Puskkesmas Ciketing Udik Deal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN MAHASISWA HASIL PRAKTEK PHC PUSKKESMAS CIKETING UDIK



OLEH :



ANDI SAPUTRA CLARENATHA SYIFA ULLAYA KHAYRI RIZKI RANI ELSATIA RIKA HOLISTIAN SRI MULYANI



17.001 17.003 17.004 16.010 17.024 17.029



PROGRAM STUDI DIII ILMU KEPERAWATAN BERKALA WIDYA HUSADA Kampus Cibubur : Jl. Alternatif Cibubur KM.1 Depok 16951 Gedung B Kompleks RS Meilia Cibubur Telp. (021) 7253261 , Fax. (021) 8452090



LEMBAR PENGESAHAN



Naskah pendidikan kesehatan ini telah diperiksa dan di setujui oleh :



IC AKADEMIK



(……………………………………………………)



IC PUSKESMAS CIKETING UDIK



( Yetty Sariati, S.SIT, M.K.M )



KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesehatan yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Praktek PHC di Puskesmas Ciketing Udik Bantar Gebang Bekasi ,Jawa Barat ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak mendapat hambatan. Akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, hambatan tersebut dapat teratasi. Laporan ini disusun agar pembaca dapat menambah wawasan mengenai Kegiatan Pelayanan di Puskesmas Ciketing Udik. Penulis membuat laporan ini untuk memenuhi tugas yang diberikan dan mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Ns.Ady Purwoto, S.Kep M.H.Kes serta Ibu Dosen Kurniati Nawangwulan,SKM, M.Kes yang telah memberikan tugas ini sehingga mahasiswa dapat memenuhi kegiatan belajar mengajar. Penulis berharap adanya kritik yang membangun, saran dan usulan demi perbaikan demi masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam menyusun laporan ini dari awal sampai akhir.



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN A . LATAR BELAKANG B . TUJUAN



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A . PENGERTIAN PUSKESMAS B . FUNGSI DAN TUJUAN PUSKESMAS C . PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA



BAB III TINJAUAN TENTANG TEMPAT PHC A . PROFIL PUSKESMAS CIKETING UDIK B . STRUKTUR ORGANISASI DAN SEJARAH PUSKESMAS CIKETING UDIK C . KEGIATAN POKOK PUSKESMAS CIKETING UDIK



BAB IV KEGIATAN PELAYANAN KIA DI PUSKESMAS CIKETING UDIK A. GAMBARAN UMUM P2M DI PUSKESMAS CIKETING UDIK B. SARANA DAN PRASARANA P2M DI PUSKESMAS CIKETING UDIK C. PELAYANAN P2M DI PUSKESMAS CIKETING UDIK BAB V PEMBAHASAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) I di Jakarta, di mana dibicarakan upaya pengorganisasian sistem pelayanan kesehatan di tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu dirasakan kurang menguntungkan dan dari kegiatan-kegiatan seperti BKIA, BP, dan P4M (Pencegahan, Pemberantasan, Pembasmian Penyakit Menular ) dan sebagainya masih berjalan sendirisendiri dan tidak saling berhubungan. Melalui Rakerkesnas tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan tingkat pertama ke dalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat(Puskesmas). Pembangunan kesehatan mempunyai visi “Indonesia sehat” diantaranya dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan oleh puskesmas dan rumah sakit. Selama ini pemerintah telah membangun puskesmas dan jaringannya di seluruh Indonesia rata-rata setiap kecamatan mempunyai 2 puskesmas, setiap 3 desa mempunyai 1 puskesmas pembantu. Puskesmas telah melaksanakan kegiatan dengan hasil yang nyata, status kesehatan masyarakat makin meningkat, ditandai dengan makin menurunnya angka kematian bayi, ibu, makin meningkatnya status gizi masyarakat dan umur harapan hidup (Kepmenkes, 2010). Puskesmas pada waktu itu di bedakan menjadi 4 macam yaitu : 1. Puskesmas tingkat Desa 2. Puskesmas tingkat Kecamatan 3. Puskesmas tingkat Kawedanan 4. Puskesmas tingkat Kabupaten Pada rapat kesehatan rnasyarakat ke II 1969 pembagian puskesmas dibagi menjadi 3 kategori : 1. Puskesmas tipe A dipimpin oleh dokter secara penuh 2. Puskesmas tipe B dipimpin oleh dokter tidak secara penuh 3. Puskesmas tipe C dipimpin oleh tng paramedic Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah



kecamatan. Puskesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dan kegiatan yang dilakukan puskesmas, selain dari intern sendiri tetapi juga perlu peran serta masyarakat dalam pengembangan kesehatan terutama dilingkungan masyarakat yang sangat mendasar, sehingga pelayanan kesehatan dapat lebih berkembang. 1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1 Tujuan Umum Laporan ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui apa yang di maksud dengan Puskesmas. 2. Mengetahui fungsi dari Puskesmas. 3. Mengetahui tugas dari Puskesmas. 4. Mengetahui sarana dan prasarana yang ada di Puskesmas. 5. Mengetahui bagaimana struktur organisasi yang ada di Puskesmas 6. Mengetahui kegiatan pokok Puskesmas 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran umum P2M di Puskesmas Ciketing Udik 2. Mengetahui sarana dan prasarana P2M di Puskesmas Ciketing Udik 3. Mengetahui pelayanan P2M di Puskesmas Ciketing Udik



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya di wilayah kerjanya. ( Permenkes RI No.75 Tahun 2014) Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 2.2 Fungsi dan Tujuan Puskesmas 2.2.1 Fungsi Puskesmas Fungsi puskesmas meliputi 3 bagian, yaitu : 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembanguan



lintas sektor



termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya. 2. Pusat pemberdayaan masyarakat. Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan



termasuk



sumber



pembiayaan,



serta



ikut



menetapkan,



menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. 3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh , terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas adalah : a. Pelayananan kesehatan perorangan adalah pelayanan kesehatan yang bersifat pribadi dengan tujuan umum menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan penegahan penyakit.



b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang bersifat public dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Proses dalam melaksanakan fungsinya dilakukan dengan cara : 1) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri 2) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien 3) Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan 4) Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat 5) Bekerja



sama



dengan



sector-sektor



yang



bersangkutan



dalam



melaksanankan program puskesmas 2.2.2 Tujuan Puskesmas Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan “Indonesia sehat 2025” 2.3 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia kesehatan (SDM Kesehatan) merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan. Pendidikan, dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.



Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan SDM kesehatan, yaitu : 1. Tenaga kesehatan, yaitu semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan. 2. SDM Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tujuan SDM Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber daya manusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut : 1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan memahami pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan ketrampilan penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan 2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian 3. Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan melakukan advokasi program dan kebijakan kesehatan dalam rangka pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan



BAB III TINJAUAN TENTANG TEMPAT PHC 3.1 Profil Puskesmas Cikeuting Udik 3.1.1 Wilayah Administrasi Meliputi satu Kelurahan, yaitu Kelurahan Ciketing Udik yang terdiri dari 9 RW 3.1.2 Luas Wilayah Kerja Kelurahan Ciketing Udik dengan luas wilayah 343.340 Km2 3.1.3 Karakteristik Wilayah Pukesmas Ciketing Udik terletak bersebelahan dengan Kantor Kelurahan Ciketing Udik, berada di pinggir Jalan Pangkalan V sekitar 18 Km arah Selatan dari Pusat Pemerintahan Kota, dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Akses menuju Puskesmas dapat dijangkau oleh kendaraan umum roda 4, dan sebagian besar jalan menuju Kelurahan di wilayah kerja dapat dijangkau dengan kendaraan roda 4. Secara geografis, Puskesmas Ciketing Udik terletak di lokasi yang sangat strategis, dimana wilayahnya merupakan perbatasan antara Kota Bekasi tapi juga penduduk dari luar wilayah perbatasan Kabupaten Bogor. Wilayah kerja Puskesmas Ciketing Udik mempunyai karakteristik khusus karena Kelurahan Ciketing Udik mempunyai area Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) milik Pemda DKI Jakarta dan Pemda Kota Bekasi Batas Wilayah Kerja -



Sebalah Utara



: Kelurahan Padurenan



-



Sebelah Timur



:



