Rangkuman Keterampilan Menulis Modul 1&2 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • NIA
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KETERAMPILAN MENULIS PDGK 4305



Disusun oleh : Nama : Siti Dwi Kania NIM : 835031869



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA



MODUL 1 HAKIKAT MENULIS Kegiatan Belajar 1 : Konsep Menulis A. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Menulis Menulis atau mengarang adalah suatu aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke dalam bentuk tertulis. Atau, kegiatan memikirkan, menggali, dan mengembangkan suatu ide dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya. Sebagai sebuah ragam komunikasi, setidaknya terdapat empat unsur yang terlibat dalam menulis. Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau sesuatu yang disampaikan penulis, (3) saluran atau medium berupa lambang-lambang bahasa tulis seperti rangkaian huruf atau kalimat dan tanda baca, serta (4) penerima pesan, yaitu pembaca, sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh penulis. Fungsi Dan Tujuan Menulis Sebagai sebuah kegiatan berbahasa, menulis memiliki sejumlah fungsi dan tujuan berikut. 1. Fungsi personal, yaitu mengekspresikan pikiran, sikap, atau perasaan pelakunya, yang diungkapkan melalui misalnya surat atau buku harian. 2. Fungsi instrumental (direktif), yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. 3. Fungsi interaksional, yaitu menjalin hubungan sosial. 4. Fungsi informatif, yaitu menyampaikan informasi, termasuk ilmu pengetahuan. 5. Fungsi heuristik, yaitu belajar atau memperoleh informasi. 6. Fungsi estetis, yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa keindahan. Berbagai fungsi dan tujuan yang disebutkan diatas tidaklah selalu hadir sendiri-sendiri. Artinya dalam satu kegiatan menulis akan terdapat lebih dari satu fungsi tersebut. Dari sini maka kita tahu bahwa menulis besar sekali manfaatnya baik bagi diri sendiri maupun orang lain yang membaca tulisan kita. Graves (1978), seorang tokoh yang telah banyak melakukan penelitian tentang pembelajaran menulis menyampaikan manfaat menulis yaitu sebagai berikut; 1. Menulis Mengembangkan Kecerdasan Menulis merupakan aktivitas yang kompleks. Dalam menulis dituntut mampu mengharmoniskan berbagai aspek seperti pengetahuan tantang topik yang akan dituliskan, kebiasaan menata isi tulisan secara runtut dan mudah dicerna, wawasan dan keterampilan meracik unsur-unsur bahasa sehingga tulisan menjadi enak untuk dibaca, serta kesanggupan menyajikan tulisan yang sesuai dengan kaidah penulisan. Untuk dapat menulis seperti itu, maka pdgk4305 keterampilan menulis modul 1



seorang calon penulis diantaranya memerlukan kemauan dan kemampuan mendengar, melihat, membaca dengan baik, memilah, memilih, mengolah, mengorganisasikan, menyimpan informasi yang diperoleh, menganalisis sebuah persoalan dari berbagai perspektif, memprediksi karakter dan kemampuan pembaca serta menata tulisan secara logis, runtut, dan mudah dipahami. Dalam menulis terdapat 9 (sembilan) proses berpikir yaitu sebagai berikut; 1. Mengingat apa yang dipelajari, dialami, dan diketahui sebelumnya, yang tersimpan dalam rekaman ingatan seorang penulis berkenaan dengan apa yang ditulisnya. 2. Menghubungkan apa yang telah dipelajari, dialami, dan diketahui sebelumnya, yang berkaitan dengan sesuatu yang ditulis seseorang, sehingga berbagai informasi itu saling terkait satu sama lain dan membentuk satu keutuhan. 3. Mengorganisasikan informasi/pengetahuan yang dimiliki sehingga mempermudah penulis untuk mengingat dan menatanya dalam menulis. 4. Membayangkan ciri atau karakter dari apa yang telah diketahui dan dialamu sehingga tulisan menjadi lebih hidup. 5. Memprediksi atau meramalkan bagian tulisan selanjutnya, ketika menyusun bagian tulisan sebelumnya. Perilaku berpikir ini akan menjadikan tulisan yang dihasilkan mengalir dengan lancar, runtut, dan logis. 6. Memonitor atau memantau ketepatan tataan dan kaitan antar satu bagian tulisan dengan bagian tulisan yang lainnya. 7. Menggeneralisasikan bagian demi bagian informasi yang ditulis kedalam sebuah kesimpulan. 8. Menerapkan informasi atau sebuah kesimpulan yang telah disusun kedalam konteks yang baru. 9. Mengevalusai apakah seluruh informasi yang diperlukan dalam tulisan telah cukup memadai, memiliki hubungan yang erat satu sama lain sehingga membentuk suatu kesatuan tulisan yang sistematis dan logis, serta dikemas dalam penataan dan pemabahasan yang mudah dipahami dan menarik. 2. Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreatifitas Dalam menulis, seseorang harus menyiapkan dan menyuplai sendiri segala sesuatunya seperti isi tulisan, pertanyaan dan jawaban, ilustrasi, pembahasan, serta penyajian tulisannya. Agar tulisan menjadi menarik dan enak dibaca maka apa yang ditulisakan harus ditata sedemikian rupa sehingga menjadi logis, sistematis, dan tidak membosankan. Nah, untuk menghasilkan tulisan seperti itu maka sangat diperlukan inisiatif dan kreativitas dari penulis. Penulis harus mencari, menemukan dan menata sendiri bahan atau informasi dari berbagai sumber yang terkait dengan topik yang akan ditulisnya. Berbagai aktivitas itu jika terus menerus



