Remedial - Menganalisis Unsur Kebahasaan Teks Sejarah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Menganalisis Unsur Kebahasaan Teks Cerita Sejarah Nama :     



Dwiky Sumarlin Ervin Sanju Saputra Rezkyansah Ilham Permana Salman Shalahuddin



Kelas : XII MIPA 4



Tabel Novel “Mangir” hal. 49 N0 1.



KAIDAH BAHASA Bahasa kias/Ungkapan/Majas



2.



Konjungsi Urutan Waktu



3.



Kata Kerja material              



KUTIPAN TEKS 



“Ampuni patik, membangunkan paduka pada malam buta begini Kabar duka, Paduka.(Majas Personifikasi)  Setiap batu berukir telah dijatuhi hukum buang kelaut! Tinggal hanya pengumumannya.”(Majas Personifikasi)  “Dia hendak cekik semua pernahat dan semua dewa di kahyangan.(Majas Hiperbola)  Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati membunuh abangnya sendiri,  Kemudian diperkuat oleh sikapnya yang polos terhadap peristiwa pakuan.  Tiba – tiba suaranya turun mengiba – iba: “Apa lagi artinya pengabdian? Aku pergi! Jangan dicari. Tak perlu dicari”  Balentara Demak dibawah Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa diduga-duga, menyalahi aturan perang.”  Dan Patragading berjalan mendekat dengan lututnya sambil mengangkat sembah, merebahkan diri pada sang patih  “Ampuni patik, membangunkan paduka pada buta begini Kabar duka, Paduka.  Diangkatnya tangga dan dengannya melangkahi pagar papan kayu.  Mula-mula pertikaian berkisar pada Kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati membunuh abangnya sendiri,  “semua bangunan batu diatas wilayah Kota, gapura, arca, pagoda, kuil, candi, akan dibongkar.  Ia lari keluar ruangan, langsung menuju ke pelataran depan



 



Tak perlu dicari!” Meraung Disambar petirlah dia!” Boris Meraung, seakan batubatu ittu bagian dari dirinya sendiri.  Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati membunuh abangnya sendiri 4.



Kata kerja mental



    



“Belantara Demak dibawah Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa diduga – duga, menyalahi aturan perang” “Begitulah kata warta.” Pada meneruskan dengan hatihati matanya tertuju pada Boris. “Tewas enggan menyerah Paduka.” Mengapa Sultan tak juga menyatakan sikap menentang portugis yang sudah mulai melakukan perdagangan ke Jawa? Para musafir yang tak dapat menahan hati lagi telah bermusyawarah dan membentuk utusan untuk menghadap Sultan.



5.



Kata kerja kalimat tidak langsung







6.



Penggunaan dialog



 “Dingin-dingin begini anakanda datang. Pasti ada sesuatu keluarbiasaan. Mendekat sini, anakanda.” Dan Patragading mendekat dengan lututnya sambil mengangkat sembah, merebahkan diri pada kaki Sang Patih.



Mengapa sultan tak menyatakan sikap tentang usaha Portugis  yang sudah mulai melakukan perdagangan ke Jawa? Sikap itu semakin ditunggu semakin datang.



 “Ampuni Patik, membangunkan paduka pada malam buta begini kabar duka, paduka, Balatentara Demak di bawah Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa diduga-duga, menyalahi aturan perang,”  “Allah Dewa Batara!” sahut Sang Patih. “itu bukan aturan raja-raja! Itu aturan brandal!”    “Balentara Tuban tak sempat dikerahkan, Paduka.”    “Bagaimana Bupati Jepara?” “ Tewas enggan menyerah Paduka,”Patragading mengangkat sembah.”Sisa balatentara Tuban mundur ke timur kota. Jepara penuh dengan balatentara Demak. Lebih dari tiga ribu orang.”  “Begitulah kata warta,” Pada meneruskan dengan hati-hati matanya tertuju pada Boris. “Semua bangunanbatu atas wilayah Kota, gapura, arca, pagoda, kuil, candi, akan dibongkar. Setiap batu berukir telah dijatuhi hukum buang ke laut! Tinggal hanya pengumumannya.”  “Disambar petirlah dia!” Boris meraung, seakan batu-batu



itu bagian dari dirinya sendiri.” Dia hendak cekik semua pernahat dan semua dewa di kahyangan. Dikutuk dia oleh Batara Kala!” Tiba-tiba suarannya turun mengiba-iba.” Apalagi artinya pengabdian? Aku pergi! Jangan dicari. Tak perlu dicari!” Meraung.



7.



Penggunaan kata sifat



 Ia lari keluar ruangan, langsung menuju ke pelataran depan. Diiangkatnya tangga dan dengannya melangkahi pagar papan kayu. Dari balik pagar orang berseruseru,”Lari dari asrama! Lari!”  Layarnya yang terbuat dari pilihan kapas dan benang sutra, mengilat seperti emas, kuning dan menyialaukan.  “Dingin – dingin begini anakanda datang. Pasti ada sesuatu keluarbiasaan. Mendekat sini, anakanda”  “Tewas enggan menyerah paduka,” Patra mengangkat sembah.  Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati membunuh abangnya sendiri, kemudian diperkuat oleh sikapnya yang polos terhadap peristiwa Pakuan