Resensi Janur Kuning [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS RESUME FILM JANUR KUNING



Dosen Pengampu: Kolonel Kes. Dr. IDK Kerta Widana, S.K.M., M.KKK., CIQnR., CIQaR. Disusun Oleh: Bondan Prakoso



(NIM 120200301005)



untuk Memenuhi Sebagian Tugas pada Kuliah Umum



PROGRAM STUDI MANAJEMEN BENCANA FAKULTAS KEAMANAN NASIONAL UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA JAKARTA 2020



Berikut disajikan resume film Janur Kuning. Film Janur Kuning di buat untuk mengenang mereka yang telah tiada semasa perjuangan merebut kembali kemerdekaan Republik Indonesia, tetapi pada akhirnya bertujuan untuk mengultuskan Soeharto. Film Perjuangan yang saat ini sudah sangat susah sekali untuk di temui di TV. Jenderal Sudirman (Deddy Soetomo) meski dalam kondisi sakit dan ditandu, ia masih memimpin perang gerilya. Jenderal Sudirman meragukan perjalanannya ke Yogyakarta karena khawatir perjanjian Roem Royen akan sama dengan perjanjian-perjanjian sebelumnya, Linggarjati dan Renville. Namun, Letnan Suharto (Kaharuddin Syah) meyakinkan Jenderal Sudirman untuk memasuki kota Yogyakarta karena Belanda telah kalah perang. Apalagi Presiden dan wakil presiden telah kembali ke Yogyakarta hanya tinggal TNI yang belum kembali ke Yogyakarta. Kalau Jenderal Sudirman menolak kembali Ke Yogyakarta, maka pemerintahan akan timpang dan tidak berjalan. Akhirnya, Jenderal Sudirman luluh dan mau dibawa ke Yogyakarta dengan ditandu. Dalam upacara ketika memeriksa barisan prajurit TNI, Jenderal Sudirman menghampiri seorang prajurit gagah berani benama Komarudin. Komarudin meminta maaf pada Jenderal Sudirman karena ia pernah melakukan kesalahan dalam menghitung hari. Namun, sebagai seorang prajurit yang gagah berani, ia dianggap tidak bersalah oleh Jenderal Sudirman. Dalam pidatonya Jenderal sudirman menekankan kalau kita adalah cinta damai namun lebih cinta kemerdekaan dari Belanda yang telah membuat persatuan dan kesatuan Indonesia bercerai berai. Jenderal Sudirman tidak tidak mengerti mengapa Belanda membatalkan perjanjian Renville. Sementara Jenderal Sudirman kalau boleh memilih ia akan mati di medan perang di bandingkan ia harus mati di tempat tidur. Istri Suharto, Siti Hartinah yang sedang hamil tua memiliki perasaan yang tidak enak. Ia menanyakan apakah latihan perangnya jadi atau tidak. Namun, Suharto meyakinkan kalau perasaan itu adalah bawaan bayi. Sementara itu, rakyat Yogyakarta di kejutkan dengan suara raungan kapal terbang di atas langit Yogyakarta, termasuk juga dengan Sri Sultan Hamengku Buwono dan Suharto yang dibuat kaget. Pada awalnya penduduk mengira kalau itu adalah latihan perang, tetapi



Suharto



segera



tanggap



dan



meminta



istrinya



untuk



menyiapkan



perlengkapan. Suharto segera mencari tahu apa yang terjadi. Akhirnya, ia mengambil kesimpulan kalau Belanda ingin merebut lapangan terbang Maguwo.



