6 0 135 KB
SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN/PENYULUHAN (DIET HIPERTENSI) Untuk memenuhi Tugas Blok Clinical Study 1
Oleh : Tri Atmi Sindy Andarini 165070201111017 Kelompok 2 Reguler 1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN Keterangan Penyuluhan Nama Penyuluhan/Topik
:Penyuluhan Diet Hipertensi
Pokok Bahasan
: Diet garam dan makanan pantangan untuk pasien
hipertensi Sasaran
:Keluarga Bp. D
Waktu
:1 x pertemuan ( 40 menit )
Pertemuan Ke
:1
Hari/Tanggal
: Selasa, 15 Oktober 2019
Latar belakang Hipertensi merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi dan umum dibicarakan di masyarakat. Penyakit tekanan darah tinggi (Hipertensi) semakin dikenal dengan sebutan “penyakit trend abad globalisasi”. Berdasarkan penelitian, penduduk yang terserang hipertensi cenderung meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup (Way of Life) masyarakat yang cenderung mengarah ke pola hidup negara industri. Insiden hipertensi tinggi dan terus meningkat di masyarakat, selain itu komplikasi akibat penyakit hipertensi dapat berakibat fatal bagi penderita jika tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang adekuat. Oleh karena itu pengetahuan mengenai penyakit hipertensi dan perawatannya dirumah merupakan informasi yang sudah selayaknya diketahui oleh masyarakat (WHO, 2013). Buheli & Usman dalam Sunarto Hadir (2019) Penatalaksanaan Hipertensi dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara farmakologi menggunakan obatobatan dan non farmakologi yakni dengan modifikasi gaya hidup termasuk asupan makanan (Buheli & Usman, 2019). Modifikasi gaya hidup termasuk asupan makanan mempunyai peran penting dalam mempengaruhi tekanan darah. Tingkat pengetahuan yang baik tentang makanan yang mempengaruhi hipertensi
akan
mempermudah
terjadinya
perubahan
perilaku
konsumsi
makanan penderita hipertensi (Purba T.S & Gambir J, 2018). Menurut Notoarmodjo dalam Purba T.S & Gambir J (2018) salah satu faktor penentu terjadinya perubahan prilaku kesehatan adalah faktor predisposisi (predisposing factor) yang didalamnya termasuk pengetahuan. Adanya pengetahuan tentang
Pengaturan diet hipertensi sangat penting untuk diketahui dan dilakukan oleh penderita hipertensi karena dapat memperkecil risiko terjadinya komplikasi dibanding dengan yang tidak melakukan pengaturan diet. Berdasarkan hasil kunjungan rumah Bapak D, ditemukan bahwa Bapak D memiliki riwayat hipertensi selama 5 tahun dan Ibu L memiliki riwayat hipertensi selama 2 tahun. Dari hasil yang didapat, tekanan darah bapak D 150/90 mmHg dan Ibu L 160/90 mmHg. Dari hasil anamnesa keluarga, ibu L menanyatakan bahwa sudah memodifikasi perilaku dengan mengurangi makanan bersantan. Namun, bapak D masih makan-makanan asin, minum kopi, dan merokok. Dari hasil pengkajian yang didapat, keluarga Bapak D sudah mengetahui informasi terkait hipertensi dan pantangan makanan yang sebaiknya dihindari bagi penderita hipertensi, namun penderita sulit untuk mengontrol diet hipertensi tersebut. Dengan hasil data yang didapatkan, bapak D mengalami resiko manejemen kesehatan kelurga dan perilaku kesehatan cenderung beresiko. Penyuluhan yang dilakukan dengan keluarga bapak D bertujuan untuk memberikan informasi dan membantu keluarga bapak D untuk melaksanakan manajemen diet hipertensi yang tepat terhadap penyakit yang sedang dialami oleh bapak D dan ibu L. Tujuan a. Tujuan umum Setelah diberikan penyuluhan kesehatan kepada kelurga bapak D, diharapkan pasien mampu memahami dan menerapkan serta mematuhi makanan yang baik bagi penderita hipertensi. b. Tujuan khusus Setelah diberikan penyuluhan selama ±40 menit diharapkan klien dapat : 1. Klien mampu menjelaskan pengertian hipertensi dengan benar 2. Klien mampu menjelaskan kembali tanda dan gejala hipertensi 3. Klien mampu menyebutkan faktor resiko hipertensi 4. Klien mampu menyebutkan komplikasi hipertensi 5. Klien mampu menjelaskan kembali penatalaksanaan pada hipertensi dengan menyebutkan beberapa makanan yang harus dihindari
Sasaran dan tempat kegiatan Sasaran
: Keluarga Bp. D (44 tahun)
Tempat
: RT 2 RW 6 Kelurahan Buring Kec Kedungkandang Kota Malang
Metode
: Ceramah dan tanya-jawab
Alat yang digunakan
: Booklet
Kegiatan No
Susunan
Kegiatan Pengajar
. 1.
