Ringkasan BAB 7 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

A. Peran Strategis Alokasi Biaya Tujuan pertama dan yang terpenting membutuhkan metode alokasi biaya yang cukup akurat untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen yang efektif mengenai produk dan departemen. Metode alokasi biaya juga harus mematuhi standart-standart pelaporan keuangan FASB dan Internal Revenue Service. Tujuan kedua adalah memotivasi manajer, yang berarti bahwa, agar dapat efektif, alokasi biaya harus memberikan imbal jasa kepada manajer departemen atas penurunan biaya yang harus memberikan imbal jasa kepada manajer departemen atas penurunan biaya yang diharapkan. Isu motivasi utamanya adalah apakah manajer dapat mengendalikan biaya yang dialokasikan. Tujuan ketiga adalah menyediakan intensif untuk pengembalian keputusan, yang akan dicapai ketika alokasi biaya menyediakan insentif yang efektif untuk setiap manajer yang bertindak secara otonom dengan cara yang konsisten dengan tujuan manajemen puncak. Tujuan keempat adalah kewajaran, yang tercapai ketika alokasi biayanya jelas, objektif, dan diaplikasikan secara konsisten. Dasar alokasi biaya yang paling objektif hanya ada ketika hubungan sebab-akibat dapat ditentukan.



B. Isu Etika dalam Alokasi Biaya Sejumlah isu etika merupakan hal yang penting dalam alokasi biaya. 1. Isu etika muncul ketika biaya dialokasikan ke produk atau jasa yang dihasilkan baik untuk pasar yang penuh kompetisi maupun badan publik atau departemen pemerintah. 2. Dalam mengimplementasikan metode alokasi biaya adalah isu ekuitas atau kewajaran yang muncul ketika unit pemerintahan mengganti biaya institusi swasta atau ketika unit pemerintahan memberikan pelayanan kepada publik dengan uang pembayaran. 3. Pengaruh dari metode alokasi yang dipilih terhadap biaya produk yang dijual ke atau dibeli dari anak perusahaan di luar negeri.



C. Alokasi Biaya ke Departemen Jasa dan Departemen Produksi Pendekatan departemen merupakan perbaikan dari pendekatan berdasarkan volume satu tahapan karena memperhitungkan perbedaan biaya yang terjadi pada berbagai departemen dan perbedaan konsumsi sumber daya departemen dengan produk, dengan demikian menyebabkan biaya produk yang lebih akurat. Pendekatan berdasarkan aktivitas, yang dijelaskan pada bab 5, mengikuti pendekatan dua tahap seperti pendekatan departemen, dengan perbedaan bahwa pendekatan itu membebankan biaya pada tingkat yang jauh lebih terperinci yaitu aktivitas operasi selain departemen. Karena tingkat



perincian yang lebih besar, pendekatan berdasarkan aktivitas menangkap penggunaan sumber daya yang lebih akurat dengan berbagai produk, dan oleh karena itu menyediakan biaya produk yang lebih akurat. Karena adanya tingkat keakuratan yang meningkat, pendekatan berdasarkan aktivitas pada umumnya lebih disukai. Akan tetapi berdasarkan aktivitas tidak disukai dalam seluruh situasi, seperti di mana perusahaan memiliki produk dan proses yang homogen. Kemudian pendekatan departemen lebih disukai karena lebih sederhana, murah, dan menghasilkan hasil-hasil yang dapat dibandingkan dengan pendekatan berdasarkan aktivitas. Pendekatan departemen mengakui bahwa operasi produksi secara umum mencakup dua jenis departemen operasi, departemen produksi dan departemen jasa. Pendekatan departemen memiliki tiga tahapan, yaitu: 1. Tahap Pertama: Menelusuri Biaya Langsung dan Mengalokasikan Biaya Tidak Langsung ke Departemen



Tahap pertama pada pendekatan alokasi departemen adalah menelusuri biaya produksi langsung dan mengalokasikan biaya produksi tidak langsung pada pabrik ke setiap departemen jasa dan departemen produksi. Untuk alokasi tahap pertama, lihat informasi Beary Company berikut:



Departemen jasa 1



$ 5.850



Departemen jasa 2



8.250



Departemen produksi 1



24.750



Departemen produksi 2



27.150



Total



$66.000



Departemen



Departemen Departemen Departemen Jasa 1 jasa 2 Produksi 1 Jumlah jam 1.800 1.200 3.600 tenaga kerja Jumlah jam 320 160 160 mesin Biaya $ 1.600 $ 5.500 $ 5.500 langsung



