SAP 8 Akuntansi Biaya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

AKUNTANSI BIAYA BIAYA OVERHEAD PABRIK SAP 8



KELOMPOK 8  Ni Kadek Dwi Aryandari



(1607532086)



 Alif Noer Wahyuni



(1607532092)



 Putu Eka Mas Pratiwi



(1607532094)



Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 2017



BIAYA OVERHEAD PABRIK 1.1



Pengertian dan Karakteristik Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai biaya bahan tidak langsung (penolong), tenaga kerja tidak langsung dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat secara nyata didefinisikan dengan atau dibebankan langsung ke pesanan, produk atau objek biaya lainnya yang spesifik. Tidak seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik merupakan bagian yang tidak terlihat dari produk jadi. Tidak ada bukti permintaan bahan baku atau jam kerja karyawan yang mengidentifikasikan jumlah overhead pabrik yang digunakan oleh suatu pesanan atau produk, tetapi walaupun demikian, biaya overhead pabrik juga merupakan bagian dari biaya produksi suatu produk yang sama pentingnya dengan biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Karakteristik yang kedua dari biaya overhead pabrik berhubungan dengan bagaimana item-item yang berbeda dałam overhead pabrik berubah terhadap perubahan dalam volume produksi. Biaya overhead pabrik dapat bersifat tetap, variabel atau semivariabel. Ketika volume berubah, pola perilaku biaya overhead pabrik yang berbeda menyebabkan biaya produksi per unit berfluktuasi secara signifikan. Akibatnya, beberapa metode diperlukan untuk menstabilitasi jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke unit produksi.



1.2



Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara : 1.2.1 Penggolongan BOP Menurut Jenisnya Biaya overhead pabrik dalam perusahaan manufaktur yang mengolah produknya berdasarkan pesanan dapat digolongkan menjadi enam : a) Biaya bahan penolong b) Biaya tenaga kerja tidak langsung c) Biaya reparasi dan pemeliharaan d) Biaya penyusutan aktiva e) Biaya asuransi f) Biaya listrik dan lain-lain



1



1.2.2 Penggolongan BOP Menurut Perilaku Dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan a) Biaya overhead pabrik tetap Biaya overhead pabrik tetap adalah biaya overhead pabrik yang totalnya tetap konstan dalam kisaran perubahan volume kegiatan b) Biaya overhead pabrik variable Biaya overhead pabrik variabel adalah biaya overhead pabrik yang jumlah totalnya berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan. c) Biaya overhead pabrik semivariabel Biaya overhead pabrik semivariabel adalah biaya overhead pabrik yang jumlah totalnya berubah tidak proporsional dengan perubahan volume kegiatan.



1.2.3 Penggolongan BOP Menurut Perilaku Dalam Hubungannya dengan Departemen a) Biaya overhead pabrik langsung departemen (terjadi di departemen produksi) Biaya overhead pabrik langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang terjadi di suatu departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen tersebut. b) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (terjadi di departemen jasa) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah biaya overhead pabrik yang memberikan manfaat lebih dari satu departemen.



1.3



Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Pembebanan biaya overhead pabrik secara langsung kepada pesanan atau produk tidak dapat dilakukan secara langsung karena hal-hal berikut. Pertama, biaya overhead pabrik mencakup semua jenis biaya produk tidak langsung yang mempunyai sifat sangat bervariasi. Kedua, volume kegiatan produksi dari bulan ke bulan pada perusahaan yang memproduksi barang berdasarkan pesanan relatif tidak stabil. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas maka biaya overhead pabrik dibebankan kepada setiap pesanan atau produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka (pre determined rate). Cara pembebanan ini dimaksudkan agar dapat membebankan biaya overhead pabrik kepada setiap pesanan atau produk secara adil.



