Seed Table Dan Transplanter [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM ALAT DAN MESIN BUDIDAYA PERTANIAN



Kuning (R=255,G=255,B =0) Foto 3x4 cm



“SEED TABLE DAN TRANSPLANTER”



Disusun oleh: NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN



: MOH. RAJIV ROHMAN ARITAGA : 195100207111008 : B3 : 1. HANNA FAUZIAH HABIBAH 2. MUHAMMAD HAFIZH OKTASA



LABORATORIUM DAYA DAN MESIN PERTANIAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2022



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Konsekuensinya, produksi pangan nasional perlu secara signifikan ditingkatkan agar kebutuhan domestik dapat dipenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan pangan yang semakin meningkat, saat ini Indonesian sedang dihadapkan dengan permasalahan di sektor pertanian, diantaranya yaitu kelangkaan tenaga kerja di bidang pertanian dan menurunnya minat generasi muda pada usaha sektor pertanian. Salah satu kegiatan yang banyak menyerap tenaga kerja adalah kegiatan tanam bibit padi. Kegiatan tersebut memerlukan tenaga kerja sekitar 25% dari seluruh kebutuhan tenaga kerja budidaya padi. Untuk itu diperlukan suatu teknologi yang dapat membantu petani dalam menghendel proses penanaman ditengah minimnya tenaga kerja (Putra, 2018). Salah satu teknologi yang yang dapat membantu meningkatkan produktivitas pangan adalah teknologi penanaman bibit padi dengan menggunakan mesin tanam rice transplanter. Mesin rice transplanter ini dapat beroperasi pada lahan dengan kedalaman lumpur kurang dari 40 cm, sehingga ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung. Dengan digunakannya teknologi ini (rice transplanter), maka waktu tanam akan lebih efisien, serta dapat menghemat biaya penanaman. Selain itu kualitas tanaman padi yang ditanam menggunakan rice transplanter juga lebih baik terutama bila dilihat dari vegetatif awal. Penggunaan mesin transplanter ini diharapkan dapat mempercepat proses tanam yang nantinya dapat membantu meningkatkan produktivitas pangan (Umar, 2017).



1.2 Tujuan Praktikum 1. Mengetahui kapasitas kerja dan efisiensi dari alat tanam (seed table) 2. Menguji desain alat tanam sebelum digunakan secara luas dilapang, terutama desain dari metering device 3. Mengkalibrasi alat tanam dan jenis ukuran metering device 4. Mengukur parameter kinerja alat tanam, antara lain: a. Jarak tanam b. Jumlah biji per lubang c. Slip roda tanah d. Waktu



BAB II DASAR TEORI



2.1 Definisi Penanaman Penanaman merupakan suatu langkah dalam upaya pembudidayaan tanaman yang dilakukan setelah proses persemaian. Dimana penanaman ini nantinya akan sangat berpengaruh pada proses produksi. Di Indosesia sistem penanaman yang banyak digunakan petani adalah sistem tanam tebar langsung benih. Sistem tanam ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara lain umur panen lebih genjah, dan tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit. Sedangkan kekurangannya yaitu benih yang dibutuhkan lebih banyak, hasil produksi rendah dan sulitnya pemeliharaan (Witjaksono, 2018). Pekerjaan penanaman adalah suatu proses pembudidayaan tanaman yang didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian. Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya) dan berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian selama 2 atau 3 hari tanah pembibitan harus digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan proses pencabutan bibit. Caranya mencabutan bibit yang baik yaitu dengan cara memegang 5 sampai 10 batang bibit yang kemudian ditarik ke arah badan. Bibit yang akan ditanam harus utuh dan jangan sampai bagian batangnya terputus. Hal ini perlu diperhatikan agar bibit yang akan ditanam memiliki kualitas yang baik sehingga pada proses penanamannya juga menghasilkan pertumbuhan yang baik. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam dan jangan sampai bermalam. Penanaman padi yang baik harus menggunakan metode larikan ke kanan dan ke kiri dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata (Putra, 2018).



2.2 Defnisi Transplanter dan Alat Tanam Benih Transplanter merupakan suatu alat yang di desain dengan tujuan untuk mempercepat proses penanaman dan mengatasi permasalahan penanaman dengan biaya yang tinggi. Dengan adanya alat transplanter nantinya dapat meningkatkan hasil produksi pangan, meningkatkan efisiensi tenaga kerja, terjamin ketepatan waktu dalam operasi dan dapat mempercepat proses transparasi. Mesin transplanter mekanis memiliki kapasitas lapang yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanam manual dan dengan demikian, petani dapat memindahkan bibit padi dalam waktu yang sangat singkat dan tepat dengan transplanter mekanis. Transplanter beras sangat populer di