Total Produksi 2 5.400



Total Jam 12.000



1.600



3.200



$ 15.500



Jumlah



$ 36.000



Tenaga kerja tidak langsung Bahan baku tidak langsung



Tidak dapat ditelusuri



25.000



Tidak dapat ditelusuri



5.000



Beary memproduksi dua produk serta memiliki dua departemen produksi dan dua departemen jasa. Biaya langsung sebesar $36.000 dapat ditelusuri ke setiap departemen, dan biaya tidak langsung sebesar $30.000 (biaya tenaga kerja sebesar $25.000 dan biaya bahan baku sebesar $5.000) bersifat umum bagi seluruh departemen tetapi tidak dapat ditelusuri langsung ke departemen. Beary menggunakan jumlah jam tenaga kerja langsung ke departemen. Beary menggunakan jumlah jam tenaga kerja untuk mengalokasikan biaya tenaga kerja tidak langsung dan jumlah jam mesin untuk mengalokasikan biaya bahan baku tidak langsung. Alokasi tahap pertama akan ditunjukkan sebagai berikut: Seluruh Departemen Dasar Alokasi Dep. Jasa 1 Dep. Jasa 2 Dep. Dep. Total Departemen Produksi 1 Produksi 2 Jumlah jam tenaga 1.800 1.200 3.600 5.400 12.000 kerja langsung Persentase 15% 10% 30% 45% 100% Jumlah jam kerja 320 160 1.120 1.600 3.200 mesin Persentase 10% 5% 35% 50% 100% Tahap Pertama: Menelusuri Biaya Langsung & Mengalokasikan BTKL ke seluruh Departemen Biaya Langsung $1.600 $5.500 $15.500 $13.400 $36.000 Mengalokasikan BTKL ke departemen: Tenaga kerja tak 3.750 2.500 7.500 11.250 25.000 langsung = 15% x $25.000 = 10% x $25.000 =30%x$25.000 =45%x$25.000 Bahan baku tidak 500 250 1.750 2.500 5.000 langsung =10% x = 5% x $5.000 =35%x$5.000 =50%x$5.000 $5.000 Total untuk seluruh $5.850 $8.250 $24.750 $27.150 $66.000 departemen Total biaya langsung sebesar $36.000 dapat di telusuri ke empat departemen, dan biaya overhead dialokasikan menggunakan jumlah jam tenaga kerja (untuk tenaga kerja tidak langsung) dan jumlah jam mesin (untuk bahan baku tidak langsung). Tampilan tersebut menyajikan dasar alokasi untuk penggunaan jumlah jam tenaga kerja dan jumlah jam mesin sebagai persentase dari total penggunaan. Biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar $25.000 dialokasikan ke empat departemen menggunakan dasar alokasi jumlah jam tenaga kerja. Contohnya, jumlah biaya tenaga kerja tidak



langsung yang dialokasikan ke departemen jasa 1 sebesar $3.750 (bagian total biaya tenaga kerja tidak langsung pada departemen 1, atau 15% x $25.000). alokasi biaya tenaga kerja tidak langsung ke departemen lainnya dilakukan dengan cara yang sama. Demikian pula, biaya bahan baku tidak langsung sebesar $5.000 dialokasikan ke empat departemen menggunakan jumlah jam mesin. Jumlah biaya bahan baku tidak langsung yang dialokasikan ke departemen jasa 1 sebesar $500 (10% x $5.000). total biaya langsung dan biaya tidak langsung yang dialokasikan sebesar $66.000. 1. Tahap Kedua dan ketiga: Alokasi



Tahap kedua yaitu mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi. Tahap ini adalah tahap alokasi yang paling kompleks karena jasa dapat mengalir bolak-balik antar departemen jasa. Tahap ini sering kali disebut juga arus timbal-balik (reciprocal flows). Misalnya, asumsikan bahwa 40% dari 1.800 jumlah jam tenaga kerja departemen jasa 1 (720 jam) digunakan untuk melayani departemen jasa 2. Dapat kita lihat kedua arus bolak-balik untuk Beary Company pada tampilan berikut: Ke Dari:



Departemen Departeme Jasa 1 n Jasa 2 40%



Departemen Departemen Produksi 1 Produksi 2 30% 30%



Departemen Jasa 1 Departemen 10% 30% 60% Jasa 2 Persentase hubungan jasa pada umumnya ditentukan dengan mengacu pada jumlah jam tenaga kerja, jumlah unit yang diproses atau beberapa dasar alokasi lainnya yang paling baik mencerminkan jasa yang disediakan bagi departemen tersebut. Pada Beary Company, persentase arus jasa untuk setiap departemen jasa ditentukan menurut jumlah jam tenaga kerja yang digunakan untuk jasa yang disediakan bagi departemen jasa lainnya dan departemen produksi. Departemen jasa pertama Beary Company menggunakan 40% waktunya untuk melayani departemen jasa 2 dan 30% waktunya untuk melayani kedua departemen produksi. Departemen jasa 2 melayani departemen jasa 1 sebesar 10% dari waktunya, departemen produksi pertama sebesar 30% dari waktunya, dan departemen produksi kedua sebesar 60% dari waktunya. Akuntan menggunakan tiga metode umum untuk mengalokasikan biaya dengan dua tahap; a. Metode Langsung



Metode Langsung (direct method) merupakan metode yang paling sederhana dari ketiga metode alokasi biaya per departemen karena mengabaikan arus timbal balik.



Alokasi biaya diselesaikan dengan menggunakan arus jasa hanya ke departemen produksi dan menentukan bagian dari jasa tersebut untuk setiap departemen produksi. b. Metode Bertahap Metode bertahap dalam mengalokasikan biaya departemen jasa adalah metode bertahap (step method), disebut demikian karena metode tersebut menggunakan serangkaian tahap dalam mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi. Pada tahap pertama, satu departemen jasa dipilih untuk dialokasikan seluruhnya, yaitu ke departemen jasa lainnya maupun ke setiap departemen produksi. Departemen yang akan dialokasikan seluruhnya biasanya dipilih karena departemen tersebut memberikan jasa terbanyak ke departemen jasa lainnya. Pada Beary Company departemen jasa 1 memberikan jasa lebih banyak (40%) dan dialokasikan pertama kali. Departemen jasa 2 hanya dialokasikan ke departemen produksi, dengan cara yang sama seperti metode langsung. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa metode bertahap dapat menyediakan alokasi yang lebih akurat karena salah satu dari arus timbal balik antara kedua departemen jasa (salah satu arus pada tahap pertama) diperhitungkan dalam alokasi tersebut, tidak seperti metode langsung yang mengabaikan seluruh arus timbal balik.



c. Metode Timbal-Balik Metode Timbal-balik (reciprocal method) merupakan metode yang paling dipilih dari ketiga metode yang ada, karena tidak seperti metode lainnya, metode tersebut memperhitungkan seluruh arus timbal-balik antar departemen jasa. Metode ini diselesaikan dengan menggunakan persamaan simultan: arus timbal-balik secara simultan yang ditentukan pada suatu sistem persamaan. Persamaan pada setiap departemen jasa menunjukkan biaya yang akan dialokasikan. Terdiri dari biaya alokasi tahap pertama ditambah alokasi biaya dari departemen lain. Pada beary company, persamaan pada departemen jasa 1 adalah sebagai berikut,



menggunakan simbol S1 untuk menunjukkan biaya departemen jasa 1 dan S2 untuk menunjukkan biaya departemen jasa 2.



D. Penerapan Manajemen Biaya 1. Isu-isu Implementasi a. Pengaruh Disinsentif yang Muncul Ketika Dasar Alokasi yang Ditetapkan Tidak Berkaitan dengan Penggunaan Menentukan dasar alokasi yang tepat dan jumlah persentase jasa yang disediakan oleh departemen jasa sering kali merupakan suatu hal yang sulit. Contohnya, penggunaan jumlah jam tenaga kerja dapat menjadi tidak tepat pada pabrik yang terotomatisasi di mana tenaga kerja merupakan sebagian kecil dari total biaya. Demikian pula, luas ruangan dalam kaki persegi dapat menjadi tidak tepat untuk mengalokasikan biaya tertentu ketika banyak terdapat ruangan yang kosong. Lebih lanjut, penggunaan luas ruangan dalam kaki persegi dapat memunculkan konsekuensi motivasi yang tidak diinginkan. b. Pengaruh Disinsentif yang Muncul Ketika Dasar Alokasi Ditetapkan Berdasarkan Penggunaan Aktual Apabila dasar alokasi biaya ditentukan dari penggunaan aktual, disinsentif dapat muncul karena penggunaan sumber daya satu departemen akan memengaruhi alokasi biaya ke departemen lainnya. c. Alokasi Berganda Alokasi berganda (dual allocation) memisahkan biaya tetap dengan biaya variabel serta menelusuri biaya variabel ke departemen berdasarkan penggunaan aktual; biaya tetap dialokasikan berdasarkan tanggungan yang sama antar departemen atau proporsi anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. d. Pengaruh Disinsentif yang Muncul Ketika Alokasi Biaya Melebihi Biaya Pembelian dari Luar Keterbatasan lain dari metode alokasi tiga departemen adalah bahwa metode tersebut dapat mengalokasikan biaya ke suatu departemen yang lebih tinggi daripada biaya jasa yang dapat dibeli departemen tersebut dari pemasok luar. Haruskah departemen tersebut membayar jasa dari pihak internal lebih tinggi daripada harga yang ditawarkan oleh pemasok luar? Untuk memotivasi manajer agar lebih efisien dan mengambil keputusan yang tepat, alokasinya harus didasarkan pada biaya seolah olah setiap departemen memperoleh jasa dari luar perusahaan.