2



1.4



Langkah-Langkah Pembebanan Tarif Biaya Overhead Pabrik Langkah-langkah pembebanan tarif biaya overhead pabrik meliputi tiga hal : 1.4.1 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Anggaran biaya overhead pabrik hendaknya disusun berdasarkan pada tingkat volume kegiatan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang, sehingga dapat dengan mudah diketahui jumlah biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel. Demikian juga dapat diketahui jumlah biaya overhead pabrik yang berhubungan dengan biaya bahan, biaya tenaga kerja dan penentuan dasar pembebanan biaya overhead pabrik. 1.4.2 Dasar Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Penentuan tarif biaya overhead pabrik dapat menggunakan dasar pembebanan yang dapat dipilih antara lain : a) Jumlah satuan produk b) Biaya bahan baku c) Biaya tenaga kerja langsung d) Jam tenaga kerja langsung e) Jam mesin Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut : a) Memilih dasar pembebanan yang mempunyai hubungan lebih dekat dengan fungsi biaya overhead pabrik (1) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang berhubungan dengan biaya bahan (material oriented overhead), maka dasar pembebanan yang lebih dekat dengan biaya overhead pabrik adalah biaya bahan baku. (2) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang berhubungan dengan biaya tenaga kerja (labor oriented overhead), maka dasar pembebanan yang lebih dekat dengan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung atau jam tenaga kerja langsung. (3) Apabila biaya overhead pabrik didominasi oleh elemen-elemen biaya yang berhubungan dengan biaya penyelenggaraan fasilitas pabrik (investment oriented overhead), maka dasar pembebanan yang lebih dekat dengan biaya overhead pabrik adalah jam mesin. 3



(4) Apabila biaya overhead pabrik relatif merata pada elemen-elemen biaya yang mempunyai hubungan erat dengan biaya bahan, biaya tenaga kerja atau biaya penyelenggaraan fasilitas pabrik, maka dipilih dasar pembebanan yang paling mudah penggunaannya yaitu jumlah satuan produk. b) Dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang dipilih harus dapat memperkecil biaya dan pekerjaan administrasi. Faktor-faktor Iain yang harus dipertimbangkan di dalam penentuan tarif biaya overhead pabrik ada empat : a) Tingkat aktivitas yang dipakai : (1) Kapasitas teoritis atau kapasitas ideal (2) Kapasitas praktis atau kapasitas realistis (3) Kapasitas normal atau kapasitas jangka panjang (4) Kapasitas yang sesungguhnya diharapkan atau kapasitas jangka pendek b) Dimasukkan atau tidaknya elemen-elemen biaya overhead pabrik tetap dalam menghitung harga pokok produk : (1) Full costing/absorption costing (2) Direct costing/variabel costing c) Penggunaan tarif tunggal atau beberapa tarif : (1) Tarif tunggal (2) Tarif per departemen (3) Tarif untuk setiap pusat biaya (4) Tarif untuk setiap operasi d) Penggunaan tarif sendiri untuk departemen pembantu 1.4.3 Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik Tarif biaya overhead pabrik dinyatakan dengan persentase atau jumlah Rupiah untuk setiap jam kerja langsung, jam mesin, kilogram, satuan produk dan sebagainya. Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar jumlah satuan produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam mesin dan tingkat aktivitas. a) Jumlah Satuan Produk Apabila jumlah satuan produk sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 4



Biaya Overhead Pabrik per satuan =



𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑂𝑃 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖



b) Biaya Bahan Baku Apabila biaya bahan baku sebagai dasar pembebanan, maka tariff biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑥 100% 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛



c) Biaya Tenaga Kerja Langsung Apabila biaya tenaga keria langsung sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑥 100% 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡𝑎𝑛



d) Jam Tenaga Kerja Langsung Apabila jam tenaga kerja langsung sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑗𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔



e) Jam Mesin Apabila jam mesin sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑝𝑎𝑏𝑟𝑖𝑘 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑗𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛



f) Tingkat Aktivitas Dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik, tingkat aktivitas yang dipilih sangat menentukan. Semakin besar aktivitas yang dipilih, semakin rendah tarif biaya overhead tetap, karena biaya overhead tetap akan dibagi dengan tingkat aktivitas (jumlah biaya tenaga kerja langsung yang lebih besar, jam kerja langsung yang lebih besar atau jam mesin dan sebagainya) yang lebih besar. Tingkat



aktivitas



yang



dianggarkan



dapat



didasarkan



pada



kapasitas



sesungguhnya yang diharapkan, kapasitas praktis atau kapasitas normal. Di dalam metode ini akan terjadi perbedaan tarif biaya overhead pabrik antara periode yang satu dengan periode yang lain. Apabila perubahan tarif biaya overhead pabrik cukup besar, maka biaya-biaya akibat kapasitas yang menganggur dikapitalisasi dan termasuk harga pokok barang yang belum terjual. 5



1.5



Kapasitas Normal Kapasitas normal dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Tarif yang ditentukan atas dasar kapasitas normal tidak akan berubah meskipun produk yang sesungguhnya berubah. Dengan menggunakan tarif pembebanan atas dasar kapasitas normal, kemungkinan akan terdapat selisih jika dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya terjadi. Apabila terjadi selisih, lazimnya dikatakan biaya overhead pabrik lebih atau kurang dibebankan (over/underapplied factory overhead).



