Sejarah Kecap Asli Majalengka [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sejarah Kecap asli Majalengka



Kecap Cap Tjian Tjun Teng



Majalengka dikenal dengan sebutan kota kecap , kecap menjadi salah satu penganan oleh oleh khas Majalengka atau mungkin satu satunya? Orang Majalengka sendiri tidak tahu persis oleh oleh lainnya, yang khas dari majalengka , tidak seperti semisal cianjur dengan tauco atau sumedang dengan tahu nya . Biasanya dikatakan suatu barang menjadi ciri khas suatu daerah jika di daerah tersebut memproduksi barang oleh sebagian besar warga daerah itu. Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berwarna hitam dengan rasa manis ataupun asin dengan berbahan dasar kedelai, garam dan gula. kecap manis lebih kental sementara kecap asin lebih cair dengan bahan kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak. Disini tidak akan membahas lebih dalam cara pembuatanya tapi sekedar diketahui bahan dasar pembuatan kecap yang mungkin bisa dijadikan alat penelusuran sejarah keberadaan kecap di Majalengka. Membahas sejarah keberadaan kecap di Majalengka, tidak lepas dari sejarah kecap itu sendiri, Sejak kapan kecap masuk Indonesia? Tidak ada yang secara pasti menyebutkan, tetapi sejarah mencatat bahwa kecap asin sudah menjadi komoditi perdagangan VOC tahun 1737. Ada catatan VOC mengirimkan 75 tong besar berisi kecap asin dari Dejima, Jepang ke Batavia. Namun dipercaya kecap sudah masuk ke Indonesia jauh sebelum orang VOC membawanya ke Indonesia oleh orang orang imigran dari Tiongkok, seperti kebiasaan yang melekat pada orang Asia pada umumnya kemana mana mereka pergi , biasanya membawa berbagai kelengkapan terutama urusan perut dan mulut untuk memupus kerinduan cita rasa tempat asal ataupun mengatasi jika makanan yang ditemui tidak sesuai selera. Begitulah akhirnya sauce atau kecap mereka bawa ke Indonesia. Cairan hitam bercitarasa asin dengan cepat diterima oleh penduduk setempat , namun ada pula yang merasa tidak cocok dengan citarasanya, waktu berjalan meskipun kecap yang dibawa bertong -tong akhirnya habis juga. Dengan melihat potensi yang ada di nusantara dengan bahan dasar yang melimpah dengan kekayaan rempah rempah yang dimiliki nusantara, para imigran berusaha mencoba membuat dan mengenalkan teknik pemeraman kecap kepada penduduk setempat. Dasarnya orang Asia kreatif ,utak atik resep asli dari Tiongkok dilakukan bersama- sama oleh para imigran dan penduduk setempat yang tidak cocok dengan rasa asli kecap asin. Penambahan berbagai jenis rempah dan gula merah menghasilkan “ciptaan’ baru yang bercitarasa unik yang berbeda dengan aslinya. Citarasa gurih manis dari temuan baru segera melesat ketenarannya di nusantara. “ Flashback “ Kembali ke sejarahnya pada abad 2 SM , sejarah yang sangat panjang “Cairan ini” yang menemani kehidupan manusia. Diawali di Tiongkok dengan tujuan utama bukan sebagai penyedap makanan , tapi menjadi pengganti garam supaya lebih hemat karena garam pada saat itu menjadi sangat berharga mungkin setara dengan emas saat ini. Garam menjadi alat tukar pembayaran dalam perdagangan saat itu. Sekarang pertanyaan selanjutnya, kapan kecap masuk ke Majalengka ? , kalau melihat secara umum kedatangan orang tiongkok lah yang membawa “cairan hitam” ke nusantara begitu pula ke Majalengka . Orang Tiongkok masuk ke Majalengka masuk melalui jalur Cirebon. Kedatangan mereka itu sesuai dengan kebijakan pemerintah Kolonial yang memberikan kesempatan kepada orang Tiongkok menjadi agen dalam bidang perdagangan di Majalengka. Pada tahun 1847 berdasarkan data dariTijdschrift Nederland – indie(TNI) Negende Jaaragang.Tweete deel ( “Susah sekali nulisnya maaf bila salah, maklumlah”) jumlah penduduk Tiongkok di distrik Majalengka ‘hanya ada’ 221 orang terdiri dari 65 orang laki- laki , 67 orang perempuan dan 86 orang anak-anak . Pada tahun tersebut Majalengka hanya terdiri dari empat Distrik yaitu Distrik Majalengka, Distrik Maja, Distrik Talaga dan Distrik Rajagaluh. Pada perkembangannya tahun 1870 Distrik Majalengka sudah menjadi



