Rangkuman Tattwa Agama Hindu [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME TATTWA KEGIATAN BELAJAR 1 ILMU PENGETAHUAN, FILSAFAT, AGAMA, DARSANA DAN TATTWA



NAMA :



NYOMAN ARSAME, S.Ag



NUPTK :



5651761663200042



KELAS :



10



GROUP :



2



1.



Ilmu Pengetahuan, Filsafat, Agama, Darsana, dan Tattwa 1)



Ilmu Pengetahuan Pengetahuan adalah segala hal yang kita ketahui. Bila pengetahuan itu tersusun dengan sistematis dan memakai metode. Pengetahuan dapat dimiliki orang dengan beberapa cara : dengan mendengarkan cerita-cerita orang lain, dan bisa juga dengan pengalaman.



2)



Filsafat



Filsafat adalah ilmu yang tidak membatasi diri, tapi denga mencari pengalaman yang sedalam-dalamnya. 3)



Agama



Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan, serta segala sesuatu yang bersangkutan dengan Tuhan. Tuhan adalah asal dan kemablinya semua mahluk hidup. Manusia sebagai mahluk sempurna sangat penting memiliki ilmu pengetahuan, memahami filsafat dan beragama dalam melangsungkan hidupnya. 4)



Darsana



Kata Darsana berasal dari kata drs yang melihat atau memandang. Sehingga Darsana berarti pandangan terhadap suatu kebenaran. Didalam system filsafat India, ada Sembilan filsafat yang dikenal, yang disebut Nava Darsana, yang dikelompokkan menjadi dua yaitu : a. Astika/Ortodok/Theis yaitu Filsafat yang mengakui dan menerima kewenangan Veda sebagai kitab suci yang mengandung ajaran kebenaran. Astika terdiri dari : Nyaya Darsana, Waisesika Darsana, Samkya Darsana, Yoga Darsana, Mimansa Darsana dan Vedanta Darsana. b. Nastika/Heterodok yaitu Kelompok filsafat yang tidak mengakui atau tidak menerima atau menolak kewenangan Veda sebagai kitab suci. Kelompok ini dibagi menjadi tiga, yaitu : Filsafat Budha, Filsafat Jaina dan Filsafat Carwaka. Filsafat India, adalah filsafat yang tidak lepas dari agama sebagai induknya. 5)



Tattwa



Banyak arti dari kata Tattwa misalnya : dalam Bahasa Indonesia Tattwa berarti kebenaran, kenyataan. Dalam kamus Jawa Kuno, Tattwa berarti kesejahteraan, yang membuat, hakikat jadinya, nyata. Sedangkan dalam Bahasa Sansekerta, Tattwa berarti realita, yang tertinggi (kenyataan tertinggi) yaitu Tuhan itu sendiri. Serta didalam tradisi Hindu Tattwa berarti melihat kebenaran dan menggunakan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Secara umum, Tattwa adalah suatu pandangan manusia terhadap dunia secara keseluruhan yang mencakup pandangan manusia dengan ruang lingkupnya yang meliputi : alamnya, manusia dan hakekat Ketuhanan. 2.



Panca Sradha 1)



Widhi Tattwa



Widhi Tattwa adalah kebenaran/hakekat/filsafat tentang (Tuhan) atau Sang Hyang Widhi. Menurut agama Hindu keyakinan terhadap Hyang Widhi ada pada diri manusia dapat diketahui melalui tiga cara yaitu a. Agama Pramana/Sabda Pramana adalah berdasarkan cerita-cerita atau ucapan-ucapan dari orang yang dapat dipercaya seperti Maharsi. b.



Anumana Pramana adalah berdasarkan penyimpulan dari fakta-fakta



c.



Pratyaksa Pramana adalah dengan langsung merasakan atau mengalami adanyan Tuhan



Secara garis besar, widhi Tattwa mencakup tentang : 1.



Ke-Esaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Ke-Esaan Sang Hyang Widhi diantaranya dijelaskan pada Rg Veda I.164,46 yaitu : Indram mitam warunam agni Ahur atho, divyah sa suparno garutman, Ekam sad wiprah bahudha wadantyagnim, agnim yaman matarisvanam Terjemahannya: Mereka menyebut Indra, Mitra, Varuna, Agni, dan Dia yang bercahaya, yaitu Garutman, yang bersayap elok, Suparna, satu itu (Hyang widhi) sang bijaksana menyebut dengan banyak nama, seperti Agni, yama, Matarisvlm. (Sura, 1991 ;25)



2.



Tri Murti dan Tri Sakti



Tri Murti adalah perpaduan tri purusa dengan tri sakti yaitu Tri murti adalah perpaduan tri purusa dengan tri sakti yaitu Brahma dengan saktinya Dewi Saraswati, Wisnu dengan saktinya Dewi Sri Laksmi, Siwa Rudra dengan saktinya Dewi Uma/durgha, Tuhan dengan sakti nya laksana sebagai api dengan kekuatan panasnya sedangkan kalau Brahma, Wisnu, Siwa Tanpa saktinya adalah disebut Tri Purusa. 3.