dilatih, maka dengan sendirinya dipastikan akan dapat memicu tumbuhnya daya inisiatif dan kreativitas seorang penulis. 3. Menulis Menumbuhkan Kepercayaan Diri dan Keberanian Betulkan dengan menulis akan menumbhkan keberanian? Saya ibaratkan disi menulis seperti orang yang sedang belajar mengemudi kendaraan. Orang yang telah mahir dalam mengemudikan mobil dan memiliki SIM tidak serta merta ia dapat mengemudikan mobil. Perlu adanya keberanian dan mampu menepis berbagai kekhawatiran seperti khawatir salah mengnjak gas, khawatir akan menyerempat kendaraan lain, menabrak, mati mesin di tengah jalan dan kekhawatiran lainnya. Begitupun dengan menulis. Dalam menulis memerlukan keberanian. Berani menampilkan pemikirannya termasuk perasaan, cara pikir dan gaya tulisan serta keberanian menawarkannya kepada orang lain. Tepiskan kekhawatiran seperti malu jika hasilnya jelek, khawatir salah dalam menyampaikan sehingga menyinggung orang lain, khawatir tulisannya akan ditertawakan orang dan berbagai kecemasan lainnya. 4. Menulis Mendorong Kebiasaan serta Memupuk Kemampuan dalam Menemukan, Mengumpulkan, dan Mengorganisasikan Informasi Penyebab orang gagal dalam menulis adalah karena ia sendiri tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Ia tidak memiliki informasi yang cukup tentang topik yang akan ditulis, serta malas dalam mencari informasi yang diperlukan. Kondisi yang demikian ini akan mendorong seseorang untuk mencari, mengumpulkan, menyerap dan mempelajari informasi yang diperlukan dari berbagai sumber jika tidak ingin gagal dalam menulis. Dari sumber-sumber itu seseorang akan memperoleh informasi yang diperlukan dalam menulis. Lalu bagaimana menyerap berbagai informasi yang begitu banyak jumlah dan ragamnya? Bagi penulis atau pembicara sekalipun, informasi yang diperoleh tidaklah sekedar untuk dipahami, tetapi juga untuk dapat diingat dan digunakan kembali jika diperlukan dalam menulis atau mengarang. Implikasinya dia akan menerapkan berbagai setrategi agar informasi yang diperoleh terjaga dan tertata sedemikian rupa sehingga ketika diperlukan akan mudah dicari dan dimanfaatkan tanpa harus membaca ulang semua bacaan yang pernah dipelajari sebelumnya. Nah, motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat, kesungguhan, dan keterampilan seseorang



dalam



mengumpulkan



dan



mengolah



informasi.



