Referat Kulit Pelembap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT ILMU KEPANITERAAN KLINIK KULIT



MOISTURIZERS



Pembimbing: dr. Nana Novia Jayadi, Sp. KK



Disusun Oleh: Natasha Estella Bastiaan – 01073180165 Muhammad Yaska Zharfan – 01073180116 Grace Trifena Hosea – 01073180141 Sheren – 01073180132



KEPANITERAAN KLINIK ILMU KULIT UNIVERSITAS PELITA HARAPAN – PAVILIUN UMUM RUMAH SAKIT SILOAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 13 JANUARI 2020 – 08 FEBRUARI 2020 TANGERANG



DAFTAR ISI DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2 DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. 3 DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... 4 BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 6 2.1 Kulit .............................................................................................................................. 6 2.2 Moisturizers ................................................................................................................ 11 2.2.1 Definisi Moisturizers .......................................................................................... 11 2.2.2 Peran Moisturizers .............................................................................................. 13 2.2.3 Mekanisme Moisturizers ..................................................................................... 14 2.2.4 Sediaan Moisturizers ........................................................................................... 16 2.2.5 Komposisi Tambahan Moisturizers .................................................................... 16 2.2.6 Pemilihan Moisturizers ....................................................................................... 17 2.2.6.1 Pemilihan Pelembab menurut Jenis Kulit .................................................... 17 2.2.6.2 Pemilihan Pelembab berdasarkan Lokasi .................................................... 20 2.2.7 Cara pemakaian Moisturizers ............................................................................. 21 2.2.8 Efek Samping Moisturizers................................................................................. 21 2.2.10 Moisturizers untuk berbagai penyakit ............................................................... 22 2.2.10.1 Pelembab untuk Dermatitis Atopik ............................................................ 22 2.2.10.2 Pelembab untuk Dermatitis Seboroik ........................................................ 23 2.2.10.3 Pelembab untuk Dermatitis Kontak .......................................................... 23 2.2.10.4 Pelembab untuk Dermatitis Numularis ...................................................... 24 BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 25 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26



2



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Mekanisme Filaggrin dalam kulit ............................................................................ 9 Gambar 2. Diagram dari ‘Dry Skin Cycle’............................................................................... 10



3



DAFTAR TABEL Tabel 1. Jenis kulit menurut sebum content ............................................................................... 6 Tabel 2. Hasil Sebumeter dan klasifikasinya .......................................................................... 7 Tabel 3. Faktor – faktor pada kulit berminyak ........................................................................ 11 Tabel 4. Sediaan Moisturizers.................................................................................................. 15 Tabel 5. Pemilihan pelembab berdasarkan tipe kulit dan lokasi .............................................. 18 Tabel 6. Efek samping Moisturizers ........................................................................................ 21



4



BAB I PENDAHULUAN Pelembab adalah salah satu produk yang paling sering diberikan oleh dermatologis. Insiden kulit kering meningkat dengan adanya urbanisasi, peningkatan polusi dan peningkatan angka harapan hidup. Sampai saat ini, definisi pelembab hanya dipakai untuk merujuk pada satu produk kecantikan yang melembutkan kulit. Pelembab dipercaya dapat menghambat serta memperlambat trans epidermal water lost (TEWL) dengan oklusi. Stratum korneum adalah lapisan yang mempunyai membran aktif seperti pada batu bata dan semen. Namun, kehilangan sel lemak intraselular, ceramides, kolesterol, asam lemak yang merusak pembentukan lapisan air yang menyebabkan kulit kering.1 Penilaian tentang jenis kulit dapat dilakukan secara kualitatif menggunakan kuesioner, perasaan subjektif dan kuatitatif menggunakan Sebumeter. Jenis kulit dapat dibagi menjadi 4 yaitu, kulit kering, kulit berminyak, kulit kombinasi dan kulit normal. Mekanisme kulit hanya dibagi menjadi 2 yaitu, mekanisme kulit kering dan kulit berminyak. Pada kulit kombinasi merupakan gabungan dari 2 mekanisme. Mekanisme kulit kering terjadi karena berkurangnya aktivitas filagrin pada stratum korneum dan stratum granulosum2,3 sedangkan mekanisme kulit berminyak terjadi karena adanya hiperaktivitas dari glandula sebasea4. Pelembab dapat dibagi menjadi 3 yaitu, humektan, emolien dan oklusif. Humektan adalah kumpulan zat yang memiliki kemampuan untuk menyerap air dari atmosfir. Emolien adalah zat yang mengisi tempat diantara korneosit untuk membuat wajah menjadi lebih lembut. Oklusif adalah komponen yang membuat lapisan pertahanan yang melapisi kulit dan menurunkan trans epidermal water lost (TEWL).5



5



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dengan berat sekitar 5 kg dan luas 2 m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Kulit mempunyai berbagai jaringan aksesori (adneksa) berupa rambut, kuku dan kelenjar. Kulit dan adneksa mempunyai beberapa fungsi yaitu, perlindungan fisik (gaya mekanik, sinar ultraviolet, bahan kimia), perlindungan imunologik, ekskresi, pengindera, pengaturan suhu tubuh, pembentukan vitamin D dan kosmetis. Kulit dibagi menjadi 3: epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basalis. Dermis terdiri dari pars papilare, pars retikulare, melanosit, badan Meissner, sel Langerhans, glandula sebasea, rambut, muskulus arektor pili dan badan pacini. Subkutis terdiri dari jaringan lemak.6 Tabel 1. Jenis kulit menurut sebum content7



Pembagian tipe kulit secara kosmetik dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu: normal, kering dan berminyak. Penilaian konvensional untuk menentukan tipe kulit dilakukan dengan perasaan subjektif dan penggunaan kosmetik. Tipe kering dan berminyak dapat dinilai dengan perasaan muka yang sangat berminyak atau sangat kering (tabel 1).7 Sedangkan tipe normal adalah tipe di tengah tipe kering dan tipe berminyak. Sebelumnya, penentuan tipe kulit ditentukan dengan kuisoner berupa skin type-relate symptoms (STRS) yang melihat kekeringan pada kulit, keketatan pada kulit, kekasaran pada kulit, pembasuhan wajah dengan make-up,