Widhi Suksma (Kegaiban Tuhan)



Dia sering disebut wujud ‘’hana tan hana ‘’ wujud yang ada namun tiada beliau ada namun tak Nampak. Sang twir agni saking tahen kadi minyak saking dhadi ada laksana api dengan kayu yang kering. laksana minyak dalam air santan ada, namun gaib dan tersembunyi. Berikut penjelasan Lontar Bhuana Kosa dan Dangdang Bang Bungalan sebagai berikut :



Siwas sarwagatha suksmah bhutanam antariswat, acintya maha greyante, naindriyam pari grehyate, Bhatara Siwa sira wyapaka sira stikma tar keneng angenangen, kadyangganing akasa sira, tan kagrehita dening manah mwang indriya (Bhuwana Kosa all.17). Terjemahanya: Bhatara Siwa ada dimana-mana, tetapi sangat halus tidak dapat dibayangkan /dipikirkan, beliau bagaikan angkasa tidak terjangkau oleh pikiran / akal maupun panca indra. (Tim penerjemah, 1994;19). 4.



Sang Hyang Widhi Bersifat Acintya



Dikatakan bersifat Acintya artinya Sang Hyang Widhi tidak dapat dipikirkan dan diluar pikiran, Tuhan ada dimana-mana. 5.



Sang Hyang Widhi Berada Dimana mana



Dalam purusa sukta Rgveda V.90.1 dan Svetasvatara Upanisad ll.17 menyebutkan sebagai berikut: Sahasrasira purusa sahasraksah sahasrapat sa bhumin visato vrtva tyastistad dasangula Terjemahannya: Tuhan bekerpala seribu, bermata seribu, berkaki seribu, ia memenuhi bumi pa semua arah, mengatasi kesepuluh penjuru 6.



Sang Hyang Widhi dan Manifestasinya Sang Hyang Widhi memiliki banyak gelar/sebutan antara lain :



a. Sang Hyang Tunggal artinya Tuhan bersifat Maha Esa. Maha Tunggal tidak duanya atau tidak ada bandingannya (Ekam Eva Adwityam Brahman). b. Sang hyang Guru artinya Tuhan yang menjadi Guru seluru alam dan isinya semua merupakan muridnya. c. Sanghyang Sangkan Paran (ing sarat) yaitu Tuhan yang menjadi asal tujuan kembalinya Seluruh alam. d. Sanghyang Jagatnatha, sama dengan Sanghyang Prajapati yaituTuhan menjadi raja seluruh alam dengan isinya termasuk seluruh makhluk. e. Sanghyang Parameswara atau Maheswara yaitu Tuhan yang memegang pimpinan tertinggi terhadap seluruh alam. f. Sanhyang Tri loka-Sarana yaitu sebagai pelindung tribuana ini disebutkan Tri Lokaa atau Tri Buana iti yaitu alam bawah, alam tengah, dan alam atas yang disebut :Bhur Loka, Bwah Loka, dan Swah loka. Selaim tri loka ini ada sapta loka yaitu tujuh alam atau langit lapis tujuh yang disebut sapta loka itu yaitu : 1.Bhur Loka, 2. Bhuwah Loyang, 3. Sawah loka, 4. Tapi Loka, 5. Jana Loka, 6. Maha Loka, 7. Satya Loka. g. Sanghyang: yaitu gelaran Tuhan dalam keadaannya sebagai yang tek terpikirkan h. Sanghyang Paratama : yaitu gelaran Tuhan dalam keadaan sebagai atma yang tertinggi atau jiwa yang maha besar, yang menjiwai seluruh mahluk dan alam semesta



i. Sanghyang Parama Kawi yaitu gelaran Tuhan dalam fungsinya sebagai perencana atau pengarang tertinggi dari keadaan alam atau mahluk j. Sanghyang Wenang yaitu gelaran Tuhan sebagai pemegang wewenang dan kekuasaan yang muntlak dalam membentuk susunan dan peraturan alam. k. Sanghyang tuduh, yaitu gelaran Tuhan sebagai pemegang untung nasib mahluk terutama manusia. Tuduh artinya untung nasib. l. Sanghayang Paramawisesa adalah gelaran Tuhan dalam keadaanya sebagai Penguasa tertinggiu yang menguasai segala-galanya baik yang tampak maupun yang gaib, baik yang sudah ada yang sedang ada maupun yang akan ada. 7.



Sang Hyang Widhi Sumber Segala Tuhan sebagai sumber dan kembalinya dari segalanya baik yang nyata maupun tidak



nyata. Dewa adalah sinar suci dan diciptakan oleh Tuhan, Dewata adalah dewa dari pada dewa-dewa pencipta atas dewa-dewa. Bhatara adalah dewa yang sangat dihormati karena sebagai pemimpin dan pelindung umat manusia.Preta adalah leluhur nenek moyang/orang tua yang meninggal sedangkan pitara adalah arwah leluhur yang telah diprabukan dalam upacara yadnya. Butha adalah jenis raksasa yang digambarkan yang berhubungan dengan raksasa dan yaska memiliki sifat ganas. Raksasa adalah jenis bhuta, tetapi dia sebagai pelindung/menjaga pintu gerbang yang snagat setia pada tuannya. 2.