Sungguh besar manfaat menulis, baik itu bagi penulis sendiri terlebih bagi orang lain. Tetapi sangat disayangkan tidak banyak orang yang suka menulis. Kenapa ini terjasi? Dalam pandangan Graves (1978), keadaan itu dipicu oleh banyak faktor yaitu; 



Orang enggan menulis karena tidk tahu untuk apa dia menulis







Orang enggan menulis karena merasa tidak berbakat dalam menulis







Orang enggan menulis karena merasa tidak tahu bagaimana menulis



Untuk alasan yang ketiga ini terkesan mengada ada karena siapapun yang pernah mengenyam pendidikan formal tentu pernah mendapatkan pelajaran tulis-menulis atau mengarang. Namun demikian, alasan tersebut sebenarnya juga dapat dipahami apabila mengingat pembelajaran menulis di sekolah kerap berhenti sebatas teori atau pengetahuan. Sejumlah mitos yang kerap muncul dalam kegiatan menulis atau mengarang diantaranya adalah sebagai berikut; 1. Menulis Itu Mudah Menulis dikatakan gampang jika sekedar pengetahuan atau teori tentang menulis. Tapi mengarang bukan semata teori. Mengarang adalah akumulasi kemampuan yang terdiri dari berbagai daya yaitu daya pikir, daya nalar, dan daya rasa yang berkaitan dengan penguasaan persoalan kebahasaan, psikososial, tata tulis dan pengetahuan tentang isi tulisan. Teori mengarang hanyalah alat agar orang dapat menata tulisan dengan baik sehingga dapat dipahami dan dinikmati oleh pembacanya. Tidak hanya itu, mengarang juga merupakan sebuah kemahiran layaknya sebuah keterampilan yang hanya akan dikuasai melalui kegiatan belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh serta mendapat masukan dari orang lain untuk memperbaiki cara dan kemampuan seorang penulis. 2. Kemampuan Menggunakan Unsur Mekanik Bahasa Merupakan Inti dari Menulis Mengarang memang memerlukan kemampuan menggunkan unsur mekanik bahasa dengan cermat. Tetapi menulis tidak sebatas itu. Sebuah karangan harus memiliki isi atau pesan yang akan disampaikan kepada pembacanya berupa ide, pikiran, perasaan, atau informasi mengenai sesuatu yang ditulis. Unsur mekanik menulis dan kebahasaan hanyalah sekedar alat yang digunakan untuk mengemas dan menyajikan isi karangan sehingga pembaca mudah untuk memahaminya. 3. Menulis itu Harus Sekali Jadi Tidak banyak orang yang dapat menulis sekali jadi. Bahkan seorang profesional sekalipun. Apalagi kita seorang pemula yang baru belajar. Menulis atau mengarang adalah sebuah peroses yang terdiri dari serangkaian tahapan yaitu tahap pra-penulisan, penulisan, serta penyuntingan dan perbaikan. Dalam menulis, tahapan itu tidak bersifat linear melainkan sirkuler dan interaktif. 4. Siapapun Dapat Mengajarkan Menulis Seorang guru menulis atau orang yang mengajarkan menulis yang baik tidak hanya menguasai teori menulis. Karena jika tidak bagaimana mungkin ia dapat menularkan semangat dan minatnya kepada siswa atau orang lain. Bagaimana mungkin ia dapat menceritakan kenikmatan dan kemanfaatan menulis, bagaimana mungkin ia dapat memberikan solusi terhadap berbagai kesulitan dalam menulis, dan bagaimana mungkin ia dapat menjadi model atau contoh menulis



yang baik bagi orang lain jika hanya menguasai teori menulis tanpa memiliki keterampilan, kemahiran dan kesukaan menulis.