6



kecepatan produksi sebum, perbedaan tempat kulit berminyak, frekuensi pemakaian krim jerawat serta kulit berminyak. Namun hasil dari kuisoner sering overlap antara satu tipe dengan lainnya. Sehingga dibentuk tipe kulit keempat yaitu tipe kulit kombinasi dan menjadi tipe kulit yang paling sering. Saat ini, penentuan tipe kulit dapat menggunakan Sebumeter.8 Sebumeter adalah alat bioteknik untuk mengukur sebum. Penentuan tipe kulit harus diukur pada seluruh wajah karena produksi sebum pada satu titik wajah dan lainnya dapat berbeda. Pengukuran sebum yang direkomendasikan pada 5 titik pada wajah berupa dahi (midglabella), hidung (ujung hidung), kedua pipi (area yang menonjol zygoma) dan dagu. Dari 5 daerah tersebut dahi, hidung dan dagu adalah zona sebum-secreting yang tinggi yang disebut juga zona T. Sedangkan daerah pipi adalah zona sebum-secreting yang rendah yang disebut juga zona U. Setelah didapatkan hasil dari Sebumeter maka dapat dimasukkan ke dalam rumus mean facial sebum excretion (MFSE).8 Namun dari rumus MFSE tidak dapat menentukan area dengan sekresi sebum yang tinggi maupun rendah. Rumus evaluasi sekresi sebum di wajah yaitu:8



Catatan: FS



: Forehead Sebum



NS



: Nose Sebum



CS



: Chin Sebum



RCS



: Right Cheek Sebum



LCS



: Left Cheek Sebum Setelah dinilai menggunakan rumus MFSE maka nilai – nilai tersebut dapat



dimasukkan ke dalam tabel 2. Untuk penentuan tipe kulit lebih dilihat dari zona U dan zona T dan dikalkulasikan rata – rata dari tiap zona setelah itu kembali dimasukkan ke dalam tabel 2. Tipe kombinasi didapatkan ketika hasil dari zona U dan zona T mempunyai tipe yang berbeda seperti zona U pada normal dengan zona T pada kering atau zona T pada berminyak dengan zona U pada kering.8 Tabel 2. Hasil Sebumeter dan klasifikasinya8



7



Mekanisme yang berbeda terjadi pada kulit kering dan kulit berminyak. Mekanisme pada kulit kering lebih banyak terjadi pada stratum korneum dan stratum granulosum serta melibatkan mekanisme filagrin2,3 sedangkan mekanisme kulit berminyak lebih banyak pada glandula sebasea pada pars retikulare pada dermis4. Sedangkan mekanisme pada kulit dengan kombinasi adalah gabungan antara 2 tipe kulit diatas. Epidermis mempunyai fungsi berupa sawar antar kulit untuk mencegah invasi oleh organisme yang berbahaya seperti virus, bakteri dan jamur. Pembentukan dari sawar kulit dibentuk oleh diferensiasi dari keratinosit yang berasal dari stratum basal di dekat perbatasan epidermis dan dermis. Diferensiasi keratinosit ini dipengaruhi oleh berbagai macam protein yang terletak di dalam epidermis. Produk dari keratinosit ini berupa keratin yang merupakan protein yang membentuk filamen intraselular yang mempertahankan sel – sel. Lalu keratinosit berdiferensiasi dan melewati sel – sel lapisan spinosum, granulosum dan mencapai korneum. Pada saat di lapisan spinosum, keratinosit mengalami diferensiasi terminal oleh protein spesifik dan ketika keratinosit mencapai stratum korneum, keratinosit mengalami denukleasi dan menjadi korneosit yang membentuk lapisan pertahanan dan impermeabel pada stratum korneum dengan tambahan protein yang berisi jaringan lemak intraselular.3 Pada sel lapisan granular, salah satu komponen dari keratinosit yaitu lamellar granules dikeluarkan dan komponen lainnya mengalami apoptosis. Lamellar granules adalah membran pada badan golgi yang mengandung sel lemak. Dalam lapisan granulosum, 80 hingga 90% protein terdiri dari keratin dan filagrin. Pada fase diferensiasi akhir dari keratinosit terbentuk suatu struktur yang disebut cornified envelope (CE). CE merupakan kompenen penting dalam fungsi epidermis sebagai sawar kulit yang terdiri dari beberapa protein berupa, filagrin, loricrin, trichohyalin, prolin, involukrim dan filamen keratin. Protein – protein di dalam CE diatur oleh transglutaminase. Sehingga kesalahan genetik dalam pembentukan CE dapat berakibat pada stratifikasi dan keratinisasi yang abnormal.3 Filagrin adalah komponen penting dalam CE pada lapisan terluar dari epidermis. Filagrin disintesis dari profilagrin yang merupakan polipeptida yang tinggi akan histidin yang terdiri dari N-terminal S100 yang mengikat kasium dan B-domain yang bertugas untuk memproduksi polipeptida filagrin secara berulang. Di stratum granulosum, polipeptida filagrin bertugas untuk membantu keratin filamen untuk beraggregasi sehingga filagrin disebut juga dengan filament aggregation protein. Salah satu penelitian yang dilakukan pada tikus ditemukan bahwa enzim caspase-14-knockout (KO) yang mengubah profilagrin menjadi filagrin sehingga jika enzim ini berkurang maka akan ada peningkatan trans-epidermal water lost yang berpengaruh pada osmolaritas kulit, kelembapan kulit dan tidak dapat menangkal 8



sinar UVB yang dapat menyebabkan fotosensitivitas. Pada stratum korneum filagrin mengalami proteolisis dan mengeluarkan histidine yang dideaminasikan untuk membentuk asam trans-urocanic yang diubah menjadi asam cis-urocanic dengan sinar UV. Filagrin juga mengeluarkan asam glutamate yang diubah menjadi asam pyroglutamic yang bertugas sebagai pelembab natural pada kulit.3



Gambar 1. Mekanisme Filaggrin dalam kulit3 Pada keadaan seperti kulit kering bisa terjadi penurunan aktivitas dari filagrin seperti pada penyakit icthyosis vulgaris (IV) dan dermatitis atopik (DA). Mekanisme pada kulit kering yang dapat dilihat pada gambar 2. Pada fase induksi ini terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya induksi seperti temperatur dan kelembapan yang rendah, berkurangnya lemak pada stratum korneum dan natural moisturizing factors (NMF) seperti asam pyroglutamic, proses penuaan dan kelainan genetik. Ketika kulit terinduksi dengan salah satu faktor diatas maka akan membentuk sebuah proses yang berulang yang dapat menyebabkan kulit menjadi kering.2