Atma Tattwa 1)



Kegaiban Sifat Atma



Atma adalah percikan terkecil dari Sang Hyang Wdihi. Dalam Rg Veda Atma Tattwa disebut dengan Dalam Rgveda Atman juga disebut dengan “ajo bhagah” artinya bagian yang tak terlahirkan Atma adalah hidupnya hidup. Atma memiliki sifat-sifat seperti yang dijelaskan dalam Bhagawad Gita Bab II. 24 sebagai berikut : Acchedya



= tak terlukai oleh senjata



Adahya



= tak terbakar



Akledya



= tak terkeringkan



Asosyah



= tak terbasahkan



Nitya



= abadi



Sarvagatah



= ada dimana-man



Sthanu



= tak berpinda-pindah



Acala



= tak bergerak



Sanatana



= selalu sama



Avyakta



= tak dilahirkan



Acintya



= tak terpikirkan



Avikara 2)



= tak berubah Tugas dan Fungsi Atman Dalam Tubuh atau Sarira Hubungan tubuh dengan Atma dijelaskan pada Bhagawad Gita Bab II.21 dan 22



Atma adalah tubuh mahluk memberikan hidup dan dapat berfungsinya alat-alat yang ada pada dalam tubuh manusia seperti panca indria, pikiran, perasaan dan lain-lain. Fungsi Atma dalam tubuh mahluk hidup yaitu : 1.



Sebagai sumber hidup citta dan sthula sariranya mahluk.



2. Bertanggung jawab atas baik buruk atau amal dasa dari segala karmanya mahluk yang bersangkutan. 3. Menjadi tenaga hidup dari pada suksma sariranya makhluk yang bersangkutan. 4. Sebagai saksi dari semua perbuatan mahluk yang bersangkutan. 3)



Tri Sarira Tri Sarira artinya tiga lapis badab manusia. Bagian-bagiannya sebagai berikut :



1. Sthula Sarira yaitu badan kasar seperti tulang, daging, otot, sumsum, kulit, darah dan lainlain 2. Suksma Sarira atau Lingga Sarira yaitu badan halus yang terjadi dari citta meliputi : Buddhi (Intelek), Manas (Pikiran), Ahamkara (Keakuan), dan Indria 3. Antah Karana Sarira yaitu badan penyebab akhir yang sifatnya lebih halus yang didapat ditempatnya sendiri di ruang alam tingkat ketiga dari buwah yaitu Swah Loka 3.



Karma Phala 1)



Pengertian Karma Phala



Karma memiliki arti perbuatan/tingkah laku baik jasmanai maupun rohani. Sedangkan Phala adalah akibat yang ditimbulkan sebagai akibat perbuatan/tingkah laku manusia itu sendiri. Jadi Karma Phala adalah hasil suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Jadi hukum karma itu tidak saja memberi pengaruh pada orang bersangkutan baik dalam hidup di dunia ini, di akhirat maupun dalam penjelmaannya yang akan datang, namun juga berpengaruh besar terhadap keturunan. Namun hal ini tidaklah berarti bahwa seseorang harus tinggal diam atau tidak berbuat atau berkarma Bhagawad Gita menegaskan bahwa orang tidak akan mencapai kebebasan karena diam tidak bekerja juga ia tidak mencapai kesempurnaan karena menghindari kegiatan kerja. 2)



Macam-macam Karma Phala



a. Sancita Karmaphala adalah pahala yang terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakanbenih untuk menentukan keadaan kehidupan sekarang. b. Prarabda Karmaphala adalah karma yang dilakukan pada saat hidup sekarang ini dan hasilnya pun telah habis pula dapat dinikmati dalam masa penjelmaan hidup di dunia ini jua.



c. Kriyama Karmaphala yaitu perbuatan yang hasilnya belum sempat dinikmati dalam waktu berbuat dan akan dinikmati kelak pada masa hidup penjelmaan yang akan datang. 3)



Pengaruh Karma Phala terhadap Atma



Karma dari seseorang akan mempengaruhi Atma yang ada pada diri seseorang tersebut. Sehingga kwalitas karma yang bermacam-macam dapat menciptakan kwalitas watak yang bermacam-macam pula. 4)



Hubungan Hukum Karma Phala dengan Tuhan



Untuk menghubungkan diri dengan Tuhan, dapat dilakukan dengan karma yoga yaitu setiap Tindakan semata-mata hanya untuk kepentingan Tuhan sehingga dapat membebaskan diri dari ikatan maya/duniawi. 5)



Subha dan Asubha Karma



Setiap manusia pasti memiliki sifat baik dan buruk dalam perbuatan. Karma tidak ada yang sempurna/selalu baik. Subha (baik) dan asubha (tidak baik) karma yaitu perbuatan baik dan tidak baik seseorang. 6)



Sorga dan Neraka



Sorga dan neraka itu adalah tempat roh dialam akhirat guna menikmati hasil atau pahala dari pada perbuatannya yang dilakukan semasa hidupnya di dunia. Jadi secara singkat kiranya dapatlah disebutkan bahwa sorga itu adalah kebahagiaan akhirat dinikmati oleh atma sebagai akibat dari perbuatannya yang baik sedangkan neraka adalah penderitaan atau hukuman akhirat yang mau tidak mau harus diterima oleh Atma sebagai akibat dari pada perbuatannya yang buruk semasa hidupnya di dunia. 7)



Karma Wasana (bekas-bekas kehidupan masa lalu)



8) Karma Phala bersifat Universal artinya berlaku untuk semua orang, tidak memandang latar belakang (keturunan, kekayaan dan lain-lain) 4.