Distrik yang terpadat. Hal ini karena Majalengka sudah menjadi ibukota kabupaten Majalengka dibandingkan dengan daerah yang lain fasilitas sarana prasarana komunikasi hiburan dan lainnya lebih lengkap. Periode Liberal yang diterapkan oleh pemerintah kolonial ini menjadi tonggak bagi perkembangan moderenisasi di Hindia Belanda, Khususnya dalam pengelolaan tanaman budidaya. Moderennisasi Pengelolaan tanaman budidaya mulai terlihat dengan digantikannya sistim cocok tanam tradisional yang ditandai oleh berdirinya pabrik pabrik pengolahan hasil produksi tanaman budi daya tersebut. Tanaman perkebunan yang ada dan berkembang di Majalengka adalah kopi, teh dan tebu. Pada tahun 1876 didirikan pabrik gula kadipaten dalam perseroan terbatas dengan sebutan ‘Suiker Fabrick” dan Pada tahun 1896 mengalami perluasan dan perombakan pabrik oleh orang Belanda dan perancis. Sekilas kita membicarakan “Sejarah pabrik gula Kadipaten (“lain waktu dibahas lebih detail”) karena ini sangat erat dengan gula sebagai salah satu komponen bahan pembuatan Kecap . Selain gula adanya Komponen lainnya yang mungkin ini menjadi inti dari pembuatan kecap dalam proses permentasian kecap yaitu “Uyah” (Garam) . Pada masa penjajahan



Belanda ada monopoli garam oleh pihak kolonial di Majalengka, ada beberapa tempat penyimpanan garam di Majalengka salah satunya adalah di samping lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan Majalengka (Jalan KH. Abdul Halim) sekarang yang di kenal masyarakat sebagai gudang “Uyah”. Berdasarkan data Kolonial Verslag van 1892 produksi garam di distrik Majalengka pada tahun 1889 -1890 dari pabrik itu menghasilkan garam sudah mengalami peningkatan dari 8.827 pikul menjadi 9.474 pikul. Nama pabrik pengolahan garam yang menghasilkan tidak diketahui namanya (KV1892). Garam menjadi komoditas terpenting sejak jaman dahulu ada perang karena perebutan wilayah garam ada pula pengggunaan lempeng garam sebagai alat pembayaran yang sah atau alat tukar barang di suatu wilayah , garam juga menyebabkan sebuah Revolusi di Prancis . sepertinya pengaruh garam pada masa itu seperti BBM pada saat ini ! ? jadi keberadaan Gudang Uyah (“ Males nyebut Gudang garam…… pabeulit jeng ngaran roko”) di kota Majalengka sudah ada sejak 1889. Pada tahun 1847 berdasarkan data dari Tijdschrift Nederland – indie(TNI) Negende Jaaragang.Tweete deel tercatat adanya orang Tiongkok di Majalengka , Mungkin saja orang Tiongkok datang jauh sebelumnya tapi yang tercatat hanya tahun tersebut jadi dimasa masa inilah kecap sudah mulai masuk ke Majalengka meskipun tidak dibuat di Majalengka, mereka membawa persediaan kecapnya dari Cirebon. Pada awalnya mereka membuat kecap dengan bahan bahan yang mereka bawa dari luar Majalengka untuk dikonsumsi kalangan mereka sendiri dan sedikit untuk kalangan kaum pribumi tapi Seiiring perjalanan waktu dan keberadaan pabrik gula (1876) dan Gudang Uyah (1889) yang didirikan di Majalengka , mereka mulai memikirkan untuk membuatnya secara masal untuk dipasarkan kepada penduduk setempat. Orang Tiongkok dibantu kalangan penduduk pribumi memulai usaha pembuatan kecap, dari sinilah kalangan pribumi mulai mengetahui proses pembuatan kecap, dalam kurun waktu tersebut produsen kecap orang Tiongkok ada yang sukses , ada yang tidak. Mereka silih berganti karena sebagian besar intinya mereka bergelut dalam usaha perdagangan dan factor keadaan politik dan keamanan saat itu sangat menentukan pula.



