SAP 2 - AML - Kelompok 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA” Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Akuntansi Manajemen Lanjutan



DISUSUN OLEH : Kelompok 2 Anita Suryani



(1707612004)



Cintya Purnama Sari



(1707612005)



I Gede Suyadnya



(1707612006)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA BALI 2018



PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA Manajemen biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen yang bertujuan untuk memberikan informasi bagi manajemen agar dapat melakukan pengelolaan biaya perusahaan dengan lebih baik lagi. Salah satu model yang dapat dipakai untuk mengembangkan sistem manajemen biaya ini adalah Activity Based Costing. 1. Biaya Langsung dan Tidak Langsung Tujuan dari Activity Based Costing (ABC) adalah untuk membebankan biaya tidak langsung dengan lebih akurat. Adapun perbedaan antara biaya langsung dengan biaya tidak langsung adalah sebagai berikut: a. Biaya langsung merupakan biaya-biaya yang dapat ditelusuri dengan akurat pada masingmasing obyek biayanya. Obyek biaya adalah “tempat” dimana biaya tersebut akan dibebankan. Obyek biaya dapat berupa produk, pelanggan, departemen, aktivitas, dan sebagainya. Pada pembebanan biaya secara tradisional semua biaya langsung akan dicoba dibebankan pada obyek biayanya, seperti biaya bahan mentah langsung, biaya buruh langsung, maupun biaya overhead (umum, administrasi dan penjualan) langsung yang dapat ditelusuri pada masing-masing produk. b. Biaya tidak langsung merupakan biaya yang dipakai secara bersama-sama untuk keseluruhan produk yang dihasilkan atau dijual perusahaan. Biaya ini dalam sistem akuntansi keuangan perusahaan tidak dicatat secara terpisah per produk, tapi dicatat untuk perusahaan secara keseluruhan. Untuk mengetahui biaya masing-masing produk, maka perusahaan akan melakukan alokasi biaya. Dasar alokasi biaya tidak langsung secara tradisional yang biasanya dipakai perusahaan adalah: - Unit produksi - Unit terjual - Jam buruh langsung - Biaya buruh langsung - Biaya bahan baku langsung - Jam mesin Dalam model pembebanan biaya tradisional, biaya tidak langsung dibebankan melalui dua tahap. Dalam tahap pertama biaya akan dibebankan pada aktivitas, sehingga biaya yang tadinya dikelompokkan berdasarkan akun biaya akan dikonversikan menjadi biaya-biaya aktivitas. Setelah biaya aktivitas diperoleh, barulah biaya tersebut yang akan dibebankan pada produknya. 2. Activity Based Costing



Dalam model ABC, aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu: a. Unit Level Activites, berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. b. Batch Level Activities, berdasarkan jumlah batch aktivitas tersebut. c. Product Level Aktivities, aktivitas yang akan semakin banyak dilakukan apabila perusahaan makin memiliki banyak jenis produk. Contoh dari jenis aktivitas ini adalah aktivitas riset dan pengembangan. Semakin banyak jenis atau variasi produk yang dimiliki perusahaan, maka aktivitas riset dan pengembangannya juga semakin banyak. d. Facility Level Activities adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan, namun tidak terkait langsung dengan produk, misalnya aktivitas pemeliharaan keamanan gedung. 3. Activity Based Costing with Idle Capacity Kelemahan model ABC adalah hanya akan memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan yang akurat saat ini, tetapi tidak dapat dipergunakan untuk melihat dari dampak efisiensi yang dilakukan perusahaan. Hal ini dikarenakan, jika perusahaan menghilangkan aktivitas, maka biaya tetap dari aktivitas tersebut tidak serta merta hilang, melainkan hanya biaya non tetapnya saja yang hilang. Karena itu, model ABC yang dapat dipergunakan untuk efisiensi adalah model ABC yang memisahkan biaya tetap dengan biaya non tetap. Dalam model ABC, pembagian biaya berdasarkan perilakunya dibagi menjadi biaya fleksibel yang berfluktuasi sesuai dengan jumlah aktivitas yang dilakukan perusahaan, dan biaya tetap atau committed costs. Biaya tetap ini merupakan biaya yang dikeluarkan karena komitmen perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu menggunakan sumber daya tertentu dalam suatu aktivitas. Biaya-biaya ini akan tetap muncul walaupun perusahaan sudah dapat menghilangkan aktivitas yang memakai biaya-biaya tersebut. Jika aktivitas dihilangkan, maka biaya-biaya tersebut akan menjadi beban perusahaan dalam bentuk kapasitas menganggur (idle capacity). 4. Time Driven Activity Based Costing Dalam model ABC, maka biaya tetap harus dibebankan berdasarkan kapasitas teoritis (kapasitas maksimal dari penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan) atau kapasitas praktikal (kapasitas teoritis dikurangi waktu tidak produkti dari seseorang atau mesin). Misalkan terdapat 5 orang yang melakukan aktivitas penanganan bahan mentah. Kapasitas praktikal dari aktivitas tersebut selama satu bulan adalah 5 orang x 6 jam x 5 hari x 4 minggu x 60 menit = 36.000 menit. Karena perhitungan kapasitas dilakukan dalam bentuk waktu (time), maka pemicu aktivitas (driver) dari aktivitas penanganan bahan mentah yang tadinya berupa berapa kali pengambilan, harus dikonversikan menjadi waktu pengambilan. Misalkan, waktu pengambilan untuk masing-masing produk adalah 30 menit untuk satu kali pengambilan, maka