Punar Bhawa



Kata Punarbhawa adalah bahasa Sanskerta adalah berasal dan kata "Punar/ Punah" yang artinya "kembali lagi" dan bhawa artinya menjelma.Jadi dan rangkaian dari semua penitisan/kelahiran yang berulang• ulang atau Punarbhawa itu disebut "Samsara". Sebab-sebab terjadinnya Punar Bhawa/Reinkarnasi/Samsara adalah karena perbuatan masa lalu dan sekarang atau karena karma wasananya. Punar 5.



Moksa



Kata "muc" yang berarti membebaskan atau melepaskan.Dengan demikian Moksa berarti kelepasan, kebebasan. Moksa adalah salah satu sradha dalam ajaran agama Hindu, yang merupakan tujuan hidup tertinggi dari umatnya. Kebahagiaan yang sejati baru akan dapat dicapai oleh seseorang bila Ia telah dapat menyatukan jiwanya dengan Sang Hyang Widhi. Jalan untuk mencapai Moksa yaitu dengan empat jalan yang disebut dengan Catur Marga Yoga. Sedangkan untuk tingkatan Moksa sebagai berikut :



1. Samipya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa hidup di dunia ini terutama oleb para maha Rsi. 2. Sarupya/Sadhannya adalah suatu kebebasan di dunia, dimana kedudukan atma telah dapat mengatasi pengaruhnya unsur-unsur Māyā itu, karena dalam hal ini atma merupakan pancaran/refleksi dari pada kemahakuasaan Sang Hyang Widhi/Brahman, seperti halnya Sri Krsna yang tersebut dalam Bhagawad Gita. 3. Salokya adalah suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh atma dimana atma itu sendiri telah berada dalam posisi dan kesadaran yang sama dengan Sang Hyang Widhi/ Brahman, akan tetapi belum dapat bersatu padu dengan Sang Hyang Widhi/Brahman. 4. Sayujya adalah suatu tingkat kebebasan yang tertinggi, dimana atma telah dapat bersatupadu atau berse Māyām dengansecara identik dengan Sang Hyang Widhi/Brahman dan tidak terbebaskan oleh siapa pun juga sehingga benar-benar telah mencapai "Brahman Atman aikyam" yakni Atma dengan Sang Hyang Widhi/Brahman betul-betul telah menjadi tunggal. Istilah lain dari tingkatan Moksa adalah sebagai berikut : 1. Jivan Mukti ialah suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa hidup, dimana atma masih memakai badan kasar tetapi tidak berpengaruh oleh indria dan unsur-unsur Māyā lainnya. Dengan demikian maka Jivan Mukti ini sifatnya sama dengan Samipya dan Sarupya / Sadharmya. 2. Videha – Mukti / Krama Mukti ialah suatu kebebasan yang dapat dicapaisemasa hidup, dimana atma tidak memerlukan badan jasmani lagi dan telah pergi dari Sthula sarira, tetapi wasana Māyā yaitu bekas-bekas atau kesan-kesan dan unsur Māyā itu tidak kuat mengikat atma itu. 3. Purna-Mukti ialah suatu kebebasan yang paling sempurna dan tertinggi, dimana atma telah dapat bersatu padu dengan Para/Nirguna Brahman/Prama Siwa. Jadi Purna - Mukti sama sifatnya dengan Sayujya.



RESUME TATTWA KEGIATAN BELAJAR 2 POKOK-POKOK AJARAN TATTWA



NAMA



:



NYOMAN ARSAME, S.Ag



NUPTK



:



5651761663200042



KELAS



:



10



GROUP : 1.



2



Sumber-sumber Ajaran Tattwa



Tattwa merupakan salah satu dari tiga aspek ajaran agama Hindu, disamping susila dan acara. Tattwa adalah ilmu filsafat, ajaran agama Hindu yang bersifat falsafi, atau ajaran kebenaran agama Hindu. Sumber-sumber ajaran tattwa adalah pustaka-pustaka suci Hindu yang merupakan sumber atau asal ajaran kebenaran/kenyataan yang disebut tattwa. Sumber ajaran Tatwa dibagi menjadi : Sumber asli dan sumber tak asli. * Sumber yang asli merupakan sumber primer, yang merupakan sumber inspirasi, serta menjadi dasar renungan dalam perkembangan ajaran tattwa berikutnya. * Sumber tak asli adalah semua pustaka atau lontar-lontar yang tumbuh dan berkembang dari sumber asli tadi, namun tetap menyajikan pemikiran atau pandangan yang bersifat falsafi. Sumber asli adalah bersumber dari Dharma (ajaran Hindu/Kitab Suci) antara lain yang dijelaskan dalam kitab Manawa Dharmaúastra II.6 sebagai berikut:



Idānim dharma pramānānyahāa, vedo‘khilo dharmamulam småtiúile ca tadvidam, ācāraúcaiva sādhùnām ātmanaûþustireva ca. Terjemahannya: Seluruh pustaka suci Weda adalah sumber pertama dari pada Dharma kemudian adat istiadat, dan lalu tingkah laku yang terpuji dari orang-orang budiman yang medalami ajaran pustaka suci Weda, juga tata cara perikehidupan orang-orang suci dan akhirnya kepuasan dari peribadi. (Pudja dan Sudhartha, Rai, 1995:62). Sumber tak asli yaitu dari lontar-lontar atau naskah kuno yang memuat tentang tattwa , tetapi masih ada hubungannya dengan Veda atau bagian dari Veda antara lain : 1)



Bhuana Kosa



Bhuana Kosa adalah lontar tertua yang bersifat Siwaistis, dan juga lontar yang terpenting di Bali oleh karena konsep-konsep dasar tentang Siwa Tattwa. Bagian-bagian Lontar Bhuana Kosa yaitu :



1. Bagian Brahma-Rahasyam, terdiri dari 5 (lima) bab (Patala) mulai dari Patala I sampai V. Bagian ini berisi percakapan antara Rsi muni Bhargawa dengan Bhatàra Siwa mengenai Siwa yang bersifat sangat rahasia.



2. Bagian Jnana Rahasyam terdiri atas 6 (enam) bab (Patala), yaitu mulai dari Patala VI sampai bab XI. Bagian ini berisi percakapan antara Bhatara Siwa dengan Bhaþàrì Umà dan Sang Kumara mengenai pengetahuan untuk memahami Siwa yang bersifat sangat rahasia 2)



Wrashaspati Tattwa



Wrashaspati Tattwa berisi dialog antara seorang guru spiritual yaitu Sang Hyang Iswara dengan Bhagawan Wrashaspati 3)



Tattwa Jnana



Tattwa atau Tatwa Jnana adalah salah satu dari lontar tentang tatwa agama yang mengungkapkan tentang ajaran Sanghyang tatwa Jnana yang harus diketahui oleh masyarakat agar terhindar dari kesengsaraan hidup atau tahu tentang suka duka kehidupan di dunia ini yang isinya tentang Cetana dan Acetana. 4)



Ganapati Tattwa



Ganapati Tattwa adalah salah satu lontar Tattwa, lontar filsafat Siwa, yang disampaikan dengan methode tanya jawab. Yang memuat tentang hal-hal yang berhubungan dengan rohani yang bersifat abstrak dan rahasia. 5)



Jnana Siddhanta



Jnana Siddhanta sebagai salah satu sumber ajaran Tattwa pada intinya mengandung ajaran tentang kelepasan atau moksa yaitu menyatunya atma dengan sumbernya. 5)



Sang Hyang Mahajnana



Mengandung ajaran yang bersifat Siwaistik yang pada intinya mengajarkan mengenai cara untuk mencapai kelepasan, bersatu dengan Sang Pencipta yaitu Bhatara Siwa. 6)



Bhuana Sangksepa



Bhuwana Sangksepa adalah salah satu lontar penting yang memuat ajaran Siwa Tattwa, yang disajikan dalam bentuk dialog antara Bhthara Siwa (Iswara) dengan Bhatari Uma istriNya dan Bhatara Kumara putraNya. A inti dari pada isi Lontar Bhuwana Sangksepa adalah mengenai cara untuk mencapai Kelepasan dengan melaksanakan ajaran Yoga. 7)



Pamatelu Bhatara



Pamatelu Bhatara adalah naskah “cantungan” artinya naskah itu dibuat dengan mengambil dari sumbernya sesuai dengan kepentingan penulisnya. 8)



Siwa Tattwa Purusa



Siwa Tattwa Purusa adalah salah satu dari sekian banyak lontar yang mengandung ajaran Siwaistis. Siwa (Sanghyang Jagatpati), mengajarkan acara agama kepada putra-putraNya. Ajaran ini diuraikan dengan metode dialog dan juga ceramah.



2.



Cetana dan Acetana



Istilah “Cetana dan Acetana” adalah berasal dari bahasa Sanskerta yang berasal dari akar kata “cetas” yang merupakan kata benda netrum yang berarti: “jiwa, kepribadian dan kesadaran (consciousness)”. Sedangakn kata “Acetana” bermakna “tanpa jiwa, tanpa kepribadian dan tanpa kesadaran atau “unconsciousness”. Sumber-sumber Cetana dan Acetana terdapat dalam : 1)



Wraspati Tatwa 6



2)