Kegiatan Belajar 2 : Menulis sebagai Proses Pendekatan frekuensi menyatakan bahwa banyaknya latihan mengarang, sekali pun tidak dikoreksi (seperti buku harian atau Surat), akan membantu meningkatkan keterampilan menulis seseorang . Pendekatan gramatikal berpendapat bahwa pengetahuan orang mengenai struktur bahasa akan mempercepat kemahiran orang – dalam menulis . Pendekatan koreksi berkata bahwa seseorang menjadi penulis karena dia menerima banyak koreksi atau masukan yang diperoleh atas tujuannya. Pendekatan formal mengungkapkan bahwa keterampilan Menulisakan diperoleh bila pengetahuan , pengalineaan, pewacanaan, serta konversi atau aturan penulis an dikuaaai dengan baik. Menulis sebagai suatu aktivitas yang berproses , tidak tercakup dalam berbagai pendekatan di atas. Sebagai proses , Menulis merupakan aerangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan ), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pas capenulis an (telaah dan revisi atau penyempurnaan tujuan ). Menurut Barra (1983:829831), pendekatan proses dalam menulis , terutama bagi penulispemula, mudah diikuti. 1. Tahap prapenulisan Tahap ini merupakan fase persiapan menulis , seperti halnya pemanasan (warming up) bagi orang yang berolahraga. Apakah mengarang itu perlu persiapan ? Apa’saja yang harus diperaiapkan? pengalaman Anda sendiri almana? Tujuannya adalah untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain dalam Menulis sehingga apa yang ingin ditulisdapat disajikan dengan baik. Menemukan topik Topik adalah pokok persoalan atau permaaatahan yang menjiwai aeluruh kmangan. Ada pertanyaan pemicu yang dapat digunakan untuk mencari, Misalnya : “Saya mau Menulis apa? Apa yang akan saya tulis ? Tujuan saya Man berbicara tentang apa?” Nah, jawaban atas pertanyaan itu berisi topik karangan. Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan Setelah mendapatkan topik yang baik, langkah selanjutnya adalah menentukan maksud atau tujuan penulis an. Untuk membantu kita merumuakan tujuan, kita dapat bertanya pada dirisendiri , “Apakah tujuan saya Menulistopik karangan ini? Mengapa saya Menuliskarangan dengan topik ini? Dalam rangka apa saya Menuliskarangan ini?” Memperhatikan sasaran karangan (pembaca) Kalau kita Menulis Surat, misalnya , kita pas ti berharap pembaca Surat dapat membaca, memahami, dan mereapon tujuan kita. Agar isi tujuan itu kepada pembaca, kita harus



memperhatikan siapa yang akan mcinbaca karangan kita, bagaimana level pendidikan dan status sosialnya , serta apa yang diperlukannya Britton (1975 dalam Tompkina dan Hoakiaaon, 1995) menyatakan



bahwa



koberhasilan



Menulisdipengaruhi



oleh



ketepatan



pemahaman



penulisterhadapatpembaca tujuan nya. Kemampuan ini memungkinkan kita sebagai penulisuntuk memilih informasi serta cara penyajian yang sesuai . Mengumpulkan informasi pendukung Ketika akan menulis , kita tidak selalu memiliki bahan dan informasi yang benar-benar alap dan lengkap. Itulah sebabnya , sebelum menulis kita Sumbernya dari mana? Banyak! Bisa dari bacaan, pengamatan, wawancara, serta pengetahuan dan pengalaman sendiri atau orang lain. Tanga pengetahuan dan wawaaan yang memadai, maka tujuan kita akan dangkal dan kurang bermakna. Jangan-jangan yang kita sampaikan hanya informasi umum, bahkan uaang, yang telah diketahui lebih banyak dari apa yang kita aajikan. Karena itulah, peneluauran dan pengumpulan informasi sebagai bahan tujuan sangat diperlukan. Mengorganisasikan ide dan informasi Setelah kita memilih topik, menentukan tujuan dan corak wacana, mempertimbangkan kernampuan dan kebutuhan pembaca, maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasi kan atau menata ide-ide karangan agar menjadi aaling bertaut, runtut, dan padu. 2. Tahap Penulisan Isi karangan menyajikan bahasan topik atau ide utama karangan, berikut hal yang memperjelas atau mendukung ide tersebut seperticontoh, Ilustrasi , informasi , bukti, atau atasan. Akbk karangan berfungsi untuk mengembalikan pembaca pada ide-ide inti karangan melalui perangkuman atuu penekanan ide-ide penting. 3. Tahap Pasca penulisan Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang kita hasilkan. Kegiatannya terdiri ataspenyuntingan dan perbaikan (revisi). Kegiatan ini bisa terjadi beberapa kali. penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur mekanik karangan sepertiejaan, pungtuasi, diksi, pengalimatan, pengalineaan, gaya bahasa , pencatatan kepuatakaan, dan konversi penulis an lainnya. Adapun revisi atau perbaikan lebih mengarah pada pemerikaaan dan perbaikan isi karangan. Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secaratertulis kepada pihak lain. “Aktivitas Menulismelibatkan unsur penulissebagai penyampai pesan , pesan atau isi tujuan , saluran atau media tujuan , dan pembaca sebagai penerima pesan . sebagai Suatu keterampilan berbahasa , Menulismerupakan kegiatan yang kompleka karena penulisdituntut untuk dapat menyuaun. dan nicngorganisasi kan isi tujuan nya serta menuangkannya dalam formulaai ragam bahasa tulis dan konversi penulis an lainnya. Di balik kerumitannya, Menulis mengandung banyak manfaat bagi pengenibangan mental,, intelektual, dan aocial seseorang.



