Sejarah Jatuhnya Konstantinopel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sejarah Jatuhnya Konstantinopel Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim] “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335] Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut; 1. Konstantinopel Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani. 2. Rumiyah Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah. Kontantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma. Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.



Konstantinopel - Awal Sampai Kejatuhannya Sejarah Konstantinopel berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama sejalan dengan sejarah Kekaisaran Romawi Timur dan setelahnya Kekaisaran Bizantium. Namun sebelum menjadi bagian dari Romawi Timur, tempat ini merupakan bagian dari Yunani dengan nama yang berbeda. Seiring dengan berakhirnya Kekaisaran Romawi Timur, Konstantinopel tidak ada lagi dan namanya berganti menjadi Istanbul yang merupakan bagian dari negara Turki.Keruntuhan konstantinopel ini merupakan cikal bakal perayaan NATAL umat kristiani bermula dari sini.



Yunani Kuno 



Byzantium Sebelum bernama Konstantinopel, daerah yang kini bernama Istanbul tersebut dikuasai bangsa Yunani dan bernama Byzantium. Kota Yunani kuno ini dibuat sejak sekitar tahun 658 SM yang didirikan oleh Byzas dari Mergara. Kota ini dinobatkan menjadi ibukota Yunani kuno dikarenakan beberapa alasan, yaitu :



1. Pelabuhan alaminya dapat digunakan untuk persinggahan dan dikelola untuk menghasilkan pendapatan kota 2. Kondisi alamnya cocok untuk bertahan dari serangan musuh 3. Daerahnya kaya akan sumber daya alam berupa ikan laut Pembentukan Byzantium dipenuhi mitos Yunani Kuno. Byzas yang notabene pendiri Byzantium, berdasarkan mitos, diceritakan sebagai anak dari salah satu dewa Yunani yang bernama Poseidon. Ia lahir dari hubungan Poseidon dengan Koreissa yang memiliki darah Zeus dan Io. Sebelum sampai dan mendirikan Byzantium, Byzas berkonsultasi dengan seorang peramal



Apollo yang berlokasi di Delphi. Ia mendapatkan wejangan darinya bahwa ia dapat mendirikan kota di seberang tempat orang-orang buta. Ia menjuluki tempat itu demikian karena orang Khalsedon dinilai buta setelah mendirikan peradaban di tanah yang tak layak huni. 



Kebudayaan Yunani Kuno Byzantium memiliki peninggalan yang terkenal dengan nama Tembok Byzantium yang kelak dikenal juga sebagai Tembok Konstantinopel. Kekuatan tembok ini amat terkenal di masanya akibat mampu menahan gempuran musuh yang sanggup menaklukkan kota Yunani lainnya.Megara terhadap budaya Byzantium berupa abjad, kalender dan juga kehidupan religiusnya. Sedangkan, warisan Sparta terhadap budaya Byzantium adalah penerapan budak belian terhadap masyarakat Trakia Setelah tahun 450 M, banyak kekacauan terjadi di Romawi. Peperangan dan pemberontakan terjadi di mana-mana. Banyak wilayah Romawi lepas. Puncaknya adalah Romawi Barat berakhir.







Kemunduran Kekaisaran Bizantium Konstantinopel mempunyai kaisar yang terkenal setelah Yustinianus adalah pada awal 610-an. Kaisarnya bernama Heraclius. Pada saat itu, Konstantinopel mengalami peperangan yang dahsyat dan juga kemunduran populasi. Peperangan dahsyat terjadi akibat serangan bangsa Avar, Bulgar, Kekaisaran Sassaniyah, dan juga Kekhalifahan Ummayah. Semuanya tidak dapat mengalahkan kokohnya Tembok Konstantinopel. Pada serbuan terakhir di tahun 717-718 M, bangsa Bulgar menolong Romawi dalam memukul mundur Kekhalifahan Ummayah. Setelah masa Heraclius, Leo III pada tahun 736 M mengalami masalah besar berupa kontroversi religius. Ia memulai krisis ikonoklasme. Semua hal yang dianggap berhala ditentang olehnya. Ini menimbulkan konflik dan terbunuhnya beberapa kaum kaum ikonodul. Kebijakan Leo III diteruskan beberapa penerusnya hingga tahun 845 M yang menoleransi praktik berhala dengan mencabut sinode ikonoklasme. Ini terjadi di pemerintahan Michael III dengan wali Theodora.