Kelurahan



Sumur



Bartu,



Kecamatan



Setu



Kabupaten Bekasi -



Bekasi Sebelah Selatan



: Kecamatan Cileungsi Kabupaten Bogor



-



Sebelah Barat



: Wilayah Kabupaten Bogo



3.2 KEGIATAN POKOK PUSKESMAS CIKEUTING UDIK Berdasarkan Buku Pedoman Kerja Puskesmas yang terbaru ada beberapa usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas, itupun sangat tergantung kepada faktor



tenaga, sarana dan prasarana serta biaya yang tersedia. Pelaksanaan kegiatan pokok diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Oleh karena itu kegiatan pokok puskesmas ditujukan untuk kepentingan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh petugas dan kegiatan pokok di atas adalah : 3.2.1 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak a) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah b) Memberikan nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk karena kekurangan protein dan kalori dan lain-lain kekurangan, serta bila ada pemberian makanan tambahan vitamin dan mineral c) Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara stimulasinya d) Immunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3X, polio 3X, dan campak 1x pada bayi e) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA f) Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu berisiko tinggi g) Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak prasekolah untuk macammacam penyakit ringan h) Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan, memberikan penerangan dan pendidikan tentang kesehatan, dan untuk mengadakan pemantauan pada mereka yang lalai mengunjungi puskesmas dan meminta agar mereka datang ke puskesmas lagi. i) Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi 3.2.2 Upaya Keluarga Berencana a)



Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan caton ibu yang mengunjungi KIA



b) Mengadakan kursus keluarga berencana kepada dukun yang kemudian akan bekerja sebagai penggerak calon peserta keluarga berencana



c)



Mengadakan pembicaraan-pembicaraan tentang keluarga berencana kapan saja ada kesempatan, baik di puskesmas maupun sewaktu mengadakan kunjungan rumah



d) Memasang IUD, cara-cara penggunaan pit, kondom dan cara-cara lain dengan memberi sarananya e)



Melanjutkan mengamati mereka yang menggunakan sarana pencegahan kehamilan.



3.2.3 Upaya Perbaikan Gizi a)



Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati mereka



b) Mempelajari keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan program perbaikan gizi c)



Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat dan secara perseorangan kepada mereka yang membutuhkan, terutama dalam rangka program KIA



d) Melaksanakan program-program: 1) Program perbaikan gizi keluarga (suatu program menyeluruh yang mencakup pembangunan masyarakat) melalui kelompok-kelompok penimbangan pos pelayanan terpadu 2) Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori yang cukup kepada anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui 3) Memberikan vitamin A kepada anak-anak di bawah umur 5 tahun 3.2.4 Upaya Kesehatan Lingkungan Kegiatan-kegiatan utama kesehatan Iingkungan yang dilakukan staf puskesmas adalah : a)



Penyehatan air bersih



b) Penyehatan pembuangan kotoran c)



Penyehatan lingkungan perumahan



d) Penyehatan air buangan/limbah e)



Pengawasan sanitasi tempat umum



f)



Penyehatan makanan dan minuman



g) Pelaksanaan peraturan perundangan



3.2.5 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular a)



Mengumpulkan dan menganalisa data penyakit



b) Melaporkan kasus penyakit menular c)



Menyelidiki di lapangan untuk melihat benar atau tidaknya laporan yang masuk, untuk menemukan kasus-kasus baru dan untuk mengetahuyi sumber penularan



d) Tindakan permulaan untuk menahan penularan penyakit e)



Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi



f)



Pemberian immunisasi



g) Pemberantasan vektor h) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat 3.2.6 Upaya Pengobatan a)



Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui: 1) Mendapatkan riwayat penyakit 2) Mengadaan pemeriksaan fisik 3) Mengadaan pemeriksaan laboratorium 4) Membuat diagnosa



b) Melaksanakan tindakan pengobatan c)



Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut dapat berupa: 1) Rujukan diagnostik 2) Rujukan pengobatan/rehabilitasi 3) Rujukan lain



3.2.7 Upaya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat a)



Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tiap-tiap program puskesmas. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada setiap kesempatan oleh petugas, apakah di klinik, rumah dan kelompokkelompok masyarakat.



b) Di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi di tingkat kabupaten



diadakan



tenaga-tenaga



koordinator



penyuluhan



kesehatan.



Koordinator membantu para petugas puskesmas dalam mengembangkan teknik dan materi penyuluhan di Puskesmas.