negara industri yang biaya tenaga kerjanya tinggi. Bibit yang digunakan dalam pemindahan mekanis adalah jenis bibit yang berumur lunak (Islam, 2015). Alat tanam merupakan suatu alat yang digunakan untuk menempatkan benih tanaman yaitu biji-bijian, bibit, batang atau sebagian tubuh tanaman lain diatas atau dibawah permukaan tanah. Alat tanam didesain memiliki fungsi untuk mempercepat proses penanaman pada lahan jagung dan mempermudah serta tidak memakan waktu yang lama. Beberapa jenis alat tanam berdasarkan jenis sumber tenaganya, yaitu menggunakan tenaga manusia, hewan dan traktor. Alat tanam dengan menggunakan tenaga manusia dibagi menjadi alat penanam tradisional dan alat penanam semi mekanis. Alat penanam tradisional dimana alat tersebut disebut tugal. Tugal merupakan alat yang paling sederhana yang dapat digerakkan dengan tangan dan cocok untuk menanam benih dengan jarak tanam lebar (Iskandar, 2017).



2.3 Prinsip Kerja Transplanter dan Alat Tanam Benih Prinsip kerja dari alat transplanter dengan sistem pemisah benih yaitu perangkat penangkap bibit harus mencapai posisi yang ditentukan terlebih dahulu dan menunggu cangkir bibit mencapai posisi semai. Setelah cangkir bibit mencapai posisi semai, empat cangkir bibit pada perangkat transmisi linier mulai masuk memisahkan jalur semai. Saat empat cangkir semai mencapai posisi pemisah, dua semai cangkir terbuka dan bibit jatuh. Setelah bibit terjatuh, kedua wadah bibit ditutup dan kembali ke jalur semai yang terpisah di mana dua cangkir bibit lainnya bersiap untuk jatuh ke permukaan tanah. Alat pemisah bibit dengan gerakan bolak-balik terus membentuk garis lurus selama seluruh proses berjalan yang nantinya dapat mencapai titik pemosisian cangkir bibit (Yang, 2018). Prinsip kerja dari sistem alat tanam benih adalah sebagai berikut, main machine yang berupa tongkat pipa besi berisi sejumlah benih jagung di dalamnya melubangi tanah dengan kedalaman tertentu dengan ujungnya yang runcing. Dengan menekan tombol penekan pada pangkal main mechine maka katup penutup yang kurang lebih 5 cm berada diatas ujung yang runcing akan membuka secara otomatis. Dengan tekanan pada tombol penekan, maka pegas dengan pipa yang lebih kecil yang berada di dalam pipa utama pada main machine akan mendorong sebuah benih jagung. Benih jagung ini akan mengalir melalui pipa besi kemudian jatuh pada lubang tanah tersebut (Yusianto, 2012).



2.4 Jenis-Jenis Alat Tanam Berdasarkan Sumber Tenaga Penggerak Alat tanam dengan menggunakan sumber tenaga manusia dibagi menjadi dua yaitu alat penanam tradisional dan alat penanam semi mekanis. Contoh dari alat penanam tradisional yaitu Tugal. Tugal merupakan alat yang paling sederhana yang



dapat digerakkan dengan tangan dan cocok untuk menanam benih dengan jarak tanam lebar. Tugal memiliki bentuk yang bermacam-macam sesuai dengan modifikasi suatu daerah atau negara. Pada tugal ini, benih dimasukkan kedalam tanah secara terpisah yang artinya memerlukan bantuan orang lagi. Disamping alat penanam tradisional yang beragam, alat penanam mekanis juga memiliki bentuk yang beragam. Alat-alat penanam ini cocok digunakan, baik pada tanah-tanah ringan maupun berat serta cocok untuk benih-benih berukuran besar dan kecil (Iskandar, 2017). Alat tanam berdasarkan sumber tenaga traktor dapat digolongkan menjadi 3 golongan antara lain: Alat penanaman sistem baris lebar, alat ini dirancang untuk menempatkan benih-benih ke dalam tanah dengan jarak yang cukup lebar. Alat penanam sistem baris sempit, alat ini dirancang khusus untuk menanam benih dalam baris dan alur yang sempit serta kedalaman yang seragam. Alat penanam sistem sebar, alat ini dapat membantu petani dalam penebaran benih agar lebih teliti dan cepat (Sobirin, 2017). Selain alat tanam dengan sumber tenaga traktor dan manusia, alat penanam dengan sumber tenaga hewan juga banyak sekali macamnya, tergantung modifikasi dari suatu daerah serta jenis benih yang akan ditanam. Alat penanam dengan sumber tenaga hewan yang paling sederhana adalah tipe yang hanya mempunyai satu atau dua buah jalur dengan pemasukan benih dilakukan secara terpisah. Dalam hal ini, artinya benih dijatuhkan oleh operator melalui corong pemasukan melalui saluran benih yang masuk ke dalam tanah. Alat penanam dibuat dari logam kecuali corong pemasukan dan saluran benih. Kedalaman dan jarak dapat diatur sesuai dengan kebutuhan (Ramdhan, 2014).