1.6



Contoh Anggaran Biaya Overhead Pabrik Berikut ini disajikan contoh anggaran biaya overhead pabrik PT MUMU tahun 2015.



PT MUMU Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tahun 2015 (Pada kapasitas normal = 200.000 jam kerja langsung)



Keterangan Gaji Upah tak langsung Upah lembur Perlengkapan Reparasi dan pemeliharaan Listrik Minyak pelumas Air Pajak-pajak Asuransi kesehatan Pensiun Vakasi dan tunjangan hari raya Asuransi tenaga kerja Penyusutan Pajak kekayaan Asuransi kebakaran



Biaya Tetap Rp. 70.000 Rp. 9.000 Rp. Rp. 4.000 Rp. 3.000 Rp. 2.000 Rp. 1.000 Rp. 1.000 Rp. 4.000 Rp. 1.000 Rp. 2.000 Rp. 2.000 Rp. 1.000 Rp. 18.000 Rp. 4.000 Rp. 3000 Rp 125.000



Biaya Variabel Rp. Rp. 66.000 Rp. 9.000 Rp. 19.000 Rp. 9.000 Rp. 18.000 Rp. 5.000 Rp. 1.000 Rp. 18.000 Rp. 4.000 Rp. 13.000 Rp. 10.000 Rp. 3.000 Rp. Rp. Rp. Rp 175.000



Total Rp. 70.000 Rp. 75.000 Rp. 9.000 Rp. 23.000 Rp. 12.000 Rp. 20.000 Rp. 6.000 Rp. 2.000 Rp. 22.000 Rp. 5.000 Rp. 15.000 Rp. 12.000 Rp. 4.000 Rp. 18.000 Rp. 4.000 Rp. 3.000 Rp 300.000



Dengan mengandaikan bahwa jam kerja langsung pada kapasitas normat dipilih sebagai dasar pembebanan yaitu 200.000 jam kerja langsung (jkl), maka tarif pembebanan biaya overhead pabrik untuk tahun 2015 kepada produk dihitung sebagai berikut : 6



Tarif biaya overhead pabrik =



𝑅𝑝 300.000 200.000 𝑗𝑘𝑙



= 𝑅𝑝 1,5 𝑝𝑒𝑟 𝑗𝑘𝑙



Tarif biaya overhead pabrik di atas dapat dipecah menjadi dua yaitu tarif biaya overhead pabrik tetap dan tarif biaya overhead pabrik variabel sebagai berikut : Tarif biaya overhead pabrik tetap =



𝑅𝑝 125.000 200.000 𝑗𝑘𝑙



Tarif biaya overhead pabrik variabel = 1.7



𝑅𝑝 175.000 200.000 𝑗𝑘𝑙



Selisih Antara Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan dan Sesungguhnya Biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan adalah biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk sebagai komponen harga pokok. Misalkan dalam tahun 2015 kapasitas yang sesungguhnya dicapai sebesar 190.000 jam kerja langsung sedangkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi sebesar Rp 292.000. Dari informasi tersebut biaya overhead pabrik yang dibebankan pada tahun 2015 adalah Rp 285.000 yaitu tarif biaya overhead pabrik per jam kerja langsung dikalikan dengan jumlah jam kerja langsung sesungguhnya (190.000 jam kerja langsung @ Rp 1,5). Selisih biaya overhead pabrik yang terjadi pada tahun 2015 adalah sebesar Rp 7.000 (Rp 292.000 - Rp 285.000). Selisih Rp 7.000 ini disebut kurang dibebankan (underapplied factory overhead). Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah sebagai berikut : Dr. Work in process



285.000



Cr. Factory overhead -applied



285.000



Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah sebagai berikut : Dr. Factory overhead-control