E. Alokasi Biaya pada Industri Jasa Konsep yang disajikan pada bab ini sama-sama dapat diterapkan dengan baik pada perusahaan manufaktur, jasa, atau organisasi nirlaba yang memikul biaya gabungan. Contohnya, institusi keuangan seperti bank komersial juga menggunakan alokasi biaya. Alokasi biaya dimulai dengan mengidentifikasi departemen mana yang langsung, mendukung kedua jenis pinjaman, yaitu departemen operasi dan departemen pemasaran. Departemen operasi menangani pemrosesan pengajuan penyimpanan dokumen yang tepat, penagihan, serta pemeliharaan rekening untuk pinjaman komersial dan perumahan. Departemen pemasaran menyediakan periklanan langsung, promosi, dan pelayanan pelanggan bagi kedua jenis pinjaman. Departemen lainnya mendukung departemen operasi dan departemen pemasaran. Dua departemen pendukung yang penting adalah departemen jasa administrasi dan departemen akuntansi. Departemen jasa administrasi menyediakan dukungan bidang hukum dan teknis. Departemen akuntansi menyediakan jasa keuangan, mencatat laporan keuangan secara teratur dan pemeliharaan data pelanggan. Departemen administrasi dan departemen akuntansi saling menyediakan jasa serta bagi departemen operasi dan departemen pemasaran. Setiap departemen memiliki biaya tenaga kerja dan biaya perlengkapan tertentu dapat ditelusuri secara langsung ke setiap departemen. Selain itu, departemen sumber daya manusia dan departemen jasa komputer CGB menyediakan jasa bagi empat departemen. Pada contoh ini, sumber daya manusia dan jasa komputer diasumsikan menjadi bagian dari serangkaian aktivitas jasa yang lebih luas yang disediakan oleh CGB kepada seluruh unit bisnisnya; unit pinjaman dengan agunan hanya menjadi satu-satunya aktivitas jasa ini.



F. Perhitungan Biaya Produk Gabungan Banyak pabrik manufaktur yang menghasilkan lebih dari satu produk dari proses produksi gabungan. Contohnya, industri minyak memroses minyak mentah menjadi berbagai produk bensin, nafta, kerosin, minyak tanah, dan minyak berat hasil sisa. Demikian pula, industri semikonduktor memproses lempengan silikon menjadi berbagai chip memori komputer dengan kecepatan, toleransi suhu udara, dan usia yang berbeda-beda. Daging sapi dan kulit binatang merupakan produk-produk yang berkaitan dengan proses pengemasan daging; tidak satu pun dari produk-produk ini yang dapat diproduksi tanpa memproduksi produk lain. produk yang nilai total penjualannya lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai jual produk gabungan diklasifikasikan sebagai produk sampingan (by-products). Produk gabungan dan produk sampingan keduanya diproduksi dari bahan mentah yang sama. Sampai dengan suatu titik tertentu pada proses produksi, tidak ada perbedaan yang dapat dibuat antara produk-produk tersebut. Titik dalam proses produksi gabungan di mana setiap produk dapat diidentifikasi untuk pertama kalinya disebut juga titik pisah (split-off point). Setelah itu, proses produksi yang terpisah dapat diaplikasikan pada setiap produk. Pada titik pisah, produk gabungan atau produk sampingan mungkin dapat dijual atau membutuhkan pemrosesan lebih lanjut agar dapat dijual, bergantung pada sifatnya. Biaya gabungan mencakup seluruh biaya produksi yang terjadi sebelum titik pisah (meliputi bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overheadpabrik). Untuk tujuan pelaporan keuangan, biaya-biaya ini dialokasikan di antara produk- produk gabungan. Biaya tambahan