Tattwa Jnana 2



Jadi jelaslah bahwa, adanya segala sesuatu itu adalah bersumber dan tergantung pada kedua unsur azasi tersebut yaitu Cetana dan Acetana. Jika konsepsi ini dihubungkan dengan teori ajaran filsafat Samkhya, maka Cetana itu adalah Purusa dan Acetana adalah Prakerti. Cetana dan Acetana apabila hubungkan dengan konsepsi ajaran theologi atau filsafat Ketuhanan, maka, Cetana itu adalah tidak lain dari pada Tuhan (Sang Hyang Widhi) yang menjadi sumber dari segala kesadaran atau kejiwaan dari semua yang ada ini baik yang nyata (sakala) maupun yang tidak myata (niskala). Sedangkan Acetana itu adalah berupa hukum kemahakuasaan Tuhan (Sang Hyang Widhi) dengan segala manifestasiNya, yakni yang sering disebut “Śakti” atau Prakåti”. Pada prinsipnya konsep ajaran filsafat yang dilukiskan dalam lontar- lontar tattwa tersebut adalah bersifat Siwaistis dan berdasarkan atas ajaran filsafat Samkya Darsana dan Yoga Darśana. Berhubung karena istilah “Cetana” dan Siwa-Tattwa” itu keduanya dipergunakan, disertai pula dengan istilah “Iswara” (Maheśwara) yang merupakan gelar lain dari pada Siwa maka, data-data ini lebih memperjelas tedensi-prinsipil Siwaistisnya Wŗhaspati Tattwa dan Tattwa Jnana itu. Jadi secara singkat, bahwa aspek dan prinsip dari pada konsepsi ajaran filsafat Wŗhaspati-Tattwa dan Tattwa Jñāna tersebut adalah bersifat Hindu-Siwaistis-Yogis



RESUME TATTWA KEGIATAN BELAJAR 3 SIWA TATTWA



NAMA



:



NYOMAN ARSAME, S.Ag



NUPTK



:



5651761663200042



KELAS



:



10



GROUP : 1.



2



Pengertian Siwa Tattwa



Siwa Tattwa berasal dari Bahasa Sansekerta, Siwa dan Tattwa. Siwa dalam bentuk ajectiv berarti mulia (gracious) dan dalam bentuk non-masculinnya bermakna Dewa atau Tuhan. Sedangkan Tattwa sebagai non-masculine (kata benda jenis laki-laki) yang mengandung maksud asas atau inti sari dari kebenaran sejati daripada Dewa atau Tuhan atau filsafat ke-Tuhanan atau “Widdhi Tattwa” (Surada, 2004 : 237). 2.



Bagian-bagian Siwa Tattwa



Siwa Tattwa dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu yang disebut dengan Tri Purusa. Pembagian ini bukan menyatakan bahwa terkandung adanya polytheistic, namun digolongkan menjadi tiga sedemikian itu ialah karena didasarkan atas sifat, fungsi dan aktivitas tertentu, sebagai akibat yang ditimbulkan oleh ada tidaknya atau banyak sedikitnya dari pada pengaruh Māyā(Acetana / Prakrti/Pradhana) itu. Tri Purusa yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1)



Parama Siwa Tattwa Paramasiwa adalah Cetana/Purusa atau kejiwan/keadaran yang tertinggi (Tuhan), suci murni, belum sama sekali kena pengaruh Māyā (Acetana/Prakrti/pradana), tenang tentram, tanpa aktivitas, kekal-abadi, tiada berawal tiada berakhir, ada dimana-mana, maha tahu, tiada pernah lupa, maka dari itu beliau diberi gelar 'Nirguna-Brahma. Lontar-lontar berikut akan menerangkan tentang Parama yaitu : Wrhaspati Tattwa 7-10, Tattwa Jnana 3, Bhuana Kosa, I,28, Bhuana Kosa, II.17, Bhuana Kosa VIII.16. Salah satu isi dari Bhuana Kosa VIII.16 menjelaskan sebagai berikut : Anta suksma nir akarah, saewa parama smretah. Sang Hyang Parama Siwa Sira Wekasan, suksma tar pawak, matangyan katuturana Sang Hyang Parama Siwa de sang widhwan (Bhuwana Kosa, VIII. 16) Terjemahannya: Sang Hyang Parama Siwa merupakan puncak akhir tanpa wujud, oleh karena itu, sang Hyang Parama Siwa patut selalu diingat oleh Pendeta.



Lontar tersebut menjelaskan tentang Kegaiban Tuhan yang disebut Parama Siwa, sehingga sulit untuk dibayangkan atau dipikirkan oleh pikiran dan perasaan biasa. 2)



Sadasiwa Tattwa



Sadasiwa adalah Tuhan pada saat aktif, berguna, bersinar, terdiri dari unsur kesadaran, mempunyai kedudukan dan sifat-sifat. Ia juga dipuja karena tanpa bentuk. Kemaha kuasaan dan kemaha-sempurnaan-Nya Hyang Sadasiwa antara lain meliputi : 1.



Guna



Guna atau sifat mulia dari Tuhan dibagi menjadi tiga macam yaitu : Durasrawana yaitu dapat mendengar yang dekat dan jauh, Durasarwajna yaitu berpengertian/berpengetahuan serba sempuma dan Duradarsana adalah dapat melihat segala sesuatu yang berwujud ataupun yang semu, baik yang dekat dan yang sejauh-jauhnya maupun segala sesuatu yang telah ada, yang sedang ada dan yang akan ada, dari tingkat yang terbesar sampai dengan yang sekecil-kecilnya. 2.



