RESUME MANAJEMEN HATI NURANI Alvio [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME MANAJEMEN HATI NURANI



Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Resume Mata Kuliah Kepemimpinan



Dosen Pengampu : Dra. Dwi Windradini Bp, M.Si.



Disusun Oleh : Alviola Rizqi Haryanti



200910202156



PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER 2021



MANAJEMEN HATI NURANI Manajemen hati nurani diimplementasikan melalui semangat “Melayani” bukan “Dilayani” ,hati nurani menjadi pendorong kuat semangat pemimpin agar melayani komunitasnya tanpa mempersoalkan siapa, dimana, dan mengapa mereka dilayani. Hati nurani akan mengingatkan pemimpin agar bersikap adil, jujur, dan objektif ketika melayani komunitas tanpa memandang jenis kelamin, pendidikan, status sosial, asal usul, ras, suku, agama, ikatan primordial, dan atribut-atribut ekslusif lainnya. Pemimpin yang berhati nurani harus bebas atau steril dari prasangka, tindakan rasis, dan perilaku deskriminatif karena dia adalah milik seluruh komunitas, bukan golongan atau kelompok tertentu. Selain itu falsafah “melayani” bukan “dilayani” mendorong pemimpin untuk tidak menuntut, berbagai fasilitas, kemewahan, atau kemudahan lainnya melampaui kewajaran. Hati nurani merupakan simbol perlawanan terhadap kesewenang-wenangan, keserakahan, ketamakan, kebohongan, dan ketidakadilan. Sejatinya, semangat “melayan” bukan “dilayani” mendorong pemimpin untuk selalu mendahulukan komunitas ketimbang kepentingan dirinya sendiri, maupun keluarganya. Dalam realitas kehidupan sehari-hari betapa banyak kekecewaan, keputusasaan, kemelut, perseteruan, perselisihan, atau pertikaian, terjadi di tengah -tengah komunitas, karena pemimpin mengabaikan falsafah atau kehilangan semangat “melayani”. Demikian halnya, betapa banyak komunitas yang marah, kecewa, jengkel, sedih, prihatin, dan mengeluh menyaksikan sikap dan perilaku hidup sebagian pemimpin yang bermental aristokrat sehingga kehilangan semangat “mendahulukan kepentingan publik. Landasan etis moral “manajemen Hati nurani” merupakan perpaduan antara tindakan rasionalitas



berdasarkan



intelektualitas



dengan



hati



nurani



sebagai



“mahkamah



Pertimbangan”. Perpaduan ini menghasilkan sinergi hebat, karena rasionalitas yang dikendalikan hati nurani mendorong pemimpin bertindak arif dan bijaksana, tidak sekedar menjalankan fungsi manajemen berdasarkan aturan rasional dan formal. Sebaliknya mempertimbangkan rasa keadilan, ketentraman, kemanusiaan, dan aspirasi komunitasnya berdasrkan norma-norma, budaya, adat istiadat, kesetaraan peran, penghormatan terhadap hak-hak dan eksistensi komunitasnya, serta penghormatan terhadap perbedaan. Di dalam kehidupan bermasyarakat, tumpulnya hati nurani menyebabkan relasi antara manusia terjalin dalam atmosfer hidup saling mengeksploitasi demi keuntungan diri sendiri atau keuntungan kelompok sendiri. Terjadinya kasus-kasus perdagangan manusia, pemerasan, perbudakan,



mempekerjakan tenaga kerja dibawah umur, pembayaran upah yang rendah, mengabaikan masa cuti, jam kerja yang tidak sesuai undang-undang adalah bentuk-bentuk lain ekspresi tindakan manusia yang sudah kehilangan kepekaan hati nurani. Dalam spektrum lain, kehilangan hati nurani menyebabkan mudahnya manusia melakukan tindakan perusakan lingkungan, atau mengeksploitasi alam semesta secara membabi buta. Bekerja dengan menerapkan “manajemen hati nurani” mendorong pemimpin memikul tugas dan tanggung jawabnya dengan sungguh-sungguh. Pemimpin yang memiliki hati nurani mengayomi komunitasnya, bukan karena peraturan, surat keputusan, undang-undang, sanksi, sanjungan atau ancaman, tetapi semata-mata karena dorongan dari dalam hatinya yang terdalam. Inilah keistimewaan dan keunggulan pemimpin yang menerapkan falsafah “manajemen hati nurani” dalam memipin komunitas. Ukuran keberhasilan tidak semata-mata ditentukan oleh rasio produktivitas berdasrkan input-output atau kemakmuran berdasrkan barometer pertumbuhan ekonomi yang acap kali tidak merata, tetapi jauh lebih penting adalah