9



Ketika mekanisme kulit kering sudah dimulai dan stratum korneum (SK) kehilangan jumlah air sebanyak 10% maka fleksibilitas stratum korneum akan berkurang maka jika tidak diberikan intervensi maka akan terjadi peningkatan evaporasi pada permukaan SK sehingga menyebabkan kehilangan jumlah air yang lebih banyak pada SK. Ketika sudah kehilangan banyak air dari SK maka kulit akan kehilangan viskositas dari SK atau kelembutan kulit akan berkurang yang menyebabkan kulit rapuh/brittle sehingga terjadi gangguan pada fungsi sawar kulit. Berkurangnya jumlah air pada SK juga berujung dengan berkurangnya natural moisturizing factor (NMF) sehingga mengurangi aktivitas kelembapan pada kulit dan berujung dengan terbentuknya dermatoglyphics dan scalling karena dehidrasi dari korneosit.2



Gambar 2. Diagram dari ‘Dry Skin Cycle’2 Jika proses ini berlanjut maka dapat menyebabkan proses inflamasi hipoproliferasi yang menyebabkan beberapa mekanisme fisiologis kulit tergantung seperti:2 a. Produksi corneocyte envelope (CE) yang kecil dan imatur. b. Perbedaan di sel lemak di epidermis. c. Penurunan aktivitas transglutaminase. d. Penurunan sintesis filagrin dan level NMF. Mekanisme pada kulit berminyak dimulai dari peningkatan produksi minyak dari kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea dengan aktivitas holokrin yang mengekskresi sel lemak yang disebut sebum ke dalam kulit. Sumber lemak dalam kulit lainnya adalah keratinosit epidermis yang di fase akhirnya akan mengeluarkan lamellar granule ke dalam intrasellular di stratum korneum. Kontribusi dari sel lemak dari setiap sumber membentuk sekitar 900 kelenjar/cm2 di wajah dan hanya kurang dari 50 di bagian tangan. Pada orang dewasa, secara



10



normal sebum diproduksi sebanyak 150 hingga 300 g sel lemak/cm2 dan 5 – 10 g atau sekitar 3 hingga 6% adalah hasil dari epidermis. Sebum mempunyai ketebalan dari 4,0 m di area dengan produksi sebum yang tinggi. Komposisi sebum sendiri pada manusia dewasa adalah 57,5% trigliserid, 26,0% wax esters, 12,0% squalene, 3,0% cholesterol esters dan 1,5% kolesterol. Kompoisi lemak epidermis adalah 50% ceramides, 25% kolesterol, 15% free fatty acids dan sejumlah kecil dari kolesterol ester dan kolesterol sulfat.4 Penyebab dari peningkatan ekskresi sebum dapat dibagi menjadi 4 faktor pada tabel 3. Peningkatan ekskresi sebum menyebabkan kulit berminyak, sebum yang berlebihan dapat menutup pori – pori, memberikan makanan bagi bakteri yang di kulit yaitu Propionibacterium acnes dan dapat menyebabkan jerawat. Sebum juga dapat membentuk komedo yang merupakan proses retensi hiperproliferasi dari duktus korneosit. Salah satu protein di epidermis yaitu squalene dapat dioksidasikan menjadi peroksida squalene yang bersifat komedogenik.4 Tabel 3. Faktor – faktor pada kulit berminyak4



Kulit pada wajah dan kulit pada bagian tubuh lainnya kecuali pada telapak tangan dan kaki memiliki perbedaan struktur. Pada wajah memiliki lebih banyak kelenjar sebasea dan folikel rambut sehingga menjadi lebih sensitive dan lebih banyak terekspos sinar UV. Sedangkan pada bagian tubuh lainnya lebih tebal dibandingkan kulit pada wajah sehingga lebih cenderung menjadi kering karena memiliki kelenjar sebasea yang lebih sedikit dibandingkan pada wajah. Sehingga pada kulit wajah dan kulit tubuh juga perlu diberikan pelembab yang sesuai dengan jenis kulitnya.



2.2 Moisturizers 2.2.1 Definisi Moisturizers Saat ini sebenarnya tidak ada konsensus yang membahas mengenai definisi dari moisturizers atau pelembab dikarenakan terminologi ini bukan berasal dari dunia medis melainkan dipopulerkan oleh produsen pembuat pelembab itu sendiri dengan tujuan mempromosikan fungsinya melembabkan kulit.10



11



Pelembab, entah itu losion tangan, tubuh ataupun pelembab wajah, adalah bagian dari produk kosmetik yang dikenal dengan produk perawatan kulit. Berikut ini adalah beberapa bahan pelembab: 



Cleanser Pemilihan cleanser atau yang disebut juga sebagai pembersih wajah sangat penting. Hal itu dikarenakan cleanser memiliki efek signifikan pada lipid di kulit yang mempengaruhi fungsi dari sawar kulit (skin barrier). Pada kulit berminyak (kelebihan sebum) lebih disarankan memilih foaming cleanser yang mengandung surfaktan untuk menghilangkan kelebihan lipid. Sebaliknya pada kulit kering, lebih disarankan untuk menggunakan nonfoaming cleanser seperti minyak, krim atau milk cleanser. Disarankan memilih nonfoaming cleanser yang menimbun asam lemak pada kulit sehingga memperbaiki sawar kulit. Pilihan yang tepat mengandung asam stearat yang memiliki ekor hidrofobik lurus nonpolar (straight nonpolar hydrophobic tails) yang saling berdekatan di membran sel sehingga dapat memperbaiki sawar kulit secara optimal. Asam linoleat yang ditemukan pada minyak tertentu juga adalah pilihan yang baik dikarenakan oleh kemampuan anti-inflamasinya, walaupun memang tidak sebaik asam stearat dalam memperbaiki sawar kulit. Hindari asam oleat yang dapat ditemukan pada minyak zaitun karena dapat menyebabkan gangguan pada membran oleh karena ekor hidrofobik asam lemaknya (fatty acid hydrophobic tail) yang mengganggu struktur asli dari membran bilayer. pH dari pembersih juga berperan penting pada fungsi sawar kulit.5