Tjunteng 1 Majalengka



Adalah TJia Tjuen Teng pada tahun 1920 memulai merintis usaha pembuatan kecap dibantu saudaranya dan warga setempat dijalan Raya Barat (Jl.Kh Abdul Halim)(tetanggaan ama gedong jangkung) Majalengka , kecap yang mengusung



logo“Matahari” ini menampilkan citarasa yang khas yang berbeda dengan kecap kecap yang ada saat itu bahkan sampai saat ini masih menjadi ikon khasnya rasa kecap asli Majalengka. Produksi kecap cap tjunteng ini masih tetap dijalankan oleh keturunannya di daerah Ciputis kadipaten. Sementara itu dari kalangan pribumi muncul H. Saad Wangsadidjaja sebagai perintis , mendirikan perusahaan kecap Cap Maja Menjanganpada tahun 1940, muncul dengan peralatan yang masih sederhana dan dengan modal yang terbatas dengan jumlah produksi yang masih sedikit tampa mengurangi citarasa kualitas kecap itu sendiri tampil dengan rasa kecap yang berbeda dari sebelumnya dengan menambah rasa gula aren yang khas , yang menjadi pilihan pencinta kecap asli Majalengka.



Tjunteng 2 Kadipaten



Pada tahun 1958 tiga serangkai “H.Lukman,Endek,Aman” bersama sama merintis usaha pembuatan kecap yang mengusung bendera usaha “Cap SegiTiga” dengan prosesnya masih tradisional tampa bahan pengawet dengan bahan berkualitas kecap cap Segitiga tampil dengan tiga rasa kecap Asin, kecap rasa Manis, dan kecap rasa Manis sedang. Selain yang disebutkan tadi diatasada banyak lagi produsen kecap lain yang tersebar diseluruh kabupaten Majalengka dengan berbagai merk dan rasa yang khas ada kecap Kadipaten, Jatiwangi , Talaga dan lain lain. Produsen - produsen kecap ini memiliki resep resep ‘rahasia’ warisan keluarga dengan berbagai komposisi rempah yang ditambahkan , sehingga masing masing pembuat kecap selalu mengaku kecapnya no 1 tidak pernah ditemukan kecap no 2 dipasaran .(kecuali mungkin obat sakit kepala” BintangToejoe” “Puyer No16” , ada lagi yang bukan no 1? ) Kecap Majalengka pernah mengalami masa jaya pada era 80’an sampai 90’an bahkan pemasaran sampai ke seluruh Indonesia. Sampai saat ini produksi kecap dari perusaahan tadi masih tetap eksis ditengah serbuan produk kecap luar daerah yang lebih besar dan bermodal besar. Pada prosesnya tetap mempertahankan cara cara yang lama digunakan bertahun-tahun untuk mempertahankan citarasa yang khas dan unik dari kecap asli Majalengka yang mempunyai segmen pasar tersendiri , harapannya semoga kecap asli Majalengka (masih) tetap jaya! , amin!