3.2.8 Upaya Kesehatan Sekolah a)



Membina sarana keteladanan di sekolah, berupa sarana keteladanan gizi berupa kantin dan sarana keteladanan kebersihan lingkungan



b) Membina kebersihan perseorangan peserta didik c)



Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berperan secara aktif dalam pelayanan kesehatan melalui kegiatan dokter kecil



d) Penjaringan kesehatan peserta didik kelas I e)



Pemeriksaan kesehatan periodik sekali setahun untuk kelas II sampai VI dan guru berupa pemeriksaan kesehatan sederhana



f)



Immunisasi peserta didik kelas I dan VI



g) Pengawasan terhadap keadaan air h) Pengobatan ringan pertolongan pertama i)



Rujukan medik



j)



Penanganan kasus anemia gizi



k) Pembinaan teknis dan pengawasan di sekolah l)



Pencatatan dan pelaporan.



3.2.9 Upaya Kesehatan Olahraga : a)



Permeriksaan kesehatan berkala



b) Penentuan takaran latihan c)



Pengobatan dengan latihan dan rehabilitasi



d) Pengobatan akibat cedera latihan e)



Pengawasan selama pemusatan latihan



3.2.10 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat a)



Asuhan perawatan kepada individu di puskesmas maupun di rumah dengan berbagai tingkat umur, kondisi kesehatan, tumbuh kembang dan jenis kelamin



b) Asuhan perawatan yang diarahkan kepada keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat (keluarga binaan) c)



Pelayanan perawatan kepada kelompok khusus diantaranya: ibu hamil, anak balita, usia lanjut dan sebagainya



d) Pelayanan keperawatan pada tingkat masyarakat



3.2.11 Upaya Peningkatan Kesehatan Kerja a)



Identifikasi. masalah, meliputi: 1) Pemeriksaan kesehatan awal dan berkala untuk para pekerja 2) Pemeriksaan kasus terhadap pekerja yang datang berobat ke puskesmas Peninjauan tempat kerja untuk menentukan bahaya akibat kerja 3) Kegiatan peningkatan kesehatan tenaga kerja melalui peningkatan gizi pekerja, Iingkungan kerja, dan kegiatan peningkatan kesejahteraan 4) Kegiatan pencegahan kecelakaan akibat kerja, meliputi: a.



Penyuluhan kesehatan



b.



Kegiatan ergonomoik, yaitu kegiatan untuk mencapai kesesuaian antara alat kerja agar tidak terjadi stres fisik terhadap pekerja



c.



Kegiatan monitoring bahaya akibat kerja



d.



Pemakaian alat pelindung



b) Kegiatan pengobatan kasus penyakit akibat kerja c)



Kegiatan pemulihan kesehatan bagi pekerja yang sakit



d) Kegiatan rujukan medik dan kesehatan terhadap pekerja yang sakit 3.2.12 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut a)



Pembinaan/pengembangan kemampuan peran serta masyarakat dalam upaya pemeliharaan diri dalam wadah program UKGM



b) Pelayanan asuhan pada kelompok rawan, meliputi: 1) Anak sekolah 2) Kelompok ibu hamil, menyusui dan anak pra sekolah c)



Pelayanan medik gigi dasar, meliputi : 1) Pengobatan gigi pada penderita yang berobat maupun yang dirujuk 2) Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi kesasaran yang Iebih mampu 3) Memberikan penyuluhan secara individu atau kelompok 4) Memelihara kebersihan (higiene klinik) 5) Memelihara atau merawat peralatan atau obat-obatan



d) Pencatatan dan pelaporan



3.2.13 Upaya Kesehatan Jiwa a)



Kegiatan kesehatan jiwa yang terpadu dengan kegiatan pokok puskesmas



b) Penanganan pasien dengan gangguan jiwa c)



Kegiatan dalam bentuk penyuluhan serta pembinaan peran serta masyarakat



d) Pengembangan upaya kesehatan jiwa di puskesmas melalui pengembangan peran serta masyarakat dan pelayanan melalui kesehatan jiwa e)



Pencatatan dan pelaporan



3.2.14 Upaya Kesehatan Mata a)



Upaya kesehatan mata, pencegahan kesehatan dasar yang terpadu dengan kegiatan pokok Iainnya



b) Upaya kesehatan mata; 1) Anamnesa 2) Pemeriksaan visus dan mata luar, tes buta warna, tes tekanan bola mata, tes saluran air mata, tes lapangan pandang, funduskopi, dan pemeriksaan laboratorium 3) Pengobatan dan pemberiaan kacamata 3.2.15 Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat Upaya pembinaan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui : a)