Kegiatan Pendahulua
1. Mengucapkan salam
n
2. ”Assalamualaikum Bapak, Ibu” 3. Memperkenalkan diri 4. Kontrak waktu 40 menit 5. Menjelaskan tujuan pembelajaran hipertensi
Kegiatan Peserta Didik
1. Menjawab salam
Waktu
Media
1 menit
”waalaikumsalam mbak” 2. Mendengarkan dan
1 menit
memperhatikan 3. Menyetujui kontrak waktu yang diajukan 4. Mendengarkan dan
1 menit 2 menit
memperhatikan 2.
Isi
Penjelasan materi hipertensi :
1. Menjelaskan mengenai pengertian hipertensi 2. Menjelaskan faktor resiko hipertensi 3. Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi 4. Menjelaskan komplikasi HT 5. Menjelaskan penanganan Hipertensi 6. Menjelaskan perubahan pola hidup untuk
Klien menyimak
20 menit
Booklet
mencegah hipertensi
Penutupan
7. Memberikan kesempatan bertanya
Bertanya
8. Menjawab pertanyaan
Memperhatikan dan memberikan
1. Mengadakan evaluasi dengan memberikan
pendapat 1. Mendengar dan menjawab
pertanyaan dan memberikan kesempatan klien untuk menjawab 2. Menyimpulkan materi bersama klien
pertanyaan
yang diberikan serta memberi salam penutup
3 menit 5 menit 4 menit
2. Bersama penyuluh menyimpulkan materi 3. Menjawab salam
3. Mengucapkan terimakasih atas waktu dan perhatian
2 menit
1 menit
I.
Evaluasi a. Evaluasi struktur -
SAP sudah disiapkan sebelum penyuluhan
-
Persiapan media/alat Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan yaitu media cetak berupa booklet sudah lengkap dan dapat digunakan sesuai fungsinya.
-
Persiapan Materi Materi disiapkan dalam bentuk booklet digunakan untuk mempermudah penyampaian materi kepada sasaran.
b. Evaluasi proses -
Kegiatan penyuluhan kesehatan pengendalian hipertensi diharapkan dapat berlangsung lancar.
-
Selama penyuluhan dilaksanakan diharapkan terjadi interaksi yang positif antara penyuluh dengan sasaran/peserta, ditandai dengan keaktifan dalam bertanya dan adanya kemauan untuk mendengarkan dengan baik.
-
Sasaran diharapkan memperhatikan dengan baik materi yang diberikan dan tidak meninggalkan ruangan sebelum proses penyuluhan berakhir.
-
Selama proses penyuluhan dapat menggunakan media yang disediakan.
c. Evaluasi hasil -
Diharapkan pada penyuluhan selanjutnya pasien mampu melakukan manejamen diet dengan hasil pemeriksaan tensimeter.
DAFTAR REFERENSI Baradero Mary. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta: EGC. Elsanti, Salma. 2009.Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi & SeranganJantung. Yogyakarta : Araska. Kemenkes.
2015.
Hipertensi:
The
Silent
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/pdf.php?id=15080300001.