2



Suharto memerintahkan untuk menyiarkan melalui RRI Yogyakarta dengan poin-poin sebagai berikut : Kita telah di serang, pada tanggal 19 Desember 1948 Angkatan Perang Belanda menyerang Kota Yogyakarta dan lapangan terbang Maguwov (lebih di kenal dengan Agresi Militer Belanda II, tetapi versi Belanda menyebutnya Politionelle Actie II), Angkatan Perang Belanda telah membatalkan persetujuan gencatan senjata dan terakhir Semua angkatan perang menjalankan rencana yang telah diadakan u ntuk menghadapi serangan Belanda. Suharto pun berharap agar Pasukan Siliwangi turut berjuang untuk mempertahankan ibukota Republik Indonesia ini. (Yogyakarta kala itu sebagai ibu kota RI). Namun, sayang sekali Pasukan Siliwangi telah ditarik kembali ke Jawa Barat. Akhirnya terjawab sudah oleh Suharto, perasaan tidak enak yang di alami oleh istrinya adalah karena Ibukota akan diserang. Akhirnya Istri Suharto disuruh untuk mengungsi. Sementara itu, Jenderal Sudirman disinyalir sudah keluar dari istana Yogyakarta. Suharto menyuruh anak buahnya untuk membakar markas setelah dokumen-dokumen penting telah ia singkirkan. Baku tembak antara pasukan TNI dengan Belanda pun terjadi. Belanda bergerak memasuki ibu kota. Demi perjuangan, maka Jenderal Sudirman untuk sementara waktu di suruh menyingkir dari Yogyakarta, sedangkan Suharto mencoba memberi perlawanan terhadap Belanda. Jenderal Sudirman tidak mengira kalau Belanda menyerang dari Maguwo. Akhirnya, demi perjuangan, Jenderal Sudirman pun menyingkir dari Yogyakarta. Rakyat pun dibuat kalang kabut akibat pendudukan Belanda di Yogyakarta. Sementara dari pihak Indonesia jatuh banyak korban dari para pejuang. Pos pertolongan pun terpaksa didirikan di pinggiran kota karena khawatir Belanda akan segera memasuki kota. Hal yang menonjol, Indonesia memiliki prajurit yang gagah berani bernama Komarudin. Ia menantang Belanda dengan dadanya. Belanda berhasil menduduki kota Yogyakarta. Untuk mengamankan jika terjadi keadaan yang darurat, Presiden Sukarno memberi kekuasaan kepada menteri kemakmuran untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI di Sumatera Barat jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat di Ibu kota. Oleh sebab itu, pemerintahan akan dipindahkan ke Sumatera Barat. Akibat pendudukan Belanda, rakyat menjadi susah dibuatnya, orang-orang yang dicurigai sebagai TNI ditangkap, sedangkan Suharto dan anak buahnya terus melanjutkan perang gerilya. Dengan menyamar sebagai petani, Suharto dan anak buahnya dengan berjalan kaki menyingkir dari kota Yogyakarta melalui hutan-hutan sambil memberikan perintah setiap singgah di 3



komandan perang di sektor yang dilewati. Suharto juga menyiapkan strategi untuk membuat serangan balasan terhadap Belanda. Pasukan Belanda semakin bertindak sewenang-wenang terhadap warga pribumi yang tidak tahu apa-apa. Penduduk yang dianggap ekstremis ditangkap. Dalam pelariannya, pasukan yang dipimpin Suharto berhadapan dengan prajurit Belanda. Dalam baku tembak yang terjadi dengan Belanda, Suharto diisukan mati tertembak sehingga membuat kemarahan prajuritnya. Namun, isu tersebut tidak berlangsung lama karena Suharto akhirnya muncul di tengah-tengah mereka. Sementara itu, Belanda terus berusaha memecah belah penduduk dengan membuat kekacauan. Belanda dibantu oleh pengkhianat-pengkhianat bangsa melakukan kegiatan yang meresahkan masyarakat. Sementara itu, Suharto menyiapkan serangan balasan kepada pihak Belanda. Untuk menandai serangan yang kedua, maka tanda yang akan di gunakan adalah Janur Kuning. Suharto menerima surat dari istrinya yang mengabarkan bahwa ia akan segera melahirkan. Pada saat demikian, sebenarnya ia ingin ditemani oleh suaminya, Suharto. Namun, mengingat tugas Suharto yang berat, maka ia pun mengerti



dan



mendukung



perjuangan



Suharto.



Untuk



menyusun



strategi



penyerangan, Suharto mengkoordinasikan rencana penyerangan secara matang. Rencana penyerangan akan dilakukan pada 1 Maret 1949. Untuk menyemangati perjuangan rakyat, Suharto memberikan keyakinan kalau Indonesia masih mampu. Suharto ingin menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia masih memiliki angkatan perang yang tangguh. Untuk memberi tanda pada serangan nanti, maka Suharto menyuruh untuk memakai tanda janur kuning yang dikalungkan. Dengan bantuan oleh elemen masyarakat dan TNI yang bersatu , maka Serangan umum 1 Maret 1949 pun terjadi. Pertempuran sengit pun terjadi. Pasukan Belanda yang di pimpin oleh Kolonel van Langen mundur. Pasukan Indonesia terus maju dan memukul jantung pertahanan Belanda. Akhirnya, pertempuran selama 6 Jam di Yogyakarta membuahkan hasil bagi Indonesia. Yogyakarta kembali di kuasai oleh RI. Ulasan Dalam penelitian sejarah terbaru, isiaitif serangan umum adalah Sultan HB IX bukan Soeharto karena Soeharto hanyalah komandan pelaksana saja.