Penggalangan dukungan penentu kebijaksanaan, pimpinan wilayah, limas sektoral dan berbagai organisasi kesehatan. yang dilaksanakan melalui dialog. seminar dan lokakarya , dalam rangka komunikasi, informasi, dan motivasi dengan memanfaatkan media massa dan sistem informasi kesehatan



b) Persiapan petugas penyelenggara melalui latihan, orientasi atau sarasehan kepemimpinan di bidang kesehatan c)



Persiapan masyarakat, melalui rangkaian kegiatan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan masalah kesehatan, dengan menggali dan menggerakkan sumber daya yang dimilikinya, melalui rangkaian kegiatan: 1) Pendekatan kepada tokoh masyarakat 2) Survei mawas diri masyarakat untuk mengenali masalah kesehatannya



3) Musyawarah masyarakat desa untuk penentuan bersama rencana pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi d) Pelaksanaan kegiatan kesehatan oleh dan untuk masyarakat melalui kader yang telah dilatih e)



Pengembangan dan pelestarian kegiatan oleh masyarakat



3.2.16 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional a)



Melestarikan bahan-bahan tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan tradisional



b) Melakukan pembinaan terhadap cara-cara pengobatan tradisional.



BAB IV KEGIATAN PELAYANAN P2M DI PUSKESMAS CIKEUTING UDIK



4.1 Gambaran Umum P2M di Puskesmas Cikeuting Udik Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/ ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan. Penyakit menular (Communicable Desease) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya agen penyebab yang mengakibatkan perpindahan atau penularan penyakit dari orang atau hewan yang terinfeksi, kepada orang atau hewan yang rentan (potential host), baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantara (vector) atau lingkungan hidup. Kejadian Luar Biasa (KLB) ialah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan/ ketakutan di kalangan masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan yang berarti (bermakna) dari kejadian kesakitan/ kematian tersebut kepada kelompok penduduk dalam kurun tertentu. Selain itu, KLB adalah kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu/ sekelompok masyarakat tertentu atau terjadinya peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau tahun yang sama. Termasuk dalam KLB ialah kejadian kesakitan/ kematian yang disebabkan oleh penyakit-penyakit baik yang menular maupun yang tidak menular dan kejadian bencana alam yang disertai wabah penyakit. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit yang menular). Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.



4.1.1 Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan Program Pencegahannya Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya: 1.



Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pos-pos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk rujukan.



2.



Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi pada KLB, DBD, kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB diare, dsb.



3.



Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan, pengamatan/ pemantauan (surveinlans ketat) dan logistik. Sedangkan untuk program pencegahan ialah mencegah agar penyakit menular



tidak menyebar di dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi. 4.1.2 Macam Penyakit-Penyakit Menular Penyakit-penyakit menular dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu: 1. Penyakit menular endemik tinggi Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut: a. Tuberkulosis paru b. Lepra (Morbus Hansen) c. Patek (Framboesia) d. Anjing gila (Rabies) e. Antraks 2. Penyakit menular penting lain: Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit berikut: a. Penyakit menular seksual 1) Sifilis (Raja Singa) 2) Gonorhoe (kencing nanah) 3) HIV/ AIDS



b. Penyakit menular lain 1) Hepatitis-B 2) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 4.1.3 Cara Penularan Penyakit Menular Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu: 1.



Penularan secara kontak, baik kontak langsung maupun kontak tidak langsung (benda-benda bekas dipakai pasien).



4.1.4



2.



Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang tercemar.



3.



Penularan melalui vector.



4.



Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik, dan tato.



Program Pemberantasan Penyakit Menular 4.1.4.1 Tujuan Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk of international concern). 4.1.4.2 Sasaran a.



Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) sebesar 98%.



b.



Angka Case Detection Rate penyakit TB sebesar 70% dan angka keberhasilan pengobatan TB di atas 85%.



c.



Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) diharapkan ≥ 2/100.000 anak usia kurang dari 15 tahun.



d.



Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani sebesar 80%.



e.



Penderita malaria yang diobati sebesar 100%.



f.



CFR diare pada saat KLB adalah < 1,2%.



g.



ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) mendapat pengobatan ART sebanyak 100%.



h.