yang terjadi setelah titik pisah yang dapat diidentifikasi langsung ke setiap produk disebut juga biaya pemrosesan tambahan (additional processing cost) atau biaya yang dapat dipisahkan (separable cost). Output lain dari produksi gabungan mencakup bahan sisa, limbah, serta unit- unit rusak dan cacat. Bahan sisa merupakan sisa proses produksi yang memiliki nilai pemulihan yang kecil atau tidak memiliki nilai pemulihan. Limbah, seperti halnya limbah kimia, merupakan bahan baku sisa yang tidak memiliki nilai pemulihan dan harus dibuang oleh perusahaan ketika dibutuhkan. 1. Metode untuk Mengalokasikan Biaya Gabungan ke Produk Gabungan Biaya gabungan paling sering dialokasikan ke produk gabungan dengan menggunakan metode:



a. Metode Ukuran Fisik Metode Ukuran Fisik (Physical Measure Method). Cukup alamiah, menggunakan ukuran fisik seperti pon, galon, yard atau volume unit yang diproduksi pada titik pisah untuk mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan. Tahap pertama adalah memilih ukuran fisik yang tepat sebagai dasar alokasi. Kita dapat menggunakan unit input atau output. Contohnya, jika kita menghitung biaya produk ikan tuna, produksi 100 pon ikan tuna yang dimasukkan ke dalam kaleng dengan berat ¼ pon, maka ukuran inputnya adalah sebesar 100 pon dan ukuran outputnya adalah sebesar 400 kaleng. Jika unit output digunakan, metode ini disebut juga metode biaya rata-rata (average cost method). Keunggulan metode ukuran fisik: 1. Mudah digunakan. 2. Kriteria untuk alokasi biaya gabungan bersifat objektif. Kelemahan metode ukuran fisik : 1. Mengabaikan kapabilitas untuk menghasilkan pendapatan dari setiap produk yang dapat bervariasi di antara produk-produk gabungan dan tidak memiliki hubungan sama sekali dengan ukuran fisik apa pun. 2. Setiap produk dapat memiliki ukuran fisik yang unik (galon untuk satu produk dan pon untuk produk lainnya). b. Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan Metode ini merupakan metode alternatif dan banyak digunakan. Metode nilai jual pada titik pisah (sales value at split-off method) mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan berdasarkan nilai jual relatifnya pada titik pisah. Metode ini hanya dapat digunakan ketika produk gabungan dapat dijual pada titik pisah.



Tahap pertama pada metode ini adalah menghitung total nilai jual dari produk gabungan pada titik pisah. Perlu diingat bahwa nilai jual merupakan harga jual dikalikan dengan jumlah unit produksi, bukan jumlah unit penjualan aktual.



Tahap kedua adalah menentukan proporsi nilai jual setiap produk gabungan terhadap total nilai jual. Tahap terakhir adalah mengalokasikan total biaya gabungan antar produk gabungan berdasar proporsi tersebut. Keunggulan metode nilai jual : 1. Mudah dihitung. 2. Dialokasikan menurut pendapatan dari setiap produk. Metode ini lebih unggul daripada metode ukuran fisik karena mengalokasikan biaya gabungan secara proporsional terhadap kemampuan setiap produk dalam menyerap biaya-biaya ini. Kelemahan metode nilai jual : 1. Harga pasar untuk beberapa industri berubah secara konstan. 2. Harga jual pada titik pisah mungkin tidak tersedia karena pemrosesan tambahan dibutuhkan selama produk tersebut dapat dijual.



c. Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value – NRV) dari suatu produk adalah estimasi nilai jual produk pada titik pisah; yang ditentukan dengan cara mengurangkan biaya pemrosesan tambahan dengan biaya penjualan sesudah titik pisah dari estimasi nilai jual akhir produk. NRV = Nilai jual akhir – Biaya pemrosesan tambahan dan biaya penjualan Metode NRV lebih unggul dibandingkan dengan metode ukuran fisik karena, seperti metode nilai jual pada titik pisah, metode ini memperlihatkan alokasi yang menghasilkan tingkat profitabilitas yang dapat diprediksi dan dibandingkan antar produk. Metode



ukuran fisik dapat memberikan pedoman yang menyesatkan bagi manajemen puncak terkait dengan profitabilitas produk.