MODUL 2 KALIMAT EFEKTIF Kegiatan Belajar Pilihan Kata (diksi) Pilihan kata yang digunakan dalam 2 kalimat Kalau ada yang ditanyakan ,silahkan ! Kalau ada yan bertanya , silahkan ! Kaliamat ( 1 ) adalah kalimat yang tidak efektif. Berdasarkan logika , dalam kalimat itu mengandung pengertian bahwa yang disilahkan adalah yang ditanyakan . Dan kalimat ( 2 ) adalah kalimat yang efektif Dalam kalimat itu mengandung pengertian bahwa yang disilahkan adalah yang bertanya. Penggunaan Kata – Kata Yang Bersinonim Bermakna Umum Buku



Bermakna Khusus Kitab



Pemberian



sedekah



Bersenang – senang



Berpesta



Bersekolah



Berkuliah



Unjian



Tentamen



Guru



Dosen



Pelajar / siswa



Mahsiswa



Kita perlu mempertimbangkan prinsip – prinsip penggunaan kata dengan memilih kata yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi Anak saya tidak dapat menghadiri peata itu karena ada ujian. ( siswa yg dibawah PG ) Anak saya tidak dapat menghadiri peata itu karena ada tentramen. ( Mahasiswa ) Kedua jenis sinonim adalah sinonim yang perbedaannya terletak pada intenaitaa makna. Daftar sinonim Lebih intensif Meneliti



Kurang intensif Memeriksa , mempelajari



Memeriksa



Melihat



Melihat



Melirik



Menjenguk



Menengok



Mengganggu



Mengacau



Contoh



Setiap pembeli berhak untuk menentukan pilihan barang. Karena itu berhak pula meneliti barang yang dibelinya. Setiap pembeli berhak untuk menentkan pilihan barang . karena itu berhak pula untuk memerikaa barang yang akan dibelinya. Daftar sinonim berbeda makna emotif Lebih Emotif Bengis



Kurang Emotif Kejam



Nyaman



Enak



Duka



sedih , susah



Ikhlas Dampak kalimat emotifnya



lega



Umum Dubur



Teknis Anus



Urine



Air kencig



Nomina



Kata benda



Verba



Kata kerja



Mutasi



Perpindahan



Amputasi



Potong



Renovasi Kata berciri baku



Perbaikan



Lesikon Baku Berkata



Lesikon Tidak Baku Bilang



Membuat



Membikin



Hanya



Cumak,cuman



Tetapi



Tapi



Karena



Lantaran



Beri



Kasi,kasih



Sudah



Udah



Tidak



Nggak, ndak



Bagi



Buat



Lepas



Copot



Suku cadang Onderdil Kalimat ( 1 ) berikut berunsur kata – kata baku , sedangkan kalimat ( 2 ) berisi kata – kata tidak baku (1). Bagi saya , hal yang dibicarakan itu bukan hal yang baru , tetapi sangatpenting dan diperlukan (2). Buat saya , hal yang dibincangkan itu bukan hal yang baru , tetapi sangatpenting dan Diperlukan



