15 0 2 MB
ASMA BRONKIAL Oleh : Hans Pangestu Simarmata Amalia Fajar Nursahfitri Al Annisa Fadhila Ainy Elza Fahliza Ismar
203307020012 203307020013 203307020014 203307020055 203307020079
Pembimbing : dr. Erwin Sopacua, Sp.PD
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam RSU Royal Prima Medan 2021
DEFINISI
• Asma bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus, kelainan inflamasi kronis saluran pernafasan, melibatkan interaksi kompleks sel-sel inflamasi mediator, sel dan jaringan berakibat berkurangnya aliran udara karena bronkokonstriksi, edema, sekresi mukus, hiperresponsif. • sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, rasa berat di dada, dan batuk terutama ,malam atau dini hari. Gejala episodik tersebut timbul sangat bervariasi dan bersifat reversible (dapat kembali normal baik dengan atau tanpa pengobatan).
ETIOLOGI Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun suatu hal yang sering kali terjadi pada semua penderita asma adalah fenomena hiperaktivis bronchus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsang imunologi maupun non imunologi. • Alergen utama : debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan • Iritan dengan asap, bau-bauan, dan polutan • Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus. • Perubahan cuaca yang ekstreme. • Aktivitas fisik yang berlebih • Lingkungan kerjag. • Obat-obatan
EPIDEMIOLOGI Prevalensi asthma di Indonesia menurut estimasi publikasi Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 adalah sebesar 4,5%. Prevalensi asthma paling tinggi dijumpai di provinsi Sulawesi Tengah (7,8%), Nusa Tenggara Timur (7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan (6,7%). Prevalensi asthma sedikit lebih tinggi pada perempuan (4,6%) dibandingkan dengan laki-laki (4,4%)
FAKTOR RESIKO
FAKTOR RESIKO
PATOGENESIS Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)
Reaksi antibodi IgE abnormal
Melekat pada sel mast (histamin, leukotrient, bradikinin)
Permeabilitas kapiler
• Edema lokal pada dinding bronkiolus • Sekresi mukus Mars is aotot cold place • Spasme polos bronkiolus
Venus is very hot
PATOGENESIS
• • • •
Diameter bronkiolus (-) ekspirasi
Peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa
Menekan bagian luar bronkiolus
Penderita asma bronkial, inspirasi adekuat, sesekali ekspirasi
Menimbulkan obstruksi berat selama ekspirasi
Bronkiolus tersumbat sebagian akibat tekanan eksternal
Dispnea Kapasitas residu fungsional Volume residu paru Akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi paru Barrel chest
KLASIFIKASI ASMA BRONKIAL
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
KLASIFIKASI ASMA BRONKIAL
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
DIAGNOSIS Mengi (wheezing) dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik awal untuk menegakkan diagnosis. Gejala respiratori asma berupa
kombinasi dari batuk, wheezing, sesak nafas, rasa dada tertekan, dan produksi sputum. Gejala dengan karakteristik yang khas diperlukan untuk menegakkan diagnosis asma : a)
Gejala timbul secara episodik atau berulang
b)
Timbul bila faktor pencetus : •
Iritan
: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin, udara kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa, pengawet makanan.
•
Alergen
: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, serbuk sari.
•
Infeksi
: respiratorik akut karena virus, selesma, common cold, rinofaringitis.
•
Aktivitas fisik
: berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa berlebihan.
•
Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya
•
Variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat pada
malam hari (nokturnal) •
Reversibilitas, yaitu gejala dapat membaik secara spontan atau dengan pemberian obat pereda asma
DIAGNOSIS Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkannya kelainan. Perlu diperhatikan tanda-tanda
asma dan penyakit alergi lainnya. Tanda asma yang paling sering ditemukan adalah mengi, namun pada sebagian pasien asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Begitu juga pada asma yang sangat berat, mengi tidak dapat terdengar (silent chest), biasanya pasien dalam keadaan sianosis dan kesadaran menurun.
•
Pasien terlihat gelisah
•
Sesak
(napas
cuping
hidung,
•
Biasanya tidak ditemukan kelainan
•
Pada serangan berat dapat terjadi
•
Ekspirasi memanjang
pulsus paradoksus
•
Mengi
•
Suara lendir (ronkhi)
napas cepat, retraksi sela iga, retraksi
epigastrium,
suprasternal) •
Sianosis
retraksi •
Biasanya tidak ditemukan kelainan
DIAGNOSIS 1.
Pemeriksaan fungsi/faal paru dengan alat spirometri (Normal,gangguan obstruksi, Gangguan restriksi atau Campuran) VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) dan KVP (Kapasitas Vital Paksa ; jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah inspirasi dalam)
2.