Tersedianya dan tersosialisasikannyakebijakan dan pedoman, serta hukum kesehatan penunjang program yang terdistribusi hingga ke desa.



i.



Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah secara berjenjang hingga ke desa.



4.1.4.3 Kebijakan Pelaksanaan: a.



Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,



membangun



komitmen,



dan



menjadi



bagian



integral



pembangunan kesehatan dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi masyarakat rentan dan miskin hingga ke desa. b.



Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan.



c.



Pencegahan



dan



pemberantasan



penyakit



diarahkan



untuk



mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit antar daerah maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa. d.



Pencegahan



dan



pemberantasan



mengembangkan



sentra



rujukan



penanggulangan



penyakit,



sentra



penyakit



diarahkan



penyakit,



sentra



regional



untuk



untuk pelatihan



kesiapsiagaan



penanggulangan KLB/ wabah dan bencana maupun kesehatan matra, serta



kemampuan



untuk



melakukan rapid



assessement dan rapid



respons. e.



Pencegahan



dan



pemberantasan



penyakit



diarahkan



untuk



memantapkan jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan



dengan masyarakat termasuk swasta untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui pertukaran informasi,



pelatihan,



pemanfaatan



teknologi



tepat



guna,



dan



pemanfaatan sumberdaya lainnya. f.



Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.



g.



Pencegahan



dan



meningkatkan pencegahan



pemberantasan



profesionalisme dan



penyakit



sumberdaya



pemberantasan



diarahkan manusia



penyakit



di



sehingga



untuk bidang mampu



menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara berjenjang hingga ke desa. h.



Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk menyiapkan, mengadakan, dan mendistribusikan bahan-bahan yang esensial untuk mendukung penyelenggaraan program pencegahan dan pemberantasan penyakit hingga ke desa.



i.



Pencegahan



dan



meningkatkan



pemberantasan



cakupan,



penyakit



jangkauan,



dan



diarahkan



pemerataan



untuk



pelayanan



penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas hingga ke desa. 4.2 Sarana dan Prasarana P2M di Puskesmas Cikeuting Udik Sarana dan Prasarana P2M yang ada di Puskesmas Cikeuting Udik meliputi, antara lain : 4.2.1. Gambar Ruangan TB dan Kusta Di Puskesmas Ciketing Udik



Gambar diatas Mencakup Ruangan TB dan Kusta terdapat 1 kursi, dan 1 meja untuk melakukan anamnesa.



4.2.2. Gambar Sarana dan Prasarna Kusta Di Puskesmas Ciketing Udik



Sarana dan prasarana yang ada diruang P2M mencakup lemari obat-obatan TBC dan Kusta, terdapat 1 bed tempat tidur pasien.



4.2.3. Gambar Obat-Obatan Pasien Kusta Yang Ada Di Puskesmas Ciketing Udik



Obat Kusta untuk anak



Obat Kusta pada Dewasa



4.2.4. Gambar Obat-Obatan Pasien TBC Yang Ada Di Puskesmas Ciketing Udik



Obat TBC Untuk Anak



Obat untuk penderita TBC kategori 1



Obat ini untuk penderita TBC pada dewasa untuk membunuh bakteri yang menyebabkan terjadinya TBC



4.3 Pelayanan P2M di Puskesmas Cikeuting Udik 4.3.1 Pencapaian Program Upaya Kesehatan 4.3.1.1 Program TB Sebelum membahas pencapaian program TB bisa dilihat beberapa uraian tentang penyakit TB di bawah ini. a) Pengertian Tuberculosis Tuberculosis (Tuberculosis, disingkat TBC) atau TB (singkatan dari “ Tubercle bacillus”) merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai strain mikobakteria, umumnya Mycobacterium Tuberculosis (disingkat “MTb” atau “MTbc”). [1] tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, atau menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. [2] infeksi TB umumnya bersifat asimtomatikdan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang menjadi penyakit aktif. Bila tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50% orang yang terinfeksi bisa meninggal. b) Gejala Tuberculosis Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun,. (dahulu TB disebut penyakit “konsumsi” karena orang-orang yang terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan) infeksi pada orang lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnos TB aktif bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh. Sementara itu, diagnose TB laten bergantung pada tes tuberculin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotic dalam jangka waktu lama. Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani



tes penapisan dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotic merupakan masalah yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multiobat (TB MDR), untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil CalmetteGuerin. c) Faktor-faktor resiko Ada beberapa factor yang menjadi penyebab mengapa orang lebih rentan terhadap infeksi TB. Orang-orang yang memiliki resiko tinggi terinfeksi TB antara lain : orang yang menyuntik obat terlarang, penghuni dan



karyawan



tempat-tempat



berkumpulnya



orang-orang



rentan



(misalnya, penjara dan tempat penampungan gelandangan) orang-orang miskin yang tidak yang tidak memiliki akses perawatan kesehatan yang memadai, minoritas suku yang beresiko tinggi, dan para pekerja kesehatan yang melayani orang-orang tersebut. Penyakit paru-paru kronis adalah factor resiko penting lainnya. Silicosis meningkatkan resiko hingga 30 kali lebih besar. Orang-orang yang merokok memiliki resiko dua kali lebih besar terkena TB dibandingkan yang tidak merokok. Adanya



penyakit



tertentu



juga



dapat



meningkatkan



resiko



berkembangnya tuberkulosis,antara lain alkoholisme/ kecanduan alcohol dan diabetes mellitus (resikonya tiga kali lipat). Obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid dan infliximab(antibody monoknal anti-α TNF) juga merupakan factor resiko yang semakin penting, terutama di kawasan dunia berkembang. Meskipun kerentanan genetic (36) juga bisa berpengaruh, namun para peneliti belum menjelaskan sampai sejauh mana perannya. d) Penularan Ketika seseorang yang mengidap TB paru aktif batuk, bersin, bicara, menyanyi, atau meludah, mereka sedang menyemprotkan titis-titis aerosol infeksius dengan diameter 0.5 hingga 5µm. bersin dapat melepaskan partikel kecil-kecil hingga 40,000 titis. Tiap titis bisa menularkan penyakit tuberkulosis karena dosis infeksius penyakit ini



sangat rendah. (seseorang yang menghirup kurang dari 10 bakteri saja bisa langsung terinfeksi). Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam frekuensi sering atau selalu bedekatan dengan penderita TB, beresiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka infeksi sekitar 22%. e) Pencegahan Usaha untuk mencegah dan mengontrol tuberkulosis bergantung pada vaksinasi bayi dan deteksi serta perawatan untuk kasus aktif. The World Health Organisai (WHO) telah berhasil mencapai sejumlah keberhasilan dengan regimen pengobatan yang dimprovisasi, dan sudah terdapat penurunan kecil dalam jumlah kasus. Karena kuman TB ada dimana-mana termasuk di mal,kantor,dan tentunya juga di Rumah Sakit, maka pencegahan yang paling efektif adalah Gaya Hidup untuk menunjang Ketahanan Tubuh kita : 



Cukup gizi, jangan telat makan







Cukup istirahat, jika capai istirahat dulu







Jangan stress fisik, capai berlebihan







Jangan stress mental, berusahalah berpikir postif Berdasarkan pemeriksaan BTA dahak, TB paru dibagi atas :



1. Tuberkulosis paru BTA positif, apabila memenuhi minimal 1 kriteria : a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif b. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak menunjukkan BTApositif dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif 2. Tuberkulosis paru BTA negatif a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran



klinik



tuberkulosis aktif



dan



kelainan



radiologik



menunjukkan



b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.tuberkulosis positif Berdasarkan



tipe



pasien,



dengan



memperhatikan



riwayat



pengobatan sebelumnya, terbagi menjadi: 1. Kasus baru, yaitu pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan obat anti TB(OAT) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan. 2. Kasus kambuh (relaps) adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya penuh mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologik dicurigai lesi aktif/ perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan : 



Infeksi non TB (pneumonia, bronkiektasis dll) dalam hal ini berikan dahulu antibiotik selama 2 minggu, kemudian dievaluasi.







Infeksi jamur







TB paru kambuh



3. Kasus defaulted atau drop out, adalah pasien yang tidak mengalami obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai. 4. Kasus gagal, yaitu : a.



Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)



b.



Adalah pasien dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.



5. Kasus kronik/ persisten adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik. 6. Kasus bekas TB, yaitu : a.



Hasil pemeriksaan BTA negatif (biarkan juga negatif bila ada) dan gambaran radioligik paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT edekuat akan lebih mendukung.



b.



Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologik.



4.3.1.2 Penyakit Kusta Permasalahan penyakit kusta ini dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan permasalahan kemanusiaan seutuhnya . Masalah yang dihadapi penderita bukan hanya dari medis saja tetapi juga adanya masalah psikososial sebagai akibat penyakitnya. Dalam keadaan ini masyarakat berupaya menghindari penderita. Sebagai akibat dari masalah tersebut akan mempunyai efek atau pengaruh terhadap kehidupan bangsa dan negara, karena masalah – masalah tersebut dapat mengakibatkan penderita kusta menjadi tuna sosia, tuna wisma, tuna karya dan ada kemungkinan mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat. Analisa Program Kusta bisa di lihat di bawah ini : 1. Analisa dari tabel jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin menunjukan bahwa di Puskesmas Ciketing Udik tidak ditemukan pasien kusta jenis MB maupun PB 2. Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin adalah nihil atau nol. Hambatan – hambatan yang dihadapi petugas penenang program kusta UPTD Puskesmas Ciketing Udik sebagai berikut :



1. Kurangnya perencanaan mengenai penyuluhan kelompok mengenai penyakit kusta oleh petugas kusta. 2. Kurangnya sosialisasi kepada tokoh masyarakat dan kader serta masyarakat agar mengikuti kegiatan pemberantasan penyakit kusta salah satunya dengan menghadiri penyuluhan sehingga yang di fasilitasi oleh Puskesmas karena dengan penyuluhan petugas juga akan menghilangkan stigma di masyarakat tentang penyakit kusta. Stigma yang tinggi di masyarakat sangat berpengaruh dalam penanganan program kusta. 3. Tugas rangkap petugas sehingga pelayanan kurang optimal.



BAB V PEMBAHASAN



Kegiatan program P2M di UPTD Puskesmas Ciketing Udik meliputi TB dan Kusta belum berjalan dengan baik, sehingga menjadikan pelayanan yang ada di Puskesmas Ciketing Udik kurang, hal ini disebabkan kurangnya SDM yaitu petugas kesehatan dan penanggung jawab yang ada diruangan TBC dan Kusta hanya oleh satu orang saja. Dan pelayanan pengobatan antara TB dan Kusta masih berada di satu ruangan yang sama, serta penyuluhan ke masyarakat tentang bahaya TBC dan Kusta belum sepenuhnya berjalan sesuai target, dikarenakan dari hasil data survei bulan Januari sampai November tahun 2019 didapatkan 18 orang menderita TBC dan 2 orang menderita Kusta. Hal ini belum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2014 tentang penanggulangan penyakit menular menurut pasal 11 ayat 1 bahwa upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan dalam penanggulangan penyakit menular dilakukan melalui kegiatan (promosi kesehatan, surveilans kesehatan, pengendalian faktor resiko, penemuan kasus, penangganan kasus, pemberian kekebalan imunisasi, pemberian obat pencegahan secara massal, dan kegiatan lainnya yang ditetapkan oleh mentri.



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN



6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil praktek PHC selama 2 minggu di UPTD Puskesmas Cikeuting Udik Tahun 2019 mengenai P2M yang meliputi kasus TBC dan Kusta yaitu : 1.



Program TBC dan Kusta belum sepenuhnya berjalan sesuai target, dikarenakan dari hasil data survei bulan Januari sampai November tahun 2019 didapatkan 18 orang menderita TBC kategori 1 dan 2 orang menderita Kusta.



2.



Petugas puskesmas tidak menggunakan masker dalam memberikan pelayanan pada pasien kasus TBC dan Kusta.



3.



Petugas Puskesmas baru bekerja bulan September 2019 di Puskesmas Ciketing Udik



6.2 Saran 1. Perlunya penambahan SDM serta Kader agar pelayanan P2M di Puskesmas berjalan dengan baik 2. Penyuluhan dilakukan 4x dalam 1 bulan 3. Perlunya penambahan sarana dan prasarana dalam ruangan P2M di Puskesmas, harus di pisahnya ruangan TBC dan Kusta. 4. Perlunya penambahan tempat sampah di dalam ruangan P2M Puskesmas Ciketing Udik 5. Pelayanan petugas harus lebih optiomal dari jam 07.00 s.d 15.00