2.5 Kelebihan dan Kekurangan Transplanter Alat tanam transplanter memiliki beberapa kelebihan antara lain dapat dipergunakan tanpa harus mengubah cara persemaian bibit yang biasa dilakukan secara tradisional sebelumnya. Selain itu alat tanam transplanter ini juga dapat bekerja lebih cepat, akurat (presisi), dan stabil dibandingkan pada saat menggunakan alat tanam manual. Keakuratan alat tanam transplanter dapat dilihat dari benih atau bibit yang ditanamkan memiliki jumlah yang sesuai dan seragam disetiap lubangnya, yaitu berkisar 2 sampai 4 tanaman per lubang. Kapasitas tanam yang dimiliki alat transplanter juga terbilang tinggi berkisar 6 jam per hektarnya. Penggunaan alat tanam transplanter juga akan menciptakan jarak tanam yang seragam, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimum (Yang, 2018). Diantara beberapa kelabihan yang dimiliki, alat tanam jajar legowo transplanter juga mempunyai beberapa kelemahan yaitu lebar antar barisan tidak dapat diubah, pengoperasian terbatas, diperlukan alat angkut untuk membawa mesin ke lahan, harga



masih relatif mahal. Lebar antar barisan yang dihasilkan oleh alat tanam jajar legowo transplanter berkisar 20 cm. Lebar jarak yang terdapat pada alat ini sudah merupakan bawaan alat yang tidak dapat diubah lagi. Alat tanam jajar legowo transplanter tidak dapat dioperasikan pada lahan dengan kedalaman lebih dari 40 cm. Alat tanam transplanter memiliki memiliki model rangka yang cukup besar, serta memiliki bobot yang cukup berat pula. Alat tanam jajar legowo transplanter memiliki banyak kelebihan yang dapat menguntungkan petani. Dengan banyaknya kelebihan yang dimilikinya menjadikan alat tanam transplanter memiliki harga yang relative mahal sehingga tidak terjangkau oleh petani kecil (Umar, 2017).



2.6 Hubungan Jarak Tanam dan Pertumbuhan Tanaman Jarak tanam yang dilakukan dalam pembudidayaan tanaman padi akan mempengaruhi pertumbuhan padi. Jarak tanam padi yang lebar dapat menjadikan tanaman memiliki anakan yang sangat banyak. Sebaliknya, jarak tanam yang sempit hanya menghasilkan jumlah anakan yang sedikit. Jarak tanam yang optimum akan mendukung



pertumbuhan



bagian



atas



tanaman



yang



baik



sehingga



dapat



memanfaatkan lebih banyak cahaya matahari. Selain itu dapat pula mendukung pertumbuhan bagian akar yang juga baik sehingga dapat memanfaatkan lebih banyak unsur hara. Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu rapat akan mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman yang sangat hebat dalam hal cahaya matahari, air, dan unsur hara sehingga tingkat pertumbuhan tanaman rendah (Hatta, 2012). Salah satu faktor produksi yang dapat membantu tercapainya peningkatan produktifitas padi yaitu jarak tanam yang diberikan pada budidaya tanaman padi. Hubungan antara jarak tanam dengan pertumbuhan tanaman yaitu berbanding terbalik, dimana jarak tanam yang terlalu lebar akan mengakibatkan populasi tanaman menurun yang nantinya akan berdampak pada hasil panen yang menurun pula. Penggunaaan jarak tanam pada dasarnya adalah memberikan kemungkinan tanaman untuk tumbuh dengan baik tanpa mengalami banyak persaingan dalam hal mengambil air, unsur-unsur hara, dan cahaya matahari. Jarak tanam yang tepat sangat penting dalam pemanfaatan cahaya matahari secara optimal untuk proses fotosintesis. Dalam jarak tanam yang tepat, tanaman akan memperoleh ruang tumbuh yang seimbang (Donggulo, 2017).