waktu pengambilan untuk produk es krim vanilla sebanyak 300 kali pengambilan adalah 9.000 menit, es krim strawberry sebanyak 300 kali pengambilan adalah 9.000 menit, dan es krim durian sebanyak 200 kali pengambilan adalah 6.000 menit, dengan total waktu pengambilan sebanyak 24.000 menit. 5. Kasus John Deere Components Work (A) dan (B) a. Kronologi Kasus Keith Williams dan Nick Vintia, pencetus ABC, berhasil mendemonstrasikan perubahan estimasi biaya dari metode standar ke ABC dari 44 sampel item produk yang telah dieksaminiasi sebelumnya (lihat Exhibit 1). Keduanya juga bereksperimen dengan mengubah ukuran lot dari yang saat ini digunakan pada system MRP di divisi. Secara khusus, ABC model merekomendasikan untuk meningkatkan jumlah lot menjadi dua kali lipat – dengan mengurangi separuh annual run per item produk – untuk mencapai biaya produksi yang optimal (lihat Exhibit 2). Dengan cara ini biaya-biaya yang dapat dihemat adalah proses setup/persiapan, material handling, dan proses urutan produksi.



Studi ketiga menunjukkan pengaruh dari pola pergeseran produk campuran dari pekerjaan produksi yang memakan waktulebih lama kemesin yang berjalan. Tabel pada exhibit 3 menunjukkan beban kerja mesin yang berjalan period kini berdasarkan annual machine hours ACTS untuk tiap item produk. Biaya overhead (yang menggunakan ABC model) dapat dilihat pada bagian bawah table. Tabelpada exhibit 4 menunjukkan asumsi simulasi biaya overhead yang alokasikan pada 1,000 item produk dengan waktu produksi dibawah 100 jam/tahun ACTS pada mesin bebas yang biasa memproduksi item produk setidaknya 500 jam/tahun ACTS. Perubahan ini akan mengurangi sampai dengan 77% jumlah waktu item yang diproses dan jumlah waktu persiapan serta pengurutan proses produksi sampai dengan 60%.



b. Pembahasan Kasus Berikut pertanyaan untuk kasus di atas: 1. What are the strengths and weaknesses of the existing cost systems used at JDCW? 2. What caused this system to fail? What are the symptoms of cost system failure? 3. How were the limitations of the existing cost system overcome by the ABC system? 4. Compare the cost of product (A103) (see Exhibit 9) under the existing cost system and under the ABC approach.