Dulu saat masih kecil hingga duduk di bangku SMP , teman makan yang paling enak dan tidak ada duanya adalah dengan mencampur nasi dengan kecap Kadipaten yang gurih dan sedap. Tanpa ditambah lauk pauk yang lainpun, rasanya sudah cukup untuk makan hari itu. Saya yang orang kadipaten, lebih suka dengan kecap produk kadipaten seperti kecap cap sate atau cap matahari keluaran Tjia Tjoen Teng dibandingkan dengan kecap Majalengka hehe.. Mungkin karena di pasar kadipaten lebih tersedia kecap lokal tingkat kecamatan kadipaten Tahun 1990 saya masuk SMA , perbendaharaan kecap bertambah, karena sekolah SMA saya di Majalengka. Jadi mulai kenal dengan kecap Majalengka seperti Kecap Maja Menjangan Majalengka , atau Kecap segitiga Majalengka. Jika membandingkan antara kecap Kadipaten dengan kecap Majalengka, rasanya hampir mirip, sama-sama gurih dan sedap. Bedanya kecap Majalengka itu lebih kental dan lebih hitam. Setelah hampir 20 tahun melanglangbuana pindah ke daerah lain, saya pulang ke Majalengka, sepertinya sudah banyak berubah. Kecap-kecap produksi Jakarta membanjiri pasar-pasar dan minimarket di Majalengka dan sekitarnya. Pelan-pelan kecap lokal majalengka mulai terpinggirkan. Di rumah-rumah mungkin lebih banyak tersaji kecap bermerk yang sering nongol di TV dan radio. Pertanyaannya adalah kemana produk-produk kecap produksi Majalengka yang notabene dari cita rasa lebih enak rasanya? Dahulu di masa kejayaan tahun 80-an sampai pertenghan tahun 90-an nama kabupaten Majalengka harum karena kecapnya yang terkenal ke beberapa daerah, sehingga terkenal dengan sebutan Kota Kecap, bukan kota angin atau kota pensiunan seperti sekarang. Kecap Majalengka adalah kecap legendaris yang pernah ada dan semoga tetap langgeng karena usianya yang sudah puluhan tahun dan diproduksi secara tradisional. Kalau bicara kecap Majalengka tentu tidak lepas dari dua merek kecap yang sangat melegenda di Majalengka, yaitu cap Maja Menjangan disingkat MM dan kecap cap Segi Tiga. Keduanya made in asli Majalengka, dan diproduksi secara rumahan dan turun temurun.



Pelopor Kecap Majalengka adalah Kecap cap Maja Menjangan / MM jadi merupakan kecap paling tua di Majalengka. Mulai diproduksi pada 1940, oleh seseorang bernama H Saad Wangsadidjaja. Dari tangan H Saad itulah, kecap Maja Menjangan (MM) hingga kini masih terus bertahan dan disukai lidah masyarakat.



Sementara kecap cap Segi Tiga mulai diproduksi pada 1958. Ketika itu ada tiga orang pemerakarsa terciptanya kecap cap Segi Tiga. Mereka adalah H Lukman, Endek, dan Aman. Dari tiga orang itulah kemudian tercetus merek Segi Tiga. Ada 3 macam kecap yang diproduksi yaitu kecap asin, manis sedang, dan kecap manis. Pada tiga rasa itu, cita,rasa kedelai hitamnya benar-benar terasa.Kalau saya lebih suksa kecap manis sedang, karena rasanya ajib sekali menimbulkan sensasi rasa yang luar biasa.



Ada hal menarik lainnya selain rasa kedelai yang kental dan rasanya yang gurih, ternyata dua merek kecap asli Majalengka itu juga tahan lama disimpan. Bahkan bisa bertahan sampai dua tahun. Padahal, dua merek kecap itu dibuat tanpa bahan pengawet.Agar kecap bisa bertahan lama, sang produsen memiliki cara tradisional. Bukannya mencampurkan bahan pengawet kimia, namun mencampurkan garam dalam jumlah banyak pada olahan kecap saat proses fermentasi. Luar biasa kecap tradisional ini. Sudah enak, bebas dari pengawet yang bisa menimbulkan penyakit ini. Pegawai di bagian pemasaran kecap cap Segi Tiga, Yana, mengatakan bahwa garam dalam jumlah banyak saat fermentasi mampu menjadi bahan pengawet alami agar kecap tak mudah basi. Ingin kecap Maja Menjangan dan Kecap Cap Segitiga Asli Majalengka ? Anda bisa mendatangi pabriknya langsung . Maja Menjangan Majalengka, alamatnya di Jl. Suha No.209&204 Majalengka. Telp: (0233) 281580 sedang Cap Segitiga alamatnya di daerah tonjong atau di Jalan Abdul Halim No 265 Majalengka . Dua merek kecap tersebut dikemas dalam botol bir dengan berbagai ukuran. Ada isi 140 mililiter (ml), 250 ml, 300 ml, 500 ml, dan 600 ml. Harga yang ditawarkan bervariasi, mulai Rp 3.400 hingga Rp 11.000 per botol.