Pemeriksaan arus puncak ekspirasi dengan alat peak flow rate meter
DIAGNOSIS 3. Uji reversibilitas (dengan bronkodilator) 4. Uji provokasi bronkus, untuk menilai ada/tidaknya hipereaktivitas bronkus Tes ini digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan pasien bereaksi ketika terpapar
salah satu pemicu asma, biasa menggunakan histamin, metakolin, dan beban lari. Setelah itu pasien akan diminta untuk menghembuskan napas ke dalam spirometer untuk mengukur seberapa tinggi tingkat perubahan FEV1 dan FVC setelah terkena pemicu. Jika hasilnya turun drastis, maka dapat diperkirakan pasien mengidap asma.
DIAGNOSIS 5.
Uji alergi (tes tusuk kulit/skin prick test) untuk menilai ada/tidaknya alergi
6. Foto thorax : pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan penyakit selain asma
• Bukan pemeriksaan rutin • Umumnya normal • Saat serangan terlihat Hiperinflasi Paru
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING • Penyakit Paru Obstruksi Kronik • Bronkitis kronik • Gagal Jantung Kongestif • Batuk kronik akibat lain-lain • Obstruksi mekanis (misal tumor) • Emboli Paru
PPOK
Bronkitis
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
Tuberculosis Paru
• Bronkiolitis • Benda asing di saluran napas • Stenosis trakea
Corpus alienum
Bronkiolitis
Stenosis trakea
PENATALAKSANAAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Edukasi Menilai dan monitor berat asma secara berkala Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang Menetapkan pengobatan pada serangan akut Kontrol secara teratur Pola hidup sehat
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
PENATALAKSANAAN
• Kortikosteroid inhalasi • Kortikosteroid sistemik • Sodium kromoglikat • Nedokromil sodium • Metilsantin • Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi • Agonis beta-2 kerja lama, oral • Leukotrien modifiers • Antihistamin generasi ke dua (antagonis -H1)
• Agonis beta2 kerja singkat • Kortikosteroid sistemik. • Antikolinergik • Aminofillin • Adrenalin
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
PENATALAKSANAAN Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali sehari Berat Asma
Medikasi pengontrol harian
Asma Intermiten
Tidak perlu
Asma Persisten Ringan
Glukokortikosteroid inhalasi (200 - 400 µg BB/hari atau ekuivalennya)
Asma Persisten Sedang
Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (400-800 µg BB/hari atau ekuivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama
Alternatif / Pilihan lain
Alternatif lain
----
----
•
Teofilin lepas lambat
•
Kromolin
•
Leukotriene modifiers
----
• Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 µg BB ekuivalennya) ditambah Teofilin lepas lambat, atau
atau
•
• Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 µg BB/hari atau ekuivalennya) ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, atau
•
• Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi (>800 µg BB atau ekuivalennya) atau • Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 µg ekuivalennya) ditambah eukotriene modifiers Asma Presisten Berat
Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid (> 800 ug BD atau ekivalennya) dan agonis beta-2 kerja lama, ditambah ≥ 1 di bawah ini: - teofilin lepas lambat - leukotriene modifiers - glukokortikosteroid oral
BB
Ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, atau Ditambah teofilin lepas lambat
atau
Prednisolon/ metilprednisolon oral selang sehari 10 mg ditambah agonis beta-2 kerja lama oral, ditambah teofilin lepas lambat
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap sampai mencapai terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol
PENATALAKSANAAN
Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia
PENATALAKSANAAN • •
GINA tidak lagi merekomendasikan pengobatan asma pada orang dewasa dan remaja dengan SABA saja. Keputusan ini didasarkan pada bukti bahwa pengobatan hanya SABA meningkatkan risiko parah eksaserbasi, dan menambahkan ICS secara signifikan mengurangi risiko, GINA sekarang merekomendasikan agar semua orang dewasa dan remaja dengan asma harus menerima.Perawatan pengontrol yang mengandung ICS, untuk mengurangi risiko eksaserbasi serius dengan ICS-formoterol yang diperlukan diambil kapan pun diperlukan untuk menghilangkan gejala (GINA,2021).
PENCEGAHAN 1. Edukasi kepada pasien tentang cara mengenali dan menghindari factor pencetus 2. Edukasi kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaan penyakit apabila dalam serangan 3. Menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi
1. Hindari factor pencetus, seperti cuaca dingin( pakai jaket) 2. Mengurangi paparan terhadap asap baik asap bakaran ataupun asap rokok 3. Mengurangi aktivitas berlebihan untuk meminimalkan terjadinya sesak 4. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi.
KOMPLIKASI & PROGNOSIS Eksaserbasi Asma
Status Asmatikus
Pneumonia
Bronkiektasis
Atelektasis
Jika penderita asma segera diketahui dan mendapatkan penanganan optimal, maka akan mengurangi frekuensi serangan dan akan meningkatkan kualitas hidup, prognosanya baik jika ditangani dengan tepat.
THANKYOU