Rantemario [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up

Rantemario [PDF]

Rantemario, Titik Tertinggi Tanah Sulawesi Pencinta alam, pendaki, atau mereka yang gemar berpetualang di alam bebas pas

16 0 35 KB

Report DMCA / Copyright

DOWNLOAD FILE


File loading please wait...
Citation preview

Rantemario, Titik Tertinggi Tanah Sulawesi Pencinta alam, pendaki, atau mereka yang gemar berpetualang di alam bebas pasti sudah tidak asing dengan istilah “seven summits of Indonesia”. Tujuh puncak tertinggi di tiap pulau di Nusantara, lima pulau besar ditambah Kepulauan Maluku dan gugusan pulau sunda kecil (Bali – Nusa Tenggara). Gunung Kerinci di Sumatra, Puncak Cartenz Pyramid di Papua, dan Gunung Binaiya di Kepulauan Maluku adalah tiga dari puncak tersebut. Untuk Pulau Sulawesi, Puncak Rantemario di Pegunungan Latimojong memegang predikat sebagai puncak tertinggi. Rantemario dan Latimojong Puncak Rantemario justru lebih dikenal dengan nama Latimojong. Ini wajar sebab beberapa desa di lereng pegunungan juga memakai nama Latimojong. Tidak ada yang salah karena yang didaki adalah Pegunungan Latimojong, yang terdiri dari puncak-puncak, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Rantemario (3478 mdpl). Namun yang perlu diketahui, entah kebetulan atau bukan, ternyata di pegunungan ini ada puncak yang namanya sama dengan pegunungan tersebut, Puncak Latimojong (3305 mdpl). Beberapa pendaki menyebutnya dengan puncak sejati Latimojong sedangkan penduduk di lereng Pegunungan Latimojong memberinya nama Buntu Tomaupa. Beberapa puncak lain yang berada di pegunugan ini antara lain; Nenemori, Sinaji, Lapandek, Pantealloan, Pokahpinjan, Sikolong, dan Rantekambola. Untuk detail hamparan Pegunungan Latiomojong dapat dilihat pada peta topografi versi Bakosurtanal (lembar Bonelemo dan Belajen) Jalur Pendakian Rantemario Pegunungan Latimojong terletak di bagian utara Sulawesi Selatan. Pegunungan ini membatasi empat kabupaten; Tana Toraja di utara, Luwu di timur, Sidenreng Rappang (Sidrap) di selatan, dan Enrekang di Barat. Oleh karena letaknya tersebut maka jalur pendakian dapat ditempuh dari empat kabupaten di atas. Jalur via Enrekang adalah jalur yang paling sering dilalui. Hal ini karena letak Puncak Rantemario yang lebih dekat lewat jalur tersebut. Jalur Tana Toraja dan Sidrap adalah jalur yang dilalui jika ingin lintas puncak atau ekspedisi yang memakan waktu berhari-hari. Sedangkan jalur via Luwu agak jarang dilalui karena waktu dan jarak tempuh yang cukup panjang serta ketersediaan air yang minim di jalur ini. Yang jelas dari keempat jalur tersebut tidak ada akses yang nyaman untuk menuju daerah atau kampung titik start awal pendakian (entry point) karena akses jalan masih berupa jalan rintisan dengan permukaan batuan atau tanah bergelombang bahkan melintas sungai. Jangan harap sampai ke entry point dengan bus atau van, akses transportasi yang akan digunakan adalah jeep atau truk. Tapi justru faktor inilah yang membuat perjalanan ke Rantemario semakin seru dan asyik. Dalam perjalanan anda akan berjoged ria di atas truk atau jeep sambil menikmati bentangan alam dan pemandangan indah mulai dari bukit,