292.000



Cr. Various credits



292.000



Jurnal untuk menutup rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah sebagai berikut: Dr. Factory overhead-applied Cr. Factory overhead-contro



285.000 285.000



7



1.8



Analisis Selisih Pada contoh di atas terdapat selisih antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan sebesar Rp 7.000 (kurang dibebankan). Biaya overhead yang kurang dibebankan merupakan selisih tidak menguntungkan (unfavorable). Selisih yang tidak menguntungkan (rugi) ini dapat dianalisis menjadi dua selisih yaitu selisih anggaran (spending variance) dan selisih kapasitas (idle capacity variance). Selisih anggaran adalah perbedaan antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas yang dicapai. Selisih kapasitas terjadi karena dilampauinya atau tidak terpakainya kapasitas yang dianggarkan. Selisih kapasitas adalah perbedaan antara biaya overhead pabrik tetap yang dianggarkan pada kapasitas yang dicapai dengan biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan.



1.9



Akuntansi Selisih Biaya Overhead Pabrik Apabila ada perbedaan antara jumlah biaya overhead pabrik yang sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dan rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan sudah ditutup ke rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya, maka rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya mempunyai saldo (selisih) yang disebut selisih biaya overhead pabrik. Akuntansi selisih biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut : a) Setiap akhir bulan, selisih biaya overhead pabrik dipindahkan dari rekening biaya overhead pabrik yang sesungguhnya ke rekening “Selisih Biaya Overhead Pabrik”. b) Pada akhir tahun, saldo rekening selisih biaya overhead pabrik akan dibebankan atau untuk mengurangi harga pokok penjualan atau dibagi kepada rekening harga pokok penjualan dan rekening-rekening persediaan. (1) Apabila selisih biaya overhead pabrik disebabkan oleh keadaan-keadaan yang tidak berhubungan dengan efisiensi pabrik maka selisih tersebut dibagi rata (relatif) ke dalam rekening-rekening harga pokok penjualan, persediaan barang jadi dan persediaan barang dalam proses. (2) Apabila selisih biaya overhead pabrik disebabkan ketidakefisienan pabrik yaitu aktivitas perusahaan yang melampaui atau di bawah kapasitas yang dianggarkan (normal), maka selisih tersebut dipindahkan dari rekening selisih biaya overhead pabrik ke rekening harga pokok penjualan. Selisih ini tidak dikapitalisasi ke rekening-rekening persediaan.



8



1.10



Overhead Pabrik Departementalisasi Overhead pabrik departementalisasi berarti membagi pabrik menurut bagian-bagian yang disebut departemen atau pusat biaya (cost center) atau kelompok biaya, kemana biaya overhead pabrik akan dibebankan. Tujuan dari departementalisasi ini adalah : a) Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti. b) Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik merupakan tanggungjawab masing-masing departemen. c) Untuk dasar pengambilan keputusan manajemen. Dalam suatu perusahaan, paling tidak memiliki dua departemen yaitu : a) Departemen produksi. Contoh: departemen perakitan, pelapisan, pemotongan, pencampuran dan penggilingan. b) Departemen jasa. Contoh: inspeksi, penerimaan, penyimpanan, keamanan dan pemeliharaan. Berikut ini terdapat beberapa cara mengalokasikan biaya overhead pabrik dari departemen jasa ke departemen produksi : a) Metode langsung (direct method) Departemen produksi :



I



Departemen jasa:



II



A



III



B



b) Metode bertahap (step method/ sequential method) Departemen produksi :



I



Departemen jasa :



II



A



III



B



c) Metode aljabar (simultaneous method/ algebraic method) Departemen produksi :



I



II



III



Departemen jasa : 9



Metode aljabar paling tepat karena mempertimbangkan jasa timbal balik yang disediakan diantara seluruh departemen jasa. Metode langsung dan metode bertahap lebih mudah dihitung dan dipahami dibandingkan metode aljabar. Metode langsung lebih sederhana dalam arti meminimalkan pekerjaan klerikal namun gagal untuk mengukur total biaya untuk setiap departemen jasa. Metode bertahap juga memiliki kekurangan yaitu tidak mengakui total jasa yang disediakan departemen jasa satu sama lain sehingga gagal mengukur total biaya dari departemen jasa padahal informasi total biaya ini dapat berguna dalam perhitungan biaya produk dan pengendalian biaya. Kelebihan metode aljabar adalah menyoroti biaya timbal balik lengkap dari departemen jasa dan bagaimana biaya ini berbeda dari biaya yang dianggarkan atau biaya aktual departemen. Contoh soal : PT MUMU memiliki dua departemen produksi yaitu departemen Pencampuran dan departemen Penyelesaian. Dalam memproduksi barang jadi, departemen produksi dibantu dua departemen jasa yaitu departemen Y dan departemen Z. Data yang berhubungan adalah sebagai berikut :