Eksfolian Eksfolian membantu menghilangkan deskuamasi lapisan superfisial stratum korneum dan menjadikan kulit lebih halus. Eksfolian sering dipakai oleh perusahaan perawatan kulit untuk menunjukkan manfaat langsung dari produk mereka tetapi manfaat ini sifatnya jangka pendek saja terutama jika tidak dikombinasikan dengan pelembab yang memperbaiki sawar kulit.5







Moisturizers atau pelembab Pelembab berperan penting dalam merawat kulit kering dan berminyak. Pada kulit berminyak dapat memproduksi pelembab bagi kulitnya sendiri karena produksi sebum yang berlebihan dapat berfungsi sebagai oklusi pada permukaan yang mengurangi TEWL. Oleh sebab itu, pada orang dengan jenis kulit sangat berminyak dianjurkan untuk menggunakan sunscreen untuk menghindari terpapar sinar matahari yang



12



berlebihan yang dapat menyebabkan produksi berlebihan dari kelenjar sebasea yang menyebabkan pori – pori menjadi tersumbat. Pada kulit berminyak yang berat dianjurkan menggunakan sunscreen sebagai pengganti pelembab dan pada kulit beminyak yang sedikit dianjurkan memakai serum atau losion ringan yang mengandung suncscreens. Jenis kulit berminyak perlu menghindari minyak dan pelembab krim kental dan mungkin lebih cocok dengan pelembab yang mengandung humektan. Pada tipe kulit kering perlu menggunakan pelembab yang memperbaiki sawar kulit yang mengandung ceramide, asam lemak dan kolesterol dengan perbandingan rasio 1:1:1.5 



Emolien Emolien terdiri dari lipid dan komponennya yang mengisi celah interkorneosit untuk meningkatkan hidrasi, kelembutan dan fleksibilitas dari kulit, sehingga menghasilkan kulit yang lembut. Emolien biasanya dapat juga mengandung oklusif atau humektan.5,9,10







Oklusif Oklusif adalah jenis pelembab yang berbasis minyak dan memberi fungsi menjaga kadar air di kulit dengan menciptakan penghalang hidrofobik (hydrophobic barrier) di kulit dan menghalangi hilangnya air trans epidermal atau Trans Epidermal Water Loss (TEWL). Bahan dengan oklusif tertinggi adalah petrolatum dan minyak. Bahan lain yang mengandung oklusif adalah parafin, skualen dan dimetikon.5,9







Humektan Humektan adalah suatu jenis pelembab yang terdiri atas zat higroskopik yang membantu stratum korneum menyerap air dengan menarik air dari dermis dan lingkungan lembab ke epidermis.9 Humektan adalah bahan yang memiliki kemampuan penyerapan air yang tinggi. Pada keadaan kelembaban rendah, humektan dapat menyerap air dari epidermis bagian dalam dan juga dari lapisan dermis yang berakibat kering pada kulit. Oleh karena itulah, humektan lebih efektif jika dikombinasikan dengan oklusif.5,10 Efek humektan biasanya bertahan kurang dari 24 jam.5



2.2.2 Peran Moisturizers Pelembab umumnya dipakai untuk mengurangi garis-garis halus dan menghidrasi kulit. Bukan hanya kulit kering yang mendapat manfaat dari penggunaan pelembab, namun kulit normal juga mendapatkan manfaat jika penggunaan pelembabnya tepat. Pelembab bekerja



13



paling efektif untuk mengatasi kulit kering dengan mengganggu siklus dari kulit kering tersebut dan juga menjaga kehalusan dari kulit.9 Berikut adalah beberapa fungsi pelembab: 



Efek melembabkan: Ini adalah efek yang paling penting dimana meningkatkan kadar air stratum korneum. Hidrasi menghaluskan permukaan kulit dengan meratakan ‘lembah’ antar kontur kulit. Selain itu, juga membuat permukaan kulit lebih lunak, dapat memanjang dan lebih lentur. Pada emolien, efek ini dapat bertahan hingga 4 jam.1







Anti inflamasi: beberapa komponen dari pelembab seperti glycyrrhetinic acid, palmitoyl-ethanolamine, telmesteine, vitis vinifera memiliki sifat anti inflamasi yang cukup besar yaitu dengan mekanisme seperti memblokir aktivitas siklooksigenasi dan mengatur sitokin serta menurunkan regulasi sitokin dan produksi prostanoid proinflamasi dan memberikan efek menenangkan kulit yang meradang.9







Anti-pruritus: pelembab menurunkan fungsi sitokin sehingga mengurangi rasa gatal. Selain itu, efek pendinginan (cooling effect) yang terjadi akibat evaporasi air dari permukaan kulit setelah menggunakan pelembab berbasis air memiliki efek antipruritus.1







Anti-mitotik: pelembab yang memiliki kandungan mineral oil memiliki sifat antimitotik bermanfaat untuk kelainan kulit yang mempunyai aktivitas mitosis epidermal tinggi seperti psoriasis.9







Perlindungan terhadap matahari: saat ini sudah banyak pelembab yang di dalamnya ditambahkan faktor untuk perlindungan terhadap matahari.1







Penyembuhan luka: asam hialuronik dapat mempercepat proses penyembuhan luka.9



2.2.3 Mekanisme Moisturizers Kulit berfungsi sebagai penghalang (barrier) yang melindungi jaringan di bawahnya dari kering, infeksi dan mechanical stress serta iritasi bahan kimia. Gangguan dari fungsi tersebut menyebabkan peningkatan TEWL yang berhubungan dengan berbagai dermatitis. Air dari lapisan epidermis yang lebih dalam bergerak ke atas untuk menghidrasi sel stratum korneum (stratum corneum; SC) yang kemudian hilang karena evaporasi atau penguapan. Kadar air di epidermis sangat penting untuk mencegah keringnya kulit dan menjaga plastisitas. Stratum korneum adalah membran aktif, dideskripsikan sebagai model batu bata dan semen, dimana hilangnya lipid interselular, membentuk bilayer akan berakibat pada kerusakan formasi penghalang air (water barrier) dan menyebabkan kulit menjadi kering.