PENGGUNAAN KATA SECARA HEMAT Pengunaan kata dalam kalimat 2 lebih hemat dari kata dalam kalimat 1 (1). Nilai Setia tersebut diatasmenjadi pedoman dan dasarpegangan hidup bagi setiap warga Negara Indonesia . (2). Nilai Stia tersebut diatas menjadi pedoman dan dasarpegangan hidup bagi setiap warga Negara Indonesia . PENGGUNAAN KATA SECARA KONSISTEN Kata – kata bercetak tebal pada contoh 1 menunjukkan konsisten ai sedangkan kata- kata pada contoh 2 menunjukkan inkonsisten (1). Pelucutan aenjata di wilayah Boania itu tidak terpenting bagi mualim Boania . Bagi mereka , yang terpenting adalah pencabutan embargo peraenjatasn. (2). Pelucutan senjata di wilayah Bosnia itu tidak penting bagi mualim Boania .



Kegiatan Belajar 2 Pengembangan Kalimat Efektif Kemampuan menyusun kalimat efektif menjadi salah satu kunci sukses dalam menulis karangan. Anda harus tahu tentang kiat mengembangkan kalimat efektif. Ada dua pokok bahasan yang akan dipelajari mengenai kalimat efektif ini, yakni; (1) persyaratan kalimat efektif dan (2) kiat mengembangkan kalimat efektif. A. Persyaratan Kalimat Efektif Kalimat efektif dapat Anda wujudkan dengan



memperhatikan



persyaratan



yang



berlaku. Setidak-tidaknya, ada dua persyaratan yang harus Anda perhatikan, yakni persyaratan kebenaran struktur (correctness) dan persyaratan kecocokan konteks (appropriacy), sesuai yang dikemukakan oleh Widdowson (1979) tentang penggunaan bahasa. 1.



Persyaratan Kebenaran Struktur (Correctness) Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat efektif



dituntut memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada hubungan antarunsur kalimat. Contoh: (1)



Saya sarankan sudah hadir agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya



dapat hadir. Pernyataan tersebut bukan kalimat efektif karena tidak mengikuti kaidah struktur. (2)



Saya sudah sarankan agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat



hadir. Pernyataan di atas adalah kalimat yang masih mengalami kesalahan struktur. (3)



Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat ditunda agar semua anggota dapat hadir.



Kalimat inilah yang mengikuti kaidah struktur tanpa kesalahan. Dari uraian tersebut, Anda dapat melihat bahwa struktur kalimat berada dalam rentangan kebenaran struktur. Ada yang betul-betul tidak berstruktur, ada yang berstruktur tapi mengandung kesalahan struktur, dan ada yang betul-betul berstruktur benar. Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan yang jelas. Dengan hubungan fungsi yang jelas itu, makna yang terkandung di dalamnya juga jelas. Pada tataan frasa, Anda tentu dapat membedakan makna tadi pagi dan pagi tadi, ayah almarhum dan almarhum ayah, usulan dana dan dana usulan berdasarkan hukum D-M. Unsur yang di depan pada setiap frasa itu menjadi unsur inti, sedangkan unsur yang di belakang menjadi unsur atribut atau penjelas.



Pada tataran kalimat, unsur-unsur yang memiliki fungsi sintaksis seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan juga harus jelas. Kalimat berikut, walaupun sering Anda dengar dalam penggunaan bahasa, tetapi melanggar kaidah struktur karena hubungan antarfungsi sintaktisnya tidak jelas. Contoh: Kepada hadirin dimohon berdiri. Kalimat



tersebut



terdiri



dari



tiga



unsur



fungsi,



yakni kepada



hadirin,



dimohon, dan berdiri. Hubungan ketiga unsure fungsi tidak jelas karena tidak dapat dicari fungsi subjeknya, walaupun dapat ditentukan predikatnya, yakni dimohon dan berdiri. Frasa preposisional hanya berfungsi sebagai keterangan atau pelengkap penyerta, misalnya: (1)



Kepada hadirin, kami ucapkan terima kasih.



(2)



Kami ucapkan terima kasih kepada hadirin.



2.