Departemen Produksi-Pencampuran Produksi-Penyelesaian Jasa-Y Jasa-Z



Anggaran biaya overhead pabrik sebelum alokasi (Rp) 5.000.000 4.000.000 1.000.000 880.000 10.880.000



Jasa-Y



Jasa-Z



50% 40% 10% 100%



40% 40% 20% 100%



Berdasarkan data di atas, tentukanlah total biaya overhead pabrik untuk setiap departemen produksi dengan menggunakan metode langsung, bertahap dan aljabar.



10



Pembahasan : 1. Metode Langsung Distribusi Biaya Overhead Pabrik Departemen Jasa Menggunakan Metode Langsung Departemen Produksi Departemen Jasa Total Pencampuran Penyelesaian Y Z OH sebelum 10.880.000 5.000.000 4.000.000 1.000.000 880.000 Distribusi departemen jasa Distribusi dari : Departemen Y 555.556* 444.444 (1.000.000) Departemen Z 440.000** 440.000 (880.000) Total biaya FOH 10.880.000 5.995.556 4.884.444 -



*50/90 × Rp 1.000.000 untuk departemen pencampuran; 40/90 × Rp 1.000.000 untuk departemen penyelesaian. **40/80 × Rp 880.000 untuk departemen pencampuran; 40/80 × Rp 880.000 untuk departemen penyelesaian. 2. Metode Bertahap Distribusi Biaya Overhead Pabrik Departemen Jasa Menggunakan Metode Bertahap Departemen Produksi Departemen Jasa Total Pencampuran Penyelesaian Y Z OH sebelum 10.880.000 5.000.000 4.000.000 1.000.000 880.000 Distribusi departemen jasa Distribusi dari : Departemen Y 500.000* 400.000 (1.000.000) 100.000 Departemen Z 490.000** 490.000 (980.000) Total biaya 10.880.000 5.990.000 4.890.000 overhead pabrik



*10/100 × Rp 1.000.000 untuk departemen pencampuran; 40/100 × Rp 1.000.000 untuk departemen. Penyelesaian; 100 × Rp 1.000.000 untuk departemen Z. **40/80 × Rp 980.000 untuk departemen produksi pencampuran; 40/80 × Rp 980.000 untuk departemen. Penyelesaian; Rp 880.000 + Rp 100.000 untuk departemen Z. 3. Metode Aljabar/ Simultan Jika:



Y = 1.000.000 + 0,2 Z Z = 880.000 + 0,1 Y 11



Maka : Y Y 0,98 Y Y



= 1.000.000 + 0,2 (880.000 + 0,1 Y) = 1.000.000 + 176.000 + 0,02 Y = 1.176.000 = 1.200.000



Z



= 880.000 + 0,1 x (1.200.000)



Z



= 1.000.000



Distribusi Biaya Overhead Pabrik Departemen Jasa Menggunakan Metode Aljabar Departemen Produksi Departemen Jasa Total Pencampuran Penyelesaian Y Z OH sebelum 10.880.000 5.000.000 4.000.000 1.000.000 880.000 Distribusi departemen jasa Distribusi dari : Departemen Y 600.000* 480.000 (1.200.000) 120.000 Departemen Z 400.000** 400.000 200.000 (1.000.000) Total biaya FOH 10.880.000 6.000.000 4.880.000 -



*50/100 × Rp 1.200.000 untuk departemen pencampuran; 40/100 × Rp 1.200.000 untuk departemen penyelesaian; 10/100 × Rp 1.200.000 untuk departemen Z. * 40/100 × Rp 1.000.000 untuk departemen pencampuran; 40/100 × Rp 1.000.000 untuk departemen penyelesaian; 20/100 × Rp 1.000.000 untuk departemen



12