14



Ada 4 proses utama adalam pembentukan stratum korneum dan fungsinya; korneosit, lipid, faktor pelembab alami atau Natural Moisturizing Factor (NMF) dan deskuamasi. Korneosit adalah penghalang fisik stratum korneum yang berkontribusi pada elastisitas ketika terhidrasi. Lipid bilayer dari stratum korneum bertindak sebagai penghalang kelembaban dan menghalangi masuknya banyak bahan kimia namun tetap adalah jalan masuk untuk bahan topikal. NMF pada korneosit adalah campuran molekul higroskopis yang menjaga dan mempertahankan hidrasi dari korneosit. Kandungan dari NMF adalah asam amino yang berasal dari protein keratinosit filagrin, garam termasuk laktat, urea dan elektrolit. Produksi NMF berhubungan langsung dengan kelembaban eksternal. Pada deskuamasi, korneodesmosom terdegradasi oleh agen hidrolitik water-dependent yang bekerja kurang efisien di stratum korneum dengan tingkat kelembaban rendah. Gejala kulit kering muncul ketika korneosit terakumulasi di permukaan kulit (ketika stratum korneum memiliki kadar air kurang dari 10%) dan kelihangan kontinuitasnya. Fungsi dari pelembab di sini adalah meningkatkan perbaikan dari penghalang kulit, menjaga integritas dan penampilan kulit dengan bertindak sebagai humektan, emolien dan oklusif, masing-masing dengan cara kerjanya sendiri. Pelembab meningkatkan hidrasi dari kulit dan meningkatkan kadar air pada stratum korneum dengan secara langsung menyediakan air untuk kulit dan meningkatkan oklusi untuk mengurangi TEWL. Pelembab juga berfungsi menutupi celah kulit yang kecil, memberikan lapisan pelindung yang menenangkan dan menjaga kulit dari gesekan. Selain itu, pemakaian pelembab juga menghaluskan permukaan kulit dengan mengisi ruang-ruang antar kulit yang mengalami deskuamasi sebagian dan mengembalikan kemampuan lipid bilayer untuk menyerap, mempertahankan dan mendistribusikan kembali air. Mekanik dari kulit berubah dengan meningkatnya hidrasi yang memfasilitasi degradasi dari korneodesmosom dan mencegah akumulasi korneosit. Sehingga dapat dikonklusikan bahwa produk perawatan kulit tidak hanya tetap aktif di permukaan kulit namun juga terpenetrasi dan mempengaruhi struktur kulit dan fungsinya.9



15



2.2.4 Sediaan Moisturizers Tabel 4. Sediaan Moisturizers1



2.2.5 Komposisi Tambahan Moisturizers 1. Substansi botanika: 



Aloe vera: kurang terdapat bukti yang mendukung peran Aloe vera sebagai pelembab, namun Aloe vera memiliki peran dalam penyembuhan ulkus kulit dan luka bakar karena aloe vera memiliki efek anti inflamasi, antibakteri, dan vasodilator.







Allantoin: merupakan derivat sintetis yang diketahui sebagai alumunium dihidroksi alantoinat. Alantoin telah di pasarkan karena berperan dalam melembabkan dan juga keratolisis. Namun kurang terdapat penelitian yang mendukung.







Avena sativa: mandi dengan oatmeal (avena sativa) untuk menenangkan ruam ruam telah dipraktekan oleh para perawat sejak beberapa dekade yang lalu dan sangat meringankan pasien.







Bioflavinoid atau polifenol derivat dari tumbuhan telah diajukan sebagai antioksidan topikal. Namun seberapa jauh bioflavinoid dapat berguna dalam meredakan stress oksidatif pada kulit belum dibuktikan.



2. Antioksidan: merupakan agen yang menghambat oksidasi dari bahan-bahan dengan bereaksi dengan radikal bebas dan memblok reaksi rantai. Antioksidan yang tipikal



16



adalah tokoferol (vitamin E), butil hidroksi toluen, dan alkil galat. Agen pengurang, seperti asam askorbat, juga dapat bertindak dengan bereaksi dengan radikal bebas serta mengoksidasi lebih mudah daripada bahan-bahan yang dimaksud untuk dilindungi. 3. Agen chelating: asam sitrat, tartaric acid ethylenediaminetetraacetic acid, dan garamnya, memiliki aktivitas antioksidan yang terbatas, namun dapat meningkatkan efikasi antioksidan dengan bereaksi dengan ion metal berat. 4. Vitamin: Ada klaim yang buruk tentang peremajaan kulit dengan penambahan Vitamin seperti A, C, dan E. Namun, penetrasi mereka melalui kulit diragukan. Vitamin tersebut seharusnya dalam bentuk larut air sehingga dapat diserap perkutan karena itu, suplementasi oral/parenteral lebih dipilih dibandingkan aplikasi topikal. 5. Agen pewangi dan pewarna: ditambahkan lebih karena meningkatkan kesan kosmetik dibanding untuk pelembab. Bisa bervariasi dari asam sinamat, sinamat, mentol, resin benzoin, dll. Zat pewarna memberikan rona halus dan efek optik lainnya yang dapat diterima lebih banyak. banyak meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan dermatitis iritan. 6. Pengawet: Zat pengawet dimaksud untuk menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme yang secara tidak sengaja diperkenalkan saat pembuatan atau penggunaan. 7. Agen pengemulsi: kecenderungan alami pada semua minyak dan air untuk berpisah pada fase yang berbeda dibatalkan dengan penambahan zat pengemulsi, yang kebanyakan adalah detergen. Zat pengelmusi yang paling umum digunakan adalah Laureth 4 dan 9, ethylene glycol monostearate, octoxinols, dan nonoxinol. Dispersi Lisosom adalah teknik yang lebih baru yang mengantarkan bahan aktif ke epidermis untuk memperkuat daya. 8. Sunscreen: Mereka telah menemukan tempat yang nyaman sebagai bahan penting dalam banyak pelembab yang berfungsi ganda, misalnya, mengisi kembali krim. Kayu manis, titanium dioksida, dan seng oksida telah menggantikan banyak agen asam paraaminobenzoat yang beracun1 2.2.6 Pemilihan Moisturizers 2.2.6.1 Pemilihan Pelembab menurut Jenis Kulit 1. Krim dan lotion Krim dan lotion adalah emulsi yang mengandung hidrofilik dan bahan hidrofobik. Krim umumnya memiliki viskositas yang lebih tinggi, sementara lotion