Persyaratan Kecocokaan Konteks (Apropriacy)



Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan kelimat konteks. Kalimat pada (1), (2), (3), dan (4) berikut sudah memenuhi persyaratan kebenaran, tetapi hanya pada contoh (1) dan (2) yang memenuhi persyaratan kecocokan. (1) Belum ada hujan di daerah yang mengalami kekurangan air itu. Gerimis pun tak pernah ada. (2) Sudah lama tidak hujan. Gerimis pun tak pernah ada. (3) Kemungkinan akan ada hujan bulan ini. Gerimis pun tak pernah ada. (4) Pada musim kemarau hanya ada satu atau dua kali hujan. Gerimis pun tak pernah ada. B. 1.



Kiat Penyusunan Kalimat Efektif Kiat pengulangan



Dalam menghasilkan kalimat efektif, kiat itu Anda gunakan untuk memperlihatkan bagian yang dipentingkan dalam kalimat. Dengan pengulangan itu, bagian kalimat yang Anda ulang menjadi menonjol. Contoh: (1) Untuk menguasai kemahiran menulis diperlukan latihan, latihan, dan sekali lagi latihan. (2) Anda berdarah seniman. Anda punya bakat seni. Anda akan menjadi seniman jika mau. (3) Rhonald sangat aman. Teknologi micorgrain Rhonald memberikan



perlindungan



maksimum bagi lambung. Sedemikian aman hingga kita perlu Rhonald Rhonald dapat diminum setiap saat.



Pengulangan tidak harus dari bentuk yang sama. Pengulangan dapat Anda lakukan dengan bentuk yang berbeda-beda. Dengan cara begitu, Anda dapat mengungkapkan suatu hal yang bervariasi. Variasi itu di samping untuk menonjolkan informasi, juga penting untuk membuat tuturan menjadi lebih segar. Kalimat dapat Anda lakukan dalam menonjolkan informasi pada sebuah kalimat dengan sinonim. 2.



Kiat pengedepanan



Dalam penyampaian informasi, pengedepanan itu lazim untuk menunjukkan bahwa hal yang dikedepankan itu penting. Hal itu dapat dipahami karena kesan penerima tutur akan terpusat pada bagian yang diterima pertama daripada bagian yang lain.karena itu, jika ada kepentingan menonjolkan informasi, bagian yang berisi informasi itu ditampilkan pada bagian awal kalimat. Contoh: Konidin melenyapkan batuk dengan melegakan tenggorokan Anda. Konidin, tablet batuk dengan formulasi khusus dari Konimex untuk meredakan batuk dengan cepat. Konidin telah terbukti kemanjurannya. 3.



Kiat penyejajaran



Penyejajaran itu menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan yang disejajarkan itu penting. Hal itu dapat dipahami karena unsur yang disejajarkan itu tampak menonjol. Contoh: Yang



dilakukannya



selama



ini



di



kampong



adalah mengurus harta



pusaka, mengerjakan sawah, menjenguk sanak family, dan membersihkan kuburan nenek. Prinsip yang perlu Anda perhatikan dalam penyejajaran itu adalah konsistensi, yang dapat dipilah atas konsistensi kategori dan konsistensi struktur. Konsistensi kategori ditampakkan pada kategori kata. Jika penyejajarannya dikenakan pada verba, seperti melirik, anggota selanjutnya juga verba, seperti melihat, memperhatikan, dan melototi. 4.



Kiat pengaturan variasi kalimat



Variasi itu dapat Anda kenakan pada dua hal, yakni variasi struktur dan variasi jenis. Variasi struktur memiliki kemungkinan



struktur



aktif-pasif,



striktur



panjang-pendek. Variasi



jenis memiliki kemungkinan jenis kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat seru. Contoh: Variasi struktur (1) Subroto datang ke rumah Cepluk. Di sanalah dia bertemu Cepluk yang pertama kali. (2) Kemarin saya meminjam buku dari perpustakaan. Buku itu say abaca tadi malam dan sekarang akan saya kembalikan.



Variasi jenis (1) Anda harus mau dan berani menghadapi berbagai usaha penyelewengan. Jangan raguragu! Jangan takut-takut! Mengapa? Anda semua adalah tunas-tunas pemimpin bangsa yag terandalkan. (2) Persebaya akan bermain di Ujung Pandang. Kemenangan harus dipetik dari pertandingan itu, sekalipun dengan risiko berbahaya.