Killer Diakses
dalam pada
14
oktober 2019 Nuraini, B. 2015. Risk factors of hypertension. Jurnal Majority, 4(5). Price Sylvia A, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta, Buku Kedokteran EGC Sutomo, B. 2009. Menu sehat penakluk hipertensi. Jakarta: DeMedia
(Lampiran ) A. Pengertian hipertensi Tekanan darah adalah tekanan yang diberikan oleh darah pada dinding pembuluh darah (Baradero, 2008). Penyakit atau gangguan yang berhubungan dengan tekanan darah salah satunya yaitu hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson, 2005). Sepanjang hari tekanan darah akan berubah-ubah sesuai dengan aktifitas tubuh. Aktivitas fisik yang berat dan stres cenderung meningkatkan tekanan darah, sedangkan dalam posisi berbaring atau istirahat tekanan darah akan turun kembali. Kondisi ini merupakan peristiwa normal, namun jika tekanan darah meningkat dengan drastis dan kemudian tetap tinggi, maka orang tersebut dikatakan mengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi. B. Faktor resiko hipertensi Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat dan tidak dapat dikontrol, antara lain: Tidak dapat dirubah:
Umur Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda. wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Peran hormone estrogen adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. hormon estrogen berfungsi untuk melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Keturunan (Genetik) Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan mempunyai peluang sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tingi maka peluang untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.
Dapat dirubah:
Merokok Merokok dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Kebanyakan efek ini berkaitan dengan kandungan nikotin..
Status Gizi Obesitas merupakan faktor risiko munculnya berbagai penyakit penuaan seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus.
Konsumsi Na (Natrium) atau garam Pengaruh asupan garam terhadap terjadinya hipertensi karena dapat meningkatkan volume darah yang memicu terjadinya peningkatan tekanan darah.
Stress Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah yang menetap tinggi.
Aktifitas fisik Pada seseorang dengan kurang gerak, frekuensi denyut jantung menjadi lebih tinggi sehingga memaksa jantung bekerja lebih keras setiap kontraksi.
C. Tanda gejala hipertensi Tanda dan gejala pada hipertensi antara lain: 1. Kadang tidak timbul gejala, timbul gejala setelah terjadi komplikasi ginjal, mata, dan jantung 2. Tekanan darah meningkat 3. Perasaan berdebar-debar 4. Sakit kepala, pusing, tengkuk terasa berat, migren 5. Cepat lelah 6. Pucat, mata berkunang 7. Mual muntah D. Komplikasi Hipertensi Komplikasi hipertensi pada organ antara lain: 1. Otak Menurut Lam Murni dalam Bianti Nuraini (2015) Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang mendarahi otak mengalami hipertropi atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya akan berkurang. Arteriarteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma. Ensefalopati juga dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna atau hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan tersebut menyebabkan peningkatan tekanan kapiler, sehingga mendorong cairan masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut menyebabkan neuron-neuron di sekitarnya kolap dan terjadi koma bahkan kematian. 2. Kardiovaskular Menurut E.J Corwin dalam Bianti Nuraini (2015) Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark. 3. Ginjal Menurut E.J Corwin dalam Bianti Nuraini (2015) Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan membran glomerulus juga akan menyebabkan protein keluar melalui urin sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik. 4. Retinopati Menurut Franklik, dkk dalam Bianti Nuraini (2015) Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita retinopati hipertensif pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir. E. Penatalaksanaan hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obatobatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari 2 sendok teh (6 gr/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan (Kemenkes,2015). Kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan hal penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat selalu dikontrol atau dikendalikan berujung
