebut namaku dalam setiap doa-doa mereka hingga aku menjadi seperti sekarang ini! Ya Tuhan betapa durhakanya aku! Tak sadarkah aku bahwa mereka orang yang sangat berarti dalam hidupku? Langkah-langkah ku terhenti di hadapan mereka. Dan kupandangi papa dan mamaku inci demi inci. Badan yang dulu tegap, kekar, kini mulai membungkuk. Rambut yang dulu hitam, kini mulai memutih. Dan kulit mereka yang dulu kencang kini mulai berkeriput kutatap mata mereka yang berbinar binar dan mulai meneteskan air mata bahagia, air mata haru, air mata bangga melihat ku memakai toga ini. Kucium tangan mereka, kupeluk mereka sambil berkata “papa, mama, yang aku berikan hari ini tidak akan cukup membalas semua yang telah papa dan mama berikan selama ini kepadaku. terimakasih pa, terimakasi ma, aku sayang papa dan mama sampai akhir hayatku.” - See more at: http://ponda-samarkand.blogspot.com/2013/02/puisi-untuk-kedua-orangtua.html#sthash.Y6HRBPtu.dpuf