Turki Ottoman 



Kejatuhan Konstantinopel Ke Tangan Muslim Konstantinopel terus digempur oleh pasukan muslim sejak masa Heraclius berkuasa. Pada akhirnya, Konstantinopel jatuh ke tangan muslim. Konstantinopel jatuh ke tangan Kesultanan Utsmaniyah. Pemimpin yang berhasil menjatuhkannya bernama Muhammad al-Fatih yang ketika itu masih berumur 21 tahun. Jatuhnya Konstantinopel ke tangan muslim berdampak pada :



1. Dominasi kristen menjadi lemah saat itu 2. Masa Renaisans dimulai 3. Perubahan jalur perdagangan akibat monopoli Kesultanan Utsmaniyah yang menandai awalnya era penjelajah 4. Penduduk setempat diusir, dibunuh atau diperbudak



Ilustrasi Muhammad Al Fatih (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)



Selasa pagi, 20 Jumadil Ula 857 H bertepatan pada tanggal 29 Mei 1453 SM, Sultan Usmani (Ottoman), Muhammad Al-Fatih (Sultan Mehmet II) melancarkan serangan terakhirnya untuk menaklukan Konstantinopel (The Conquest of Constantinople), setelah pengepungan yang terjadi selama lebih dari 50 hari. Sultan ke-7 Turki Utsmani itu berhasil memimpin penaklukan Konstantinopel ketika usianya baru 21 tahun. Ia dianggap telah membuktikan hadis yang diucapkan Nabi Muhammad SAW pada 8 abad sebelumnya. "Sesungguhnya Konstantinopel itu pasti akan dibuka (dibebaskan). Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya," HR Bukhari. Mayoritas penduduk Konstantinopel pada masa Kekaisaran Byzantium beragama Kristen Ortodoks. Pada abad ke-6, ketika Heraklius menjadi kaisar Byzantium, Rasulullah SAW sempat menyurati sang kaisar untuk masuk ke dalam agama Islam. Namun sang kaisar tidak bisa mengikuti seruan itu. Ia membalas ajakan itu dengan penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW. Upaya penaklukan --umat muslim menyebutnya pembebasan-- Konstantinopel telah dilakukan sedikitnya sebanyak 8 kali oleh umat Islam. Lima kali pada diansti Umayyah, satu kali pada Dinasti Abbasiyah, dan dua kali pada masa Utsmaniyah. Semangat pembuktian hadis nabi telah tampak sejak masa para sahabat nabi. Salah seorang sahabat nabi, Abu Ayyub al-Anshari, yang ikut serta dalam upaya pembebasan Konstantinopel pertama kali pada tahun 44 Hijriah gugur dalam usia 80 tahun. Dalam hadist diriwayatkan, ”Aku mendengar baginda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mengatakan seorang lelaki shalehh akan dikuburkan di bawah tembok tersebut dan aku juga ingin mendengar derapan tapak kaki kuda yang membawa sebaik-baik raja yang mana dia akan memimpin sebaik-baik tentara seperti yang telah diisyaratkan oleh baginda.” (Abu Ayyub alAnshari) Tahun 674 M, Pasukan Bani Umayah melakukan serangan lagi ke Konstantinopel yang dikenal dengan sebutan Perang 7 Tahun (674-680 M), yang dilakukan oleh dua angkatan laut dekat Konstantinopel. Upaya penaklukan kedua terjadi di masa Sulaiman bin Abdul Malik (98 H. Dia mengepung kota itu dari darat dan udara selama satu tahun penuh. Upaya itu juga belum dapat membuahkan hasil.Upaya ketiga terjadi di masa Kekhalifahan Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid pada tahun 165 H. Ratu Romawi kala itu menginginkan perdamaian dan berjanji akan membayar jizyah. Sultan Ar-Rasyud setuju dan kembali tanpa melakukan penaklukan. Upaya-upaya tersebut terhenti sehingga Allah Subhanahu Wata’ala berkehendak penaklukan tersebut dilakukan oleh Sultan Muhammad bin Murad (Al Fatih). Dia merupakan anak ketujuh di keluarga Kerajaan Utsmani.Upaya pengepungan kota Konstantinopel berlangsung sejak 6 April 1453 sampai 29 Mei 1453.