Berikut perhitungan untuk Part A103:  Dengan menggunakan Standard Costing Direct Material Direct Labor $ 12.76 x 0.185 Overhead Direct Labor (0.185 x $ 12.76) x 205% ACT Machine Hours 0.310 x $ 27.56 Total 



$ 6.44 $ 2.36 $ 4.84 $ 8.54 $ 22.18



Dengan menggunakan ABC



Direct Material Direct Labor Overhead Direct Labor Support Machine Operation Machine Setup Production Order Material-Handling Part Administration



$ 6.44 $ 12.76 x 0.185 $ 2.36 (0.185 x $ 12.76) x 111% $ 2.62 0.31 x ($ 8.99 + $ 7.61) $ 5.15 (4.2 x $ 33.76x 2) / ( 8000/100) $ 3.54 (2/8000/100) x $ 114.27 $ 2.86 (2/8000/100x2) x $ 19.42 $ 0.97 0.176 x $ 487 / (8000/100) $ 1.07



General and Administration 9.1% x $ (2.36+ 2.62+5.15+ 3.54+2.86+0.97+1.07) Total



DIRECT COST INDIRECT COST TOTAL COST



$ 2.07 $ 26.7



STANDAR COSTING ACTIVITY-BASED COSTING $ 8.8 (39%) $ 8.8 (27%) $ 13.38 (61%) % 17.9 (73%) $ 22.18 $ 26.7 John Deere Component Works (B)



Model Estimasi Biaya ABC Untuk melakukan perhitungan ABC, dapat dilakukan menggunakan spreadsheet yang penghitungannya terpisah dengan system akunting yang ada. Dalam aplikasinya, model ABC mengkalkulasi biaya bahan baku berdasarkan tipe bahan baku tersebut, misalnya tipe bajanya, ukuran, dan jenis mesin yang digunakan. Termasuk perjalanan pemrosesan material tersebut apakah langsung menuju mesin untuk dikerjakan ataukah harus melalui proses penerimaan, inspeksi dan penyimpanan. Jadi estimasi biaya tidak hanya didasarkan pada harga material dan ukurannya, tetapi juga berdasarkan tahapan proses perlakuan terhadap bahan baku untuk menjadi sebuah produk.



Kegunaan ABC Bidding. Model ABC telah digunakan untuk mengukur biaya part mesin yang akan ditawarkan baik untuk internal JDCW maupun external. Setelah ABC diberlakukan mereka kini lebih percaya diri bahwa mereka telah memiliki harga yang kompetitif. Process Planning. Model ABC juga telah digunakan untuk membandingkan tingkat efesiensi mesin dalam memroses tipe bahan baku/bajaa tau part yang berbeda, tujuannya untuk dapat dengan mudah memutuskan mesin mana yang harus digunakan untuk bahan dengan tipe tertentu. Process Planning. Divisi Gear and Special Product telah mengakselerasi penyesuain terhadap produksi lowvolume, short-running part. Ada sekitar 31% item produk yang memerlukan lebihdari 20 jam direct labor; secara kolektif jumlah item produk ini adalah 97% dari total direct labor hours yang akan tetap diproduksi. Tetapi item produk yang memerlukan waktu kerja dibawah dari 8 jam akan di outsorcingnkan atau akan ditransfer ke bengkel low value-added (LVA) yang didirikan berdekatan dengan area mesin produksi. Cell Arangement. Beberapa mesin dapat diklusterkan bersama untuk memproses pekerjaan produksi high-run produk. Sebagaicontoh, 12 mesin yang berdekatan saat ini didedikasikan untuk mengerjakan hanya 2 jenis produk high-run untuk General Motors. Layout. Model ABC berhasil membantu memudahkan Manager dalam mengarange mesin-mesin untuk mengurangi jarak penanganan bahan baku, barstock staging dibuat lebih efisien, serta packaging dan shiping direlokasi ke area yang berdekatan dengan final operations. Keterbatasan ABC Meskipun sangat bermanfaat, model ABC masih memiliki keterbatasan. Pertama adalah model estimasi ini masih harus dioperasikan pada spreadsheet berbeda yang terpisah dengan sistem akunting serta belum terintegrasi dengan data base dari divisi lain. Kedua model ini baru hanya bisa diaplikasikan pada operasi turning machine.