Sakti



Sakti dalam Siwa Tattwa dikaitkan dengan “Cadu-Sakti” yang artinya empat macam keahlian / kesaktian• utama atau empat macam kekuatan - istimewa lahir-bathin, secara theoritis dan praktis. Yang meliputi : 1)



Wibhu Sakti artinya berada dimana-mana



2)



Prabhu Sakti artinya maha kuasa artinya menguasai segala-galanya.



3)



Jnana Sakti artinya maha tahu, menjadi sumber segalanya



4) Kriya Sakti Maha Karya yakni dapat mengerjakan segala-galanya dengan sukses dan sempurna 3) Swabhawa Swabhawa dikaitkan dengan Astaiswarya yaitu delapan keagungan, keistimewaan, kekuasaan, kemegahan, kemuliaa dan keutamaan Tuhan. Seperti yang dijelaskan dalam Wrhaspati Tattwa berikut : Sowang-sowang guna ngaranika, anima, lagihma, mahima, prapti, prakamya, isitwa, wasitwa, yatrakamawasayitwa, ya ta astaiswarya ngaranya, pinaka swabhawa bhatara, nahan yang sadasiwatattwa ..... (Wrhaspati tattwa, 14). Terjemahannya: Inilah yang disebut guna (yaitu) anima, lagima, mahima, prapti, prakanya, isitwa, wasitwa yatraksmawasitwa, Ini yang dikenal dengan delapan kekuatan utama (astaiswarya). lnilah delapan sifat dari Tuhan yang disebut Sadasiwatattwa. Untuk memperjelas makna dari bagian-bagian Astaiswarya berikut diuraikan satu persatu :



3.



1.



Anima artinya sekecil-kecilnya, atau lebih kecil dari ataom



2.



Laghima artinya dapat menjadi ringan, seringan-ringannya.



3.



Mahima artinya amat besar dan selalu melebihi segala hal



4.



Prapti artinya segala kehendak-Nya selalu berhasil



5.



Prakamya artinya dapat mewujudkan segala keinginan-Nya



6.



Isitwa artinya maharaja, pengatur atau pemimpin segalanya



7.



Wasitwa artinya mengontrol segala aktivitas alam semesta



8.



Yatrakamawasitwa artinya apa yang dikehendaki, seketika itu akan berhasil/suskses.



Padmasana dan Matratma dari Tuhan (Sadasiwa)



Padmasana dalam Sansekerta berarti Singghasana-kembang seroja/Teratai. Sedangkan dalam kebiasaan orang Bali, Padmasana adalah suatu bangunan suci, yang dipuncaknya seperti kursi (tidak beratap), dan dibawahnya terdapat Naga Basuki dan Bedawang Nala, sebagai pengikat dan penumpu alasnya bangunan suci itu. Di Bali ada dua macam Padmasana, yaitu berupa bangunan suci dan yang berupa gambar. Sedangkan arti dari Matratma adalah penggerak hukum kekuasaan-Nya yang disimbolkan memkaia wujud. 4.



Siwatma Tattwa



Adalah Cetana/purusa atau unsur kejiwaan (kesadaran/esciousness) yang lebih banyak dipengaruhi Māyā atau Acetana/Prakerti/Pradhana un-consciousness). Siwatma Tattwa juga disebut Mayasira Tattwa. Siwatma bagaikan listrik yang telah dialirkan kawat-kawat dan Atma dalah bagian listrik yang sedang menghidupkan mesin-mesin atau yang sedang menyalakan balon-balon. RESUME TATTWA KEGIATAN BELAJAR 4 MAYA TATTWA



NAMA



:



NYOMAN ARSAME, S.Ag



NUPTK



:



5651761663200042



KELAS



:



10



GROUP : 1.



2



Pengertian dan Konsep Maya Tattwa



Kata Māyā adalah istilah dalam bahasa sanskerta yang berarti semu atau khayalan, sedangkan tattwa dalam hubungan ini dapat diartikan filsafat. Jadi secara singfkat, “Māyā tattwa” itu bermakna filsafat tentang segala sesuatu yang bersifat semu atau khayalan/illusion. Sedangkan Maya dalam filsafat Hindu adalah segala sesuatu yang tidak kenal sifatnya dan selalu mengalami perubahan/evolusi menuruti ketentuan waktu (kala), tempat (desa) dan keadaan (patra). Dalam wrhaspati Tattwa disebutkan bahwa yang kekal sifatnya serta menjadi sumber kesadaran / kejiwaan itu adalah “Cetana” dan yang bersifat Māyā, tanpa kesadaran dan tanpa kejiwaan itu ialah “Acetana”. Sedangkan dalam ajaran Samkhaya-darsana, disebutkan bahwa yang kekal itu adalah “Purusa” dan yang Māyā itu ialah Prakrti, jadi Prakrti ialah sama dengan acetana dan purusa itu yaitu sama dengan Cetana. Munculnya istilah Prakerti atau acetana yang bersifat maya, yang tentunya juga bersifat terbatas atau tidak kekal, salah satunya tertuang dalam kitab Bhagawad Gita Bab VII Sloka 6 dibawah ini : Etad yonini bhutani sarvanity upadharaya, aham krtanasya jagatah prabhavah pralayas tratha ( Bhagawad GitaVII, 6) Terjemahannya : Ketahuilah bahwa semua makhluk ini asal kelahirannya di alam-Ku ini. Aku adalah asal mula dari dunia ini juga kehancuran-Nya. Māyā Tattwa atau Acetana Tattwa itu ialah segala evolusi dan manifestasinya yang timbul dari Prakerti tersebut. Oleh karena Prakerti itu bersifat Māyā atau tidak sadar, maka akibat yang ditimbulkan oleh Māyā itu adalah “Awidya’’ sehingga Atma yang kendatipun merupakan bagian dari Tuhan dan bersifat kekal serta menjadi sumber hidup dari segala makhluk, itu tidak lagi menyadari asal sifat aslinya. 2.