tercipta



kemakmuran,



ketentraman,



kesejahteraan,



keamanan,



kenyamanan,



perikemanusiaan, dan keadilan sosial karena pemimpin memperhatikan, mencintai, dan mengayomi seluruh komunitasnya. Hati nurani mendorong pemimpin memiliki tingkat kepekaan yang mendalam terhadap komunitasnya. Ia akan memandang komunitasnya, sumber daya manusia di dalam organisasi , atau lembaga yang dipimpinya sebagai aset utama yang mesti diperhatikan dan dirawat dengan baik, bukan diekploitasi atau diperlakukan sekehendak hati. Oleh karena itu, pemimpin yang dikendalikan oleh hati nurani tidak akan gegabah, ceroboh atau sembrono membuat keputusan karena menyadari dampak keputusannya berpotensi membuat komunitasnya sengasara, tertekan atau mengalami kesulitan. Pemimpin yang mendengarkan bisikan suara hati nuraninya tidak memerlukan pengawasan, karena kejujuran bukanlah muncul akibat banyaknya peraturan atau ketatnya pengawasan, melainkan dari dalam hati nurani. Oleh karena itu, dapat dipastikan tidaka mungkin pemimpin yang bekerja berdasrkan tuntunan hati nuraninya melakukan korupsi, kolusi, atau tindak penyelewengan lainnya yang merugikan komunitasnya. Efisiensi dan efektivitas yang berperikemanusiaan dan berkeadilan sosial akan menjadi bagian dari sistem kerjanya. Sedangkan kejujuran, ketulusan hati, ketertiban, disiplin yang tinggi, dan kelakukan yang terpuji akan menjadi bagian dari pertanggung jawaban moralnya sebagai pemimpin komunitasnya.



PENTINGNYA HATI NURANI DALAM MANAJEMEN •



Hati adalah perasaan, jiwa, batin, atau tempat untuk menyimpan pengertian. Sedangkan







Nurani berasal dari kata “nur”, yang berarti cahaya.







Jadi, Hati Nurani adalah perasaan, jiwa, batin manusia yang diterangi oleh cahaya , sehingga memancarkan kejujuran.







Pentingnya “Hati Nurani” diterapkan di dalam manajemen atau kepemimpinan adalah karena hati nurani menuntun pemimpin arif dan bijaksana dalam melaksanakan kepemimpinannya.



Manajemen Hati Nurani tidak hanya sekedar seni dan ilmu pengetahuan (art and science) berdasarkan fungsi-fungsi manajemen yang sudah lazim diterapkan di organisasi melainkan hati nurani (conscience). Hati nurani akan menuntun pemimpin agar tidak semata-mata mengandalkan pertimbangan rasionalitas, melainkan juga unsur-unsur batinlah dalam membuat keputusan. Tidak berlebihan mengatakan bahwa hati nurani adalah “mahkamah” yang mengendalikan rasionalitas pemimpin yang cenderung bertindak berdasarkan prinsipprinsip logika sehingga sering kali mengabaikan etis moral dan kepatutan sosial. Pemimpin yang memiliki hati nurani, sebelum membuat keputusan atau kebijakan pasti akan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Memikirkan dan mempertimbangkan dengan saksama sebelum membuat keputusan karena menyadari dampak keputusan terhadap komunitasnya. 2. Memiliki kontrol diri yang kuat, kesadaran, ketabahan, dan emosional yang stabil di dalam memimpin komunitasnya. 3. Melaksanakan kepemimpinannya dengan tertib. 4. Senantiasa tampil terdepan dalam mengatasi kesulitan atau situasi darurat serta memberikan tuntunan dan pengertian kepada komunitasnya agar memahami hal-hal yang benar. 5. Senantiasa bijaksana dalam membuat keputusan. UNSUR-UNSUR MANAJEMEN HATI NURANI