Kecap Majalengka Maja Menjangan, kecap Home Industri tanpa Bahan Pengawet yang Terkenal GURIH Di Kabupaten Majalengka terdapat puluhan pabrik kecap berbagai Merk dari industri rumahan, yang berkembang sejak puluhan tahun lalu, cuma disayangkan karena berbagai faktor terutama harga-harga bahan dasar pembuat kecap yang makin mahal dan proteksi produk lokal yang terabaikan pemerintah, kini pabrik-pabrik kecap diMajalengka bisa dihitung dengan jari. Banyak yang gulung tikar, dan yang bertahan sekarang cuma yang sudah punya nama seperti, Maja Menjangan, Cap Segitiga, Cap Matahari (Tjoen Teng) dan Cap Sate (Anton) dan juga beberapa merk lainnya. Adapun pabrik kecap yang terkenal diantaranya adalah kecap Maja Menjangan, tergolong paling tua usianya dibanding merk-merk kecap lainnya diMajalengka, Kecap Maja menjangan ini pertama kali diproduksi tahun 1940, oleh H. Saad Wangsawidjaja, dengan peralatan yang masih sederhana dan produksi yang masih terbatas. Rasanya yang kental, Gurih dan Tanpa pengawet menjadikan kecap ini banyak dicari sebagai oleh-oleh khas Majalengka. H. Saad Wangsawidjaja Kalau kita perbandingkan produk Kecap Majalengka dengan Produk kecap Industri yang dihasilkan pabrik-pabrik besar, ada perbedaan rasa pada kecap majalengka lebih terasa menyengat rasa kecapnya dibanding dengan kecap-kecap industri skala besar, mungkin ini disebabkan proses permentasi selama proses pembuatan kecap Majalengka. Kalo diperbandingkan secara detailnya, kecap majalengka terasa lebih tajam rasa permentasinya , lebih terasa rasa kedelai hitamnya. Ada keunikan tersendiri dari kecap Maja Menjangan ini, Produk kecap ini tidak memakai pengawet dalam proses pembuatannya. Kecap Maja menjangan tidak berbentuk cairan encer seperti kecap-kecap biasanya, tetapi agak pekat dan kental, terkadang susah untuk kita tuangkan dari botol kemasannya saking pekatnya kecap. Resep dan komposisi bahan dipertahankan sejak zaman belanda sampai sekarang, ada bocoran resep dari Pak Oman pengelola kecap Maja Menjangan ; Kedelai Hitam 100kg, Gula Aren 275Kg, Garam 45Kg dan air 50 Liter. Kecap Maja Menjangan Majalengka dikenal sebagai sentra kecap Tradisional, hampir semua pabrik kecap memakai peralatan tradisional dalam proses pembuatannya. Tungku api sebagai tempat pembakaran memakai kayu bakar, digunakan untuk merebus kedelai, penggunaan bahan bakar kayu biar rasa kecap yang lebih terasa gurih. TErdapat pula ember-ember kayu berukuran besar yang berfungsi untuk mrendam kedelai saat difermentasi selama 14 hari. Selain alat-alat yg masih tradisional sebagai ciri khas pembuatan kecap Majalengka, juga fermentasi kedelai yang direndam dalam ember kayu yang dianggap kecap ini berbeda rasanya dibanding kecap-kecap industri skala besar. Untuk Anda yang tertarik dengan kecap Maja menjangan ini, bisa Anda cari di Surya dept dan juga Jogja Majalengka, pusat oleh-oleh Majalengka dan dipasar-pasar tradisional juga biasanya selalu tersedia. Pusat produksinya bisa Anda jumpai di Jalan Suha No. 209, Majalengka.