Di sinilah letak



kesalahan skenario berdasarkan fakta sejarah. Oleh karena Soeharto pada saat itu (1979) sengaja membuat proyek film ini dalam rangka menciptakan mitos, kultus 4



individu bahwa Soehartolah pemeran utama Serangan Umum dan otomatis menjadi pahlawan utama dalam revolusi Indonesia. Saat pemutaran tahun 1980-an, mayoritas rakyat Indonesia di bawah rezim orde baru percaya dengan skenario film ini, termasuk para guru, anak sekolah dan orang awam lainnya karena masih hidup di bawah tekanan orde baru di mana hanya ada TVRI yang notabene corong pemerintah orde baru. Jadi, letak kekuaranga film ini adalah terlalu banyak menonjolkan jasa dan peranan Soehato, sedangkan peranan Sultan HB IX tampak tidak begitu jelas dan samar samar dan adegan Sultan HB IX hanya tampil beberapa kali jauh sekali dengan adegan Soeharto. Tampak jelas bahwa film Janur Kuning ini adalah film pesanan Soeharto. Film Janur kuning dibuat tahun 1979, para pemain utama adalah Kaharuddin Syah sebagai Soehato, Deddy Sutomo sebagai Jenderal Sudirman dan pemeran utama tambahan lainnya Dicky Zulkarnaen, Dian Anggraeni, Nunik Gunadi, Sentot HS, Pong harjatmo, Any Kusuma. Sementara itu,Sutradara oleh Alam Rengga Surawijaya, produser oleh Wiranata Kusuma, perusahaan pemroduksi PT. Metro 77 Film. Fim ini sebagai besar beradegan perang terjadi di sekitar hotel tugu jalan Mangkubumi, Jalan Malioboro, Gedung Agung, kantor pos sampai dengan keraton. Saat itu itu belum banyak toko toko modern apalgi mall, para pedagang kaki lima pun masih sedikit. Hal ini memudahkan koreografer dan sutradara film menciptakan suasana kota yang mirip tahun 1949. Mungkin jika film ini dibuat tahun 2014 sekarang ini, maka akan sangat sulit dan mahal dalam menciptakan properti dan suasana kota ala tahun 1949 karena dengan jumlah komunitas perdagangan dan kemajuan kota yang sangat berbeda dibandingkan tahun 1949. Film ini menurut zaman saat itu adalah yang termahal, yakni berkisar 350 sampai dengan 375 juta. Terutama untuk pengadaan properi, kostum figuran yang junmlahnya 8000 orang pemain figuran. Bahkan, pembuatan film ini sempat berhenti sekitar setahun karena kekurangan biaya. Bisa kita bayangkan betapa repot dan mahalnya menciptakan suasana adegan perang dalam satu kota dengan berbaga aksesori dan properti ala tahun 1949. Adegan perang, properti, aksesori dan suasana yang ditampilakan sangat realistis mirip suasana tahun 1949. Meskipun tahun 1979 sudah ada suasana pertokoan dan gedung modern di kawasan tengah kota Yogyakarta, tetapi dalam filkm ini mampu ditutupi atau dihilangkan. Inilah salah satu yang membuat mahal 5



ongkos produksi film. Pakaian tentara, senjata, rumah rumah, peralatan lainya termasuk mampu membayar pemain asing (orang Barat) sebagai pemeran jenderal Belanda dan tentara Belanda yang jumlahnya banyak bukan seperti film kacangan yang hanya menampilkan pemain terbatas. Film kategori film kolosal yang menggunakan pemain ribuan. Jadi, dari aspek sinematografi film ini sangat berkualitas terbukti mampu mendapat penghargaan FFI tahun 1980. Inilah kelebihan film janur kuning jika dilihat dari aspek sinematografi. Tangkapan Layar Film Persembahan di awal film.



6



Jenderal Soedirman yang ditandu saat gerilya.



Jenderal Soedirman didampingi Suharto



7



Siaran RRI dengan teks dari Suharto



Pertempuran antara tentara Indonesia dengan tentara Belanda



8



Tentara Belanda menguasai Yogyakarta



Rakyat yang ditawan tentara Belanda



9



Tentara Indonesia dan rakyat bersatu bertempur melawan Agresi Belanda



Tentara Belanda



10



Pasukan Janur Kuning yang berusaha merebur Yogyakarta dari Belanda



Suharto memimpin pasukan Janur Kuning



11



Pertempuran di Stasiun Tugu



Tentara Indonesia dan rakyat yang bertempur berhasil menguasai kembali Yogyakarta



12



Sorak-sorai kemenangan



Kekalahan pasukan Belanda



13



Pasukan perdamaian PBB



Pengibaran bendera Merah Putih



14



Sosok Suharto



Para pahlawan yang gugur



15