Terdapat lima unsur utama yang menunjang atau mendukung Manajemen Hati Nurani, yakni sebagai berikut : a. H = Hikmat b. E = Empati c. A = aktif d. R = Rendah hati e. T = tanggap Secara harafiah dapat dikatakan bahwa hati nurani adalah sesuatu yang paling rahasia berada di dalam diri manusia. Hati nurani itu menggerakkan akal budi, sehingga seseorang dapat melakukan sesuatu tindakan dan perbuatan secara baik dan masuk akal. Masuk akal dan tidak, semuanya tergantung kita. Sejauh mana kita mendengarkan dengan saksama apa yang dibisikan oleh hati nurani kita. Tentunya suara hati menyerukan dalam diri kita untuk mencintai dan melaksanakan apa yang baik dan menghindari yang jahat. Dapat kita lihat dari contoh kasus berikut ini:



CONTOH KASUS Andi adalah seorang anak yang baik. Pada suatu ketika keluarganya dililit hutang. Andi merasa harus berbuat sesuatu. Akhirnya, ia pun harus pergi ke pasar untuk mencari uang demi melunasi hutang keluarga. Suatu ketika di pasar ia melihat sebuah dompet tergeletak tepat di depannya. Ia pun terdiam. Kira-kira Apakah yang harus di buat oleh Andi? bagaimana ia mampu mengatasi masalahnya? dalam hal ini mengambil dompet tersebut, lalu mengembalikannya atau mengambil dompet itu, lalu pergi membayar hutang keluarganya dan masalah selesai. Dengan merefleksikan kasus di atas, kita di ajak untuk mengecek bagaimana cara kerja dari hati nurani. Pastilah disaat yang mendesak itu, dengan pikiran yang sehat kita akan bertanya: "Apakah hal ini baik atau tidak untuk saya lakukan?". Maka, hati nurani akan memberikan signal dalam diri kita untuk memutuskan. Sudah barang tentu ia memberikan suatu kesaksian tentang kebenaran, sehingga kita dapat memutuskan secara bijaksana. Di lain pihak, ada beberapa orang yang meremehkan bisikan atau getaran-getaran yang keluar dari hati nuraninya. Inilah yang membuat orang, akhirnya merasa menyesal dan gagal dalam memutuskan sesuatu secara bijaksana. Salah satu faktornya adalah orang terkadang merasa tidak peduli getaran-getaran yang keluar dari hati nuraninya, sehingga ia menekan cara kerja dari hati nuraninya. Ini juga berkaitan dengan kondisi batin yang tidak tenang dan tidak sabar dalam memutuskan. Akhirnya akan berakibat fatal bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Untuk mendengarkan secara saksama akan setiap bisikan dan getaran-getaran yang keluar dari hati nurani kita, perlunya sikap untuk tunduk dan dengan penuh kerendahan hati. Dengan demikian, orang dapat melalui jalan yang benar. Sehingga martabatnya sebagai manusia dapat diakui. Sebab martabat pribadi manusia sangat merindukan hati nurani yang menilai secara tepat dan akurat, karena dampaknya besar dalam kehidupan manusia secara konkrit. Dari khasus diatas sama seperti yang terjadi di organisasi, yaitu ketika masing-masih individu yang pada dasarnya seorang pemimpin bagi dirinya sendiri harus bersikap jujur dan hati nuraninya tidak terhasut dengan rayuan lainnya. Seperti contohnya para penjabatpenjabat saat melakukan pekerjaan harus amanah, jujur dan teliti, dan apabila melakukan kesalahan akan berakibat fatal seperti korupsi yang nantinya para pelaku korupsi akan masuk penjara,



Refrensi : https://www.coursehero.com/file/71385930/4-KEPEMIMPINAN-HATI-NURANIpdf/ http://rahmipramadani.blogspot.com/2014/11/realitas-manajemen-hati-nurani.html https://www.kompasiana.com/eliasdengah/5de798a2097f36641e02b002/hati-nuranimemutuskan-secara-baik-dan-benar