sawah, perkebunan masyarakat, sungai, gunung, dan jurang menganga di kiri maupun kanan jalan yang memberi sinyal agar selalu waspada. Karena pertimbangan estimasi waktu perjalanan yang lebih cepat maka para pendaki umumnya mendaki melalui Enrekang. Ada beberapa entry point yang bisa dilalui menuju puncak antara lain; Karangan, Anginangin, Bonebone, Malanyying, dan daerah lain di bagian barat Pegunungan Latimojong. Entry Point Karangan Dusun Karangan adalah jalur default untuk pendakian ke Puncak Rantemario. Terdapat 8 (delapan) pos hingga puncak. Karangan adalah daerah perkampungan yang paling dekat dengan Puncak Rantemario jadi jalur ini adalah jalur tersingkat untuk dapat sampai ke puncak. Tapi jangan senang dulu karena di jalur ini hampir tidak ada bonus setelah Pos 2. Jalur menuju Pos 1 melewati jalan rintisan dan perkebunan milik penduduk jadi perlu hati-hati agar tidak tersesat. Selepas Pos 1 jalur sudah mulai jelas dan ditandai dengan stringline. Di tiap pos terdapat papan informasi tentang koordinat pos, elevasi, dan jarak tempuh ke pos berikutnya yang dibuat oleh Dinas Kehutanan Enrekang. Sumber air terdapat di Pos 2, 5, dan 7. Di jalur percabangan Rantemario – Nenemori juga terdapat sumber air berupa kolam namun pada waktu tertentu kolam tersebut kadang kering. Itenary Perjalanan Baraka – Karangan dengan kendaraan jeep maupun motor akan memakan waktu 3-4 jam, dengan kata lain tiba di Karangan paling cepat siang hari. Sedangkan waktu tempuh dari Karangan ke Rantemario 10-12 (bisa lebih cepat atau bahkan lebih lambat, tergantung kondisi dan kemampuan). Itenary perjalanan sebaiknya: D1...camp pos 2 D2....camp pos 7 D3....summit attack, turun camp Karangan / Pos 2 Alternatif jika tiba sore atau malam di Karangan D1.....camp Karangan D2.....camp Pos 5 D3....summit attack, camp Pos 7 / 5 / 2 Entry Point Anginangin Jalur Anginangin adalah jalur alternatif untuk menuju ke Puncak Rantemario. Dusun Anginangin termasuk dalam daerah administratif Desa Latimojong Kecamatan Baraka (sama halnya dengan Dusun Karangan). Anginangin terletak di sebelah barat Karangan, artinya posisinya lebih jauh dari Puncak Rantemario namun lebih dekat dari Baraka dibandingkan dengan Karangan. Konsekuensinya



adalah waktu tempuh dari Baraka bisa hemat 30-60 menit namun jarak dan waktu tempuh yang lebih panjang menuju puncak. Terdapat 8 pos yang akan dilalui untuk sampai ke puncak. Pada tiap pos terdapat papan penanda pos. Jalur Anginangin sedikit agak landai dibandingkan dengan jalur Karangan namun perjalanan akan lebih panjang karena harus naik turun beberapa puncak Pegunungan Latimojong seperti Buntu Pantealloan (Pos 3), Buntu Pokahpinjan (Pos 5), dan Buntu Tinabang. Jalur ini akan bertemu dengan Jalur karangan tepat di Puncak Rantemario. Sumber air terdapat di Pos 2, 5, dan 7. Salah satu daya tarik jalur ini adalah dapat menyaksikan langsung jejeran Pegunungan Latimojong dari utara (Buntu Sinaji) hingga selatan (Buntu Nenemori) karena jalurnya yang relatif lebih terbuka dibandingkan dengan jalur Karangan yang cenderung tertutup. Itenary D1...camp Anginangin D2....camp pos 5 D3....summit attack, turun camp Pos 7 / Puncak Karena letak Anginangin yang lebih dekat dibanding Karangan maka bisa jadi hari belum terlalu siang saat tiba di Anginangin. Oleh karena alternatif lain: D1.....camp Pos 2 D2.....camp Pos 7 D3.....summit attack, turun camp Pos 5 / Pos 7 Alternatif lain adalah naik lewat Jalur Anginangin dan turun melalui Jalur Karangan Akses Transportasi Makassar – Baraka Rp 70.000, (naik di Terminal Daya atau jalan poros persimpangan Bandara) Baraka – Karangan Rp 30.000 – Rp 35.000 (jeep) Baraka – Anginangin Rp 25.000 (jeep) Baraka – Anginangin / Karangan Rp 100.000 – Rp 200.000 (ojeg motor, harga tergantung lobi dan kondisi jalan pada saat perjalanan) Catatan Buntu dalam bahasa setempat berarti “gunung” Info harga transportasi pada bulan Agustus 2014 (harga BBM masih Rp 6500)



Tidak ada sumber air di puncak, oleh karena itu jika hendak camp di puncak disarankan untuk membawa wadah persediaan air yang cukup banyak serta tenda yang cukup aman dari potensi badai