17



lebih tipis dengan viskositas rendah, tetapi tidak ada viskositas yang mendefinisikan krim atau lotion. Polimer berdasar akrilik, seperti karbomer yang merupakan polimer polikrilat cross-link, digunakan untuk mengentalkan produk dan mengontrol viskositas. Pengemulsi bisa dalam bentuk oil in water (O/W), atau water in oil (W/O). Lotion memiliki karakteristik tidak terlalu berminyak, dan mudah di oleskan secara merata. Lotion cocok digunakan pada kulit wajah dan badan, dan dengan tipe kulit normal. Sedangkan pelembab dalam bentuk krim memiliki viskositas lebih tinggi disbanding lotion dan lebih sulit untuk di oleskan secara merata. Karena itu pelembab dalam bentuk krim lebih cocok digunakan untuk tipe kulit kering, dan digunakan di kulit wajah, tubuh, kaki dan tangan. 2. Salep Salep merupakan preparat semisolid anhidrosis yang terdiri dari lemak, lilin, minyak nabati dan hewani, dan hidrokarbon. Karena salep tidak terdapat air dalam komposisinya yang dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroba, salep bisa di formulasikan tanpa bahan pengawet atau dengan beban pengawet yang rendah. Pelembab jenis ini lebih ditujukan pada pasien dengan jenis kulit yang sangat kering atau yang memiliki alergi terhadap bahan pengawet. Pelembab jenis ini sangat berminyak dan lengket. Penggunaannya di aplikasikan pada tangan dan kaki, dan pada kulit yang memiliki penyakit gangguan barrier. 3. Serum Serum merupakan formulasi pelembab baru, yaitu produk berbasis minyak atau air yang diaplikasikan pada kulit yang baru di bersihkan. Serum memiliki sifat pelembab yang minimal, dan digunakan untuk mengaplikasi zat aktif ke kulit di bawah penggunaan pelembab. Serum memiliki karakteristik memiliki lapisan yang minimal, cepat menguap, dan tidak berminyak. Serum biasanya digunakan pada wajah. Tabel 5 Pemilihan pelembab berdasarkan tipe kulit dan lokasi11 Kategori pelembab Lotion



Karakteristik formula Lapisan lebih tipis,



Kecocokan tipe Karakteristik unik kulit Wajah dan badan; Lebih tidak



emulsi O/W



kulit normal



berminyak; lebih mudah dioleskan secara merata



18



Krim



Lapisan lebih tebal,



Wajah, badan, kaki



Viskositas lebih



emulsi O/W



dan tangan; kulit



tinggi disbanding



kering



lotion; lebih sulit di oleskan merata



Salep



Lapisan paling tebal,



Tangan dan kaki;



Berminyak, lengket;



tidak mengandung



penyakit kulit



berdasar petrolatum,



air



dengan gangguan



lanolin, dimetikon



barrier Pasta



Salep dicampur



Area popok



Lengket, berminyak,



dengan bubuk dan



menahan



tidak mengandung



pengeluaran air;



air



berdasarkan seng oksida, dan petrolatum



Gel



Tebal hingga di



Wajah, rambut



Meninggalkan



oleskan di kulit,



lapisan yang tidak



kemudian dapat



berminyak;



mengalir



berdasarkan polimer akrilik, gums dan penebal selulosa



Serum



Bubuk



Cairan tipis untuk



Wajah



Lapisan minial,



mengantar bahan



cepat menguap, tidak



kosmetik ke kulit



berminyak



Campuran bahan



Daerah



Menyerap air;



padat partikel kecil



intertriginosa; bubuk



berdasarkan talc,



kaki, bubuk popok



silikat dan karbohidrat.



Suspensi



Cairan bening



Kulit berminyak,



Cairan berbubuk;



dengan partikel yang



area intertriginosa



berdasar karbomer,



terlihat Stick



Digoreskan ke kulit untuk meninggalkan



klay bentonit Bibir



Meleleh pada suhu tubuh menjadi lapisan; berdasar



19



lapisan yang tidak



paraffin, candelilla



mengandung air



dan lilin karnauba



Lapisan droplet;



Aerosol



Kulit yang berambut



Tidak efisien



membutuhkan



Diskontinuitas



kaleng, propelan,



aplikasi lapisan.



dan pipa semprot



2.2.6.2 Pemilihan Pelembab berdasarkan Lokasi 1. Wajah Pelembab wajah didominasi oleh pemasaran pelembab dengan formulasi O/W. Formulasi O/W dapat diidentifikasikan dengan karakteristik mereka yang terasa dingin dan tidak mengkilat, sedangkan emulsi W/O terasa hangat dan mengkilat. Produk untuk kulit yang berminyak biasanya tidak mengandung minyak yang terdiri dari air dan dimetikon yang nonkomedogenik dan hipoalergenik. Produk yang dirancang untuk kulit normal atau kombinasi secara predominan mengandung air, minyak mineral/nabati atau dimetikon, dan glikol propilen dengan petrolatum yang sangat sedikit. Pelembab untuk kulit kering mengandung air, minyak mineral/nabati, glikol propilen dan petrolatum. 2. Badan Pelembab tubuh memiliki berbagai bentuk preparat, termasuk lotion, krim, mousse dan salep. Lotion merupakan formulasi yang paling sering digunakan. Body lotion biasanya emulsi O/W dan mengandung 10-15% minyak, 5-10% humektan, dan 75-85% air. Secara lebih spesifik, body lotion mengandung air, minyak mineral/nabati, propylene glycol, asam stearat dan petrolatum. Kebanyakan body lotion juga mengadung pengemulsi seperti stearate triethanolamine, yang juga merupakan surfaktan. Humektan seperti gliserin atau sorbitol juga bisa digunakan. Bahan-bahan tambahan lainnya seperti vitamin A, D, dan E, dan zat penenang seperti Aloe vera dan allantoin. 3. Tangan dan Kaki Krim tangan adalah emulsi O/W dengan 15%-40% minyak, 5-15% humektan, dan 45%-80% air. Penambahan turunan silikon dapat membuat krim tangan tahan air melalui 4-6 kali pencucian. Kebanyakan krim tangan berdasar petrolatum, gliserin, lilin, dan dimetikon. (2018 Draelos)