Karena iman, Tembok Konstantinopel setinggi 18 meter dan selama berabad-abad tidak pernah bisa ditaklukkan siapapun akhinya jatuh oleh Panglima Muhammad al Fatih Salah satu ulama yang berpengaruh dalam membesarkan Sultan Al-Fatih adalah Syeikh Muhammad bin Hamzah yang lebih dikenal sebagai Syeikh Syamsuddin. Ia merupakan seorang ilmuwan medis dan telah menerbitkan beberapa kitab. Ia juga melakukan penelitian mengenai ilmu tumbuh-tumbuhan. Dialah yang selalu mengingatkan Muhammad Al-Fatih mengenai hadits Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mengenai penaklukan Konstantinopel Al-Fatih memulai membangun sebuah benteng dari sisi Eropa di selat Bosporus untuk menguasai jalur airnya. Di Ibu Kota Adrianopel, meriam-meriam besar dibangun di bawah pengawasan dua insinyur, salah satunya seorang Muslim dan lainnya seorang Hungaria bernama Orban. Salah satu meriam terbesar yang pernah dirakit. Rudalnya mempunyai berat 300 kg dan jangkauan tembaknya dapat mencapai lebih dari satu mil. Dalam sejarah ditulis, pasukan Sultan Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sulthan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur’an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Pengepungan dimulai pada 9 April 1453 M, terpusat pada bagian darat. Kota dengan benteng >10m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat pasukan Artileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur Armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat. Berhari-hari hingga berminggu-mingGu benteng Byzantium tak bisa jebol, kalaupun runtuh membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah tsb dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal.



Hingga akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh dilakukan hanya dalam waktu semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu namun Taktik ini diakui sebagai antara taktik peperangan (warfare strategy) yang terbaik di dunia oleh para sejarawan Barat sendiri). Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Bizantium di sana. Takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta”ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, setelah sehari istirahat perang, pasukan Turki Utsmani dibawah komando Sultan Muhammad II kembali menyerang total,



diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian army di lapis kedua dan terakhir pasukan elit Yanisari. Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah tapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Giustiniani sendiri meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.



Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmaniyyah akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Daulah Utsmaniyyah di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita mereka.



Konstantinopel telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia/ Aya Sofia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Yahudi maupun Kristen karena mereka (penduduk) termasuk non muslim dzimmy (kafir yang harus dilindungi karena membayar jizyah/pajak), muahad (yang terikat perjanjian), dan musta’man (yang dilindungi seperti pedagang antar negara) bukan non muslim harbi (kafir yang harus diperangi). Konstantinopel diubah namanya menjadi Islambul (Islam Keseluruhannya). Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya. Kita menaklukkan Konstantinopel bukan untuk menguasainya, melainkan untuk memompa darah baru di aliran darahnya. Seperti seekor ular yang mengganti kulitnya dan merasakan kesegaran, kita juga akan memberikan Konstantinopel kulit baru dan di sana akan dibentuk taman kemanusiaan. Ini menunjukkan bahwa solusi kemanusiaan yang kita cari di tempat yang salah akan ditemukan di kota ini.



- Muhammad Al-Fatih Musibah Membawa Berkah Ketika kaum muslim Turki Ottoman bersuka-cita atas kemenangan mereka, Eropa memang di ambang keterpurukan. Kejayaan imperium Romawi yang juga menjadi era keemasan gereja— yang sempat mengatasnamakan negara—di Abad Pertengahan terancam benar-benar berakhir.



Tapi, di balik musibah ternyata ada berkah. Jatuhnya Konstantinopel menjadi titik perubahan penting peradaban manusia dengan dampak yang lebih mengglobal. Dari keterpurukan inilah, bangsa-bangsa Eropa justru menemukan jalan menuju kemasyhuran yang jauh lebih besar, mereka menyongsong Abad Penjelajahan (David Arnold, The Age of Discovery 14001600, 2002). Penjelajahan samudera menjadi solusi bagi bangsa-bangsa Eropa untuk mencapai Asia, bahkan mendapati tempat-tempat baru yang potensial, termasuk pusat rempah-rempah, terutama India bahkan berlayar hingga ke Nusantara. Benua Amerika hingga Australia ditemukan, banyak wilayah di berbagai belahan bumi yang berhasil dikuasai.



Boleh dibilang, kehilangan Konstantinopel justru menjadi embrio kolonialisme dan imperialisme negara-negara Eropa, lalu memicu masa pencerahan atau Renaissance yang kemudian berlanjut ke Revolusi Industri, dan seterusnya hingga apa yang terlihat saat ini.