2.7 Karakteristik Fisik Biji Jagung Biji jagung memiliki karakteristik yang berbeda–beda, dimana setiap posisi biji pada buah memiliki bentuk berbeda - beda. Kebulatan biji jagung didasarkan pada sifat isoperimetric suatu bola. Isoperimetrik adalah perbandingan antara volume bahan padat dengan volume lingkaran bola yang memiliki diameter yang sama dengan bahan. Biji jagung varietas bisi 2 memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan varietas



lainnya. Di daerah gorontalo, terdapat dua jenis penamaan biji jagung. Yang pertama ialah biji jagung mutiara yaitu biji jagung yang berbentuk seperti mutiara dengan tingkat kebulatan yang hampir sempurna. Pada buah jagung, biji mutiara ini berada pada bagian ujung buah. Yang kedua yaitu biji jagung Gigi kuda merupakan bentuk biji yang menyerupai gigi kuda. Jenis ini biasanya berada pada bagian tengah dan pangkal buah. Rerata massa biji terbesar berada pada bagian pangkal buah. Sedangkan biji dengan massa terkecil berada pada ujung buah. Semakin ke ujung buah maka massa biji jagung akan semakin kecil (Pomalingo, 2018).



2.8 Karakteristik Fisik Biji Padi Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau butir/gabah,sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma dan palea. Lemma dan palea serta bagian lain yang membentuk sekam atau kulit gabah tiap jenis padi mempunyai variasi ketebalan. Beras yang berbentuk bulat cenderung mempunyai lapisan aleuron yang lebih tebal dari pada beras yang lonjong. Lapisan aleuron terdiri dari sel-sel parenkim dengan dinding tipis setebal 2 mm. Pada umumnya bentuk beras adalah lonjong, akan tetapi terdapat pula yang berbentuk agak bulat. Dalam standarisasi mutu, dikenal empat tipe ukuran beras, yaitu sangat panjang (lebih dari 7 mm), panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5 mm). Tinggi rendahnya mutu beras tergantung kepada beberapa faktor, yaitu spesies dan varietas, kondisi lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, dan cara penyimpanan (Dianti,2012).



DAFTAR PUSTAKA



Dianti, RW. 2012. Kajian Karakteristik Fisikokimia Dan Sensori Beras Organik Mentik Susu Dan Ir64; Pecah Kulit Dan Giling Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Donggulo CV., Iskandar ML., dan Usman M. 2017. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) Pada Berbagai Pola Jajar Legowo dan Jarak Tanam. Jurnal Agroland, 24(1): 27-35. Hatta, Muhammad. 2012. Uji Jarak Tanam Sistem Legowo Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Padi Pada Metode Sri. Jurnal Agrista, 16(2): 87-93. Iskandar M., Syafriandi, dan Mustaqimah. 2017. Desain dan Pengujian Alat Tanam Benih Jagung. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, 2(1): 314-319. Islam AKMS., MT. Islam, MA. Rabbani, MA. Rahman, dan ABM. Ziaur Rahman. 2015. Commercial mechanical rice transplanting under public private partnership in Bangladesh. Journal of Bioscience and Agriculture Research, 06(01): 501-511. Pomalingo MF., Agus SG., dan Sjahril B. 2018. Pengujian Karakteristik Fisik Jagung Bisi 2 Untuk Mendesain Mesin Pemipil Jagung Portabel. Jurnal Techno Preneur, 6(2): 36-40. Putra VA. 2018. Uji Kinerja Mesin Tanam Bibit Padi Tipe Dorong SPW-48C (Rice Transplanter). Skripsi. Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Makassar. Ramdhan MS., Bayu W., Via M., Yusuf F., dan Nur Magfiroh ATD. 2014. Sepatagung, Inovasi Alat Tanam Jagung Terintegrasi dengan Sepatu Kerja Petani. Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa Penerapan Teknologi. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor. Sobirin, Muhammad. 2017. Rancang Bangun Kinematika Alat Tanam Padi Model Transplanter. Skripsi. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang. Umar S. dan Sulha P. 2017. Evaluasi Penggunaan Mesin Tanam Bibit Padi (Rice Transplanter) Sistem Jajar Legowo Di Lahan Pasang Surut. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 6(2): 105-114. Umar S, AR. Hidayat, dan Sulha P. 2017. Pengujian Mesin Tanam Padi Sistim Jajar Legowo (Jarwo Transplanter) di Lahan Rawa Pasang Surut. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 6(1): 63-72. Witjaksono, Julian. 2018. Kajian Sistem Tanam Jajar Legowo untuk Peningkatan Produktivitas Tanaman Padi di Sulawesi Tenggara. Jurnal Pangan, 27(1): 1-8. Yang Q., Li Xu, Xinyi S., Ahamd I., Hanping M., Jianping H., dan Lvhua H. 2018. Design of seedlings separation device with reciprocating movement seedling cups and its



controlling system of the full-automatic plug seedling transplanter. Journal Computers and Electronics in Agriculture, 147(1): 131-145. Yusianto, Rindra. 2012. Rancang Bangun Alat Tanam Benih Jagung Ergonomis dengan Tuas Pengungkit. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi Terapan 2012. Semarang.



LAMPIRAN