20



2.2.7 Cara Pemakaian Moisturizers Pemilihan pelembab untuk wajah merupakan hal yang sulit dan biasanya harus dilakukan beberapa kali percobaan untuk menemukan yang tepat. Waktu dan cara yang tepat dalam menggunakan pelembab adalah kunci untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Minyak oklusif lebih umum digunakan pada kulit yang lembab selain humektan. Setelah mandi dan mengeringkan tubuh dengan handuk, kulit sebaiknya diberi pelembab. Tuangkan pelembab di kedua telapak tangan lalu ratakan, setelah itu oleskan ringan secara perlahan di kulit searah dengan arah tumbuhnya folikel rambut untuk mencegah efek samping seperti folikulitis minyak karena gosokkan/olesan yang kuat.1 Sedangkan untuk bahan aktif lainnya, manfaat pelembab bergantung pada dosisnya, di mana kepatuhan pemakaian merupakan kunci utamanya. Memperkirakan jumlah yang tepat untuk dioleskan ke kulit bukanlah hal yang mudah sehingga untuk membandingkan efektivitas pelembab yang satu dengan yang lainnya cenderung sulit yang akhirnya dapat menyebabkan keraguan tentang kepatuhan penggunaan pelembab. Selain itu, persebaran pelembab tergantung pada jenis pelembab yang digunakan. Salep yang kental (dengan beberapa persen air) akan tersebar secara lebih merata sedangkan pelembab dengan kekentalan yang lebih rendah dan dengan bahan yang lebih mudah menguap tersebar kurang merata di kulit. Selain itu, pelembab dalam botol memberikan lebih banyak konsumsi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan konsumsi dalam tabung. Setelah dioleskan ke kulit, pelembab dapat masih tetap berada di permukaan, diserap ke dalam kulit, dimetabolisme atau menghilang dari tubuh melalui penguapan, dan terlepas atau menempel dengan benda lain saat kontak dengan kulit. Hanya 50% krim yang dioleskan ke kulit ditemukan masih tetap menempel di permukaan setelah 8 jam. Perpindahan bahan aktif ke permukaan sekitar lebih mudah pada krim dan salep dibandingkan losio dan larutan obat dalam alkohol. Tergantung pada tingkat keeringnya kulit, jumlah pengolesan dapat bervariasi antara 1 sampai 3 kali sehari, terutama setelah mandi.1



2.2.8 Efek Samping Moisturizers Tabel. 6 Efek samping Moisturizers1 Efek Samping



Kemungkinan Penyebab



Iritasi subyektif



Humektan, seperti asam laktat, urea, PCA; pengawet, contoh : asam benzoate, asam sorbat; protein dalam minyak nabati, urea, asam hidroksil, propylene glycol, pelarut



21



Reaksi iritan



Protein dalam minyak nabati,u= urea, asam hidroksil, propylene glycol, pelarut



Dermatitis Kontak Alergi



Lanolin, propylene glycol, vitamin E, Kathon CG, pengawet, pewangi, sunscreen, produk herbal seperti Aloe vera, minyak chamomile, minyak zaitun, minyak tea tree



Folikulitis oklusif Erupsi fotosensitivitas dan fotomelanosis



Petrolatum, minyak mineral Pewangi,



asam



hidroksil,



pengawet,



sunscreen Jerawat kosmetik



Minyak oklusif yang digunakan preparat W/O



Urtikaria kontak



Pengawet seperti : asam sorbat, pewangi, balsam of peru, propylene glycol



Keracunan pada pasien luka bakar Intoksikasi



propylene glycol Asam salisilat



2.2.10 Moisturizers untuk Berbagai Penyakit 2.2.10.1 Pelembab untuk Dermatitis Atopik Pelembab adalah perawatan kulit dasar paling penting untuk pemulihan dermatitis atopik (AD). Pelembab dapat menembus kulit dan membantu memperbaiki struktur lapisan kulit, oleh karena itu, dianggap sebagai kunci utama untuk perawatan AD, bersamaan dengan menghindari pemicu dan terapi lainnya untuk mengurangi gejala dan peradangan.9 1. Minyak Alami Minyak alami banyak digunakan sebagai bahan pelembab untuk mengobati dan mencegah penyakit kulit, seperti AD. Rasio asam oleat (AO) terhadap asam linoleat (AL) dalam minyak alami menentukan fungsinya dalam melembabkan kulit dan melindungi efek pada kulit. Konsentrasi AL yang tinggi dapat mempercepat perbaikan dan pengembangan sawar kulit, meningkatkan hidrasi kulit, dan menurunkan keparahan dermatitis atopik. Minyak safir, minyak biji bunga matahari, dan minyak biji buckthorn adalah minyak alami dengan rasio AL/AO tertinggi. Namun, minyak zaitun, yang memiliki rasio AL/AO yang relatif rendah, dapat secara signifikan memperburuk sawar kulit dengan mengganggu struktur lipid stratum korneum dan homeostasis.9 2. Humektan



22



Humektan seperti urea 10% telah terbukti mengurangi TEWL pada pasien atopik. Urea juga mengurangi iritasi kulit akibat paparan sodium lauryl sulfate pada kulit atopik dan normal.9 3. Ceramides Ceramides mengembalikan fungsi permeabilitas dan sawar air kulit. Studi terbaru menunjukkan bahwa kadar ceramide kulit yang rendah adalah faktor etiologi utama pada penyakit kulit, seperti pada dermatitis atopik.9 2.2.10.2 Pelembab untuk Dermatitis Seboroik Tujuan utama terapi dermatitis seboroik (DS) adalah untuk meringankan tanda-tanda dan gejala terkait DS, terutama pruritus. Pilihan pengobatan yang tersedia termasuk kortikosteroid topikal (TCS), agen antijamur topikal, inhibitor kalsineurin topikal, dan yang terbaru, krim "device" nonsteroid.9 Krim “device” nonsteroid topikal (NSTD) adalah krim berbasis air, bebas pewangi, digunakan untuk terapi gejala DS, seperti gatal, eritema, scaling, dan nyeri. Krim NTSD disarankan untuk dioleskan pada daerah yang terkena 2 sampai 3 kali sehari. Bahan-bahan yang berkontribusi termasuk biocide piroctone olamine, beberapa antioksidan (misalnya, telmesteine, tocopheryl acetate, ascorbyl tetraiso-palmitate), beberapa agen pengkondisi kulit (misalnya, etilheksil palmitat, bisabolol, shea butter, Vitis vinifera), dan alglycera, terdiri dari allantoin dan asam glycyrrhetinic, yang juga memiliki efek anti inflamasi.9 Untuk mengobati DS ringan-sedang, berbagai pilihan pengobatan nonsteroid, termasuk ketoconazole 2%, ciclopirox 1%, pimecrolimus 1%, atau krim NSTD dapat diterapkan dua kali sehari. Untuk gejala ringan, biasanya dapat sembuh dalam 1 hingga 4 minggu. Dalam kasus sedang hingga berat, TCS dapat diberikan sekali atau dua kali sehari selama 1 hingga 2 minggu, dalam kombinasi dengan agen nonsteroid.9 Setelah gejala membaik, biasanya dalam beberapa hari pertama atau kedua, TCS dapat dihentikan sekaligus atau dikurangi sedikit-sedikit dalam 1 hingga 2 minggu. Agen nonsteroid harus tetap dilanjutkan selama setidaknya beberapa minggu untuk mencegah kekambuhan.9 2.2.10.3 Pelembab untuk Dermatitis Kontak Lesi dermatitis kontak (DK) biasa diobati dengan TCS potensi sedang-tinggi. Pada area kulit yang lebih tipis, TCS dengan potensi lebih rendah sangat membantu untuk meminimalkan efek samping.9 Pencegahan utama DK melibatkan penghindaran iritasi dan paparan alergen. Kulit harus dijaga agar tetap bersih, kering, dan dilembabkan sebaik mungkin.9 23