Hukum Perubahan dari Maya Tattwa



Segala sesuatu yang bersifat berubah-ubah, tentu mengalami masa lahir atau terciptakan saat kematian atau hancur,. dalam istilah Hinduisme masa penciptaan atau saat kelahiran ini disebut “Sthiti’’ adalah ‘’Brahma-diva’’ (siang hari Brahma) dan saat pralaya adalah ‘’Brahma-Nakta’’ (malam hari Brahma).Pada waktu Sthiti maka Prakrti atau Pradhana itu selalu mengalami evolusi dan perubahan, sedangkan pada waktu pralaya maka semua unsur Pradhana kembali ke asalnya, dan tidak lagi mengalami evolusi. Menurut ajaran filsafat Hindu bahwa Sthiti atau Brahma-diwa dan pralaya atau Brahma-maka itu terjadinya berulang-ulang, namun lamanya berlangsung Sthiti dan Pralaya itu telah di tentukan pula oleh Tuhan sendiri. Dalam Bhagavad Gita VIII, 19 di jelaskan sebagai berikut : bhuta gramah sa evayam bhutva praliyate ratry agame vasah partha prabhavaty ahar agame (Bhagavad Gita, VIII. 19) Terjemahnnya: Makhluk yang bermacam-macam ini juga timbul berulang-ulang dan lenyap kembali tak berdaya pada saat tibanya malam hari, oh Arjuna, dan muncul kembali pada saat datangnya siang hari. 3.



Citta (Alam Pikiran) Citta adalah alam pikiran, munculnta Citta karena bertemunya unsur Pradana dan Purusa. Bagian-bagian Citta meliputi : 1)



Mahat adalah benih alam semesta atau dari segi kejiwaan disebut dengan Budhi.



2) Budhi artinya kecerdasan, pengertian, pemikiran, pengetahuan, kebijaksanaan. Budhi berfungsi mempertimbangkan serta memutuskan segala yang diajukan oleh alat-alat yang lebih rendah daripadanya. Budhi merupakan unsur kejiwaan tertinggi bagi segala macam perbuatan moral dan intelektual. Seperti yang disebutkan dalam Whraspati Tattwa 33 beikut : Sanka ning buddhi metu tang ahamkara, telu prakaranya , Iwirya;sattvika , rajasa, tamasa, nahan beanya si vaikrta yeka sattwika, si taijasa yeka rajah si bhutadi yeka tamah. Terjemahannya : dari buddhi melahirkan ahamkara yang terdiri dari tiga jenis yaitu : sattvikam , rajasa dan tamasa. Ketiga sifat mempunyai bentuk vaikrta, taijasa dan bhutadi. 3)



Ahamkara, Manas dan Indriya



Dari “buddhi” itu akhirnya timbul Ahamkara, yakni bagian dari alam pikiran yang merupakan alat untuk merasakan berpikir dan berbuat. Ahamkara dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu : 1. Ahamkara Waikrta adalah bagian dari alam pikiran yang bersifat satwam dan merupakan asal dari “manas” (akal) beserta “indriya” (panca Jnanedriya) dan panca Karmedriya)yang berfungsi untuk berpikir dan merasakan sesuatu. 2. Ahamkara Taijasa adalah bagian dari dalam pikiran yang bersifat rajas dan berfungsi untuk membantu pekerjaan Ahamkara-Waikrta dan Ahamkara Bhuradi.



3. Ahamkara Bhutadi adalah bagian dari alam pikiran yang bersifat tamas dan berfungsi yntuk menumbuhkan unsur-unsur jasmani (Panca Tan Matra 4.



Gejala-gejala Psychis (Kejiwaan)



Faktor yang menentukan baik buruknya karakter seorang adalah buddhi, manas dan ahamkara atau budindria tersebut, sehingga buddhi, manas, dan ahamkara itu disebut Tri Antah Karana, yaitu tiga sebab terakhir yang menentukan dari pada karakter manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Gejalagejala psychis ini erat sekali hubungannya dengan badan- wadah/jasmani (sarira),dan juga alam pikiran itu tidaklah dapat dipisahkan dangan badan jasmani, sebab badan/sarira itu adalah wadahnya citta itu adalah pengendalian nya hidup jasmaniah.