pada
kematian
disembuhkan
agar tidak terjadi
(Palmer
&
William,
tetapi
harus
komplikasi yang dapat
2007). Namun demikian,
penggunaan obat antihipertensi saja terbukti tidak cukup untuk menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung dengan kepatuhan dalam
menggunakan
obat
antihipertensi
tersebut
(Saepudin dkk,
2011). Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut : 1. Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang. 2. Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita. 3. Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet. 4. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah sebagai berikut: a. Makanan yang segar: sumber hidrat arang, protein nabati dan hewani, sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung serat. b. Makanan yang diolah tanpa atau sedikit menggunakan garam natrium, vetsin, kaldu bubuk. c. Sumber protein hewani: penggunaan daging/ ayam/ ikan paling banyak 100 gram/ hari. Telur ayam/ bebek 1 butir/ hari. d. Susu segar 200 ml/ hari. Cara mengatur diet bagi penderita hipertensi: a. Rasa tawar dapat diperbaiki dengan menambah gula merah, gula pasir, bawang merah, bawang putih, jahe, kencur, salam dan bumbu lain yang tidak mengandung atau sedikit garam Na. b. Bubuhkan garam saat di atas meja makan, gunakan garam beryodium (30 – 80 ppm), tidak lebih dari ½ sendok teh/ hari
c. Dapat menggunakan garam yang mengandung rendah natrium Makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi adalah (Kemenkes, 2015): a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih). b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik dan makanan kering yang asin). c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink). d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang). Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan menurut Budi Sutomo (2008) antara lain: Bahan makanan Sumber karbohidrat
Dianjurkan Beras, kentang, singkong,
Tidak dianjurkan Makanan yan diolah dari
terigu, gula, makanan yang
sumber hidrat arang
diolah dari bahan makanan
dengan penambah garam
tersebut tanpa garam
dapur, baking powder atau
dapur atau soda
soda kue seperti roti, bihun, biskuit, mie, kue
Sumber protein hewani
Sumber protein nabati
sayuran
Daging, ayam dan ikan
kering. Otak, lidah, sardin, daging
maksimal 100 gram sehari,
berlemak, ikan asin,
telur maksimal 1 butir
makanan kalengan, telur
sehari, susu maksimal 200
asin, daging asap, sosis,
gram sehari
dendeng, abon, keju,
Semua kacang-kacangan
korner, dan udang kering Keju, kacang tanah, dan
dan hasilnya yang diolah
semua kacang-kacangan
dan dimasak tanpa garam
yang dimasak dengan
dapur Semua sayuran segar,
garam atau natrium lainnya Sayuran yang dimasak dan
sayuran yang diawetkan
diawetkan dengan garam
tanpa garam dapur
dapur dan ikatan natrium lainnya misalnya sayuran dalam kaleng, sawi asin, dan acar.
Lemak
Minyak goreng, margarin,
Margarin dan mentega
Minuman
dan mentega tanpa garam Teh, jus buah, jus sayuran,
biasa Minuman ringan, cokelat,
air putih
kafein, alkohol
F. Perubahan pola hidup sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi sejak dini Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and T reatment of High Blood Pressure
(JNC) menganjurkan modifikasi gaya hidup dalam mencegah dan
menangani tekanan darah tinggi, selain terapi dengan obat. Modifikasi pola hidup antara lain penurunan berat badan, penerapan diet kombinasi
Dietary Approach to Stop
Hypertension (DASH), Mereduksi asupan garam, aktivitas fisik yang teratur, dan pembatasan asupan alkohol. Selain itu, berhenti merokok dan menghindari stress juga dianjurkan untuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskular secara keseluruhan. Masingmasing mempunyai efek penurunan tekanan darah yang berperan dalam pencegahan komplikasi hipertensi dan bila dijalankan secara bersamaan akan mempunyai efek penurunan tekanan darah yang lebih nyata. Perubaha
Rekomendasi
Perkiraan
n
penunurunan TD
Penuruna n
berat 24,9 kg/m²)
badan Penuruna n
Sistolik Menjaga berat badan Normal (IMT 18,5- 5-20 mmHg/10
Asupan
garam
kg tidak
melebihi
100
2-8 mmHg
asupan mmol/hari (2,4 g
garam Aktivitas
Natrium atau 6 g NaCl) Aktivitas fisik aerobik
fisik
yang teratur seperti berjalan (setidaknya 30 menit per hari, setidaknya 4-5 hari seminggu)
4-9 mmHg