Emolien adalah langkah pencegahan sekunder yang baik untuk menghindari paparan terus menerus. Penggunaan pelembab secara sering memberikan perlindungan dan memperkuat fungsi sawar kulit. Pelembab yang kaya minyak, sangat disarankan untuk digunakan secara rutin pada semua pasien DK. Ketika penggunaan pelembab secara rutin sulit dilakukan, penggunaan emolien dalam semalam dapat memberikan manfaat yang sama.9 2.2.10.4 Pelembab untuk Dermatitis Numularis Perawatan ditujukan untuk rehidrasi kulit, perbaikan sawar minyak epidermis, dan mengontrol peradangan/infeksi. Perubahan kebiasaan membersihkan badan harus disarankan di mana sabun hanya diterapkan pada ketiak dan lipat paha. Mandi tanpa sabun dengan suhu air seperti suhu ruangan atau dingin, ditambah pelembab atau obat kulit topikal pada kulit lembab dapat mengurangi rasa gatal dan merehidrasi kulit. Penggunaan obat pada kulit yang lembab menghasilkan penembusan bahan/zat yang lebih efektif dan penyembuhan yang lebih cepat. Regimen terapi "basahi-dan-olesi" terdiri dari basahi kulit selama 20 menit diikuti dengan pengolesan salep TCS atau petrolatum pada kulit yang dibasahi tersebut.9 Perawatan efektif lainnya yakni dengan pembungkus basah, dengan cara meredam kulit dengan air hangat selama 10 menit diikuti dengan penggunaan petrolatum atau salep TCS dan oklusi 1 jam. Oklusi disini dapat menggunakan bungkus plastik untuk area kecil. Pemberian petrolatum dapat diulang 5-6 kali sehari sementara penggunaan TCS harus dipantau dengan hati-hati untuk menghindari efek samping pada penggunaan yang berlebihan.9



24



BAB III PENUTUP Kulit merupakan organ terbesar yang ada di tubuh manusia. Seringkali masalah yang ada pada kulit bukanlah hal yang mengancam nyawa namun cukup mengganggu nilai estetika seseorang. Berdasarkan kosmetika, kulit dibagi menjadi 3 tipe yaitu normal, kering, dan berminyak. Setiap tipe tersebut memiliki tingkat kelembapan kulit yang berbeda-beda. Menjaga kelembapan kulit merupakan hal yang sepatutnya kita semua sadari sejak dini. Dengan adanya pelembab atau yang biasa kita kenal sebagai moisturizer, menjaga kelembapan kulit bukan lagi menjadi hal yang sulit. Pelembab kulit sendiri dibagi menjadi berbagai macam sediaan, baik dalam bentuk gel, krim, salep, dan lain-lain. Selain itu, tiap pelembab juga dapat berisi zat-zat aktif yang memiliki fungsi yang berbeda-beda, di antaranya adalah emolien yang mengisi celah kulit dan melembutkan kulit, humektan yang menarik air dari lingkungan dan lapisan dalam kulit, dan oklusif yang membentuk sawar/penghalang di kulit untuk mencegah pengingkatan TEWL. Penggunaan pelembab diharapkan sesuai dengan kebutuhan dan tipe kulit yang dimiliki. Mengunakan pelembab juga dapat dikatakan masalah cocok-cocokan. Penggunaan pelembab yang salah atau berlebihan dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti iritasi, intoksikasi, atau bahkan jika tidak cocok, dapat terjadi reaksi alergi yang justru memperburuk efek kosmetika yang diinginkan. Sebelum memilih dan menggunakan pelembab untuk kulit kita, akan lebih baik jika kita mengetahui terlebih dahulu tipe kulit apa yang kita miliki.



25



DAFTAR PUSTAKA



1. Sethi A, Kaur T, Malhotra SK, Gambhir ML. Moisturizers: the slippery road. Indian J Dermatology 2016;61:279-87. 2. Rawlings A, Matts P. Stratum corneum moisturization at the molecular level: an update in relation to the dry skin cycle. Dermatology Foundation. 2005;124:1099-110. 3. McGrath J, Uitto J. The filaggrin story: novel insights into skin barrier function and disease. 2007;14:20-6. 4. Sakuma T, Maibach H. Oily skin: an overview. Skin Pharmacology and Physiology. 2012;25:227-35. 5. Kang S, Amagai M, Bruckner A, Enk A, Margolis D, McMichael A, et al. Cosmetic Dermatology. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edition 9th. New York: Mc Graw Hill; 2012. p. 3803-19. 6. Boediardja SA. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 7. In: Indriatmi W, Handoko R. Anatomi dan Faal Kulit. Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2016. p. 3-7. 7. Youn S. Sebum secretion, skin type and pH. Research Gate. 2014;41:299-303. 8. Youn S. Cosmetic Facial Skin Type. Springer International Publishing Switzerland. 2015;1:1-6. 9. Purnamawati, S., Satria, B., Indrastuti, N., Danarti, R. and Saefudin, T. The Role of Moisturizers in Addressing Various Kinds of Dermatitis: A Review. Clinical Medicine & Research. 2017;15:75-87. 10. Downie, J.Understanding Moisturizers and their Clinical Benefits. Pediatric Skin Care. 2010;1:19-22. 11. Draelos Z. The science behind skin care: Moisturizers. Journal of Cosmetic Dermatology. 2018;17(2):138-144.



26